Anda di halaman 1dari 17

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN MEDAN

HALAMAN PENGESAHAN
1.Mata Kuliah : Gawat Darurat Maternal dan Neonatal

2.Judul Modul : Kelainan HIS/Kontraksi

3.Penyusun Modul : KELOMPOK 11 KELAS 2B

 Tia Lestari Lubis (P07524120083)


 Sopiatun Anisa ( P07524120081)
 Jane Margaretha Sinuhaji (P07524120061)
 Sametha Margaretha Barus (P07524120090)

4.Institusi : Poltekkes Kemenkes medan

Medan, 17 Maret 2022

VISI DAN MISI

1
PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN

VISI:
Menjadikan institusi yang unggul dan kompetitif,dalam menyediakan tenaga kesehatan di
tingkat nasional dan siap bersaing ditingkat internasional tahun 2024

MISI:

1. Menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi,yang kompetitif mengikuti


perkembangan IPTEK
2. Mempersiapkan SDM dibidang kesehtan yang professional,bermoral,dan beretika,dan
siap bersaing ditingkat nasional dan internasional
3. Memperkuat jejaring dengan pemerintah,maupun swasta tingkat nasional dan
internasional

KATA PENGANTAR

2
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan petunjuknya sehingga modul “Gawat Darurat Maternal dan Neonatal ” dalam
judul “Kelainan HIS/Kontraksi” dapat diselesaikan sebagai mana mestinya meskipun
dalam bentuk yang sederhana dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan
perbaikan seperlunya.

saya menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian modul ini tidak dapat kami selesaikan tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu patutlah kiranya saya
sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.Untuk itu semoga modul yang Kami buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua
penggunanya.

DAFTAR ISI
3
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ 1

VISI/MISI........................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR.................................................................................... 3

DAFTAR ISI................................................................................................... 4

TOPIK.............................................................................................................

TI NJAUN KEILMUAN ............................................................................... 5

RINGKASAN MATERI................................................................................ 6

KESIMPULAN...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

4
MODUL 1

I. TOPIK

Kelainan HIS/Kontraksi

II. TINJAUAN KEILMUAN

Kejadian partus lama disebabkan oleh beberapa faktor seperti letak janin, kelainan
panggul,kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar, kelainan kongenital, primitua
perut gantung, grandemultipara,dan ketuban pecah dini (Mochtar,1998).Power: kekuatan his
dan mengejan (Inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengejan, salah
pimpinan kala II), Passage: jalan lahir (kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul,
ketidakseimbangan sefalopelvik, kelainan jalan lahir lunak) dan Passanger: (kelainan bentuk
dan besar janin, kelainan pada letak kepala kelainan letak janin) (Manuaba, 1998). Sedangkan
dampak dari kejadian ini yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap

tanda – tanda dari persalinan lama, dan juga kurang cepatnya pengetahuan dari para
tenaga kesehatan untuk mengambil keputusan klinik dalam memimpin persalinan. Berbagai
penyebab tersebut dapat dicegah dengan pendeteksian komplikasi persalinan

secara dini, pengambilan keputusan secara cepat dan tepat serta penanganan yang
tepat di tempat rujukan (Depkes, 2003) Angka kematian didunia dikarenakan partus lama rata
– rata 8 % dari keseluruhan angka

kematian, sedangkan angka kematian di Indonesia yang disebabkan partus lama 9 %


dari keseluruhan angka kematian, dari 23 persalinan selama bulan September di BPS Bd. E
kasus partus lama hanya 3, walaupun sedikit tetapi mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh kejadian partus lama pada ibu dan janin maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan mulai pada masa bersalin, nifas dan bayi baru lahir 2
minggu dan mengambil kasus partus lama.

5
III. RINGKASAN MATERI

PENGERTIAN KELAINAN HIS

Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun
sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan(Ismand, 2546).
Distosia kelainan his atau tenaga adalah kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami kemacetan atau hambatan. His
yang normal mulai dari salah satu sudut fundus uteri yang kemungkinan kemudian menjalar
merata simetris ke seluruh korpus Uteri dengan adanya dominasi kekuat ada uteri dengan
lapisan uterus paling dominan kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan
menyeluruh sehingga tekanan dalam ruangan amnion kembali keasalnya kurang lebih 10
mmHg(ALDANIA, 2016).

TANDA DAN GEJALA

Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara
manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan CTG (Cardio tocography)
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita His dikatakan kurang kuat jika:
1 Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his
2. Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi.
3. Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his(Obstetri Patologi, 1975).

PENYEBAB KELAINAN HIS

Distosia karena kelainan HIS dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1. Primipara. multipara dan grandemultipara.

6
2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim. Ini
dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.
6. Kehamilan postmatur.
Menurut Gilbert menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko
terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek).
b. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang
berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion),
c. Kelainan bentuk dan posisi janin.
d. Disproporsi cephalopelvic (CPD).
e. Over stimulasi oxytocin.
f. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan,
g. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Baik tidaknya kontraksi uterus atau his dapat dinilai dari beberapa kriteria yaitu:
1. Kemajuan persalian.
2.Sifat-sifat his: frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his dinilai dari cara
menekan dinding rahim pada puncak kontraksi (Acme).
3. Besarnya caput succedaneum.
Kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian
terendah janin, dan bila janin sudah sampai di bidang Hodge III atau lebih rendah dinilai dari
ada atau tidak adanya putaran paksi dalam. Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan
CTG (Cardio tocography). Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.
His dikatakan kurang kuat jika:
1. Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.
2. Terlalu pendek yang dinilai dari lamaya kontraksi.
3. Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his.
Dalam pemantauan kemajuan persalinan, ketiga sifat di atas perlu dinilai secara objektif
dengan melakukan penilaian secara manual, yaitu dengan melakukan palpasi abdomen
sekurang-kurangnya selama 10 menit. Menurut WHO, his dinyatakan memadai bila terdapat
his yang kuat sekurang kurangnya 31 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing

7
lamanya > 40 detik(ALDANIA, 2016)
PATOFISIOLOGI

His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar
merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri
di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata
dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmllg.
Sifat His dapat berubah. Tomus otot uterus meningkat, juga di luar His dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-
bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih
keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut
sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran
kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana,
tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus.
Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau
pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri
(Sandria, n.d.).

KLASIFIKASI

Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:


1. Inersia Uteri (Hypotonie uterine contraction)
a. Pengertian
hipotonik yaitu kelainan his dengan kekuatan yang lemah/ tidak adekuat untu
kmelakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan

8
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik
seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan
keadaan emosi kurang baik, Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase
aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Penyebab Inersia Uteri
Penggunaan analgetik terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, ke lainan posisi,
regangan dinding rahim (hidramnion, kehamilan ganda), dan perasaan takut dari
ibu(Hulliana, n.d.).
b. Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu:
a) Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga
seringsulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau
belum.
b) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
c. Penanganan
a) Keadaan umum penderita harus diperbaiki Gizi selama kehamilan
harusdiperhatikan.
b) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan yang ada.
c) Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala/ bokong bila sudah
masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuatdapat dilakukan persalinan
spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akandilakukan sectio cesaria.

d) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% dimulai dengan12
tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit.

e) Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat HIS
setelah pemberian beberapa lama,bentikan dulu dan ibu disuruh istirahat, Pada malam
hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknyadapat diulangi lagi
pemberian oksitosin drips.

9
f) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan
Secsio Sesarea.

g) Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak adagunanya
memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuaidengan hasil
pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atauforcep, atau seesio
sesarea).

2. Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction)

a. Pengertian Tetania Uteri

HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan persalinan diatas
kendaraan, kamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan. Pasien merasa kesakitan
karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Akibatnya terjadilah luka-luka
jalan lahir yang luas pada serviks, vagina dan i perineum, dan pada bayi dapat terjadi
perdarahan intrakranial.dan hipoksin janin karena gangguan sirkulasiutcroplasenter Bila ada
kesempitan panggul dapat terjadi ruptur uteri mengancam, dan bila tidaksegera ditangani
akan berlanjut menjadi ruptura uteri

b. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini

a) Rangsangan pada uterus

Misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai
infeksi,dan sebagainya.

c. Penanganan:

a) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan
lahirdalam waktu dekat (4-6 jam).

b) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan scesio
sesaria.

c) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-
tiba dan cepat.

3. Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)

a. Pengertian.

10
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi antara kontraksi dan
bagian-bagiannya, Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi dalam
pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan
persalinan tidak maju.

b. Penanganan

a) Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakitdan
penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.

b) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut selesaikanlah partus


menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,forseps atau
seksio sesaria(ALDANIA, 2016)

PENATALAKSANAAN

Kelainan his dapat diatasi dengan:

1. Pemberian infus pada persalinan lehih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-
gejala atau penyulit diatas.

2. Inersia uteri hipotoni: jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomidan

memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di seksio


sesarea)(Sandria, n.d.).

KOMPLIKASI

PENATALAKSANAANN
PENATALAKSANAA

Kelainan his (inersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu:

1. Kematian atau jejas kelahiran

2. Bertambahnya resiko infeksi.

11
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda nadi dan suhu meningkat

pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria(Sandria, n.d.)

KESIMPULAN

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang
dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu
keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat
kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni
(disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus terkoordinasi tetapi tidak adekuat. Disini
kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan
umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion
atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada
penderita dengan keadaan emosi kurang baik. dan Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri
hipertonik/ disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tetapi
tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga
tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

12
LATIHAN SOAL

1.Salah satu faktor penyebab distosia karena kelainan his adalah?

A. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis

B. Jarang dipantau

C. Persalinan lama

D. Jarang minum

Jawaban: A

2.His dikatakan kurang kuat jika, kecuali?

A. Terlalu jarang dipantau & terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his

B. Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his

C. Terlalu panjang yang dinilai dari lamanya kontraksi

D.Terlalu jarang dipantau dari waktu sela antara 2 his

Jawaban : C

3.Beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan terjadinya distosia uterus?

A. Bentuk tubuh, kelainan tubuh dan posisi janin, over stimulasi oxytocin

B. Kemajuan persalinan

C. Frekuensi dan lamanya his

D. Terlalu jarang dipantau dan terlalu lemah

Jawaban : A

13
4. Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan tidak dapat diatasi
adalah pengertian dari?

A. Sepsis post partum

B. Syock

C. Kontraksi

D. Distosia kelainan his

Jawaban : D

5.His yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidam ada relaksasi rahim pengertian
dari?

A. Uterus

B. Kontraksi

C. Distosia uterus

D. Tetania uteri

Jawaban : D

6.Sebutkan faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus menurut
GILBERT?

A. Primipara

B. multipara

C. Over stimulasi oxytocin.

D.Kehamilan postmatur

E. grandemultipara

Jawaban:C

7.Apa faktor penyebab terjadinya Inersia Uteri?

A. Kelainan uterus,

B. Over stimulasi oxytocin

C. Kehamilan postmatur

D. kesempitan panggul,

14
E. Heredite

Jawaban:D

8. Bagaimana cara melihat baik atau tidaknya kontraksi uterus?

A. Tidak ada kemajuan persalian

B. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang

berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)

C. Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his

D . Sifat-sifat his: frekuensi, kekuatan dan lamanya his.

E. Terlalu pendek yang dinilai dari lamaya kontraksi

Jawaban:D

9.Sebutkan faktor terjadinya tetania uterus?

A. kelainan posisi

B. pemberian oksitosin yang berlebihan

C. Penggunaan analgetik terlalu cepat

D. Salah pimpinan persalinan

E. Kehamilan postmatur

Jawaban:B

10. Sebutkan kelainan his yang dapat menimbulkan kesulitan!

A. Ketuban pecah

B. Panggul sempit

C. Tidak ada kemajuan persalinan

D. Lama dan lemahnya his

E. Bertambahnya resiko infeksi

Jawaban:E

15
DAFTAR PUSTAKA

ALDANIA, F. (2016). MAKALAH KELAINAN HIS. 1–23.

Hulliana, M. (n.d.). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Niaga Swadaya.


https://books.google.co.id/books?id=9JXc3Fg42VIC

Ismand, A. R. (2546). KELAINAN HIS PADA PERSALINAN.

Obstetri Patologi. (1975). Egc. https://books.google.co.id/books?id=5SXtVDOPciIC

Sandria, F. (n.d.). DISTOSIA.

16

Anda mungkin juga menyukai