Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMERIKSAAN DINI KEHAMILAN ( EARLY ANTENATALCARE


DETECTION)

Disusun Oleh :
1. Adelena 152211015
2. Heni Rusmayani 152211119
3. Hilma Tunisah 152211113
4. Selviani 152211014
5. Bq.Yulia Sri aprian 152211021
6. Anis Eka rahayu 152211017
7. Fitri Nuraeni 152211118
8. Tiya Kariyani 152211018
9. Uswatun Khasanah 152211121
10. Fera Aldania
11. Dizha Wanasiya R

KELAS B S1 KEBIDANAN TRANSFER


PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROFESI
KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita
dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisik, psikologis dan sosial. Setiap
kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh
wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilanya serta mengancam jiwanya (Hani, 2010).
Antenatal care sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko
kehamilan. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus Menurut
(Depkes RI, 2015). Menurt WHO, antenatal care merupakan cara untuk mendeteksi
dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan dan dapat
menurunkan angka kematian ibu serta memantau keadaan janin (Hardiani, 2012).
Menurut data WHO tahun 2013, AKI di Indonesia yang tertinggi di Negara
ASEAN yakni 190 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di
Negara Malaysia 29 per kelahiran hidup, Singapura 6 per kelahiran hidup, Thailand
26 per kelahiran hidup dan Vietnam 49 perkelahiran hidup (Ardilah, 2015).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indicator
AKI. AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengolalaanya tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,terjatuh, dan lain-lain disetiap
100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan
ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karna sensitifnya
terhadap pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksebilitas maupun kualitas. Penurunan
AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390
menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukan peningkatan AKI
yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
(KEMENKES RI, 2015).
Kematian ibu menunjukan lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan
kematian yang terjadi saat proses persalinan, tetapi mencakup kematian ibu yang
sedang dalam masa hamil dan nifas. Dua kategori kematian ibu pertama adalah
kematian yang disebabkan oleh penyebab langsung obsteri (direk) yaitu kematian
yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinanya, kedua adalah kematian
yang disebabkan oleh penyebab tidak langung (indirek) yaitu kematian yang terjadi
pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau
persalinannya (Triana, 2015).
Dari penelitian oleh Pratitis dkk di Boyolali menunjukan bahwa penyebab
AKI dapat diturunkan dan dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang rutin
dan berkualitas, untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan dan komplikasi, selain
itu pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya kehamilan perlu ditingkatkan,
apabila ibu hamil mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan, ibu akan waspada dan
berhati-hati dengan cara selalu rutin melakukan 4 pemeriksaan kehamilannya
kepetugas kesehatan agar terhindar dari komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan janin. (Pratitis dkk, 2014).
Menurut Rashad (dalam Isdiaty, 2013), tindakan yang tepat dapat
menghindarkan ibu hamil dari penyebab kematian maternal yang dapat dicegah yaitu
berupa tindakan dalam bentuk perawatan kehamilan yang dapat dilakukan berupa
antenatal care, menjaga kebersihan diri, memenuhi kebutuhan nutrisi, melakukan
aktifitas fisik dan aktifitas seksual sewajarnya, tidur dan istrahat yang cukup, dan
lain-lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Apakah pemeriksaan dini kehamilan dapat berpengaruh terhadap deteksi
dini dengan adanya komplikasi kehamilan pada ibu hamil?
C. Tujuan
1. Menenjelaskan kepada ibu pengertian pemeriksaan kehamilan.
2. Menenjelaskan kepada ibu pentingnya untuk melakukan pemeriksaan ada
awal kehamilan.
3. Memberikan asuhan antenatal yang efektif.
4. Memberikan pelayanan sesuai program kebijakan Antenatal Care.
5. Melakukan pemeriksaan penunjang selama masa kehamilan.
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penulisan ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program
kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya peningkatan ibu
hamil tentang pentingnya untuk melakukan pemeriksaan sejak dini dengan
kepatuhan mengikuti Antenatal Care.
2. Bagi Ibu Hamil
Menambah informasi ibu untuk melakukan pemeriksaan dini pada kehamilan
dapat mencgah resiko pada masa kehmilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pemeriksaan Kehamilan
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang normal
dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya
bahwa kehamilan akan terjadi masalah, oleh karena itu pelayanan asuhan
antenatal merupakan cara penting memonitor dan mendukung kesehatan dan
mendeteksi kehamilan ibu. Ibu hamil sebaiknaya dianjurkan mengunjungi bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ibu merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal. Pemeriksaan dan pengawasan
terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan
kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada
ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas,
menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Pemeriksaan kehamilan dilakukan
minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada
trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga
1. Tujuan Kunjungan Awal Kehamilan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan / komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara normal
2. Asuhan Antenatal Efektif
a. Mendengarkan, berbicara dan membina hubungan saling percaya
b. Membantu setiap ibu hamil keluarganya untuk membuat rencana
persalinan
c. Membantu setiap ibu hamil dan keluarganya untuk mempersiapkan
menghadapi komplikasi pada setiap kunjungan
d. Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di
RS
e. Mendeteksi dan mengobati komplikasi –komplikasi yang dapat
mengancam jiwa
f. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah UK 28 mgg & adanya
kelainan letak setelah UK 36 mgg
g. Memberikan konseling pada ibu sesuai UK nya mengenai nutrisi, istirahat,
TTB, KB, ASI eksklusif, ketidaknyamanan dsb
h. Memberikan imunisasi TT bila diperlukan Memberikan suplemen
mikronutrisi (Fe& asam folat )
3. Langkah-langkah Dalam Memberikan Asuhan Antenatal yang Baik
a. Menyapa ibu dan anggota klg dan membuatnya merasa nyaman
b. Mendapatkan riwayat kehamilan ibu, mendengarkan dengan teliti apa
yang diceritakan oleh ibu
c. Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya atau terfokus
d. Melakukan pemeriksaan lab utk mengetahui kenormalannya
e. Sesuai dengan UK mengajari ibu tentang kebutuhan yang belum dipenuhi
f. Memulai atau melanjutkan perencanaan kelahiran dan kegawatdaruratan
atau antisipasi rujukan
g. Mengajari tentang TTB ( pastikan bahwa ibu memahami semua tanda-
tanda bahaya tsb)
h. Menjadwalkan kunjungan ulang
i. Mendokumentasikan hasil kunjungan
4. Kebijakan Program Antenatal
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 x dalam kehamilan
a. 1 x pada trimester I Sebelum minggu ke 16
b. 1 x pada trimester II Antara minggu ke 24 – 28
c. 2 x pada trimester III Antara minggu 30 – 32 Antara minggu 36 – 38
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah/komplikasi setiap
saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama
kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
komplikasi (Saifuddin, AB, 2000)
e. Kebijakan Teknis Antenatal Care Dalam upaya pengawasan
5. Pelayanan/ asuhan standar minimal [ 10 T ] Depkes RI, 2009:
a. T 1 (Timbang) berat badan & ukur Tinggi Badan
b. T2 Ukur (Tekanan) darah
c. T3 Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. T4 (Tentukan) Presentasi janin dan DJJ
e. T5 Ukur LILA (Nilai status gizi )
f. T6 Pemberian Tablet zat besi , minimal 90 tablet selama kehamilan
g. T7 Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
h. T8 Skrining status imunisasi TT dan berikan imunisasi TT bila diperlulan
i. T9 Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
j. T10 Temu wicara dalam rangka Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
6. Melengkapi Riwayat Medis
Pada kunjungan pertama:
a. Lengkapi riwayat medis ibu Pada kunjungan berikutnya
b. Selain memperhatikan catatan pada kunjungan sebelumnya, tanyakan
keluhan yang dialami ibu selama kehamilan berlangsung
7. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri
ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Dengan demikian,
jika terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan
segera dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya
melakukan kunjungan antenatal sedikitnya satu kali pada trimester I (sebelum
minggu ke 16). Penilaian klinik merupakan proses berkelanjutan yang dimulai
pada kontak pertama antar petugas kesehatan dengan ibu hamil secara
optimal. Pada kunjungan dini adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi komplikasi, penyulit ataupun penyakit pada kehamilan, yaitu:
a. Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa.
Dari anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu
menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan.
1) Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial
2) Anamnesa Kehamilan (haid)
3) Anamnesa Medik/ Kesehatan
4) Anamnesa Kebidanan/ Obstetri
b. Pemeriksaan Umum
1) Tinggi badan
Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu
diukur tinggi badannya. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek,
yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi
karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar
dengan kemungkinan kesempitan panggul. Perbandingan tinggi dan
berat badan memberi gambaran mengenai keadaan gizi.
2) Berat badan
Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali
atau ulangan, berat badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang
mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsi. Dalam trimester I berat badan wanita hamil biasanya
belum naik bahkan biasanya menurun karena kekurangan nafsu
makan. Dalam trimester terakhir terutama karena pertumbuhan janin
dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan
wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil.
Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila
penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus
diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
3) Tanda-tanda vital
Dalam keadaan normal tekanan darah dalam kehamilan
trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik
tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapa tekanan darah melebihi diatas
maka kemungkinan adanya preeklampsi.

4) Pemeriksaan kepala dan leher


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher.
Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis
maka kemungkinan anemia.
5) Pemeriksaan payudara
Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta
sedikit nyeri. Hal ini karena pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli payudara. Pemeriksan payudara
dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran payudara, putting susu
menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran pembuluh
limfe.
6) Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh
7) Pemeiksaan paru haus mencakup obsevasi sesak nafas, nafas dangkal,
nafas cepat, nafas tidak teatu mengi, batuk dan dispnea untuk
menegakkan diagnosa bonkitis dan pneumonia. Mumu jantung
diastolik ditemukan pada 90% wanita hamil kerena tekanan daah ibu
hamil meningkat secaa mencolok.
8) Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari
pemeriksaan ini diperoleh mengenai ukuran dan bentukuterus
kesesuaian antara tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan, letek
janin dan detak jantung janin dan CVAT (costo vetrebral tenderness)
9) Pemeriksan genetalia
Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan
ginekologi. Pada emeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa
dan dilihat inspekulo deteksi tanda-tanda infeksi,hemorid, varices,
cairan.

10) Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya varises,
oedema dan reflek patella.
11) Pemeriksaan laboratorium
Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan
ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan
glukosa urine. Pemeriksaan urine pada awal kehamilan bertujuan
untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain itu pemeriksaan urin juga
bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan glukosa urine.
Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau dari
infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika
dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda
serius dari preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan
diabetes.
c. Pemeriksaan Fisik Obstetri
Pemeriksaan Fisik Obstetri pada Kunjungan Pertama :
1) TFU (dengan metlin jika UK >20 mggu)
2) Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema,
hemoroid
3) Pemeriksaan dalam : menilai serviks, uterus, adnexa, kel. Bartholin,
kel Skene dan uretra (UK kurang dari 12 mg)
4) Pemeriksaan inspekulo : menilai serviks, tanda infeksi, cairan dari
OUI
d. Melakukan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi
pemeriksaanlaboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan
USG
Lab rutin (untuk semua ibu hamil) pada kunjungan pertama :
1) Kadar hemoglobin
2) Golongan darah ABO, rhesus
3) Tes HIV : ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan
terkonsentrasi
4) Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria : untuk
daerah endemik

Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:

1) Urinalisis : protein urin pada TM II, III jika terdapat hipertensi


2) Kadar Hb pada TM III terutama jika dicurigai anemia
3) Pemeriksaan sputum BTA : untuk ibu dengan riwayat defisiensi imun,
batuk >2 minggu / LILA 23,5 cm
4) Tes sipilis
5) Gula darah puasa
Pemeriksaan USG:
1) Pada awal kehamilan : ideal sebelum UK 15 minggu untuk
menentukan usia gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta
deteksi abnormalitas janin yang berat
2) Pada UK sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali janin
3) Pada trimester III untuk perencanaan persalinan
4) Lakukan rujukan untuk pemeriksaan USG jika alat/tenaga kesehatan
tidak tersedia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk
memenuhi hak setiap ibu hamil, memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
Pelayanan antenatal terpadu tersebut mencakup pelayanan promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatife yang meliputi pelayanan KIA, gizi,
pengendalian penyakit menular (imunisasi, HIV/AIDS, TB, malaria, penyakit
menular seksual), ibu hamil yang mengalami kekerasan selama kehamilanserta
program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Setiap tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta
harus dapat memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap ibu hamil agar
dapat memastikan kehamilan berlangsung normal, mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil serta melakukan intervensi secara adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati T. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. PT Prestasi Pustaka: Jakarta.
Tando, Naomy. 2013. Asuhan Kebidanan dan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta:
In Media
Manuaba, Ida Bagus, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta: EGC
Moegni EM, Ocviyanti D, editors. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO, UFPA, UNICEF,
Kemenkes RI, IBI, POGI; 2012

Anda mungkin juga menyukai