Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL PATOLOGI

MAKALAH DAN REVIEW JURNAL

DETEKSI DINI PADA KELAINAN HIS

Dosen Pengampu : Yulia Nur Khayati, S.Si.T., M.PH.

Disusun oleh :

Kelompok 3

Denok Pratiwi Putri 152211025

Dizha Wanasiya Ramadhanti 152211079

Fera Aldania 152211128

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “DETEKSI DINI KELAINAN HIS”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL Patologi. Setelah membaca
dan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dan penggunanya mendapat
pengetahuan serta manfaat yang lebih baik, sebagaimana yang tertera dalam tujuan pembuatan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.

Ungaran, 09 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................
BAB V PENUTUP............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu–tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan, namun disisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh bayi (Kuswanti, Melina, 2014:1).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Persalinan
lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.
Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his),
kelainan janin, dan kelainan jalan lahir (Prawirohardjo, 2014:562).

Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin. Kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).

Kelainan his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau
dalam bentuk janin. Kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan (Prawirohardjo, 2014:562).
Banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh distosia persalinan maka bidan perlu
mengetahui manajemen penatalaksanaan distosia persalinan sebagai salah satu menurungkan
angka mortalitas dan morbilitas pada ibu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Distosia?
2. Apa Pengertian Distosia Kelainan His?
3. Apa saja Klasifikasi Distosia Kelainan His?
4. Apa Etiologi dari Distosia Kelainan His?
5. Apa saja Faktor yang dapat mempengaruhi?
6. Apa saja Komplikasinya?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Distosia Kelainan His?

C. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang deteksi dini kelainan
his.
D. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Distosia
2. Mengetahui Pengertian Distosia Kelainan His
3. Mengetahui Klasifikasi Distosia Kelainan His
4. Mengetahui Etiologi dari Distosia Kelainan His
5. Mengetahui Faktor yang dapat mempengaruhi Distosia Kelainan His
6. Mengetahui Komplikasi yang mungkin terjadi
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Distosia Kelainan His
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Distosia

Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkan


karena kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainan besar anak, bentuk anak
(Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang dan lintang), serta
karena kelainan jalan lahir. Dystocia berasal dari bahasa Latin yaitu tokos yang berarti
kelahiran bayi. Dystocia yaitu keabnormalan atau kesulitan dalam melahirkan. Distosia
merupakan persalinan yang tidak normal atau pelahiran yang sulit, disebabkan oleh malposisi
kepala janin ( asinklitisme atau ekstensi), dorongan eksplus yang tidak adekuat, ukuran atau
presentasi janin, panggul yang mengalami kontraksi atau kelainan jalan lahir.

Distosia merujuk pada kemampuan persalinan yang tidak normal. Persalinan


berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada
mekanisme persalinan, tenaga/ kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau
masalah psikis. Distosia merupakan indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio
sesarea, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 50% kelahiran dengan pembedahan . Partus
lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primi dan lebih dari 18 jam pada multi (Manuaba, 2010).

B. Pengertian Distosia Kelainan Tenaga (His)

Distosia karena kelainan his adalah perlambatan persalinan yang diakibatkan


kontraksi uterus abnormal. Distosia kelainan his atau tenaga adalah kelainan his yang tidak
normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang
lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami
kemacetan atau hambatan. His yang normal mulai dari salah satu sudut fundus uteri yang
kemungkinan kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus Uteri dengan adanya
dominasi kekuatan pada fundus uteri dengan lapisan otot uterus paling dominan kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh sehingga tekanan dalam ruangan
amnion kembali ke asalnya kurang lebih 10 mmhg.

C. Klasifikasi Distosia Kelainan Tenaga (His)

Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:


1. Inersia Uteri (Hypotonic uterine contraction )
a. Pengertian
Inersia hipotonik yaitu kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat
untu kmelakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum
kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau
kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada
penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks,
fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.

b. Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :

a) Inersia uteri primer


Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga
seringsulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu
atau belum.

b) Inersia uteri sekunder


Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

c. Penanganan

a) Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan


harusdiperhatikan.
b) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan
tentang,kemungkinan yang ada.
c) Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong bila
sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuatdapat dilakukan
persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akandilakukan sectio cesaria.
d) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai
dengan12 tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes
permenit.
e) Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuat
HIS setelah pemberian beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat.
Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknyadapat
diulangi lagi pemberian oksitosin drips.
f) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan
Secsio Sesarea.
g) Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan
partus berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak
adagunanya memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan
sesuaidengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum
atauforcep, atau secsio sesarea).

2. Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction)

a. Pengertian Tetania Uteri

HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan
persalinan diatas kendaraan, kamar mandi, dan tidak sempat dilakukan pertolongan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus.
Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahir yang luas pada serviks, vagina dan
perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan intrakranial,dan hipoksia janin
karena gangguan sirkulasiuteroplasenter.Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi
ruptur uteri mengancam, dan bila tidaksegera ditangani akan berlanjut menjadi
ruptura uteri.
b. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini

a) Rangsangan pada uterus

Misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama


dengan disertai infeksi,dan sebagainya.

c. Penanganan:

a) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak
akan lahirdalam waktu dekat (4-6 jam).

b) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan


dengan secsio sesaria.

c) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena


janin lahir tiba-tiba dan cepat.

3. Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)

a. Pengertian

Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi


antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat
terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.

b. Penanganan

a) Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat
anti sakitdan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan
valium.
b) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut
selesaikanlah partus menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan
ekstraksi vakum,forseps atau seksio sesaria.

Menurut WHO, his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat
sekurang kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing
lamanya > 40 detik. Interval his yang terlampau pendek dan / atau lamanya > 50
detik dapat membahayakan kesejahteraan janin. Distosia karena kelainan his
dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Disfungsi hipotonis yaitu kontraksi his yang terlalu lemah. Dengan


CTG, terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Tekanan tersebut tidak
mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks dan dilatasi. Dengan palpasi, his
jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam.

2. Disfungsi hipertonis yaitu kontraksi his yang berlebihan dan tidak


terkoordinasi. Ibu yang mengalami disfungsi hipertonis akan sangat merasakan
kesakitan. Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal
kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengah
uterus lebih kuat dari pada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan
kebawah untuk mendorong sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami
kekakuan diantara kontraksi.

Perbedaan Disfungsi Hipotonis dan Hipertonis

HIPOTONIS HIPERTONIS
Kejadian 4 % dari persalinan 1% dari persalinan
Saat terjadinya Fase aktif Fase laten
Nyeri Tidak nyeri Nyeri berlebihan
Fetal distress Lambat Cepat
Reaksi terhadap Baik Tidak baik
oksitosin
Pengaruh sedative Sedikit Besar
D. ETIOLOGI

Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan


inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor
herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainanhis dan juga
factor emosi (ketakutan) mempengaruhi kelainan his. Salah satu sebab
yang penting dalam kelainan his inersia uteri, ialah apabila bahwa janin
tidak berhubungan rampat dengan segmen bawah rahim ini dijumpai pada
kesalahan - kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik. Salah
pimpinan persalinan atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin
danobat penenang. Kelainan pada uterus misalnya uterus birkornis
unikolis dapat pula mengakibatkan kelainan his.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Distosia karena kelainan HIS dapat disebabkan oleh berbagai


factor antara lain:

1. Primipara, multipara dan grandemultipara.

2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.

3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.

4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah

rahim. Ini dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi

sefalopelvik.

5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.

6. Kehamilan postmatur.

Menurut Gilbert menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat


meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
a. Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek).

b. Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang


berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion).

c. Kelainan bentuk dan posisi janin.

d. Disproporsi cephalopelvic (CPD).

e. Over stimulasi oxytocin.

f. Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan.


g. Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Baik tidaknya kontraksi uterus atau his dapat dinilai dari beberapa kriteria yaitu:

1. Kemajuan persalian.

2.Sifat-sifat his: frekuensi, kekuatan dan lamanya his. Kekuatan his dinilai
dari cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi (Acme).

3. Besarnya caput succedaneum.

Kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan


turunnya bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai di bidang Hodge III
atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidak adanya putaran paksi dalam. Penilaian
kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara
manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan CTG (Cardio tocography).
Kekuatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita.

His dikatakan kurang kuat jika:

1. Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.

2. Terlalu pendek yang dinilai dari lamaya kontraksi.

3. Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 his.


Dalam pemantauan kemajuan persalinan, ketiga sifat di atas perlu dinilai
secara objektif dengan melakukan penilaian secara manual, yaitu dengan
melakukan palpasi abdomen sekurang-kurangnya selama 10 menit. Menurut
WHO, his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang kurangnya 3
kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya > 40 detik.

F. KOMPLIKASI

Kelainan his (inersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :

1. Kematian atau jejas kelahiran

2. Bertambahnya resiko infeksi.

3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,


pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.

G. PENATALAKSANAAN

Kelainan his dapat diatasi dengan :

1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya


gejala-gejala atau penyulit diatas.

2. Inersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomidan
memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di-
seksio sesarea).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Subyektif
Ibu mengeluh perutnya terasa sakit tembus belakang, kepala pusing, mata berkunang -
kunang serta nyeri yang hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan lama, serta
mengeluarkan lendir bercampur darah dari vaginanya.
B. Data Obyektif
Pemeriksaan fisik :
a. Genetalia : sudah keluar lendir dan darah segar dan terdapat tanda persalinan yaitu
doran, teknus, perjol, vulka namun tidak adekuat (his lemah)
b. Abdomen : His 3 kali kontraksi selama 10 menit , lamanya 30 detik, DJJ : 120
x/menit teratur.
c. VT : pembukaan 4 cm, effisement 75%, ketuban (+), letak kepala hodge I ke
hodge II, denominator UUK jam 12, moulage 0, tidak ada bagian terendah janin
yang menghalangi.
C. Analisis
Ny.P umur 23 tahun G1P0A0 38 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi kepala intra
uterine, inpartu kala I fase aktif.
D. Penatalaksanaan
a. Memberi tahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu kurang
baik mengalami kelainan tenaga (his lemah) dan janin dalam keadaan baik
Hasil : ibu mengerti dan berusaha untuk mengejan dengan benar
b. Mengajari ibu untuk rileks sewaktu ada kontraksi yaitu dengan cara menarik nafas
panjang melalui hidung dan dilepaskan pelan-pelan melalui mulut
Hasil : ibu mengerti dan mengikuti anjuran bidan
c. Melakukan observasi keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala /
bokong bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan
sectio cesaria.
Hasil : Ibu mengerti dan mengikuti anjuran bidan
d. Memberikan infus RL + oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc ,dimulai dengan
12 tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15 tetes per menit sampai 40-50 tetes per
menit.
Hasil : Ibu bersedia untuk dipasang oksitosin agar terjadi kontraksi
e. Menganjurkan ibu miring ke kiri untuk mempercepat penurunan kepala janin
Hasil : ibu bersedia mengikuti anjuran
f. Melakukan asuhan sayang ibu dengan cara mengusap punggungnya pada saat
kontraksi berlangsung
Hasil : ibu tampak nyaman dengan asuhan yang di berikan.
g. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Hasil : ibu mau makan roti dan minum teh
h. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK bila merasa ingin BAK
Hasil : ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
i. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Hasil : observasi telah dilakukan

1)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Review Jurnal
1. Umi Qonitun dan Siti Nur Fadilah (2019), dengan judul jurnal “Faktor – Faktor
Yang Melatarbelakangi Kejadian Partus Lama Pada Ibu Bersalin Di RSUD Dr. R.
Koesma Tuban”.
Pembahasan dari jurnal penelitian tersebut sejalan dengan teori yang ada
yaitu partus lama salah satunya disebabkan oleh faktor tenaga atau his. Pada saat
ibu bersalin ada kelainan his yaitu hipotonik dimana kelainan his dengan kekuatan
yang lemah atau tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar. His hipotonik atau inersia urteri dibagi menjadi dua yaitu
inersia uteri primer (terjadi pada fase laten) dan inersia uteri sekunder (terjadi
pada fase aktif kala 1 atau 2).
Jadi, kesimpulan dari jurnal tersebut adalah faktor tenaga atau his
merupakan penyebab partus lama yang paling dominan. Sehingga pada saat
pemeriksaan ibu hamil (ANC) kebutuhan nutrisi ibu hamil harus diperhatikan
agar menekan angka kejadian partus lama.
2. Syariani (2016), dengan judul jurnal “Hubungan Paritas Dengan His Tidak
Adekuat Pada Ibu Bersalin”.
Pembahasan jurnal tersebut sejalan dengan teori yang ada yaitu paritas
salah satu faktor penyebab his tidak adekuat. Paritas terdiri dari primipara
(melahirkan pertama kali), multipara atau pleuripara (melahirkan anak lebih dari
satu kali), dan grandemultipara (melahirkan 5 orang anak atau lebih). Pada
multipara dan grandemultipara wanita yang terlalu sering melahirkan mengalami
penurunan sensitifitas kontraksi uterus sehingga uterus hipotonik( inersia uteri).
Jadi, kesimpulan dari jurnal penelitian tersebut adalah ada hubungan
paritas ibu bersalin dengan kejadian his yang tidak adekuat.
3. Vivin Yuni Astutik dan Titin Sutriyani (2020), dengan judul “Hubungan Riwayat
Serotinus, Stres, Dan Disfungsi Uterus Hipotonik Dengan Resiko Terjadinya
Serotinus Di RS Madinah Kasembon”.
Pembahasan jurnal tersebut sejalan dengan teori bahwa ada hubungan
yang signifikan antara riwayat serotinus dengan resiko terjadinya serotinus
dimana riwayat serotinus sangat beresiko terjadinya kehamilan serotinus yang
berulang karna organ reproduksi dari orang pernah mengalami serotinus berbeda
dengan orang yang lahir normal karna kejadian luar biasa pada persalinan
serotinus sebelumnya seperti induksi persalinan yang menyebabkan ruptur uteri
sehingga menyebabkan gangguan pada uterus yang berpengaruh pada jangka
panjang ,penurunan fungsi organ reproduksi pada wanita yang hamil di usia tua
sehingga uterus tidak bisa meproduksi oksitosin secara alami sehingga uterus
tidak berkontraksi sampai menjelang hari tafsiran persalinan.

Selain itu, juga terdapat hubungan yang signifikan antara stres karna ibu
hamil yang mengalami stres dengan cepat mendapat sinyal sehingga berpengaruh
pada jantung sehingga tidak bekerja dengan baik untuk mengantar berbagai
hormon di dalam tubuh terutama hormon persalinan yang berfungsi menimbulkan
kontraksi sehingga terjadinya persalinan lewat waktu atau serotinus,dan ketika ibu
hamil mengalami stres otak menjadi terganggu yang menghambat kelenjar
hipofise anterior untuk memproduksi hormon persalinan seperti oksitosin yang
berfungsi untuk menimbulkan kontraksi sehingga kalau ibu stres hormon
persalinan tidak tercukupi sehingga tidak terjainya kontraksi sampai hari tafsiran
persalina ahirnya mengalami serotinus.

Disfungsi uterus hipotonik juga berhubungan dengan resiko terjadinya


serotinus karna tidak adanya kontraksi yang di sebabkan oleh berbagai macam
faktor resiko yang menyertai ibu seperti ibu multipara karna wanita yang terlalu
sering melahirkan mengalami penurunan sensitifitas kontraksi uterus sehingga
menyebabkan Disfungsi uterus hipotonik( inersia uteri) yang menjadi pencetus
terjadinya serotinus.
Jadi, kesimpulan dari jurnal tersebut adalah ada hubungan riwayat
serotinus, stres, dan disfungsi uterus hipotonik dengan resiko terjadinya serotinus.

4. Nirwan dan Zulkarnain (2014) dengan judul “G 2P1A0 Hamil Aterm Inpartu Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala Dengan Partus Kasep”.
Pembahasan pada jurnal tersebut sejalan dengan teori yaitu penyebab
kemacetan dapat terjadi karena kelainan his. Adapun jenis-jenis kelainan his
seperti inersia uteri, tetania uteri, dan his tidak terkoordinasi. Inersia uteri atau his
hipotonik dimana fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian
lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu lama
dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan
dengan inersia uteri primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat untuk waktu
yang lama dinamakan inersia uteri sekunder.
His yang terlalu kuat atau tetania uteri menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam
disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,
kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus bagi
ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan
perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
His yang tidak terkoordinasi yaitu kontraksi terus tidak ada koordinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal,
tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagianbagiannya. Dengan
kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan
rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin.
Jadi, kesimpulan dari jurnal tersebut adalah partus kasep merupakan fase
terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehigga timbul
gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia, dan kematian
janin. Penyebab dari partus macet diantaranya inersia uteri (his hipotonik), tetania
uteri (his hipertonik), dan his tidak terkoordinasi.
B. Deteksi Dini Kelainan His
1. Deteksi Dini Kelainan His Hipotonik (Inersia Uteri) :
a) Tanda dan gejala : his tidak adekuat, <3 kali kontraksi dalam 10 menit,
lamanya <30 detik, lemas, pusing, dengan CTG terlihat tekanan yang
kurang dari 15 mmHg.
b) Manajemen : penuhi nutrisi ibu, mobilisasi atau ubah posisi ibu, pastikan
kandung kemih kosong, rangsang puting susu, teliti keadaan serviks,
presentasi dan posisi, penurunan kepala, bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akann
dilakukan sectio cesaria, memberikan RL + oksitosin drips 5-10 satuan
dalam 500 cc ,dimulai dengan12 tetes permenit, dinaikkan setiap 10-15
tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit, bila inersia disertai dengan
disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan Secsio Sesarea.
2. Deteksi Dini Kelainan His Hipertonik (Tetania Uteri) :
a) Tanda dan gejala : kontraksi >5kali kontraksi dalam 10 menit, lamanya
>40 detik, nyeri perut hebat, ibu kesakitan.
b) Manajemen : memberikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya
asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam), bila ada tanda-
tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan secsio
sesaria, pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena
janin lahir tiba-tiba dan cepat.
3. Deteksi Dini Kelainan His Tidak Terkoordinasi :
a) Tanda dan gejala : Tonus otot meningkat diluar his, kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
b) Manajemen : untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan
obat-obat anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin,
petidin, dan valium, apabila persalinan sudah berlangsung lama dan
berlarut-larut selesaikanlah partus menggunakan hasil pemriksaan dan
evaluasi, dengan ekstraksi vakum,forseps atau seksio sesaria.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Distocia yaitu keabnormalan atau kesulitan dalam melahirkan. Distosia ini
merupakan kelainan persalinan abnormal atau sulit yang ditandai dengan kelambatan atau
tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam satuan waktu tertentu. Distosia merujuk
pada kemampuan persalinan yang tidak normal. Persalinan berlangsung lebih lama, lebih
nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga atau
kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis.
Distosia kelainan tenaga ini merupakan kelainan pada his yang awalnya ade kuat
tiba – tiba his tersebut itu hilang. Kelainan his ini di kelompokkan menjadi: inersia uteri ,
tetania uteri, dan his inkoordinasi. Distosia karena kelainan HIS dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain: primipara, multipara dan grandemultipara, herediter, emosi
dan ketakutan memegang peranan penting, salah pimpinan persalinan, atau salah dalam
pemberian obat-obatan. Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
kematian atau jejas kelahiran, bertambahnya resiko infeksi, kelelahan dan dehidrasi.

B. Saran
1. Untuk Klien
a. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan dan mengonsumsi nutrisi yang cukup saat
persalinan.
b. Menganjurkan ibu untuk lebih aktif membaca buku KIA terutama mengenai
persalinan.
2. Untuk Bidan
a. Bidan harus memperdalam ilmu tentang hal-hal apa saja yang menjadi wewenangnya
dan apa-apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan dan tindakan apa saja yang harus
melakukan penanganan segera maupun kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang baik
selama masa kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas agar ibu bisa merasa puas
dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2642/3/BAB%20II.pdf

Syariani. (2016). Hubungan Paritas dengan His Tidak Adekuat Pada Ibu Bersalin. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. IV,1

Manuaba, I.B.G, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB”. Jakarta

Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika

Ujiningtyas, C. Sri Hari. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta:


Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai