Anda di halaman 1dari 269

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI
BARU LAHIR

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


Penting Untuk Dibaca…!
Penerbit
Adalah rekanan pengarang dalam menerbitkan sebuah buku.
Penerbit mempunyai hak untuk menerbitkan dan mendistribusikan
buku.
Pengarang
Adalah pencipta naskah buku yang menyerahkan naskah hasil
karangannya kepada penerbit yang ditunjuk untuk menerbitkan
hasil karyanya. Pengarang mempunyai hak penuh atas karyanya
dan mendapat imbalan berupa royalti, sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati dengan penerbit.
Pembajak
Adalah pihak luar yang tidak ada ikatan dengan pengarang dan
penerbit dalam hal apapun, maka sangat tidak dibenarkan untuk
menerbitkan dan mendistribusikan buku.
Untuk menghargai dan menambah motivasi para penulis dalam
menghasilkan karya-karyanya untuk diterbitkan, hendaknya anda
tidak menggunakan buku hasil bajakan.

Kutipan Pasal 72:


Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 tahun 2002)
• Barang Siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
Dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000.00, (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000.00, (lima milyar rupiah)
• Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu hak cipat
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah)

ii BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI
BARU LAHIR

Johariyah, S.ST., M.KEB


Ema Wahyu Ningrum, S.ST

Penerbit : Trans Info Media, Jakarta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR iii
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir
Penulis : Johariyah, S.ST., M.KEB
Ema Wahyu Ningrum, S.ST
Layout : Tunut Ari M@ftuhin
Design Cover : Herry Pramono R. Hadi Prayitno

Diterbitkan pertama kali oleh:


CV. Trans Info Media
Jl. Pusdiklat Depnaker No. 21 Jak-Tim 13570
Telp. (021) 97924048, 98782206 / Fax. (021)-32806614
E-mail : penerbit_tim@yahoo.com
Website: www.transinfomedia.com

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa
izin tertulis dari penerbit

Cetakan Pertama: 2012

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Johariyah,
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir/ Johariyah, S.ST., M.KEB ; Ema Wahyu Ningrum,
S.ST ; Jakarta: TIM, 2012
Ukuran Buku : 14 x 21 cm; xiv + 255 hal.
ISBN :

iv BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


KATA PENGANTAR

S
egala Puji Bagi Allah Subhanahu Wata`ala atas segala
rahmat dan nikmat-NYA yang telah dilimpahkan kepada
kami sehingga penulisan “ Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir” dapat terselesaikan. Tujuan
penyusunan buku ini adalah untuk mendukung proses belajar
mengajar pada mahasiswa program studi D-III Kebidanan. Buku
ini diperuntukkan kepada mahasiswa dan dosen pengajar Asuhan
Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Penyusunan buku
ini sudah disesuaikan dengan Silabus Mata Kuliah yang berlaku,
dengan harapan dapat mengakomodasi kebutuhan akan referensi
tentang persalinan dan bayi baru lahir. Selain itu buku ini juga
dilengkapi dengan cek list dan latihan soal yang bisa dijadikan
sebagai salah satu sumber belajar mahasiswa.
Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu, semoga apa yang sudah
Bapak/Ibu/Saudara lakukan dicatat sebagai amal jariyah oleh
Allah Subhanahu Wata`ala.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik yang bersifat
membangun guna menyempurnakan materi dalam buku ini.
Selanjutnya kami berharap semoga dengan diterbitkannya buku
ini dapat memberi kontribusi bagi kemajuan dunia pendidikan
kebidanan.

Cilacap, Februari 2012

Penulis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


vi BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................ v
Daftar Isi......................................................................... vii
Daftar Gambar................................................................. ix
Daftar Tabel..................................................................... xi
Daftar Diagram................................................................ xiii

BAB 1: Konsep Dasar Persalinan................................ 1


a. Pengertian Persalinan................................................... 1
b. Sebab–Sebab mulainya Persalinan.................................. 2
c. Tahapan Persalinan (Kala I, II, III dan IV)......................... 4
d. Tujuan Asuhan Persalinan............................................. 8
e. Tanda–Tanda Persalinan................................................ 9

BAB 2: Faktor Yang Mempnegaruhi Persalinan......... 11


a. Passage....................................................................... 12
b. Power.......................................................................... 22
c. Passanger.................................................................... 30
d. Psikis (Psikologi)........................................................... 37
e. Penolong Persalinan..................................................... 37

BAB 3: Proses Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Persalinan


a. Proses Adaptasi Fisiologi............................................... 40
b. Proses Adaptasi Psikologi.............................................. 45

BAB 4: Kebutuhan Dasar Selama Persalinan............. 49

BAB 5: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I 73


a. Manajemen Kala I......................................................... 73
b. Asuhan Kala I............................................................... 80

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR vii
BAB 6: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala II 101
a. Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran.......................... 101
b. Mekanisme Persalinan Normal....................................... 106
c. Asuhan Kala II.............................................................. 112
d. Manuver tangan dan langkah–langkah APN.................... 115
e. Kebutuhan ibu kala II.................................................... 124
f. Melakukan amniotomi dan episiotomi............................. 125
g. Deteksi komplikasi & Penyulit Kala II.............................. 128

BAB 7: Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala III........ 137


a. Fisiologi Kala III............................................................ 137
b. Manajemen Aktif Kala III............................................... 139
c. Pemantauan: Kontraksi, Robekan Jalan Lahir &
Perineum, Tanda Vital, Hygiene................................... 142
d. Kebutuhan Ibu Kala III................................................... 143
e. Pendokumentasian Kala III............................................. 144
f. Mendeteksi komplikasi Kala III & cara mengatasi.............. 145

BAB 8: Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala IV........ 157


a. Fisiologi Kala IV........................................................... 157
b. Perkiraan Darah yang Hilang......................................... 157
c. Pemantauan Selama Kala IV.......................................... 158

BAB 9: Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir................. 161


a. Adaptasi Fisiologi BBL terhadap diluar uterus.................. 161
b. Perlindungan Termal..................................................... 169
c.Pemeliharaan pernafasan............................................... 171
d.Perawatan Tali pusat..................................................... 173
e. Pemberian ASI awal...................................................... 177
f. Pencegahan infeksi mata................................................ 179
g. Pencegahan perdarahan................................................ 179
h. Pemberian imunisasi HB 0............................................ 180
i. Pendokumentasian hasil asuhan...................................... 180

Daftar Pustaka................................................................. 253

viii BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR GAMBAR

Gb. 2.1 Panggul Wanita......................................................... 13


Gb. 2.2 Ukuran Panggul........................................................ 16
Gb. 2.3 Genetalia Interna...................................................... 18
Gb. 2.4 Bidang Hodge.......................................................... 19
Gb. 2.5 Cara Mengukur Conjugata Diagonalis......................... 20
Gb. 3.1 Lapisan Otot............................................................ 40
Gb. 4.1 Neurotransmitter Nyeri Persalinan.............................. 58
Gb. 4.2 Titiknyeri Pada Tulang Punggung............................... 59
Gb. 4.3 Nyeri Kala I Awal...................................................... 59
Gb. 4.4 Nyeri Kala I Lanjut.................................................... 59
Gb. 6.1 Posisi Duduk/Setengah Duduk................................... 104
Gb. 6.2 Posisi Merangkak...................................................... 104
Gb. 6.3 Posisi Jongkok / Berdiri........................................... 105
Gb. 6.4 Posisi Berbaring Miring Kekiri................................... 105
Gb. 6.5 Sinklitismus............................................................. 107
Gb. 6.6 Asinklitismus............................................................ 107
Gb. 6.7 Asinklitismus Posterior.............................................. 108
Gb. 6.8 Putaran Paksi Dalam................................................ 110
Gb. 6.9 Ekstensi................................................................... 110
Gb. 6.10 Putaran Paksi Luar.................................................. 111
Gb. 6.11 Ekspulsi.................................................................. 111
Gb. 6.12 Mekanisme Persalinan............................................. 112
Gb. 6.21 Jenis Episiotomy..................................................... 127
Gb. 7.1 Robekan Perineum.................................................... 147
Gb. 7.2 Melakukan Anestesi Lokal.......................................... 150
Gb. 7.3 Kompresi Bimanual Interna........................................ 152

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR ix


 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lama Persalinan................................................ 7


Tabel 2.1 Karakteristik His Persalinan................................ 23
Tabel 6.1 Lima Urutan Perilaku Bayi saat Menyusu
Pertama Kali..................................................... 124
Tabel 7.1 Bristol Trial....................................................... 140
Tabel 7.2 Hinchingbrooke Trial......................................... 140

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR xi


xii BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 8.1 Proses Dekontaminasi Alat............................ 160

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR xiii
xiv BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 1

Konsep Dasar
Persalinan

A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya
terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1) Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri
2) Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan t”aga dari luar
3) Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan :
1) Abortus
a) Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan
b) Umur kehamilan sebelum 28 minggu
c) Berat janin kurang dari 1000 gram

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


2) Persalinan Prematuritas
a) Persalinan pada umur kehamilan 28 – 36 minggu
b) Berat janin kurang 2.499 gram
3) Persalinan Aterm
a) Persalinan antara umur kehamilan 37 – 42 minggu
b) Berat janin ≥ 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
a) Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu
b) Pada janin terdapat tanda serotinus
5) Persalinan Presipitatus
a) Persalinan yang berlangsung cepat kurang lebih 3 jam

B. Sebab–Sebab Mulainya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan
mulai terjadinya persalinan.
Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan pada saat
hamil, yaitu :
1) Estrogen
a) Meningatkan sensitivitas otot rahim
b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rang-
sangan mekanik.
2) Progesteron
a) Menurunkan sensitivitas otot rahim
b) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rang-
sangan oksitosin, rangsangan prostatglandin dan rangsan-
gan mekanik
c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Teori tentang penyebab persalinan :
1) Teori peregangan
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai
c) Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses
persalinan
2) Teori penurunan Progesteron
a) Proses penuaan plasenta mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu
b) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot
rahim menjadi lebih sensitif terhadap oksitosin
c) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori oksitosin internal
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks
c) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka
okstiosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dapat dimulai
4). Teori prostaglandin
a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua
b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbul-
kan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluar-
kan
c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu persali-
nan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


5). Teori hipothalamus – pituitari dan glandula suprarenalis
a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencephalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus.
b) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci perco-
baan, hasilnya kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
c) Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat
hubungan antara hipothalamus dengan mulainya persali-
nan.
d) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya per-
salinan.
Bagaimana terjadinya persalinan, tetap belum dapat diketa-
hui dengan pasti, besar kemungkinan semua faktor beker-
jasama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.

C. Tahapan Persalinan (Kala I, II, III dan


IV)
1. Kala I
a. Yang dimaksud dengan kala I adalah kala pembukaan
yang berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap.
b. Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks mem-
buka lengkap.
c. Kala I dibagi menjadi dua fase yaitu :
1) Fase Laten
Þ Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
Þ Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4
cm
Þ Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam
Þ Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara
20-30 detik

 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2) Fase Aktif
Þ Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsng selama 40 detik atau lebih)
Þ Dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm pada multipara.
Þ Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Þ Fase Aktif: dibagi dalam 3 fase, yaitu:
¤ Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4 cm.
¤ Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4cm
menjadi 9 cm.
¤ Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi
lengkap.
Mekanisme membukanya servicks berbeda antara primigravida
dengan multigravida. Pada Primigravida, Ostium Uteri Internum
(OUI) akan membuka lebih dulu, sehingga servick akan mendatar
dan menipis. Baru kemudian Ostium Internum Eksternum
(OUE) membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit terbuka.
Pada proses persalinan terjadi penipisan dan pendataran servik
dalam saat yang sama.
2. Kala II (Kala Pengeluaran)
Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin
mulai keliahatan, vulva membuka, dan perineum meregang.
Lama kala II pada primigravida adalah dari 1,5 jam sampai

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


dengan 2 jam, sedangkan pada multigravida adalah 0,5 jam
sampai dengan 1 jam.
a. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai dengan
lahirnya bayi.
b. Gejala dan tanda kala II persalinan
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak
3) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan ter-
jadinya kontraksi
4) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan atau vagina
5) Perineum menonjol
6) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
7) Tanda pasti kala II: pembukaan serviks telah lengkap atau
terlihatnya bagian terendah janin di introitus vagina
3. Kala III (Kala Uri)
a. Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
b. Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan plasenta
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal dan akhirnya
lepas dari dinding uetrus. Setelah lepas, plasenta akan turun
ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
c. Tanda-tanda lepasnya placenta adalah:
1) Uterus menjadi bundar.
2) Uterus terdorong keatas, karena placenta dilepas ke
segmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan.

 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


4. Kala IV (Kala Observasi)
a. Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir,
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan post partum.
b. Kala IV dimulai sejak ibu dinyatakan aman dan nyaman
sampai 2jam.
c. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan pascapersalinan sering terjadi pada 2 jam
pertama.
d. Observasi yang dilakukan adalah:
1) Tingkat kesadaran penderita.
2) Pemeriksaan tanda–tanda vital: tekanan darah, nadi,
suhu dan pernafasan.
3) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri
4) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.
Lama persalinan dihitung dari kala I sampai dengan kala III
kemungkinan akan berbeda, di bawah ini adalah tabel perbedaan
lama persalinan antara Nullipara dengan Multipara.

Lama Persalinan
Para 0 Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
14 ½ jam 7 ¾ jam

Tabel 1.1 Lama Persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


D. Tujuan Asuhan Persalinan
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan
aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Fokus utama asuhan
persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya komplikasi dan kemudian menangani kom-
plikasi, menjadi pencegahan komplikasi dan selama pascapersali-
nan terbukti mengurangi kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah :
1) Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam
upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
dengan memberikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
2) Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal.
Berdasarkan tujuan asuhan persalinan di atas, maka disusunlah
kebijakan-kebijakan dalam pelayanan asuhan persalinan:
a) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas
kesehatan terlatih.
b) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai
untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
harus tersedia 24 jam.
c) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia
bagi seluruh petugas terlatih.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka rekomendasi kebijakan
teknis asuhan persalinan dan kelahiran:
a) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagai
bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya
keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.
b) Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan
berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persali-
nan.
c) Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika
benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika
ada infeksi atau penyulit.

 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


d) Manejemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan
dan pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan
oksitosin secara Intra Muskuler (IM), melakukan penegangan tali
pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan masase fundus,
harus dilakukan pada semua persalinan normal.
e) Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap
15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk
memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan
pencegahan perdarahan.
f) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering
diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota
keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.
g) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus
segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatan-
nya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
h) Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus dise-
diakan oleh petugas dan keluarga.

E. Tanda–Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebe-
lumnya wanita memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of
labor), dengan tanda–tanda:
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multigravida tidak begitu kelihatan.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi–
kontraksi lemah dari uterus, disebut “false labor pains”.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 


5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya ber-
tambah bisa bercampur darah (bloody show).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menye-
babkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan ber-
akhir dengan lahirnya pasenta secara lengkap. Belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda dan gejala inpartu :
1. Kontraksi uterus yang semakin lama semakin sering dan teratur
dengan jarak kontraksi yang pendek, yang mengakibatkan
perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
2. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
3. Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan :
a. Pelunakan serviks
b. Penipisan dan pembukaan serviks
4. Dapat disertai ketuban pecah.

10 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB 2

Faktor Yang
Mempengaruhi
Persalinan
Proses persalinan merupakan proses mekanisme yang melibatkan
tiga faktor yaitu: jalan lahir, kekuatan yang mendorong dan
akhirnya janin yang didorong dalam satu mekanis tertentu dan
terpadu. Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan
mengejan) yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan
janin dalam proses persalinan.
Dengan demikian jalan lahir tulang sangat menentukan proses
persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui
tindakan operasi dengan kekuatan dari luar. Yang perlu mendapat
perhatian bidan adalah kemungkinan ketidakseimbangan antara
kepala dan jalan lahir dalam bentuk disproporsi sefalo pelvic.
Sebagai kriteria kemungkinan tersebut terutama pada primigravida
dapat diduga bila dijumpai :
• Kepala janin belum turun pada minggu ke-36 yang
disebabkan janin terlalu besar, kesempitan panggul, terdapat
lilitan tali pusat dan terdapat hidrosefalus.
• Kelainan letak : letak lintang, letak sungsang
• Pada multipara kemungkinan kesempitan panggul dapat
diduga riwayat persalinan yang buruk dan persalinan dengan
tindakan operasi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 11


Dengan mempertimbangan keadaan tersebut dapat diperkirakan
persalinan akan mengalami kesulitan sehingga perlu dikonsultasikan
atau segera dirujuk agar mendapat penanganan yang adekuat.
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi progonosis
persalinan :

A. PASSAGE
Untuk mengetahui mekanisme persalinan, terlebih bdahulu harus
memahami panggul wanita yang memegang peranan penting
dalam persalinan.
Bagian panggul wanita terdiri dari :
1. Bagian keras yang dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu :
a. 2 pangkal paha (os coxae)
b. 1 tulang kelangkang (os sacrum)
c. 1 tulang tungging (os occygis)
2. Bagian lunak: diafragma pelvis, dibentuk oleh :
a. Pars muskularis levator ani, yang terdiri dari:
1) Muskulus pubococcygeus dari os pubis ke septum
annococcygeum
2) Muskulus ileococcygeus dari arcud tendenius musku-
lus levator ani ke os coccygeus dan septum annococ-
cygeum
3) Muskulus ischiococcygeus dari spina ischiadica ke
pinggir os sacrum dan os coccygeus
b. Pars membranasea
1) Hiatus urogenitalis
Þ Terletak diantara muskulus pubococcygues
Þ Berbentuk segitiga
2). Diafragma urogenitalis
Þ Menutupi histus urogrnitalis
Þ Di bagian depannya ditembus oleh uretra dan vagina

12 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


c. Regio Perineum
Merupakan bagian permukaan pintu bawah panggul terbagi
menjadi :
1) Bagian anal: (sebelah belakang)
Terdapat muskulus ani sfingter ani eksternum yang me-
ngelilingi anus dan vagina bagian bawah
2). Regio urogenitalis
Terdapat muskulus ischikavernosus dan muskulus trans-
versus perinei superfisialis

os coxae os sacrum os coccygls

cris
ta

diameter
transversa
satere posterior

spina
diameter

os ischium

pelvis mayor
os pubis
pelvis minor
simfisis pubis

Gambar 2.1 Panggul Wanita Normal

Fungsi umum panggul wanita :


1. Bagian keras :
a. Panggul besar (pelvis mayor) :Menyangga isi abdomen
b. Panggul kecil
¤ Membentuk jalan lahir
¤ Tempat alat genetalia

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 13


2. Bagian lunak
a. Membentuk lapisan dalam jalan lahir.
b. Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi yang
normal saat masih hamil maupun saat nifas.
c. Saat persalinan berperan dalam proses kelahiran dan kala
uri.
Pelvis minor
Pembahasan tentang panggul wanita dalam kebidanan dimaksudkan
adalah panggul kecil yang menentukan jalannya persalinan.
1. Os coxae
Terdiri dari 3 tulang yang berhubungan satu dengan yang
lainnya pada asetabulum, yaitu mangkok tempat kepala os
femoris yaitu :
a. Os ilium
b. Os ischium
c. Os pubis
2. Os scarum
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan
mengecil di bagian bawahnya.
3. Os coccygeus
Berbentuk segitiga dengan 3 sampai 5 buah dan bersatu. Pada
saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang,
sehingga memperluas jalan lahir.
Panggul kecil dalam ilmu kebidanan mempunyai arti yang penting
karena merupakan tempat alat reproduksi dan membentuk jalan
lahir. Jalan lahir berbentuk corong dengan luas bidang yang
berbeda–beda sehingga dapat menentukan posisi dan letak bagian
terendah janin yang melalui jalan lahir.
Ciri–ciri khas jalan lahir adalah sebagai berikut :
1. Terdiri dari empat bidang
a. Pintu Atas Panggul
b. Bidang Terluas Panggul

14 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


c. Bidang Tersempit Panggul
d. Pintu Bawah Panggul
2. Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan de-
ngan sifat:
a. Jalan lahir depan, panjangnya 4,5 cm
b. Jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm
c. Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-
olah berputar 900, dengan bidang putar pintu atas panggul
menjadi pintu bawah panggul terjadi pada bidang sempit
panggul.
d. Pintu bawah panggul, bukan merupakan bidang, akan teta-
pi berupa dua segitiga dengan dasar pada: segitiga belakang
pangkal (dasar) pada tuber ossis ischii dan ujung belakang-
nya os sacrum, sedangkan segitiga depan ujung (puncak)
pada simpisis pubis.

a. Pintu Atas Panggul (PAP)


PAP merupakan bulatan oval dengan panjang ke samping dan
dibatasi oleh :
1) Promontorium
2) Sayap os sacrum
3) Linia terminalis kanan dan kiri
4) Ramus superior ossis pubis kanan dan kiri
5) Pinggir atas simpisis
Pada PAP ditentukan 3 ukuran penting, yaitu :
1) Conjugata vera
Panjangnya sekitar 11 cm, tidak dapat diukur secara lang-
sung, tetapi ukurannya diperhitungkan melalui pengukuran
konjugata diagonalis. Panjang konjugata diagonalis antara
promontorium dan tepi bawah simpisis. Conjugata vera
(CV) = CD – 1, 5 cm. Konjugata Obstetrika: ukuran antara
promontorium dengan tonjolan simpisis pubis.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 15


2) Conjugata diagonalis
Jarak antara kedua linea terminalis (12,5)
3) Conjugata Oblique
Jarak antara arikulasio sacroiliaka menuju tuberkulum
pubikum yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak bisa
diukur pada wanita yang masih hidup.

Articulus sacroilicus

28

lig. sacro-spinosum
13
25
12
lig. sacro-tuberosum
11 Eminentia iliopectinea

Symphysis oss pubis Tuberculum pubicum

Gambar 2.2 Ukuran Panggul

b. Bidang Luas Panggul


Bidang terluas dalam panggul wanita membentang antara
pertengahan simpisis menuju pertemuan os sacrum kedua
dan ketiga. Ukuran muka belakangnya= 12,75 cm dan
ukuran melintang 12,5 cm. Dalam persalinan bidang ini tidak
menimbulkan kesukaran.
c. Bidang Sempit Panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir,
membentang setinggi tepi bawah simpisis menuju kedua spina
ischiadika dan memotong tulang os sacrum setinggi 1 sampai
2 cm diatas ujungnya.

16 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Ukuran muka belakangnya 11,5 cm dan ukuran melintangnya
sebesar 10 cm. Bidang ini merupakan titik putar dari pintu atas
panggul menjadi pintu bawah panggul. Pada kesempitan pintu
bawah panggul, bidang ini mengalami penyempitan.
d. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi
terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama.
1). Segitiga depan : dasarnya tuber osis ischiadika dengan di-
batasi arcus pubis.
2). Segitiga belakang : dasarnya tuber osis ischiadika dengan
dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kanan dan kiri.
Ukuran–ukuran pintu bawah panggul adalah :
1) Ukuran muka belakang
Tepi bawah simpisis menuju ujung tulang os sacrum 11,5
cm.
2) Ukuran melintang
Jarak antara kedua tuber osis ischiadika kanan dan kiri
sebesar 10,5 cm.
3) Diameter sagitalis posterior
Ujung tulang kelangkang ke pertengahan ukuran melintang
(7,5 cm)
e. Sumbu Panggul atau sumbu jalan lahir
Dengan menghubungkan titik tengah bidang pada jalan
lahir akan dijumpai garis melengkung ke depan mulai spina
ischiadika. Jalan lahir merupakan silinder yang melengkung
ke depan, dari pintu atas panggul sampai menjadi pintu bawah
panggul dengan perbedaan panjang 4,5 cm di bagian depan
dan 12,5 di bagian belakang.
Selain itu terdapat perubahan ukuran pintu atas panggul yang
lebih panjang ke samping, dan menjadi pintu bawah panggul
dengan ukuran muka belakangnya lebih panjang. Situasi
demikian seolah-olah terjadi perputaran sembilan puluh derajat
dari pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 17


Setinggi os interna
Segmen
Setinggi os eksterna aktif

Segmen
pasif

Serviks
Vagina

Gambar 2.3 Genetalia interna

f. Sistem Bidang Hodge


Untuk menentukan seberapa jauh bagian terdepan janin turun
ke dasar panggul, Hodge menentukan bidang penurunan
sebagai berikut :
HI : bidang yang sama dengan pintu atas panggul
HII : bidang sejajar dengan HI setinggi tepi bawah simpisis
HIII : bidang sejajar dengan HI setinggi spina ischiadika
HIV : bidang sejajar dengan HI setinggi ujung os Sacrum
Dengan menentukan penurunan sesuai dengan bidang Hodge
dapat ditetapkan kemungkinan persalinan melalui vagina atau
persalinan dengan SC. Bila kepala atau bagian terendah masih
tinggi, di atas bidang HII, persalinan pervaginam sulit dilakukan
tanpa trauma persalinan. Persalinan pervaginam yang aman,
dengan trauma minimal, bila penurunan terendah telah melam-
paui batas HIII.

18 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


S
ym
A
AT
UG K
NJ T RI
O E
TI K ST
JA O B
SE

IOR
A
AT LIS
NA

ER
JUG GO
DIA

E L P OS T
KON ATA
G
NJU
KO

VIS
RO
TE
AN
OP
MI
ERT
ME
Gambar 2.4 Bidang Hodge DIA

g. Ukuran Pangggul
Ukuran panggul penting diketahui terutama pada kehamilan
pertama, sehingga ramalan terhadap jalannya persalinan dapat
dilakukan. Ukuran panggul luar tidak banyak artinya untuk ke-
pentingan persalinan, dapat ditetapkan melalui pemeriksaan:
• Secara klinis dilakukan dengan pemeriksaan dalam
1) Ukuran Pintu Atas Panggul
Dalam pemeriksaan dalam dapat diukur panjang conjugata
diagonalis sehingga konjugata vera = CD – 1,5 cm. Pada
panggul normal promontorium tidak teraba. Bila ukuran CV
diatas 10 cm maka dianggap panggul dalam batas normal.
2) Ukuran Panggul Tengah
Ditentukan dengan mengukur distansia interspinarum
3) Ukuran Pintu Bawah Panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuber osis ischium dari
luar
4) Pemeriksaan Dalam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 19


Pada waktu melakukan pemeriksaan dapat diperkirakan
ukuran panggul bagian dalam dengan memperhatikan apa
yang harus diperiksa :
a). Apakah promontorium dapat diraba dan berapa ja-
raknya.
b). Apakah linea terminalis dapat diraba seluruhnya atau
sebagian.
c). Bagaimana bentuk dinding samping jalan lahir :
(1) Lurus–sejajar
(2) Divergen
(3) Konvergen
(4) Terdapat benjolan tambahan
d). Apakah spina menonjol dan berapa jaraknya
e). Bagaimana keadaan tulang kelangkang
(1) Melengkung atau merata
(2) Terdapat benjolan
f). Bagaimana sudut arcus pubis
(1) Tumpul
(2) Runcing atau tajam

Mengukur konjugata diagonalis


P = Sakral promontory
S = Symphysis pubis

Gambar 2.5 Cara mengukur Konjuga Diagonalis

20 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


• Rongten abdomen dan pelvis
Pemeriksaan Rontgen sudah lama ditinggalkan karena
membahayakan janin, sehingga pemeriksaan dalam menjadi
lebih penting untuk menentukan persalinan.
• Ultrasonografi
i. Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan
pembukaan terutama :
1. Serviks
a. Serviks yang kaku
Þ Terdapat pada primi tua primer atau sekunder
Þ Serviks yang mengalami banyak cacat perlukaan atau
(sikatrik)
b. Serviks gantung
Þ Ostium uteri eksternum terbuka lebar, namun ostium
uteri internum tidak terbuka
Þ Ostium uteri internum terbuka, namun ostium uteri
eksternum tidak terbuka
a. Edema serviks
Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara
kepala dan jalan lahir sehingga terjadi gangguan sirkulasi
darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks
b. Serviks dupleks karena kelainan kongenital
2. Vagina
Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan
persalinan :
¤ Vagina septum : trans vaginal septum vagina, longitudinal
septum vagina
¤ Tumor pada vagina
3. Himen dan Perineum
Kelainan pada himen imperforata atau himen elastik, pada
perineum terjadi kekakuan sehingga memerlukan episiotomi
yang luas.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 21


B. POWER (HIS DAN DAYA HEJAN IBU)
Persalinan dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor
fisik 3 P yaitu Power, Passage dan Passanger dapat bekerja sama
dengan baik. Dengan faktor 3 P tersebut kemungkinan terdapat
penyimpangan atau kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya
persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk
mencapai kelahiran bayi yang baik dan ibu yang sehat. Persalinan
yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan
3 P disebut Persalinan Distocia.
Seperti diketahui bahwa otot uterus terdiri dari tiga lapis yang
teranyam dengan sempurna, yaitu lapisan otot longitudinal di
bagian luar, lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan
otot menyilang diantara keduanya. Dengan susunan demikian,
pembuluh darah yang terdapat diantara otot uterus akan
tertutup rapat saat terjadinya kontraksi pascapersalinan sehingga
menghindari perdarahan.
Pada Faktor Power yang mempengaruhi persalinan adalah :1
1. Kontraksi uterus (his)
Beberapa sifat kontraksi uterus dijabarkan sebagai berikut :
a. Amplitudo
¤ Kekuatan his diukur dengan mmHg
¤ Cepat mencapai kekuatan dan diikuti relaksasi yang
tidak lengkap, sehingga kekuatannya tidak mencapai nol
mmHg.
¤ Setelah kontrkasi otot rahim mengalami retraksi (tidak
kembali ke panjang semula).
b. Frekuensi
Frekuensi yang dimaksud dalam penghitungan his adalah
jumlah terjadinya his dalam 10 menit.
c. Durasi
¤ Lamanya his yang dihitung sejak mulainya his sampai
dengan berakhirnya his.
¤ Diukur dengan detik.

22 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


d. Interval
Yang dimaksud dengan interval dalam his adalah tenggang/
jarak waktu antara kedua his.
e. Kekuatan
Perkalian antara amplitudo dengan frekuensi yang ditetapkan
dengan satuan Montevideo.

A. Karakteristik His Persalinan Sesungguhnya Dan His Persalinan


Palsu

His Persalinan His Palsu


Rasa nyeri dengan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang Tidak ada perubahan interval antara
secara perlahan semakin pendek rasa nyeri yang satu dengan lainnya
Waktu dan kekuatan kontraksi Tidak ada perubahan pada waktu
semakin bertambah dan kekuatan kontraksi
Rasa nyeri dibagian belakang dan Kebanyakan rasa nyeri pada
bagian depan abdomen bagian bawah
Berjalan akan menambah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri
dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat Tidak ada hubungan antara tingkat
kekauatan kontraksi dengan dan kakuatan uterus dengan
intensitas rasa nyeri intensitas rasa nyeri
Menyebabkan penipisan dan Tidak ada perubahan pada serviks
pembukaan serviks

Tabel 2.1 Karakteristik His Persalinan



Ada sifat-sifat anatomik yang unik pada otot miometrium
(dan otot polos lainnya) dibandingkan dengan otot rangka.
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi menjadi
panjang aslinya setelah berkontraksi, namun menjadi relatif
terpaku pada ukuran yang lebih pendek, tetapi tegangannya
tetap sama seperti sebelum kontraksi. Karena semakin
memendeknya serat-serat otot setiap kontraksi segmen atas
uterus (segmen aktif) menjadi semakin menebal pada Kala I
dan Kala II persalinan dan menjadi sangat tebal segera setelah
kelahiran bayi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 23


Kontraksi uterus tidak sama kuat, yang terkuat di fundus
dan terlemah di segmen bawah rahim atau disebut fundus
dominant.
Uniknya, meskipun fisiologis kontraksi otot-otot uterus terasa
sakit. Penyebab rasa nyeri tersebut tidak diketahui dengan
pasti, tetapi beberapa hipotesis tentang penyebab rasa nyeri
dikemukakan sebagai berikut :
• Hipoxia miometrium yang berkontraksi dimana anoxia sel-
sel otot dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut
saraf.
• Kompresi ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah
oleh berkas-berkas otot yang saling mengunci.
• Peregangan serviks pada waktu dilatasi.
• Peregangan peritoneum yang membungkus uterus.
Namun perasaan sakit pada waktu his amat subjektif, tidak
hanya tergantung pada intensitas his, tetapi tergantung pula
pada keadaan mental orangnya. Jika ia tahu apa yang akan
terjadi padanya, tidak ada perasaan takut dan ia dapat menerima
segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi. Ketenangan
ini membuat perasaan sakit hanya sedikit atau sama sekali tidak
terasa.
Kontraksi uterus pada saat persalinan sebagian besar bersifat
otonom, namun kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar
secara fisik, kimia dan psikis.
Terdapat pace maker, yaitu pusat koordinasi his yang berada
pada uterus di sudut tuba atau cornu uteri dimana gelombang
ini berasal. Dari sini gelombang bergerak ke dalam dan ke
bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik mencakup seluruh
otot-otot uterus, sehingga kontraksi ini bersifat terkoordinasi,
simetri dan intermiten.
Durasi/lamanya his dalam persalinan berkisar antara 45–75
detik, intensitas bervariasi dari 20 mmHg – 60 mmHg, rata-rata
sekitar 40 mmHg. Interval teratur, secara bertahap semakin
memendek. Frekuensi minimal 3 X dalam 10 menit.

24 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


B. Perubahan-perubahan akibat his
• Perubahan pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan
dilatasi.
• Perubahan pada ibu
Rasa nyeri karena anoxia sel-sel otot rahim akibat kontraksi
juga ada peningkatan nadi dan tekanan darah.
• Perubahan pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter berkurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama misalnya
pada kontraksi tetanik maka akan terjadi gawat janin.
C. Periode istrahat antara kontraksi
Memberikan kesempatan kepada otot-otot uterus untuk ber-
istirahat. Sebab kontraksi terus menerus dapat menyebabkan
rupture uteri.
• Memberikan kesempatan ibu untuk beristirahat dengan me-
nahan kontraksi uterus yang terus menerus dengan durasi
yang lama.
• Mempertahankan kesejahteraan janin. Pada saat kontraksi
terjadi, pembuluh darah uterus terjepit, kontraksi uterus
yang terus menerus dapat menyebabkan hipoksia janin,
anoksia dan kematian janin dalam uterus.
D. Aktivitas his mempunyai beberapa ciri khas sebagai berikut:
• Saat hamil
Perubahan perimbangan estrogen dan progesteron
menimbulkan kontraksi otot rahim dengan sifat yang tidak
menyeluruh, tidak nyeri, dan berkekuatan 5 mmHg yang
disebut Braxton Hicks. Makin tua kehamilan makin sering
sering kontraksi Braxton Hicks sejak usia kehamilan 30
minggu. Kekuatan kontraksi Braxton Hicks akan menjadi
kekuatan his dalam persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 25


• Kekuatan his kala I
Sifat kontraksi rahim kala I adalah :
¤ Kontraksi bersifat simetris
¤ Fundal dominan, artinya bagian fundus sebagai pusat dan
mempunyai kekuatan yang paling besar
¤ Involunter artinya tidak bisa diukur oleh parturien
¤ Intervalnya makin lama makin pendek
¤ Kekuatannya makin besar dan pada kala II diiukti dengan
refleks mengejan
¤ Diikuti oleh retraksi, artinya, setelah kontraksi panjang
otot uterus tidak kembali ke panjang semula
¤ Setiap kontraksi mulai dari ”pace maker” yang terletak
sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke arah serviks
uteri dengan kecepatan 2 cm/detik
¤ Kontraksi menyebabkan rasa sakit di pinggang, daerah
perut dan dapat menjalar ke arah paha
Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang semakin
berkurang menyebabkan servik bersifat pasif, sehingga
terjadi keregangan (penipisan) seolah-olah janin terdorong
ke arah jalan lahir. Bagian rahim yang berkontraksi dengan
yang menipis dapat teraba atau terlihat, sehingga tidak
melebihi simpisis-pusat.
Pada kala I amplitudo sebesar 40 mmHg, menyebabkan
pembukaan serviks, interval 3-4 menit dan lamanya berkisar
antara 40-60 detik. Akhir kala I ditetapkan dengan kriteria
yaitu: pembukaan lengkap, ketuban pecah dan dapat disertai
refleks mengejan.
• Kekuatan his kala II
Kekuatan his pada akhir kala I atau permulaan kala II
mempunyai amplitido 60 mmHg, interval 3 sampai 4 menit,
durasi berkisar 60-90 detik.
• Kekuatan his kala III
Setelah istirahat sekitar 8 sampai 10 menit rahim berkon-
traksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya, di lapisan

26 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Nitabusch. Pelepasan plasenta dapat dimulai dari pinggir
atau dari sentral dan terdorong ke bagian bawah rahim.
• Kekuatan his kala IV
Setelah plasenta lahir, kontraksi uterus tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60-80 mmHg, kekuatan ini tidak diikuti
oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan terbentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan pembentukan trombus terjadi penghentian perdarahan
pascasalin.
E. Di bawah ini adalah kelainan yang mungkin terjadi pada
kontraksi pada saat persalinan :
• Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang
normal, yang terbagi menjadi :
a. Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya
sudah lemah
b. Inertia uteri sekunder :
Þ His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Þ Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan
mungkin ketuban telah pecah
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap
ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau
merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter
spesialis.
• Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak ter-
dapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania
uteri dapat terjadi :
a. Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam.
Akibat persalinan tersebut kemungkinan akan fatal, di-
antaranya adalah :

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 27


Þ Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
Þ Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan
dalam persalinan
Þ Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan, inversio uteri
Þ Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai
kematian janin dalam rahim.
• Inkoordinasi otot uetrus
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot uterus dapat menye-
babkan sulitnya kekuatan otot-otot uterus untuk dapat me-
ningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam
uterus. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot uetrus tersebut
diantaranya adalah :
a. Faktor usia penderita relatif tua
b. Pimpinan persalinan
c. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d. Rasa takut dan cemas

2. kekuatan mengejan
Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting
pada ekspulsi janin adalah yang dihasilkan oleh peningkatan
tekanan intra-abdomen yang diciptakan oleh kontraksi otot-
otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya ini disebut
mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang
terjadi pada saat buang air besar, tetapi biasanya intensitasnya
jauh lebih besar.
Pada saat kepala sampai pasda dasar panggul, timbul suatu
reflek yang mengakibatkan pasien menutup glotisnya, meng-
kontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya ke
bawah.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan
sudah lengkap dan paling efektif dilakukan sewaktu kontraksi
uterus. Disamping itu, kekuatan-kekuatan tahanan mungkin
ditimbulkan oleh otot-otot dasar panggul dan aksi ligament.

28 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Pada masa sebelum ini, sebagian besar penolong persalinan
akan segera memimpin persalinan dengan menginstruksikan
untuk ”menarik nafas panjang dan meneran” segera setelah
pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran selama 10 detik
atau lebih (meneran dengan tenggorokan terkatup atau
manuver Valsava), tiga sampai empat kali setiap kontraksi.
Hal ini ternyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi
dengan ditandai adanya penurunan denyut jantung janin dan
nilai APGAR lebih rendah dari normal. Meneran seperti itu
diatas, tidak menggambarkan penatalaksanaan fisiologis kala II.
Pada penatalalksanaan fisiologis kala II, ibu memegang kendali
dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya
memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan
benar. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk
melahirkan janin adalah dihasilkan dari kontraksi. Sehingga
meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan
bayi. Cara meneran yang efektif adalah :
a) Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiah
selama kontraksi
b) Beritahukan untuk meneran dengan tidak menahan nafas
c) Minta ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat saat tidak
kontraksi
d) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih
mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke dada dan dagu
ditempelkan ke dada
e) Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong pada saat
meneran
f) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk mem-
bantu kelahiran bayi. Dorongan fundus mengakibatkan dis-
tosia bahu dan ruptur uteri.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 29


C. PASSANGER
Yang dimaksud dengan passanger dalam persalinan adalah: janin,
plasenta dan air ketuban. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi
prognosis persalinan.
1. Janin
Janin aterm mempunyai tanda cukup bulan, 38 sampai 42
minggu dengan berat sekitar 2500 gram sampai dengan
4000 gram dan panjang badan sekitar 50 cm sampai 55 cm.
Pertumbuhan organ sempurna, rambut tumbuh dengan baik,
kulit licin dengan verniks kasiosa yang tipis atau sedikit, rambut
lanugo tumbuh baik, testis sudah turun ke dalam skrotum, pu-
sat penulangan berkembang, labium mayus menutupi labium
minus.
Di dalam uterus, posisi janin sebagai berikut :
• Kepala fleksi ke dada
• Tangan mendekap dada
• Kaki mengadakan fleksi dan mengarah ke perut bayi
Seperti diketahui bahwa bagian terbesar dari janin adalah
kepala, sehingga kepala sangat menentukan jalan persalinan.
Bila kepala bayi dapat melalui jalan lahir, maka bagian badan
mudah dapat menyusul. Oleh karena itu bagian kepala harus
dipelajari dengan seksama.
Kepala janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak.
a. Bagian muka, terdiri dari :
1) Tulang hidung (os nasale)
2) Tulang pipi (os zigomatikum)
3) Tulang rahang atas (os maxillare)
4) Tulang rahang bawah (os mandibulare)
Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat,
sehingga tidak dapat melakukan atau terjadi moulage.
Kedudukan presentasi muka dapat diraba hidung, dagu,
mulut dan rongga mata. Persalinan dengan presentasi muka
sangat sukar berlangsung spontan, karena lingkaran yang
melalui jalan lahir luas dan dagu harus berada di bawah
simpisis.

30 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b. Bagian tengkorak
Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalinan,
yang terdiri dari :
1) Tulang dahi (os frontale) 2 buah
2) Tulang ubun–ubun (os parietale) 2 buah
3) Tulang pelipis (os temporale) 2 buah
4) Tulang belakang kepala (os occipitale)
Diantara susunan tulang terdapat sela tengkorak yang mem-
berikan pergeseran tulang tengkorak tanpa membahayakan
otak janin.
Hubungan tulang tengkorak janin belum merapat, sehingga
kemungkinan mendekat saat persalinan tanpa membaha-
yakan otak, disebut Moulage. Antara tulang tengkorak ditu-
tup jaringan ikat yang disebut sutura.
1) Sutura sagitalis: antara kedua os parietale
2) Sutura koronaria: antara os frontale dan os parietale
3) Sutura lamboidea: antara os oksipitalis dan os parieta-
lis
4) Sutura frontalis : antara kedua os frontalis
Disamping itu terdapat pertemuan antara sutura–sutura
yang membentuk ubun-ubun (Fontanela)
1. Ubun–ubun besar (fontanela mayor)
Þ Bentuk segiempat layang, yang merupakan pertemuan
antara sutura sagitalis, dua sutura koronaria dan sutura
frontalis
Þ Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis
Þ Sebagai penunjuk presentasi puncak kepala
2. Ubun–ubun kecil (fontanela minor)
Þ Dibentuk oleh sutura sagitalis dan dua sutura lamboidea
Þ Sebagai penunjuk presentasi belakang kepala
Sutura dan ubun–ubun akan tertutup pada saat bayi berumur
1,5 sampai 2 tahun.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 31


Menentukan ukuran kepala bayi ditetapkan dengan ukuran
muka belakang dan melintang
a. Ukuran muka belakang
1). Diameter sub oksipito bregmatika
a) Antara foramen magnum dan ubun–ubun besar
b) Jaraknya 9,5 cm
c) Akan melalui jalan lair pada presentasi kepala dengan
lingkaran (sirkumferensia) sub oksipito bregmatika de-
ngan ukuran 32 cm
2). Diameter sub oksipito frontalis
a) Antara foramen magnum dan tulang pangkal hidung
b) Jaranya 11 cm
c) Ukuran yang melalui jalan lahir sirkumferensia sub
oksipito frontalis dengan sikap fleksi sedang, belakang
kepala
3). Diameter fronto oksipitalis
a) Antara titik pangkal hidnung ke jarak terjauh belakang
kepala
b) Jaraknya 12 cm
c) Lingkaran fronto oksipitalis dengan ukuran 34 cm,
dengan presentasi puncak kepala
4). Diameter mento oksipitalis
a) Antara dagu dengan titik terjauh belakang kepala
b) Jaraknya 13,5 cm
c) Lingkaran mentooksipitalis sebesar 35 cm
d) Melalui jalan lahir pada presentasi dahi
5). Diameter submento bregmatika
a) Antara os hioid dengan ubun–ubun besar
b) Jaraknya 9,5 cm
c) Lingkaran submentobregmatika, panjang 32 cm, melalui
jalan lahir pada presentasi muka

32 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b. Ukuran melintang
1). Diameter biparietale
a) Antara kedua tulang parietale
b) Ukuran 9 cm
2). Diameter bitemporalis
a) Antara kedua tulang temporalis
b) Ukuran 8 cm
Postur janin dalam rahim
a. Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan antara bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya dengan tulang punggungnya. Janin
umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung
dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.
Sikap janin bervariasi, tergantung pada presentasinya.
b. Letak Janin
Adalah hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu
panjang ibu. Ada kemungkinan pada letak janin yaitu letak
memanjang, letak membujur dan letak miring/oblique.
c. Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada
di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai dengan palpasi atau
pemeriksaan dalam. Ada 3 kemungkinan pada presentasi janin
yaitu presentasi kepala, bokong dan bahu. Bagian terbawah
janin sama dengan presentasi hanya diperjelas istilahnya.
d. Posisi
Merupakan indikator untuk menetapkan arah jalannya persali-
nan.Tulang tengkorak janin tersusun antara lain dari bagian
muka dan tulang dasar tengkorak, tulang-tulang tengkorak, su-
tura dan ubun-ubun.
Ukuran kepala yang sering digunakan untuk menilai janin antara
lain yaitu diameter kepala dan circumferensia. Ukuran badan lain
yang sering digunakan yaitu diameter dan lingkaran bahu, serta
lebar dan lingkaran bokong.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 33


Selama janin dan placenta berada dalam rahim tidak selamanya
pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan
ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal
antara lain :
• Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus,
janin makrosomia
• Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak, presentasi
muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
• Kelainan letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak
mengolak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki,
kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses per-
salinan dan memiliki ciri sebagai berikut :
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir,
maka bagian lainnya lebih mudah lahir
• Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerak-
kan ke segala arah dan memberikan kemungkinan untuk
melakukan putaran paksi dalam
• Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala
melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami ke-
sulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu
dengan diabetes mellitus, terjadi kemungkinan kegagalan persali-
nan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena
dapat terjadi asfiksia. Persendian leher yang masih lemah dapat
merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala
dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas
dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasar kepala tidak
mempunyai mekanisme moulase, yang dapat memperkecil
volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian kelahiran
kepala dalam letak sungsang atau versi ekstraksi letak lintang
harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang
lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam kondisi defleksi
dengan lingkar kepala yang melalui jalan lahir bertambah panjang
sehingga menimbulkan persoalan baru. Presentasi ganda yang

34 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga
makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfiksia
sampai kematian janin dalam rahim.
2. Plasenta
Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran antara ibu dan janin dan seba-
liknya.
• Hidup anak tergantung pada plasenta
• Tipe Plasenta :
1) Menurut Bentuknya :
a. Plasenta normal
b. Plasenta membranasea (tipis)
c. Plasenta suksenturiata (satu lobus terpisah)
d. Plasenta bilobus (2 lobus)
e. Plasenta trilobus (3 lobus)
2) Menurut perlekatan pd dinding rahim
a. Plasenta adhesiva (melekat)
b. Plasenta akreta (lebih melekat)
c. Plasenta inkreta (sampai ke otot polos)
d. Plasenta perkreta (sampai ke serosa)
• Faal Plasenta :
1) Nutrisi, alat pemberi makanan pada janin
2) Respirasi, alat penyalur zat asam dan pebuangan CO2
3) Produksi, alat menghasilakn hormon
4) Imunisasi, alat penyalur antibodi
5) Barier, alat penyaring obat-obat dan kuman-kuman yang
bisa/tidak bisa melewati uri.
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm X 20 cm
dengan tebal 2,5 cm sampai 3 cm. Berat plasenta sekitar 500
gram. Tali pusat yang menghubungkan plasenta panjangnya
sekitar 25 sampai dengan 60 cm. Tali pusat terpendek yang
pernah dilaporkan adalah 2,5 cm dan terpanjang 200 cm. Letak
plasenta juga akan mempengaruhi progonsis persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 35


3. Air Ketuban (likuor Amnii)
Jumlah air ketuban antara 1000 sampai dengan 1500 ml pada
kehamilan aterm.
Fungsi air ketuban :
a. Saat hamil
o Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan
bebas ke segaa arah
o Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung
o Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin
o Menghindari trauma langsung terhadap janin
b. Saat bersalin
o Menyebarkan kekuatan his sehingg serviks dapat mem-
buka
o Membersihkan jalan lahir karena kemampuan sebagai
desinfektan
o Sebagai pelicin saat persalinan.
c. Faal air ketuban ;
o Untuk proteksi janin
o Mencegah perlekatan janin dengan amnion
o Agar janin dapat bergerak dengan bebas
o Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu
o Menambah sumplai cairan janin, dengan cara ditelan
kemumudian dikeluarkan melalui kencing janin
Peredaran air ketuban terjadi antara lain janin menelan air ketu-
ban kemudian dikeluarkan melalui kencing. Apabila janin tidak
menelan air ketuban maka terjadilah hidramnion. Hidramnion
dapat juga disebabkan oleh :
a) Anensefalus
b) Spina bifida
c) Korioangioma
d) Agenesis ginjal bawaan.

36 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Air ketuban yg normal : 1000-1500 ml, warna agak keruh,
dengan bau khas.
Bila air ketuban keruh : berarti karena tercampur mekonium.

D. PSIKIS (PSIKOLOGI)
Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada
saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan. Khususnya rasa lega itu
berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu.
Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “
sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
1). Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2). Pengalaman bayi sebelumnya
3). Kebiasaan adat
4). Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

E. PENOLONG PERSALINAN
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 37


38 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 3

Proses Adaptasi
Fisiologi dan
Psikologi Persalinan

Sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi pada ibu


selama persalinan. Sangat penting bagi bidan untuk memahami
perubahan–perubahan ini agar dapat mengartikan tanda–tanda dan
gejala persalinan normal dan abnormal. Tindakan pendukung dan
penenang selama persalinan sangatlah penting dalam kebidanan
karena akan memberikan efek yang positif baik secara emosional
ataupun fisiologi terhadap ibu dan janin
Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, placenta dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal
dari pembukaan dan dilatasi servik sebagai akibat kontraksi uterus
dengan frekuensi, durasi dan kekuatan teratur yang mula-mula
kecil kemudian terus menerus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan servik lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin
dari rahim ibu.
Dalam rangka proses persalinan tersebut maka ibu bersalin akan
mengeluarkan banyak energi dan mengalami perubahan-perubahan
baik secara fisiologis maupun psikologis secara alamiah.
Tahap pertama persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlang-
sung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai terjadi pem-
bukaan lengkap Tahap ini berlangsung jauh lebih lama dari pada
waktu yang diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap ini
juga merupakan kunci kesuksesan persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 39


A. Proses Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan Organ Reproduksi
a. Otot uterus
¤ Distribusi otot polos tidak merata di uterus.
¤ Paling banyak di Segmen Atas Rahim (SAR) (perbandingan
otot polos:jaringan ikat= 90:10).
¤ Di Segmen Bawah Rahim (SBR)(20:80), sehingga kon-
traksi uterus paling kuat pada SAR.
¤ Memiliki 3 lapisan anatomis: paling luar (longitudinal
& sirkuler), lapisan tengah berbentuk spiral dan banyak
terdapat vaskularisasi, lapisan dalam berbentuk longitu-
dinal.

AKTIVE
SEGMENT

PASSIVE
SEGMENT

(SERVIX)

VAGINA
LEVEL OF THE INTERNAL OS

LEVEL OF THE EXTERNAL OS

Gambar 3.1 Lapisan otot

40 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b. Kontraksi Uterus
¤ Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun se-
hingga timbul kontraksi
¤ Kontraksi Braxton Hiks mulai dirasakan pada akhir ke-
hamilan
¤ Mulai usia kehamilan 7 minggu, ireguler, tidak tersinkro-
nisasi, fokal, frekuensi tinggi, intensitas jarang
¤ Pada pertengahan kehamilan sampai dengan minggu se-
belum aterm; intensitas semakin meningkat.
c. Keadaan SAR dan SBR
¤ SAR dibentuk oleh Corpus Uteri
¤ SBR terbentuk dari isthmus uteri
¤ Dalam persalinan SAR dan SBR makin jelas
¤ SAR memegang peranan aktif
¤ SBR memegang peranan Pasif.
d. Perubahan Bentuk Rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah pan-
jang sedangkan ukuran melintang berkurang. Pertumbuhan
uterus pada kehamilan dan persalinan.
¤ Berat uterus:
Þ Pada saat sebelum hamil berat uterus sekitar 50 gram
pada nulípara, dan 60-70 gram pada multipara
Þ Pada saat hamil berat uterus akan meningkat menjadi
20 kali lipat menjadi sekitar 1000 gram
Þ Pada kehamilan uterus mengalami hiperplasia yang
dikarenakan adanya pengaruh estrogen, kemudian
mengalami hipertrofi sehingga terjadi perubahan ben-
tuk bundar menjadi silindris.
Þ Otot uterus dipersyarafi oleh: serat adrenergik, koli-
nergik, peptidergik.
Þ Faal ligamentum rotundum dalam persalinan adalah:
pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar
pada tulang punggung berpindah ke depan mendesak
dinding perut depan ke depan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 41


¤ Perubahan pada serviks
Terjadi pendataran dan pembukaan serviks
Þ Pendataran adalah pemendekan dari canalis cervi-
kalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya
beberapa mm sampai 3 cm, menjadi satu lubang saja
dengan pinggir yang tipis.
Þ Pembukaan adalah pembesaran dari ostium externum
yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter
beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui
janin.
Þ Serviks mengandung konsentrasi kolagen yang sangat
tinggi, dan kondisi serviks menutup rapat sampai
sebelum pengeluaran janin.
Þ Setelah persalinan, serviks kembali kaku karena
ikatan antara glikoprotein dengan kolagen.
¤ Perubahan Vagina dan Dasar Panggul
Þ Dalam kala I ketuban ikut merenggangkan bagian atas
vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan
sehingga dapat dilalui oleh anak. Setelah ketuban
pecah, segala perubahan akan terjadi, terutama pada
dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin.
Oleh bagian depan janin yang maju, dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding
yang tipis.
2. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a. Tekanan Darah
¤ Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari
uterus ke dalam sistem vaskuler maternal. Sehingga
meningkatkan cardiac output / curah jantung (volume
darah yang dipompa keluar oleh jantung)10 -15% pada
kala I.
¤ Kenaikan terjadi selama kontraksi (sistolik rata–rata
naik 15 (10-20) mmHg. Diastolik 5-10 mmHg antara
kontraksi tekanan darah kembali normal.
¤ Rasa sakit, takut dan cemas akan meningkatkan tekanan
darah.

42 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b. Detak jantung
¤ Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara
kontraksi detak jantung sedikit meningkat daripada sebe-
lum persalinan.
¤ Denyut nadi pada kala I adalah < 100x / menit.
3. Perubahan Metabolisme (pertukaran zat yang meliputi
pembentukan dan penguraian zat organik dalam tubuh)
• Metabolisme aerobik dan anaerobik akan secara berangsur
meningkat disebabkan kekhawatiran dan aktivitas otot
skeletal. Peningkatan ini direfleksikan dengan peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, output kardiak, pernafasan dan
kehilangan cairan yang mempengaruhi fungsi renal.
4. Perubahan Suhu Tubuh
• Berhubungan karena peningkatan metabolisme,pengeluaran
energi ekstra (berasal dari metabolisme glikogen didalam
otot) terutama saat terjadi kontraksi. Suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan terutama selama dan setelah
persalinan.
• Kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 1-2°F ( 0,5 – 1°C)
• Suhu tubuh kala I berkisar <38°C.
5. Perubahan Pernafasan
• Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, kenaikan
kecil pada laju pernafasan dianggap normal. Hiperventilasi
yang lama dianggap tidak normal.
• Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat
mengenai pernafasan karena angka dan iramanya dipenga-
ruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta peng-
gunaan teknik-teknik bernafas.
6. Perubahan Sistem Renal
• Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin disebab-
kan output kardiak, peningkatan angka filtrasi glomerular
dan peningkatan aliran plasma renal. Protein urin dianggap
biasa dalam persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 43


• Kandung kemih harus sering di evaluasi setiap 2 jam
untuk melihat apakah kandung kencing penuh dan harus
di-kosongkan karena akan memperlambat penurunan
bagian terendah. Selain itu rauma terhadap kandung kemih
dari tekanan yang terus berlangsung akan menyebabkan
hipotoni kandung kemih serta retensi urin selama masa
segera setelah pascasalin.
7. Perbahan Gastrointestinal
• Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara
substansial berkurang selama persalinan.
• Pengeluaran getah perut kurang menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung
menjadi sangat lamban
• Rasa mual dan muntah-muntah biasa terjadi sampai
berakhirnya kala I persalinan.
8. Perubahan Hematologi
Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persali-
nan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan
sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan post partum.
9. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan dimana
terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin.
10. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Akibat peningkatan aktivitas otot menyebabkan terjadinya nyeri
pinggang dan sendi, yang merupakan akibat dari peningkatan
kelemahan sendi saat kehamilan aterm. Pada saat persalinan
ibu bersalinan dapat merasakan kram kaki.

44 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


B. Proses Adaptasi Psikologi
Sekarang disadari bahwa penyakit dan komplikasi obstetrik tidak
semata–mata disebabkan oleh gangguan organik. Beberapa di-
antaranya ditimbulkan atau diperberat oleh gangguan psikologik.
Latar belakang timbulnya penyakit dan komplikasi dapat dijumpai
dalam pelbagai tingkat ketidakmatangan dalam perkembangan
emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan situasi tertentu yang sedang diha-
dapi, dalam hal ini khususnya kehamilan, persalinan dan nifas.
Karena rasa nyeri dalam persalinan sejak zaman dahulu sudah
menjadi pokok pembicaraan diantara wanita maka banyak
calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan
perasaan takut dan cemas. Tidaklah mudah untuk menghilangkan
rasa takut yang sudah berakar dalam itu, akan tetapi bidan dapat
berbuat banyak dengan membantu para wanita yang dihinggapi
perasaan takut dan cemas. Sejak pemeriksaan kehamilan pertama
kali bidan harus dengan kesabarannya meyakinkan calon ibu bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal dan wajar.
Dia tidak hanya harus menimbulkan kepercayaan, akan tetapi
harus pula menimbulkan anggapan atau perasaan pada wanita
bersangkutan bahwa bidan adalah seorang kawan yang ahli dalam
bidangnya dan yang sungguh-sungguh berkeinginan mengurangi
rasa nyerinya serta menyelamatkan ibu dan anak.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap seorang wanita terhadap
kehamilan dan persalinannya mempengaruhi kelancaran persali-
nan. Hal itu telah ditemukan oleh Read, yang mencoba menjawab
dua pertanyaan berikut:
1. “Apakah suatu perslinan lancar karena seorang wanita tenang,
atau ia tenang karena persalinan lancar?”
2. “Apakah seorang wanita menderita nyeri dan ketakutan karena
persalinannya sukar, ataukah persalinannya nyeri dan sukar
karena ia ketakutan?”
Akhirnya Read mengambil kesimpulan bahwa ketakutan merupa-
kan faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri dalam persalinan
yang seyogianya normal tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 45


mempunyai pengaruh yang tidak baik pula terhadap his dan
lancarnya pembukaan.
Berdasarkan gagasan tersebut di atas lahirlah apa yang disebut
dengan natural Childbirth atau Physiological Childbirth, yang
kemudian diubah menjadi Childbirth Without Fear. Aliran ini
dipelopori oleh Read sendiri. Kemudian usaha yang hampir sama
dengan psikoprofilaksis datang dari Perancis ( Lamaze 1954 ), dan
dari Rusia (Pavlov, 1995 ). Tujuan usaha ini ialah untuk–dalam
masa hamil-mendidik wanita menghilangkan perasaan takut.
Selain persiapan mental dengan penjelasan teratur dan sederhana
tentang proses reproduksi, kepada wanita diajarkan dan diberikan
latihan–latihan untuk lebih menguasai otot–otot, istirahat dan
pernafasan.
Fenomena psikologis yang menyertai proses persalinan ber-
macam-macam. setiap wanita biasanya memiliki disposisi kepriba-
dian yang definitif dan mewarnai persalinan bayinya. Apa yang
terjadi saat persalilnan secara langsung mempengaruhi psikolo-
gis dalam kelahiran. Perasaan dan sikap seorang wanita dalam
melahirkan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya perbedaan struktur sosial, budaya dan agama serta ke-
siapan ibu dalam menghadapi persalinan, pengalaman masa lalu,
support sistem dan lingkungan. Partisipasi dan keterlibatan aktif
seorang ibu selama persalinan merupakan persiapan alami dalam
menerima seorang bayi. Mereka menganggap sebuah persalinan
adalah pengalaman yang penuh dengan perasaan dan melibatkan
seluruh anggota keluarga, biasanya anggota keluarga ikut dalam
penyuluhan pra persalinan dan ikut mengambil keputusan dalam
perencanaan tindakan persalinan. Anggota keluarga merasakan
kegembiraan ketika melihat kelahiran seorang bayi yang sebelum-
nya merasa cemas dan kuatir akan kemampuan sang ibu dalam
menaggulangi rasa sakit pada proses persalinan. Ada beberapa
wanita menganggap bahwa persalinan adalah pengalaman yang
tidak menyenangkan, ketika merasakan sakit.

46 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Perubahan-perubahan Psikologis yang terjadi pada masa
persalinan :
1) Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan ke-
gembiraan disaat-saat merasakan kesakitan-kesakitan pertama
menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa ke-
legaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi
suatu “realistas kewanitaan” sejati: yaitu munculnya rasa bang-
ga melahirkan anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung
ketika proses persalinan mulai, mereka seolah-olah mendapat-
kan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti” ibu kini benar-benar akan
terjadi atau terealistir secara konkret.
2) Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak
sabar mengikuti irama naluriah, dan mau mengatur sendiri, bi-
asanya mereka menolak nasehat-nasehat dari luar. Sikap-sikap
yang berlebihan ini pada hakekatnya merupakan ekspresi dari
mekanisme melawan ketakutan. Jika rasa sakit yang dialami
pertama-tama menjelang kelahiran ini disertai banyak ketega-
ngan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan,
atau disertai kecenderungan-kecenderungan yang sangat kuat
untuk lebih aktif dan mau mengatur sendiri proses kelahiran
bayinya, maka :
• proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari yang normal
dan spontan.
• prosesnya akan sangat terganggu danmerupakan kelahiran
yang abnormal.
Sebaliknya juga jika wanita yang bersangkutan bersikap sangat
pasif / meyerah dan keras kepala, tidak bersedia memberikan
partisipasi sama sekali, maka sikap ini bisa memperlambat
proses pembukaan dan pendataran servik, juga mengakibatkan
his menjadi sangat lemah bahkan berhenti secara total dan
proses kelahiran itu menjadi sangat terhambat dan harus
diakhiri tindakan.
3) Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada
pada lingkungan yang baru/asing, diberi obat, lingkungan RS
yang tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 47


kehilangan identitas dan kurang perhatian. Beberapa wanita
menganggap persalinan lebih tidak realistis sehingga mereka
merasa gagal dan kecewa.
4) Pada multigravida sering kuatir/cemas terhadap anak-anaknya
yang tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat banyak
untuk menghilangkan kecemasan ini.
Suami atau pasangan dapat memberikan perhatian dan tempat
mereka untuk berbagi. Banyak hal yang mempengaruhi
pasangan dalam memberikan perhatian diantaranya status sosial
atau gender, beberapa wanita bisa menjadi kuat dan mampu
untuk melalui proses persalinan dengan support dari pasangan.
Perhatian pasangan merupakan tingkatan yang paling dasar
menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan ini.
Pendekatan dan motivasi pada pasangan bisa dilakukan oleh
bidan sejak ANC, dilakukan untuk membangun kekuatan untuk
mengungkapkan perhatian yang merupakan kebutuhan dari
seorang wanita dalam menghadapi persalinan. Ini akan sangat
berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan yang terbaik
bagi bayi mereka.

48 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


BAB 4

Kebutuhan Dasar
Selama Persalinan

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi


ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakit-
kan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut
seorang wanita memerlukan dukungan selama persalinan. Karena
dukungan emosional selama persalinan akan menjadikan waktu
persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan meng-
hasilkan persalinan yang baik.
Dengan dilakukannya asuhan intrapartum yang tepat akan dapat
mencegah sebagian besar penyebab-penyebab kesakitan dan ke-
matian ibu.
Untuk itulah dalam suatu persalinan seorang wanita membutuhkan
dukungan baik secara fisik maupun emosional untuk mengurangi
rasa sakit dan ketegangan dengan pengaturan posisi yang nyaman
dan aman bagi ibu dan bayinya.
Adapun 5 kebutuhan wanita bersalin adalah
1. Asuhan tubuh dan fisik
2. Kehadiran seorang pendamping
3. Pengurangan rasa nyeri
4. Penerimaan terhadap perilaku dan tingkah lakunya
5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 49


PERAWATAN FISIK
Asuhan fisik yang diberikan pada wanita dalam persalinan dapat
berupa: memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan ke kamar
mandi secara teratur, pencegahan infeksi, membuat ibu senyaman
mungkin dengan posisi yang ia inginkan.
1. Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan
berganti pakaian, atau bila tidak cukup dengan menyeka tu-
buhnya dan mengganti pakaiannya. Baju yang bersih dan
terbuat dari bahan katun akan membuat ibu merasa nyaman.
Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi atau
mouthwash.
2. Posisi
Rasa sakit akibat kontraksi akan semakin terasa sesuai dengan
bertambahnya pembukaan serviks. Ibu mungkin memerlukan
bantuan untuk mencari dan menemukan posisi yang nyaman.
Ada beberapa posisi tertentu yang dapat membantu mengurangi
rasa sakit, misalnya posisi duduk, bersandar tegak, bersandar ke
depan, berlutut ke depan, mengurut punggung atau bersandar
pada suami.
Pada kala I, biasanya secara naluri ibu bergerak mencari posisi
yang nyaman dan tetap pada posisi tersebut selama kala I.
Posisi yang dianjurkan adalah:
a. Berdiri di belakang meja dengan rileks

50 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Berdiri di belakang meja dengan rileks. Letakkan tangan
pada sandaran kursi. Kondisi ini dapat menolong selama
kontraksi jika ibu masih dapat berjalan.
b. Berdiri menghadap pasangan

Ibu berdiri menghadap suami dan lingkarkan lengan pada


lehernya, suami dapat diminta untuk dapat memijat ping-
gangnya.
c. Ibu bersandar pada punggung suami secara rileks

Ibu menyandarkan punggung pada suami dengan rileks dan


suami dapat mendinginkan wajah dengan washlap.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 51


d. Duduk di kursi menggunakan bantal menghadap ke be-
lakang.

Ibu duduk di kursi menggunakan bantal, lengan diletakkan


pada sandaran kursi dan menghadap ke belakang, suami
dapat memijat lembut punggung ibu.
e. Rileks dengan posisi menungging dan merebahkan kepala
pada bantal.

Ibu rileks dengan posisi menungging dan merebahkan


kepala pada bantal, suami dapat mengusap lembut bagian
punggung.
3. Kontak fisik
Ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi mungkin akan
merasa nyaman denagn kontak fisik. Suaminya hendaknya dian-
jurkan untuk memegang tangannya, menggosok punggungnya,
menyeka wajahnya dengan washlap atau hanya mendekapnya.
Bidan harus peka terhadap keinginan ibu dan menghormati-
nya. Suatu saat mungkin ada baiknya untuk meninggalkan
kedua pasangan itu sendirian jika mereka menginginkannya.

52 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


4. Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama
persalinan mungkin akan merasakan pijatan yang sangat
meringankan. Bidan atau suami ibu bisa melakukan pijatan
melingkar di bagian lumbosacralnya dengan menggunakan
bedak atau body lotion untuk mengurangi friksi. Pijatan
mendalam diberikan dengan menggunakan tekanan dengan
telapak tangan, buku jari atau benda-benda seperti bola tenis.
Sebagian wanita mungkin akan merasakan pijatan pada
abdominal menyenangkan, elusan ringan di atas seluruh perut
dengan menggunakan kedua tangan dan dengan ujung jari
menyentuh symphisis pubis, melintas di atas fundus uteri dan
kemudian turun ke kedua sisi perut. Sebagian mungkin lebih
menyukai teknik kedua tangan yang sama melintasi bagian
bawah abdomen dimana rasa nyeri kontraksi uterus biasanya
dirasakan. Wanita juga suka melakukannya sendiri.
5. Perawatan kandung kemih dan perut
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih paling sedikit setiap
2 jam, atau lebih sering jika terasa ingin berkemih atau jika
kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung kemih pada
saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat/palpasi tepat
di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih
penuh. Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar
mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi, berikan
wadah penampung urin. Kandung kemih yang penuh akan
menyebabkan memperlambat turunnya bagian terbawah janin
dan mungkin menyebabkan partus macet, menyebabkan ibu
tidak nyaman, meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan
yang disebabkan atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan
distosia bahu, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca
persalinan. Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan
untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung
kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 53


DUKUNGAN PERSALINAN
Asuhan psikologis selama persalinan meliputi: memberikan du-
kungan emosional kepada ibu, memberikan kesempatan kepada
ibu untuk memilih pendamping selama persalinan, mengucapkan
kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, bersikap
dan bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama
persalinan.
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan
ciri dari asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung artinya ke-
hadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang ber-
langsung. Dukungan tersebut antara lain meliputi:
a. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat
membantu wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap
bidan adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada
bentuk fisik lingkungan tersebut. Ruangan persalinan harus
dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi keadaan
darurat bisa ditangani denagn cepat dan efisien. Wallpaper
dan gordin yang menarik akan dengan warna yang sejuk dan
penggunaan tirai untuk menutup peralatan akan mengurangi
keangkeran dari ruangan tersebut. Lampu haruslah mudah
dipindah-pindah. Banyak wanita merasa lebih suka dengan
penerangan redup atau setengah gelap pada saat berada dalam
ruangan persalinan, tetapi tetap harus disediakan lampu untuk
membantu saat bidan melakukan penjahitan perineum. Bidan
harus berusaha memastikan agar orang yang masuk ke dalam
ruangan persalinan bisa sesedikit mungkin dan harus diarahkan
untuk menjaga suasana yang santai dan hening.
b. Pendamping persalinan
Asuhan kebidanan berupa dukungan persalinan Kala I dapat
diberikan dengan cara menghadirkan orang yang dianggap
penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat. Suami
dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung
dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan
bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya adalah

54 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


orang yang peduli pada ibu, yang paling penting adalah orang-
orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya
selama persalinan. Di beberapa tempat, hanya wanita yang
boleh menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya
lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami menjadi pendamping
dalam persalinan bahkan menolong persalinan.
c. Mobilitas
Ibu dianjurkan untuk merubah posisi dari waktu ke waktu agar
merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan lebih
cepat karena ibu merasa menguasai keadaan.
d. Pemberian informasi
Suami harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan
persalinan dan perkembangannya selama proses persalinan.
Setiap pengobatan atau intervensi yang mungkin dan akan
dilakukan harus dijelaskan terlebih dahulu. Ibu dan suaminya
dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
e. Tehnik relaksasi
Jika ibu telah diajarkan teknik-teknik relaksasi ia harus diingatkan
mengenai hal itu dan didukung sewaktu ia mempraktekkan
pengetahuannya.
f. Percakapan (komunikasi)
Bila seorang ibu berada sedang dalam persalinan, akan ada
waktunya untuk bercakap-cakap dan ada waktunya untuk
diam. Wanita yang sedang dalam proses persalinan fase aktif
akan menyukai ketenangan. Pada tahap ini seorang wanita
akan merasa lelah dan setiap kontraksi akan memerlukan
konsentrasi penuh dan semua cadangan emosional fisik yang
bisa dikerahkannya. Ia mungkin akan menutup matanya dan
ingin sendirian pada tahap ini. Jika ibu menyadari apa yang
terjadi pada dirinya ia akan berkonsentrasi pada kemajuan
persalinannya dan percakapan yang tidak bermanfaat tidak
dibutuhkannya, melainkan sentuhan dan ekspresi wajah akan
lebih penting.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 55


g. Dorongan semangat
Bidan harus berusaha memberikan dorongan semangat kepada
ibu selama proses persalinannya. Sebagian besar wanita akan
mencapai suatu tahap dimana mereka merasa tidak bisa
melanjutkan lagi proses persalinannya dan merasa putus asa.
Hanya dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut
setelah tiap kontraksi atau beberapa kata pujian non-verbal
sering sudah cukup memberi semangat. Ibu yang dibuat
merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan
besar biasanya akan merespon dengan terus berusaha. Bidan
yang ketrampilan komunikasinya sudah terlatih baik dan yang
memberi respons dengan kehangatan dan antusiasme biasanya
akan berhasil dalam hal ini.

PENGURANGAN RASA SAKIT


Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah ke-
ringanan rasa sakit. Sebelum kita meembahas tentang bagaimana
mengurangi rasa sakit pada persalinan, maka perlu kita bahas
tentang fisiologi rasa sakit pada persalinan.
1. Asal nyeri persalinan
Rasional terhadap keberadaan nyeri persalinan, khususnya un-
tuk nyeri sebenarnya menunjukkan adanya kemungkinan ada-
nya kerusakan. Ikatan antara nyeri dan patologi bersifat meluas,
yang tidak sesuai dalam konteks persalinan. Dalam menguji
nyeri makna nyeri dalam istilah umum dan pengaruhnya dalam
menghadapinya, tiga hal pokok yang muncul sebagai dasar
dalam mengidentifikasi makna nyeri, tiga pokok utama terdiri
dari rasa koheren atau tujuan untuk peristiwa kehidupan, se-
lama itu seseorang berusaha untuk menempatkan pengalaman
nyeri kedalam seluruh pandangan hidupnya. Hal pokok kedua
yang ditemukan oleh Taylor dan yang telah disebutkan dalam
persalinan, adalah kebutuhan akan rasa pengendalian pengala-
man. Hal pokok terakhir juga relevan dengan persalinan, terdiri
dari pencarian individu untuk merasa baik akan dirinya dengan
menggunakan pengalaman untuk mencapai pemenuhan diri.

56 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


• Nyeri pada persalinan tanpa komplikasi
Nyeri persalinan biasanya dikaitkan dengan regangan
tekanan, dan robekan struktur–struktur lokal. Walaupun
karakteristik yang berbeda dikaitkan dengan nyeri pada kala
persalinan yang berbeda, tidak jelas apakah karakteristik
ditentukan oleh pengkajian nyeri, oleh status emosional
wanita.
• Nyeri pada persalinan dengan komplikasi
Pada persalinan yang timbul dengan komplikasi, ibu dapat
menghadapi nyeri derajat lain. Nyeri tambahan, mungkin
dengan tanda dan gejala lain, dapat menunjukkan komplikasi
yang mengancam kesejahteraan bayi, ibu dan keduanya.
2. Jalur rasa nyeri pada persalinan
Jalur rasa sakit atau jalan indra ke atas bermula di ujung syaraf
pengindra di tempat terjadinya trauma. Impuls tersebut menjalar
sepanjang syaraf perasa menuju simpul syaraf belakang (dorsal
root ganglion) dari syaraf belakang yang bersangkutan dan
diteruskan ke massa syaraf belakang (posterior horn) dari
kumpulan syaraf tulang punggung (sinal cord), dikenal dengan
neuron pertama (first neuron).
• Nyeri yang akut
Sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang
merupakan serabut syaraf besar yang menampung rasa
nyeri yang akut. Rasa sakit jenis ini akan dirasakan sebagai
nyeri yang menusuk yang dengan mudah dapat dilokalisir
oleh penderitanya.
• Nyeri yang Kronis
Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-
serabut syaraf yang terlibat adalah syaraf yang diameternya
lebih kecil dan disebut serabut C. Nyeri kronis sering
digambarkan sebagai sakit yang membakar yang sulit
dilokalisir.
• Neurotransmitter
Pengiriman rangsangan syaraf dilakukan atau dihambat
oleh zat-zat yang disebut neuro transmitter. Zat-zat ini
bisa ber-sifat merangsang (excitatory) atau menghambat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 57


(inhibitory). Mereka berinteraksi untukmempertahankan
keseimbangan penalaran rasa nyeri. Salah satu contoh dari
neorotransmitter ini adalah acetylcholine dan satu contoh
dari inhibitory neorotransmitter ialah enkephaline. Larutan
anestesi lokal bertindak dengan bersaing untuk mencapai
reseptor accttycholine pada neurone dan membendung aksi
tersebut.
cerebral cortex

Internal capsule
3st neurone
Thalamus

Basal ganglia

Pons varolii
Sensory decussation
2st neurone
Nerve cells in
medulla oblongata

Posterior root Sensory nerve ending


ganglion in skin (receptor)
Posterior (or dorsal)
horn containa
substantia gelatinosa
Anterior aspect
of spinal cord

1st neurone

Gambar 4.1. Neurotransmitter nyeri persalinan

Jalur pengindraan yang memperlihatkan struktur yang terlibat


didalam menyadari rasa sakit
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung
saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri
disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi
perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa impuls
sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal
kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang
pertama (T10 sampai L1). Nyeri dari perineum berjalan melewati
serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan
mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan
keempat (S2 sampai S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim

58 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


dan perineum ini membuat hubungan sinapsis pada kornu medula
spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan saluran
spinotalamik. Selama bagian akhir dari Kala I dan di sepanjang
Kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga
perineum saat bagian janin melewati pelvis.

T-10
T-11
T-12
L-1

S-2
S-3
S-4

Gambar 4.2. Titik-titik nyeri pada tulang punggung

Jalur rasa nyeri dalam persalinan,yang memperlihatkan tempat-


tempat dimana rasa nyeri bisa dicegah dengan teknik anestesi
lokal.

A B C A B C

L1
L1
L3
L3
L5
L5

EARLY FIRST STAGE: Poin intensity moderate LATE FIRST STAGE: Poin Intensity Severe

Gambar 4.3 Nyeri Kala I awal Gambar 4.4 Nyeri Kala I lanjut

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 59


Syarat–Syarat metode pengurangan rasa sakit yang diberikan
selama dukungan persalinan ialah:
• Caranya sederhana
• Efektif
• Biayanya rendah
• Resikonya rendah
• Dapat meningkatkan kemajuan persalinan
• Hasil luaran janinnya baik
• Bersifat sayang ibu
Penny Simpkin mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini
ialah:
1. Mengurangi sakit langsung dari sumbernya.
2. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.
3. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan fisik ibu ter-
hadap rasa sakit.
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa
sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual
terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui,
rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa
pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat
meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang
lalu juga akan menambah kecemasan.
2. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang
secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam
menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya
diri.
3. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan

60 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir
rasa sakit.
4. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi
rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stoicisme (sabar
dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong
keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
5. Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita
yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya
dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah per-
siapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia
akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukan-
nya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.
Berikut beberapa cara untuk mengurangi rasa nyeri akibat
kontraksi sebelum proses persalinan terutama pada kala I:
1. Kompres panas
Sebuah studi kecil mengenai kompres panas yang diletakkan
di fundus menemukan bahwa tindakan ini akan meningkatkan
aktivitas rahim. Kompres panas meningkatkan suhu kulit lokal,
mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri. Yang
harus diperhatikan adalah panas dari alat kompres harus dapat
dirasakan senyaman mungkin oleh pendamping persalinan.
Karena wanita dalam persalinan dapat tidak bereaksi terhadap
panas yang berlebihan.
Cara pemberian kompres panas adalah sbb:
a. Bungkus sumber panas dengan satu atau dua lapis handuk
untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu panas.
b. Letakkan handuk basah hangat, bantalan panas, kantong
pasta silika yang dipanaskan, atau botol air panas di
perut bagian bawah, paha, punggung bawah, bahu, atau
perineum.
Kompres panas tidak dapat digunakan jika wanita melaporkan
merasa tidak nyaman dengan panas atau sedang demam dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 61


ketika bidan merasa khawatir terhadap kemungkinan terjadi
bahaya akibat panas tersebut.
2. Kompres dingin
Kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri
sendi dan otot, mengurangi pembengkakan dan menyejukkan
kulit. Kompres dingin akan membuat baal daerah yang terkena
dengan memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-neuron
sensorik.
Cara pemberian kompres dingin adalah sbb:
a. Bungkus sumber dingin dengan satu atau dua lapis handuk
untuk memastikan sumber tersebut tidak terlalu dingin dan
tindakan ini menghindari rasa tidak nyaman yang mendadak
yang akan terjadi jika benda dingin langsung diletakkan pada
kulit dan memungkinkan toleransi dari rasa sejuk menjadi
rasa dingin.
b. Letakkan sumber kompres dingin pada punggung bawah
atau perineum (kantong es, kantong jeli, kain basah yang
didinginkan, botol plastik beku).
c. Pasang sabuk kantong jeli di punggung bawah, sehingga
memungkinkan wanita dapat bergerak bebas.
d. Kompres dingin pada anus membantu mengurangi rasa
nyeri yang terjadi karena hemoroid.
Kompres dingin tidak dapat digunakan jika wanita tersebut
tidak menginginkannya dan ketika wanita mengatakan bahwa
penggunaan kompres dingin tidak membantu atau justru malah
mengganggu.
3. Hidroterapi
Selain mengurangi ketegangan nyeri otot dan sendi, hidroterapi
mengurangi efek gravitasi bersama ketidaknyamanan yang
berkaitan dengan tekanan pada panggul dan struktur lain,
tekanan yang merata pada bagian tubuh yang terendam dan
kehangatan seringkali menghasilkan penurunan nyeri dan
kemajuan persalinan aktif yang lebih cepat.
Jika menggunakan bak mandi, pastikan bahwa air yang
digunakan berkisar antara 370C–37,50C, karena air yang

62 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


lebih hangat dapat meningkatkan suhu tubuh wanita dan
mengakibatkan takikardi.
Pemantauan janin yang digunakan pada hidroterapi ini adalah
dengan menggunakan doppler genggam yang kedap air.
Hidroterapi tidak dapat digunakan jika keseimbangan atau
kemampuan berdiri wanita tidak memadai karena pengaruh
obat-obatan atau sebab-sebab lain, apabila terjadi perdarahan
atau gawat janin, pada saat pembukaan lengkap dan tidak
ada rencana untuk melahirkan di dalam air, jika wanita sudah
mendapatkan anestesia epidural untuk nyerinya.
4. Counterpressure
Tekanan yang terus menerus dilakukan selama kontraksi pada
tulang sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan atau
peremasan pada kedua pinggul membantu mengurangi nyeri
pungung yang dirasakan oleh wanita melahirkan. Belum jelas
bagaimana hal ini membantu tetapi penekanan ini sangat
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Pada peremasan
panggul dapat mengurangi regangan yang terjadi pada sakro
iliaka sehingga mengurangi tegangan-tegangan yang terjadi
akibat penekanan internal dari kepala janin. Counterpressure
tidak dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan ini tidak
dapat menolong mengurangi rasa nyeri yang di deritanya.
Bentuk masase yang kita gunakan setiap hari untuk mengatasi
trauma minor seperti benjol tentu saja dapat dilakukan sendiri.
Namun masase yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian
umum biasanya dilakukan oleh orang lain.
Gerakan–gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilaku-
kan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong ke
depan dan kebelakang meggunakan tenaga, menepuk–nepuk,
meremas–remas, dan gerakan meliuk–liuk, setiap gerakan
menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan di bawah-
nya.
5. Penekanan lutut
Tekanan langsung melalui tulang paha ke arah satu atau dua
sendi pinggul melepaskan sendi sakro iliaka dari ketegangan
dan dapat mengurangi rasa nyeri. Penekanan lutut tidak dapat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 63


digunakan jika wanita mengalami nyeri sendi, peradangan atau
kerusakan pada lutut dan ketika wanita mengatakan penekanan
lutut tidak membantu mengurangi rasa nyeri.
Penekanan lutut dilakukan dengan cara:
a. Wanita dengan posisi duduk :
Wanita duduk tegak di kursi, kaki harus ditempatkan di
lantai, jika tidak sampai, gunakan buku atau penyangga lain
sehingga kaki bisa menapak. Pasangan atau bidan berlutut
didepan wanita dan memegang lutut dan menekan lutut
sepanjang kontraksi. Wanita akan merasakan punggung
terasa lega dan nyerinya berkurang.
b. Wanita dengan posisi berbaring miring dengan satu atau
dua bantal menyangga lutut:
Diperlukan 2 orang, tekanan hanya pada lutut yang terle-
tak di bagian atas. Wanita menekuk lutut atas dan sendi
pinggul sampai membentuk sudut 900. Satu orang menekan
sakrum wanita selama kontraksi untuk menstabilkannya dan
yang lain menekan lutut atas langsung kearah sendi pinggul
wanita.
6. Pengeluaran suara (pernafasan)
Teknik pernafasan yang tepat dapat mengurangi rasa sakit
persalinan. Teknik pernafasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
teknik pernafasan pada kala I awal dan teknik pernafasan pada
kala I akhir.
a. Teknik pernafasan kala I awal
Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai
akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam
dan teratur melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada
puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan pendek-
pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa
mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.
b. Teknik pernafasan kala I akhir
Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit
dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu
awal minta ibu untuk mengatakan “huh-huh, pyuh”, sambil
bernafas pendek-pendek lalu bernafaslah panjang. Setelah

64 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini
merupakan masa yang paling sulit karena kontraksi akan
sangat kuat, tetapi serviks belum membuka seluruhnya.
Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulu
karena akan menyebabkan serviks oedema.
Macam–macam Posisi dan Teknik Pernafasan untuk Mengurangi
Rasa Sakit karena Kontraksi Uterus pada Persalinan Kala I
• Ibu berdiri di belakang kursi dengan rileks dan letakkan
tangan pada sandaran kursi.
• Ibu berdiri menghadap pasangannya dan lingkarkan lengan
pada lehernya Mintalah pasangan ibu untuk melingkarkan
lengannya dan memijat lembut punggung ibu.
• Sandarkan punggung ibu pada pasangannya dan pasangan
dapat mendinginkan wajah ibu dengan waslap.
• Ibu duduk di kursi menggunakan bantal dan menghadap ke
belakang. Letakkan lengan ibu pada sandaran kursi. Minta
pasangannya untuk memijat lembut punggung ibu.
• Ibu rileks dengan posisi menungging dan rebahkan kepala
pada bantal. Minta pasangan ibu untuk mengusap lembut
pada bagian punggung
• Ibu duduk bersila dengan salah satu tangan diletakkan di
dada dan tangan yang lain di perut. Kala I awal tarik nafas
dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan keluarkan
melalui mulut. Pada kala I akhir, katakan “huh-huh, pyuh”
sambil bernafas pendek-pendek, lalu bernafas panjang
secara perlahan dan teratur.
Keuntungan dari posisi ini adalah
• Peredaran darah balik ibu bisa berjalan lancar. Pengiriman
oksigen dalam darah dari ibu kejanin melalui plasenta juga
tidak terganggu.
• Kontraksi uterus akan lebih efektif
• Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan per-
salinan
• Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan
berlangsung secara perlahan–lahan sehingga persalinan
berlangsung lebih nyaman.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 65


Kerugiannya :
• Memerlukan bantuan untuk memegangi paha kanan ibu.
7. Visualisasi dan pemusatan perhatian
Para penggagas metode ini percaya melahirkan dapat me-
nyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam proses
persalinan. Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan
menggunakan otak kiri. Di sisi lain, otak kanan yang menyimpan
memori tentang keindahan, keyakinan, imajinasi, dan fantasi
sering tidak diberdayakan. Padahal, dengan otak kanan kita
mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit
termasuk dalam persalinan. Pemberdayaan otak kanan untuk
persalina yang bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan
“melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini tidak mudah diterima begitu
saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak
kanan adalah bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu
seolah-olah itu nyata. Misalnya membayangkan seolah-olah
sedang berada di taman bunga dan bayi sudah bersama ibu.
Saat otak kanan mencapaii 8–13 Hz ternyata kondisi ini
merupakan gelombang alfa atau relaksasi. Seseorang lebih
mudah untuk memvisualisasikan serta merasa lebih nyaman
dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak sangat
lelah sehingga tingkat stress tinggi. Orang mudah merasa sakit,
letih dan jenuh. Setiap ibu bisa melakukan visualisasi. Sebaiknya
latihan dilakukan sejak kandungan berusia dua bulan atau paling
lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga dibantu untuk
tenang dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah
sadar. Ibu dapat berlatih visualisai dalam waktu 7 x 2,5 jam
(lebih baik di bawah bimbingan pelatih profesional).
7. Musik
Musik dapat membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa
nyeri sehingga ibu merasa rileks.

66 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menu-
rut Varney’s Midwifery:
a. Adanya sesorang yang dapat mendukung dalam persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan latihan pernafasan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan
dilakukan
f. Asuhan diri
g. Sentuhan dan masase
h. Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament
sacroiliaka
i. Pijatan ganda pada pinggul
j. Penekanan pada lutut
k. Kompres hangat dan kompres dingin
l. Berendam
m. Pengeluaran suara
n. Visualisasi dan pemusatan perhatian
o. Musik.

PENERIMAAN ATAS SIKAP DIRINYA


Wanita biasanya membutuhkan perhatian lebih dari suami dan
keluarganya bahkan bidan sebagai penolong persalinan. Asuhan
yang harus diberikan adalah selain pemberian dukungan mental
juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang ia alami
selama persalinan merupakan suatu proses yang harus dilalui dan
diharapkan ibu tenang menghadapi persalinannya.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 67


INFORMASI DAN KEPASTIAN HASIL
KEPASTIAN PERSALINAN YANG AMAN
Dalam setiap persalinan wanita atau keluarga membutuhkan
penjelasan mengenai persalinan yang dihadapinya baik mengenai
kondisi ibu maupun bayinya, serta perkembangan persalinannya.
Setiap hasil pemeriksaan dan rencana tindakan yang akan dilaku-
kan kepada ibu, harus diberitahukan kepadanya. Tugas bidan dan
ibu dalam persalinan setelah kepastian adanya tanda–tanda per-
salinan adalah :
a. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah
ibu, rumah kerabat), di tempat bidan, di puskesmas, Polindes
atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sa-
rana yang memadai dan upaya pencegahan infeksi dilaksanakan
sesuai dengan standard.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan
hal-hal pokok seperti:
1) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara
yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
2) Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan
mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
3) Air desinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didi-
nginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum
periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perine-
um ibu setelah bayi lahir.
4) Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain
pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk mem-
bersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan
proses peralatan.
5) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan
penolong persalinan. Pastikan bahwa kamar kecil dan kamar
mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 %,
dibersihkan dengan deterjen dan air sebelum persalinan
dimulai (untuk melindungi keluarga terhadap risiko infeksi
dari darah dan sekret tubuh ibu).

68 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


6) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama
persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi
ibu dan bayinya selama persalinan. Pastikan bahwa ibu
mendapatkan privasi.
7) Penerangan yang cukup, baik siang maupun malam.
8) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
9) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru
lahir.
10) Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh
peralatan persalinan.
b. Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
yang diperlukan
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang
diperlukan dan dalam keadaan siap pakai untuk setiap jumlah
persalinan dan kelahiran. Jika tempat persalinan dan kelahiran
bayi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan yang
dibutuhkan ke lokasi persalinan. Kegagalan untuk menyediakan
semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada
saat asuhan diberikan, akan meningkatkan resiko terjadinya
penyulit pada ibu dan bayi baru lahir yang dapat membahayakan
keselamatan jiwa mereka.
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi:
1) Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah memberikan
asuhan. Ganti peralatan yang hilang atau rusak dengan
segera.
2) Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan
setelah menolong persalinan. Segera ganti obat apapun
yang telah digunakan atau hilang.
3) Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah ber-
sih dan siap pakai.
c. Menyiapkan rujukan
Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas
kesehatan yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan atau
bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi
tertulis semua asuhan dan perawatan dan hasil penilaian

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 69


(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke
fasilitas rujukan. Jika ibu datang untuk asuhan persalinan dan
kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan
konse-ling terhadap ibu dan keluarganya tentang keperluan
rencana rujukan.
d. Memberikan asuhan sayang ibu
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah
emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat pula saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan
kondisi tersebut, pastikan bahwa setiap ibu akan mendapatkan
asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran.
Kaji prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu :
1) Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak
dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama
persalinan dan kelahiran bayi.
2) Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau
anggota keluarganya.
3) Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan
memberikan dukungannya.
4) Waspadai tanda-tanda penyulit selama persalinan dan
lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan.
5) Siap dengan rencana rujukan.
Asuhan sayang ibu selama persalinan:
1) Memberikan dukungan emosional
2) Membantu pengaturan posisi
3) Memberikan cairan dan nutrisi
4) Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur
e. Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting
dalam mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu
dan bayinya. Hal ini termasuk unsur penting dalam asuhan
sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek
pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong
persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktek-

70 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


praktek pencegahan infeksi yang sudah ditetapkan ketika
mempersiapkan persalinan dan kelahiran, antara lain anjurkan
ibu untuk mandi pada awal persalinan dan pastikan bahwa
ibu memakai pakaian yang bersih, mencuci tangan sesering
mungkin, menggunakan peralatan steril atau desinfeksi tingkat
tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan. Anjurkan
anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan
setelah melakukan kontak dengan ibu dan/bayi baru lahir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 71


72 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 5

Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin
Kala I

A. Manajemen Kala I
1. Mengkaji riwayat kesehatan
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang
riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini di-
gunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk me-
nentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau
perawatan yang sesuai.
Tanyakan kepada ibu :
• Nama umur dan alamat
• Gravida dan para
• Keluhan yang dirasakan
• Riwayat alergi obat-obatan tertentu
• Riwayat kehamilan yang sekarang
a. Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya? Jika
iya, lihat kartu ANC nya (kalau memungkinkan)
b. Pernahkah ibu mendapatkan masalah selama kehami-
lannya (misal : perdarahan, hipertensi,dll)
c. Kapan mulai kontraksi?
d. Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi
terjadi?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 73


e. Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?
f. Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika iya, apa war-
na cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan
saat ketuban pecah? (periksa perineum ibu untuk me-
lihat air ketuban di pakaiannya).
g. Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina
ibu? (apakah berupa bercak atau darah darah segar
pervaginam?, periksa perineum ibu untuk melihat darah
segar atau lendir bercampur darah di pakaiannya).
h. Kapan ibu terakhir kali makan dan minum?
i. Kapan terakhir BAB dan BAK? Apakah ada keluhan?
• Riwayat kehamilan sebelumnya
a. Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran
sebelumnya (SC, persalinan dengan VE, Forcep, induksi
oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
preeklamsia, eklamsia, perdarahan pascasalin).
b. Berapa berat badan paling besar pernah ibu lahirkan.
c. Berapa lama jarak persalinan yang lalu dengan hamil
ini.
d. Apakah ibu mempunyai bayi yang bermasalah pada
kehamilan/persalinan sebelumnya?
• Riwayat medis lainnya
2. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi keseha-
tan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/
diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis
dan mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai de-
ngan kondisi ibu.
Jelaskan kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan
dilakukan selama pemeriksaan dan apa alasannya. Anjurkan
mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
sehinga mereka memahami kepentingan pemeriksaan.

74 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Langkah–langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :
• Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan fisik
• Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan
bantu ibu agar merasa nyaman. Minta ibu menarik nafas
dalam dan perlahan bila merasa gelisah
• Minta ibu mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu
periksa jumlah urin dan adanya protein urin dan aseton
dalam urin)
• Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya,
tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh
• Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan
pernafasan). Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan
nadi ibu, lakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi.
• Lakukan pemeriksaan abdomen
• Lakukan pemeriksaan dalam
a. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1) Menentukan Tinggi Fundus Uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak
berkontraksi. Ukur TFU dengan menggunakan pita
pengukur. Mulai dari tepi atas simpisis pubis kemudian
rentangkan pita pengukur hingga puncak fundus mengi-
kuti aksis atau linea medialis dinding abdomen. Lebar
pita harus menempel pada dinding abdomen ibu. Jarak
antara tepi atas simpisis pubis dan puncak fundus uteri
adalah tinggi fundus.
2) Memantau kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk meman-
tau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan
penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi
yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan du-
rasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase
aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan
lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara ke-
dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 75


3) Memantau Denyut Jantung Janin
Gunakan fetoskop atau doppler untuk mendengar DJJ
selama satu menit penuh, gunakan jarum detik pada
jam. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen
ibu dimana suara DJJ terdengar paling jelas. Jika DJJ
sulit ditentukan, lakukan palpasi untuk menentukan
punggung janin. Biasanya rambatan suara DJJ mudah
didengar melalui dinding abdomen pada sisi yang sama
dengan punggung bayi.
Gangguan kondisi janin tergambar jika DJJ <120 kali/
menit, atau >160 kali/menit. Kegawatan ditunjukkan
bila DJJ <100 kali/menit atau >180 kali/menit. Bila
demikian, baringkan ibu ke miring kiri, dan anjurkan ibu
untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari
pemeriksaan sebelumnya, kemudian nilai perubahan
yang terjadi. Jika tidak mengalami perbaikan, segera per-
siapkan untuk merujuk.
4) Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi :
• Berdiri disamping menghadap ke arah kepala ibu
• Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-
hati dan mantap), pegang bagian terbawah janin
yang mengisi bagian bawah abdomen. Bagian yang
berada diantara ibu jari dan jari tengah penolong
adalah petunjuk presentasi janin
• Jika bagian terbawah belum masuk panggul, maka
bagian tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah
memasuki rongga panggul, maka bagian terbawah
janin tidak bisa atau sulit digerakkan
• Untuk menentukan apakah presentasinya adalah ke-
pala atau bokong maka pertimbangkan dan perhati-
kan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas
dan mudah digerakkan (bila belum masuk panggul)
adalah kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba
kenyal, realtif lebih besar sulit dipegang secara man-
tap adalah bokong.

76 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


5) Menentukan penurunan bagian terendah janin
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin dalam
rongga panggul melalui pengukuran pada dinding abdo-
men akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih
baik bagi ibu jika dibandingkan dengan melakukan VT.
Penilaian penurunan kepala dihitung dengan menghi-
tung bagian terbawah janin yang masih berada di atas
tepi simpisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan
pemeriksa. Bagian di atas simpisis adalah proporsi yang
belum masuk pintu atas panggul dan sisanya adalah
menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah
masuk ke dalam rongga panggul.
Penurunan bagian terbawah janin dengan metode lima
jari (perlimaan) adalah :
• 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di
atas simpisis.
• 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
• 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul.
• 2/5 jika sebagian (3/5) bagian terbawah janin telah
masuk panggul, dan sudah tidak bisa digerakkan.
• 1/5 jika hanya 1 dari 5 bagian yang masih dapat
teraba di atas simpisis dan 4/5 bagian sudah masuk
panggul.
• 0/5 jika bagian terbawah janin tidak bisa di raba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin
sudah masuk ke dalam rongga panggul.
b. Pemeriksaan Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan dengan
handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan
mencuci genetalianya dengan sabun dan air. Tentramkan
hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu
terjaga selama pemeriksaan dilakukan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 77


Langkah-langkah dalam melakukan periksa dalam :
• Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung dan
selimut.
• Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan
paha dibentangkan (mungkin akan membantu ibu jika ibu
menempelkan kedua telapak kakinya di tempat tidur).
• Gunakan sarung tangan DTT atau steril.
• Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan
ke air DTT/larutan antiseptik, lakukan Vulva Higiene.
• Periksa genetalia ekterna, parhatikan apakah ada luka
atau massa termasuk kondiloma, varikositas vulva atau
rektum, atau luka parut di perineum.
• Nilai cairan vagina, dan tentukan apakah ada bercak da-
rah, perdarahan atau mekonium.
• Dengan hati-hati pisahkan labia mayora dengan jari
manis dan ibu jari. Masukkan jari tengah secara hati-hati
yang diikuti oleh jari telunjuk. Jangan mengeluarkan jari
sebelum pemeriksaan selesai. Jika air ketuban belum
pecah, jangan lakukan amniotomi.
• Nilai vagina. Luka parut di vagina mengindikasikan ada-
nya riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi
sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk
menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
• Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
• Pastikan tali pusat dan atau bagian bagian kecil (ta-
ngan atau kaki) tidak teraba saat melakukan pemeriksa
dalam.
• Nilai penurunan bagian terendah janin dan tentukan
apakah bagian terendah tersebut telah masuk pang-
gul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dengan hasil
pemeriksaan abdomen untuk menilai kemajuan persali-
nan.
• Tentukan penunjuknya, jika kepala (ubun–ubun kecil,
ubun-ubun besar, fontanela ) dan celah (sutura) sagitalis
untuk menilai derajat penyusupan dan apakah ukuran
kepala sesuai dengan ukuran jalan lahir.

78 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


• Keluarkan jari jika pemeriksaan sudah selesai secara hati-
hati, celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk
dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan secara
terbalik dan rendam selama 10 menit.
• Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir dan
keringkan dengan handuk kering dan bersih.
• Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
• Jelaskan hasil kepada ibu dan keluarganya.
3. Menilai data, membuat diagnosa
• Gunakan informasi untuk menentukan apakah ibu sudah
inpartu, tahapan dan fase persalinan. Jika pembukaan
serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu berada dalam kala I
fase laten dan perlu dilakukan penilaian 4 jam kemudain.
Jika pembukaan 4 cm, maka sudah berada dalam kala I
fase aktif, dan lakukan pemantauan persalinan dengan
menggunakan partograf.
• Tentukan ada-tidaknya masalah atau penyulit yang harus
ditatalaksanakan secara khusus.
4. Membuat rencana asuhan
Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan pengkajian dan
buat diagnosis berdasarkan informasi yang terkumpul tersebut.
Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin.
Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil temuan
dan diagnosis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 79


B. Asuhan Kala I
1. Penggunaan Partograf
Selama kala I persalinan, rencana penatalaksanaan bidan ter-
masuk memonitor kemajuan persalinan dengan partograf,
memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan
tindakan yang menyenangkan ibu dan menganjurkan keluarga
untuk terlibat dalam mendukung proses persalinan ibu. Selama
persalinan berlangsung normal sesuai dengan partograf, bidan
akan memanfaatkan rencana penatalaksanaan sepanjang kala
I. Untuk menentukan bahwa persalinan berjalan normal, bidan
harus mengerti temuan apa saja yang normal dan temuan yang
abnormal. Jika terdapat beberapa temuan yang abnormal,
maka bidan harus segera membuat rujukan.
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasar-
kan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam per-
salinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputu-
san klinis selama kala I persalinan.
Kegunaan utama dari partograf adalah :
a) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan
dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.
b) Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan men-
deteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat
deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
c) Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf
akan membantu penolong persalinan untuk :
¤ Mencatat kemajuan persalinan.
¤ Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
¤ Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
e) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu.

80 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Partograf harus digunakan :
a) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan
sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang mem-
berikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran
(Spesialis Obgin, Bidan, dokter umum, residen dan maha-
siswa kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu
dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu.
Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat me-
ngancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase laten persalinan
Kala satu dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase
aktif yang dibatasi oleh pembukaan serviks :
a) Fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
b) Fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan
dan pemeriksaan harus di catat. Hal ini dapat direkam secara
terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus ditu-
liskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.
Semua asuhan dan intervensi harus dicatat.
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara
seksama, yaitu:
a) Denyut Jantung Janin: setiap ½ jam.
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.
c) Nadi: setiap ½ jam.
d) Pembukaan serviks: setiap 4 jam.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 81


e) Penurunan: setiap 4 jam.
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.
g) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui tanda–tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan
bayi, harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang se-
suai apabila dalam diagnosis ditetapkan adanya penyulit dalam
persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau
dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu
dan bayinya. Bila tidak ada tanda–tanda kegawatan atau penyulit,
ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya
menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan di rumah,
penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah
dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu penolong
persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi.
Pencatatan selama fase aktif persalinan (partograf)
1) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis se-
bagai: ‘jam’ pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu
datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya
pecah ketuban.
2) Keselamatan dan kenyamanan janin
a) Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada
bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat
denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika
ada tanda–tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian
ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah
kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan
memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka
yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang
satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis
tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus
waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.

82 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Catat temuan–temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang–lambang berikut ini :
¤ U : Ketuban utuh (belum pecah)
¤ J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
¤ M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
¤ D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah.
¤ K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“ke-
ring”).
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ
secara seksama untuk mengenali tanda–tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda–tanda gawat janin
(denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit), ibu
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa
jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian
keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya dispro-
porsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi
akan benar–benar terjadi jika tulang kepala yang saling me-
nyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan dispro-
porsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau
kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda–
tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang
memadai.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 83


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban. Gunakan lambang–lambang berikut ini :
0 : tulang–tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mu-
dah dapat dipalpasi.
1 : tulang–tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang–tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat dipisahkan
3 : tulang–tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda–
tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda ‘X’ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan–
temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali
selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan
tanda ‘X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian
pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika
ada tanda–tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks
umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/
presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
sebesar 7 cm.
Kata–kata “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari
0–5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan

84 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


serviks. Berikan tanda ‘O’ pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan
tanda ‘O’ di nomor 4. hubungkan tanda ‘O’ dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan
intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas)
yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan
obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada,
dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika
pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak,
maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlampaui.
4) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan
penurunan) tertera kotak–kotak yang diberi angka 1–16.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera
kotak–kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada
lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat
ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan
serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai con-

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 85


toh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami
pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda ‘X’ di
garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di
sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada
kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5) Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima jalur kotak
dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” disebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10
menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan
jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan
mengisi angka pada kotak satu kali 10 menit, isi 3 kotak.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
Beri titik–titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis–garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20–40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kon-
traksi yang lamanya lebih dari 40 detik.


0 1 2 3
Dalam waktu 30 menit pertama :
• Dua kontraksi dalam 10 menit
• Lamanya kurang dari 20 detik
Dalam waktu 30 menit yang ke-lima :
• Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit
• Lamanya 20–40 detik

86 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Dalam waktu 30 menit ke-tujuh :
• Lima kontraksi dalam 10 menit
• Lamanya lebih dari 40 detik
INGAT :
¤ Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam
selama fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
¤ Nilai frekuensi dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
¤ Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang
sesuai/yang telah ditentukan.
¤ Catat temuan–temuan di kotak yang bersesuaian dengan
waktu penilaian.
6) Obat–obatan dan cairan yang diberikan
a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per
volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b) Obat–obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau
cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktu-
nya.
7) Kesehatan dan kenyamanan ibu
(a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu.
¤ Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan. (Lebih sering jika dicurigai adanya penyulit).
Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (•).
¤ Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya
penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom
waktu yang sesuai :
¤ Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam
dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 87


(b) Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2
jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap
ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau
protein dalam urin.
8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan
waktu saat membuat catatan paersalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
¤ Jumlah cairan per oral yang diberikan.
¤ Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
¤ Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin,
bidan, dokter umum).
¤ Persiapan sebelum melakukan rujukan.
¤ Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal–hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran,
serta tindakan–tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I
hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian
ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan
yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan
mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik
yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat
keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah
terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat
pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah
dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan
aman.

88 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur–unsur berikut:
a. Data dasar
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir
f. Kala IV
Cara pengisian :
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh
proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan
persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur–unsurnya sebagai berikut :
a. Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pen-damping
pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang
telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5,
lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8
jawaban bisa lebih dari satu.
b. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan–pertanyaan tentang partograf
saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai.
Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya
dalam persalinan.
c. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan
dan hasilnya. Beri tanda “√” pada kotak di samping jawaban
yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawabannya
“Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15 dan 16
jika jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 89


Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dari 1.
sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat
masalah lain pada Kala II.
d. Kala III
Kala II terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, pe-
negangan tali pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir
lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, pentalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
nomor 25,26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.
e. Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta
beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai
sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu.
f. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi
fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama un-
tuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan
pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan
setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan,
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap
kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertan-
yaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah
disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.
2. Memberikan Dukungan Persalinan
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
ibu dan kelurganya. Sebagai bidan kita beruntung dapat berbagi
peristiwa ini dengan keluarga, kita juga berada pada posisi yang
unik untuk mempertinggi kemampuan ibu dalam melahirkan,
sebagaimana juga kemampuan menemani kelahiran dan

90 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


memberikan dukungan serta dorongan. Sangat penting untuk
diingat bahwa persalinan ini adalah peristiwa normal yang sehat.
Akan tetapi potensi komplikasi yang mengancam jiwa juga akan
selalu ada. Tingginya komplikasi obstetrik salah satunya terjadi
pada kala II persalinan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
melakukan pemantauan pada kala II agar dapat mencegah
terjadinya kegawatdaruratan obstetrik pada ibu dan bayi. Selain
itu, masih banyak ibu–ibu dalam masyarakat di Indonesia yang
lebih memilih melahirkan dengan pertolongan dukun, salah satu
alasannya adalah karena dukun dapat memberikan dukungan
emosi dengan menghormati adat istiadat serta kebiasaan dan
melibatkan keluarga. Sebagai Bidan, kita juga seharusnya dapat
memberikan asuhan yang menghormati adat istiadat, kebutuhan
sosial dan emosional, dan juga kebutuhan fisik ibu. Dukungan
yang terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari
seorang bidan dapat menyumbangkan hasil persalinan yang
sehat sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan bayi.
3. Tanda Bahaya Kala I
Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin,
penolong harus selalu waspada terhadap masalah atau penyulit
yang mungkin terjadi. Selama anamnesis dan pemeriksaan
fisik, tetap waspada terhadap timbulnya tanda bahaya kala I
dan lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan
yang sesuai untuk memastikan proses persalinan yang aman
bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan.
Tanda bahaya pada kala I antara lain :
a. Riwayat bedah sesar.
Rencana Asuhan :
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
b. Perdarahan pervaginam.
Rencana Asuhan : Jangan melakukan pemeriksaan dalam.
¤ Baringkan ibu kesisi kiri.
¤ Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 91


(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS).
¤ Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
melakukan bedah sesar.
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu).
Rencana Asuhan :
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.
d. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental.
Rencana Asuhan :
¤ Baringka ibu miring ke kiri.
¤ Dengarkan DJJ.
¤ Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
melakukan bedah sesar.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set,
kateter penghisap lendir DeLee dan handuk/kain untuk
mengeringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu melahirkan
di jalan.
e. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).
Rencana Asuhan :
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari
37 minggu usia kehamilan).
Rencana Asuhan : sama dengan point diatas (ke lima/5).
Tanda/gejala infeksi antara lain :
¤ Temperatur tubuh >380 C
¤ Menggigil.

92 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


¤ Nyeri abdomen.
¤ Cairan ketuban yang berbau.
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu miring ke kiri.
¤ Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS) denga tetesan 125 ml/jam.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.
g. Preeklamsi/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah le-
bih dari 160/110 dan atau terdapat protein dalam urin.
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu miring ke kiri.
¤ Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau ca-
iran garam fisiologis (NS).
¤ Jika mungkin berikan dosis awal pada saat kejang 4 g
MgSO4 20 % IV selama 20 menit ( untuk eklamsi).
¤ Suntikkan 8 g MgSO4 40%, IM, boka–boki (untuk pre
eklamsi berat).
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.
h. Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidram-
niosis, kehamilan ganda).
Rencana Asuhan :
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 93


Alasan: jika diagnosisnya adalah polihidramnion,
mungkin ada masalah–masalah lain dengan janinnya.
Dengan adanya makrosomia, risiko distosia bahu dan
perdarahan pasca persalinan akan lebih besar.
i. Gawat janin (DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/
menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit).
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas
secara teratur.
¤ Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau ca-
iran garam fisiologis (NS) denga tetesan 125 ml/jam.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan
serta semangat.
j. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala
janin masih 5/5.
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu miring ke kiri.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
k. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang,
dll).
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu miring ke kiri.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.

94 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


l. Presentasi majemuk/ganda (adanya bagian janin, seperti
misalnya lengan atau tangan, bersamaan dengan presentasi
belakang kepala).
Rencana Asuhan :
¤ Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada
atau miring ke kiri.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
m. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut).
Rencana Asuhan :
¤ Gunakan sarung tangan DTT, letakkan satu tangan di
vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat janin.
Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu
menggeser bayi dan menolong bagian terbawah bayi
tidak menekan tali pusatnya (keluarga mungkin dapat
membantu).
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
ATAU
¤ Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud di mana posisi
bokong tinggi melebihi kepala ibu, hingga tiba ke tempat
rujukan.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 95


n. Syok.
Tanda dan gejala syok, antara lain :
¤ Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit)
¤ Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg).
¤ Pucat.
¤ Berkeringat atau kulit lembab, dingin.
¤ Nafas cepat (lebih dari 30 kali/menit).
¤ Cemas, bingung atau tidak sadar.
¤ Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
Rencana Asuhan:
¤ Baringkan ibu miring ke kiri.
¤ Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
aliran darah ke jantung.
¤ Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam waktu
15–20 menit; jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu
satu jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi
125 ml/jam.
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.
o. Persalinan dengan fase laten yang memanjang.
Tanda dan gejala, antara lain :
¤ Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam.
¤ Kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit).
Rencana Asuhan:
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.

96 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


p. Belum inpartu.
Tanda dan gejala :
¤ Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung
kurang dari 20 detik.
¤ Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 sampai 2
jam.
Rencana Asuhan:
¤ Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
¤ Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
¤ Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan
serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda–tanda kegawatan
pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat
untuk :
¤ Menjaga cukup makan dan minum.
¤ Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan
frekuensi dan lama kontraksi.
q. Partus lama.
Tanda dan gejala :
¤ Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (partograf).
¤ Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
¤ Kurang dari 2 kontraksi dalam waktu 10 menit, masing–
masing berlangsung kurang dari 40 detik.
Rencana Asuhan:
¤ Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan
semangat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 97


4. Pendokumentasian Kala I
Dimana telah dijelaskan mulai dari asuhan pada kala satu sampai
pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis pada ibu yang akan
bersalin, maka di pokok pembahasan pendokumentasian kala I
ini akan dialukan dokumentasi yang berbentuk SOAP.
SUBYEKTIF/SUBJECTIVE
a. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Kebangsaan : Kebangsaan :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Kebangsaan : Kebangsaan :
Alamat : Alamat :

b. Keluhan Utama
untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien
datang kepada bidan.
c. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi (HPHT, HTP, Siklus Haid, Lamanya,
Banyaknya, Konsistensi, Keluhan)
2) Riwayat Kehamilan Sekarang (Pergerakan Janin, Tanda
bahaya/penyulit, Imunisasi TT, Tanda–tanda persalinan)
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang lalu
d. Riwayat Perkawinan (Status Perkawinan, Perkawinan yang
ke-, Lama Perkawinan)
e. Riwayat Psikososial (Dukungan/respon ibu dan Keluarga,
Pengambilan keputusan)
f. Riwayat Kesehatan (Yang lalu, sekarang, keluarga)
g. Pemenuhan kebutuhan Sehari-hari
1) Pola makan/minum Makan terakhir (jam, menu, waktu,
keluhan)

98 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


2) Minum terakhir (jam, jenis, jumlah, keluhan)
3) BAK terakhir (jam, jumlah, warna, bau, keluhan)
4) BAB terakhir (jam, konsistensi, keluhan)
h. Pola Istirahat dan Tidur : kapan tidur terakhir, berapa lama?,
keluhan
i. Personal Hygiene : kapan mandi terakhir, mencuci alat ge-
netalia?
OBYEKTIF/OBJECTIVE
a. Keadaan Umum
Kesadaran
Keadaan emosional
TTV
b. Antropometri
c. Pemeriksaan Fisik (Head to toe, Abdomen---termasuk pem.
His dan DJJ;, Anogenital---Vulva, perineum, Anus; PD
d. Pemeriksaan Penunjang
ANALISIS/ASSESMENT
Ibu GPA inpartu kala I keadaan ibu dan janin ....., DENGAN…
(masalah, diagnosa potensial dan antisipasinya, serta catat apa-
bila membutuhkan kebutuhan segera)
PENATALAKSANAAN/PLANNING
Mencatat penatalaksanaan kala I, termasuk pemantauan kala I
(mencatat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kala I)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 99


100 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 6

Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin
Kala II

A. Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran


1. Asuhan Sayang Ibu
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang
normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung.
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat
mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang
diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan
bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi
apapun yang dipilihnya, menyarankan alternatif-alternatif hanya
apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi
dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga
yang hadir untuk melayani sebagai pendamping ibu, maka bidan
bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu
tersebut.
Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus
menerus dalam masa persalinanya. Jika ibu sudah semakin
putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa mengambil
tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau
merubah setting tempat yang sudah ditentukan (seperti misalnya
menyarankan agar ibu berdiri atau berjalan-jalan). Bidan harus
memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 101
ekspresi yang terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang
menyenangkan serta pujian lainnya.
Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam
persalinan, atau membantu keluarga untuk memberikan duku-
ngan persalinan, bidan tersebut harus melakukan semuanya itu
dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi:
a. Aman, sesuai evidence based, dan memberi sumbangan
pada keselamatan jiwa ibu.
b. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional
serta merasa didukung dan didengarkan.
c. Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama,
dan ibu/keluarganya sebagai pengambil keputusan.
d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum
memakai teknologi canggih.
e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta
dapat dipahami ibu.
Asuhan sayang ibu pada Kala II diantaranya :
a. Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya se-
lama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan
persalinan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai
ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan
b. Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya
membantu ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,
memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan
c. Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahapan kemajuan persalinan
d. Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala
II persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan
bila diperlukan
e. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran
f. Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk meneran
apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran.

102 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Jangan menganjurkan untuk meneran panjang dan menahan
nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi
g. Anjurkan ibu untuk tetap minum selama kala dua persali-
nan
h. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II
persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan
dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu
kelalancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri
penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap
kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan
yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan
bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya
tekanan darah, denyut jantung bayi, periksa dalam).
2. Posisi Meneran
Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat
mungkin bidan tidak boleh mengendalikan pemilihan posisi yang
diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan
bidan adalah untuk mendukung ibu dalam posisi apapun yang
dipilihnya, sambil menyarankan bila tindakan ibu tidak efektif
atau merugikan bagi dirinya atau bagi bayinya. Anjurkan pada
ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan
dan kelahiran. Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya
untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri,
duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu
turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu
persalinan. Bidan harus memberitahu ibu bahwa ia tidak
perlu harus terlentang dalam masa persalinannya, karena jika
ibu berbaring telentang berat uterus dan isinya (janin, cairan
ketuban, plasenta, dll) akan menekan vena cafa inferior. Hal
ini menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke
plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia/
kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang juga akan
memperlambat kemajuan persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 103
Posisi dalam persalinan antara lain:
a. Posisi duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk seringkali nyaman bagi
ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi
jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah
memudahkan melahirkan kepala bayi. Bagi bidan lebih
mudah untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mendukung perineum.

Gb.6.1 Posisi duduk atau setengah duduk

b. Posisi merangkak
Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu
yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu
dapat membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan
minimal pada perineum.

Gb.6.2 Posisi merangkak

c. Posisi jongkok atau berdiri


Posisi jongkiok atau berdiri dapat mempercepat kala I
persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selain itu
juga dapat membantu penurunan kepala bayi.

104 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gb.6.3 Posisi jongkok atau berdiri

d. Posisi berbaring miring ke kiri


Berbaring miring ke kiri seringkali merupakan posisi yang
baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan
mudah di antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu
mencegah laserasi perineum.

Gb.6.4 Posisi berbaring miring ke kiri

Mengapa tidak boleh bersalin dalam posisi terlentang/


lithotomi?
1. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena
tekanan pada vena kava inferior oleh kavum uteri, yang
mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya oksigen bagi
bayi.
2. Dapat menambah rasa sakit
3. Bisa memperlama proses persalinan
4. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
5. Membuat buang air lebih sulit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 105
6. Membatasi pergerakan ibu
7. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
8. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit
9. Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada
perineum
10. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan pung-
gung.

B. Mekanisme Persalinan Normal


Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar
96% dari semua kehamilan. Pada kebanyakan kasus, kepala janin
memasuki panggul dengan sutura sagitalis pada diameter panggul
melintang.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu, sedangkan
ukuran-ukuran kepala anak hampir sama besarnya dengan ukuran-
ukuran dalam panggul, maka jelas kepala harus menyelesuaikan
diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul (PAP)
ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul (PBP),
untuk menyelesaikan persalinan.
Perubahan-perubahan posisi kepala janin terhadap segmen pang-
gul inilah disebut dengan “mekanisme persalinan”.
Gerakan-gerakan kardinal pada persalinan :
1. Penurunan.
2. Fleksi
3. Putaran paksi dalam (Rotasi internal)
4. Ekstensi
5. Putaran paksi luar (Rotasi eksternal)
6. Ekspulsi

106 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
1. Penurunan
Turunnya kepala dapat dibagi dalam :
a. Masuknya kepala pada PAP
Masuknya kepala dalam PAP pada primipara terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan (36-37 mg) tetapi pada
multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala melintasi PAP dapat terjadi dalam
keadaan:
1) Sinklitismus
Adalah : bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang PAP.


Gb.6.5 Sinklitismus

2) Asinklitismus
Adalah arah sumbu kepala janin miring dengan bidang
PAP
a). Asinklitismus anterior (Naegele)
Adalah : apabila sumbu kepala membuat sudut lancip
ke depan dengan PAP atau sutura sagitalis mendekati
sympisis

Gb.6.6 Asinklitismus

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 107
b). Asinklitismus posterior (Litzman)
Adalah : apabila sumbu kepala membuat sudut ka-
nan kebelakang dengan PAP atas sutura sagitalis
mendekati promontorium.


Gb.6.7 Asinklitismus Posterior

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan
daripada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus
posterior karena ruangan pelvis didaerah posterior adalah
lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah
anterior. Asinklitismus tersebut penting, apabila daya
akomodasi panggul agak terbatas.
b. Majunya kepala.
Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk dalam rongga panggul sebaliknya pada multipara
masuknya kepala dalam rongga panggul majunya kepala ter-
jadi bersamaan dengan gerakan lain seperti: fleksi, putaran
paksi dalam dan ekstensi.
Penurunan dilaksanakan oleh satu/lebih dari 4 kekuatan
yaitu :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong
c. Kontraksi otot-otot uterus
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

108 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
2. Fleksi
Begitu penurunan menemukan tahanan dari pinggir PAP,
servik, dinding panggul/dasar panggul, maka akan terjadilah
fleksi sehingga UUK jelas lebih rendah dari UUB.
Keuntungan dari bertambahnya fleksi : Ukuran kepala yang lebih
kecil melalui jalan lahir, Yaitu : Diameter suboccipito bregmatica
(9,5cm) menggantikan diamater suboccipito frontalis (11cm)
3. Putaran paksi dalam (rotasi internal)
Putaran paksi dalam adalah gerakan pemutaran kepala dengan
suatu cara yang secara perlahan menggerakan oksiput dari
posisi asalnya ke anterior menuju simpisis pubis atau ukuran
sering keposterior menuju lubang sakrum.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk
bidang tengah panggul dan PBP.
Putaran paksi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala. Putaran paksi dalam terjadi setelah
kepala sampai di Hodge III atau setelah kepala sampai didasar
panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a. Pada sikap fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah dari kepala.
b. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitallis antara musculus levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
antero posterior.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 109
450

450

Gb.6.8 Putaran Paksi Dalam

4. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala yang telah fleksi penuh
sampai didalam panggul (vulva), terjadi ekstensi atau defleksi
dari kepala. Sehingga dasar oksiput langsung menempel pada
margo inferior simphisis pubis. Hal ini terjadi karena pintu ke-
luar vulva mengarah keatas dan kedepan. Ekstensi harus terjadi
sebelum kepala melewati vulva.
Dengan bertambahnya distensi perineum dan muara vagina,
Bagian oksiput yang terlihat semakin banyak dan terjadi secara
perlahan. Kepala dilahirkan dengan ekstensi lebih lanjut (sub
oksiput sebagai hipomochlion/pusat pemutaran) maka lahir-
lah berturut-turut UUB, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.

Ekstensi
Gb.6.9 Ekstensi

110 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
5. Putaran paksi luar (Rotasi eksternal)
Disebut juga putaran restitusi atau putaran balasan. Setelah
kepala lahir maka kepala memutar kembali kearah punggung
anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi pada
rotasi dalam. Kalau oksiput pada awalnya mengarah ke kiri,
bagian ini berotasi kearah tuberositas iskhium kiri. Kembalinya
kepala ke posisi oblique (restitusi) diikuti dengan lengkapnya
rotasi luar di posisi lintang, suatu gerakan yang sesuai dengan
rotasi badan janin, yang bekerja membawa diameter biakromi-
alnya berhimpit dengan diameter antero posterior PBP. Jadi
satu bahu ada di anterior dibelakang simphisis dan yang lainnya
posterior.

Putar Paksi Luar

Gb.6.10 Putar Paksi Luar

6. Ekspulsi
Segera setelah rotasi luar, bahu depan kelihatan dibawah
simphisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Gb.6.11 Ekspulsi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 111
Gambar 6.12 Mekanisme persalinan secara lengkap

C. Asuhan Kala II
Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan, yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau
vagina
3. Perineum terlihat menonjol.
4. Vulva–vagina dan spingter ani terlihat membuka.
5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil
pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.
Mendiagnosis kala II dan mulai meneran :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
2) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada tangan yang akan
melakukan pemeriksaan dalam.
3) Jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan dalam.

112 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
4) Lakukan pemeriksaan dalam secara hati–hati untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap.
5) Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu
mendapatkan posisi yang lebih nyaman atau memperbolehkan
ibu untuk berjalan–jalan. Anjurkan ibu untuk tetap bernafas
selama kontraksi berlangsung.
6) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan serviks belum
lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk untuk ber-
nafas cepat, atau bernafas biasa dalam kontraksi. Anjurkan ibu
mengambil posisi yang paling nyaman baginya dan anjurkan
untuk menahan keinginan meneran sampai pembukaan sudah
lengkap.
7) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran
bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman untuk meneran,
memberi ibu minum dan pantau DJJ setiap 5 menit. Pastikan
ibu bisa istirahat diantara kontraksi.
8) Jika pembukaan sudah lengkap, tapi ibu tidak ada dorongan
untuk meneran bantu ibu mengambil posisi yang nyaman/
biarkan ibu berjalan-jalan, teruskan memantau kondisi ibu dan
bayi sesuai pedoman fase aktif persalinan, pantau DJJ setiap
15 menit.Lakukan stimulasi puting susu, jilka ibu merasa ingin
meneran anjurkan ibu untuk melakukannya.
9) Jika ibu tidak ingin meneran setelah pembukaan lengkap
selama 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada saat
puncak setiap kontraksi, anjurkan ibu untuk merubah posisi
secara teratur, pantau DJJ setiap 5 menit.
10) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit berikutnya atau jika
kelahiran bayi tidak segera terjadi, segera rujuk ke fasilitas
rujukan. Jika kepala tidak turun meskipun ibu sudah meneran
selama 60 menit, kemungkinannya adalah CPD, segera lakukan
rujukan.
Pemantauan ibu pada kala II
1) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.
2) Suhu, Nadi, dan respirasi ibu setiap 60 menit.
3) Tekanan darah setiap 15 menit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 113
4) Pastikan ibu sudah berkemih dalam 2 jam terakhir, anjurkan
agar ia berkemih setiap 2 jam, atau lebih sering jika kandung
kemih terasa penuh.
5) Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya
(setelah bayi pertama lahir).
Pemantauan janin sebelum bayi lahir :
1) DJJ setiap selesai meneran.
2) Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (peme-
riksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60
menit atau kalau ada indikasi.
3) Kondisi kepala janin (adakah caput atau moulage).
4) Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau
bercampur mekonium atau darah).
5) Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan atau tali pu-
sat berada di samping atau di tas kepala).
6) Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
Pemantauan saat bayi lahir :
1) Apakah bayi menangis atau tidak (bernafas tanpa kesulitan).
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas
3) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru.

114 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
D. Manuver Tangan dan Langkah-Langkah
dalam Melahirkan (APN)
• Letakan telapak tangan pada bagian Vertex yang terlihat,
sambil berhati–hati agar jangan membiarkan jari tangan masuk
kedalam vagina. Lakukan penekanan yang terkendali dan tidak
menghambat kepala janin untuk keluar.
Pelan-pelan Mulai keluar
Berhenti mendorong!

Gb.6.13 Penekanan Kepala dan Penahanan Perineum

• Dengan tangan lainya, support perineum untuk mencegah


kepala terdorong keluar terlalu cepat sehingga bisa merusak
perineum. Tutupilah tangan yang mensupport perineum dengan
handuk.
• Dengan cermat dan hati–hati perhatikan perineum saat kepala
janin terus muncul dan lahir, hapuslah mulut bayi mata, hidung
dengan kain kasa untuk mencegah aspirasi cairan oleh bayi.

Gb.6.14 Penghapusan mata, hidung dan mulut bayi

• Pada waktu kepala sudah lahir, luncurkan jari tangan dari salah
satu tangan anda ke leher bayi untuk memeriksa apakah ada
lilitan tali pusat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 115
Gb.6.15 Pengecekan lilitan tali pusat

• Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, upayakan agar
tali pusat tersebut dapat dilepas lewat kepalanya.
• Jika tali pusat tersebut melilit leher bayi dengan ketat, pasanglah
dua buah klem pada tali pusat tersebut dengan segera. Pastikan
ibu mendapat penjelasan tentang apa yang anda lakukan, dan
sebaiknya ibu hanya bernafas pendek saja dan tidak meneran.
• Tunggulah sampai terjadi rotasi eksternal dari kepala bayi.
Setelah kepala bayi berputar menghadap kepaha ibu, letakan
tangan anda pada kedua sisi kepala bayi (biparietal), tarik per-
lahan kebawah untuk melahirkan bahu anterior,kemudian tarik
lagi keatas untuk melahirkan bahu posterior.

Gb.6.16 Melahirkan bahu anterior dan bahu posterior

• Setelah bahu dilahirkan, letakan salah satu tangan anda di


bawah leher bayi untuk menompang kepala, leher dan bahunya,
sedang empat jari tangan yang satu lagi menompang lengan
dan bahu anterior.

116 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Gb.6.17 Posisi Sangga dan Susur

• Pada saat badan bayi dilahirkan, luncurkan tangan atas anda


kebawah badan bayi, dan selipkan jari telunjuk anda diantara
kaki bayi dan terus kebawah hingga anda menggemgam kedua
pergelangan kaki bayi.
• Lahirkan tubuh bayi

Gb.6.18 Posisi Tangan Kiri Menggenggam Pergelangan Kaki Pada Saat


Seluruh Tubuh Bayi Lahir

• Segera evaluasi kondisi bayi, letakan bayi diatas abdomen ibu.

Gb.6.19 Melakukan Evaluasi dan Meletakkan Bayi Diatas Perut Ibu

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 117
• Segera keringkan bayi, bungkus kepala, kecuali bagian tali pu-
sat.

Gb.6.20 Mengeringkan Bayi

• Potong Tali pusat dengan perlindungan tangan kiri, selanjutnya


ikat tali pusat.
• Letakkan bayi diantara kedua payudara, biarkan dia melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO
dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam per-
tama, menyatakan bahwa :
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibu-
nya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan
ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menusu serta
memberi bantuan jika diperlukan.
3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan pada
bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prose-
dur tersebut seperti : memandikan, menimbang, pemberian vit
K, obat tetes mata.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin
dan secara eksklusif :
Segera setelah lahir, setelah tali puast dipotong, letakkan bayi teng-
kurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya satu jam bah-
kan lebih sampai bayi menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin

118 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
dingin, bayi diberi selimut dan diberi topi. Ayah dan keluarga dapat
memberi dukungan dan membantu selama proses menyusu dini.
Keuntungan IMD bagi ibu dan bayi
Keuntungan kontak kulit dengan kulit bayi :
1) Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi
2) Kontak kulit memastikan perilaku optimum menyusu berdasar-
kan insting dan bisa diperkirakan :
a) Menstabilkan pernafasan
b) Mengendalikan temperatur bayi
c) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d) Mendoromng ketrampilan bayi untuk menyusu lebih cepat
dan efektif
e) Meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat badan
lahirnya lebih cepat)
f) Meningatkan hubungan antara ibu dan bayi
g) Tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama
h) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam pe-
rut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap in-
feksi
i) Bilirubin akan lebih cepat normal dan megeluarkan mekoni-
um lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus pada
bayi baru lahir
j) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik se-
lama beberapa jam pertama hidupnya.
Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktik pada ibu
2) Oksitosin
a) Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca per-
salinan lebih rendah
b) Merangsang penegluaran kolostrum
c) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
d) Ibu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta
lahir dan prosedur pasca persalinan yang lain

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 119
3) Prolaktin
a) Meingkatkan produksi ASI
b) Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi
oksitosin
c) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah selesai me-
nyusu
d) Menunda ovulasi
Keuntungan menyusu dini untuk bayi :
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar
kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
bayi
2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi
bayi
3) Meingkatkan kecerdasan
4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
6) Mencegah kehilangan panas
7) Merangsang kolostrum segera keluar
Keuntungan menyusu dini untuk Ibu :
1) Merangsang produksi okstitosin dan prolaktin
2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
3) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu bayi
Memulai menyusu dini akan :
1) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
2) Meningkatkan keberhasilan menyusu secara eksklusif dan me-
ningkatkan lamanya bayi disusui
3) Merangsang produksi susu
Memperkuat refleks menghisap pada bayi. Reflek menghisap
awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah
lahir.

120 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Langkah IMD dalam asuhan BBL :
1. Langkah I
a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
b. Kemudian letakkan bayi di atas perut bawah ibu.
c. Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi de-
ngan kain kering untuk menungu 2 menit sebelum tali pusat
di klem. Keringkan tubuh bayi mulai muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan
verniks. Verniks akan membantu menghangatkan bayi.
d. Hindari pengeringan tangan bayi. Bau cairan amnion pada
tangan bayi juga membantu mencari puting ibunya yang
berbau sama.
e. Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir
di dalam mulut atau mulut bayi karena penghisap akan
merusak selaput lendir hidung bayi dan menngkatkan risiko
infeksi pernafasan.
f. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil
telapak kaki. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai
bayi dengan telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai
pernafasan bayi.
g. Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan secara IM 10
Iuoksitosin pada ibu. Biarkan bayi berada di atas handuk atau
kain bersih di perut ibu.
2. Langkah 2
a. Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali
pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinidng perut bayi.
Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian
dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua
dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada
sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai tali pusat
berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir
dari plasenta ibu lebih optimal.
b. Kemudian pegang tali pusat diantara klem tersebut. Satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 121
tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut.
c. Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira satu cm dari
dinding perut bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali
disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya
dengan simpul mati pada bagian yang berlawanan.
d. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus
berada diantara payudara ibu, tapi lebih redah dari puting.
e. Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi.
f. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk
dan membelai bayinya. Bila prlu letakkan bantal di bawah
kepala ibu untuk memepermudah kontak visual antara ibu
dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
g. Hindari membasuh dan menyeka payudara ibu sebelum bayi
menyusu.
h. Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan
langkah manajemen aktif kala III persalinan.
3. Langkah 3 : biarkan bayi mencari dan menemukan puting
ibu dan mulai menyusu
a. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
menyusu.
b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi
menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara
ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya berlang-
sung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya
hingga bayi seesai menyusu. Tunda pula memandikan bayi
6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipo-
termia.
d. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang
bersalin sehingga bayi selesai menyusu.

122 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
e. Segera setelah bayi baru lahir selesai menghisap, bayi akan
berhenti menelasan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu
akan merasa mengantuk. Bayi kemudian dibungkus dengan
kain bersih dan kering lalu lakukan penimbangan dan pe-
ngukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K, dan me-
ngoleskan salep antibiotik pada mata bayi.
i. Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 1 jam, psoisikan bayi lebih dekat dengan puting
ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya.
ii. Jika bayi masih belum melakukan inisisasi nenyusu dini
dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan
dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi
baru lahir dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu
untuk menyusu.
f. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk
menjaga kehangatannya. Tetap tutupi bayi dengan topi se-
lama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa
dingin saat tersentuh, buka pakaiannya kemudian telung-
kupkan kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali.
g. Satu jam kemudian berikan bayi suntikan hepatitis B per-
tama.
h. Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan
kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau
dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 123
Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali

Langkah Perilaku yang Teramati Perkiraan Waktu


1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertama
2 Bayi mulai mendekatkan bibir 30-60 menit setelah lahir
dan membawa jarinya keluar dengan kontak kulit terus
3 Bayi mengeluarkan air liur menerus tanpa terputus
4 Bayi menendang,
menggerakkan kaki, bahu,
lengan dan badannya ke
arah dada ibu dengan
mengandalkan indra
penciumannya
5 Bayi meletakkan mulutnya di
puting ibu

Tabel 6.1 Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali

E. Kebutuhan Ibu Kala II


Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau
secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala II persali-
nan.
Pantau, periksa dan catat :
• Nadi ibu setiap 30 menit
• Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
• DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
• Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan
abdomen (periksa luar) dan periksa dalam setiap 60 menit
dan apabila terdapat indikasi, hal tersebut bisa dilakukan lebih
sering
• Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah
• Apakah terdapat presentasi majemuk atau tali pusat menum-
bnung
• Putaran paksi luar setelah kepala bayi lahir
• Kehamlan kembarr yang tidak diketahui sebelum bayi pertama
lahir

124 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
F. Melakukan Amniotomi dan Episiotomi
1. Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan
warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi. Jika
terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan
persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut
menunjukkan adanya hipoksia atau selama proses persalinan.
Amniotomi Dini pada kala I tidak dilakukan :
• Selama Membran ketuban masih utuh,bayi akan terlindung
dari Infeksi dan sebagian besar fetal distres yang bisa terjadi
selama kontraksi hipertonik. Cairan amnion (air ketuban)
berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan
kontraksi uterus.
• Biasanya kantung ketuban akan pecah secara spontan.
Alasan Untuk Menghindari Pemecahan Ketuban Dini
1) Kemungkinan kompresi tali pusat
2) Molase yang meningkat
3) Tekanan yang meningkat pada janin yang mengakibatkan
oksigenasi berkurang
4) Tidak ada alasan fisiologis untuk melakukan pemecahan
selaput ketuban sebelum lahir
5) Salah satu indikasi untuk dilakukan pemecahan ketuban:
Sebagian petugas klinik merasa bahwa kepala tidak se-
harusnya, dilahirkan dengan membran yang masih utuh.
Alasannya ialah: bayi tidak bisa bernafas dengan membran
masih menutup hidung dan mulutnya dan mereka ingin agar
bisa mengamati cairan ketuban untuk mengetahui apakah
ada mekonium, sehingga siap-siap untuk memberikan ban-
tuan pernafasan pada bayi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 125
2. Episiotomi
Adalah: Insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah ruptura perineun totalis
Tujuan Episiotomi :
1) Membuat luka lebih lurus
2) Mengurangi tekana pada kepala anak
3) Mempersingkat kala II
4) Mengurangi kemungkinan ruptura perinei totalis
Jenis Episiotomi :
1) Episiotomi medialis
2) Episiotomi medoilateralis
3) Episiotomi lateralis
4) Episiotomo sekunder
Indikasi Episiotomi :
1) Mempercepat kelahiran untuk gawat janin
2) Mempercepat proses kelahiran untuk kegawatan ibu
3) Pada perineum kaku
4) Mempercepat kelahiran pada janin dengan fetal distres
5) Mempercepat proses kelahiran pada waktu ibu mengalami
kegawatan
6) Memfasilitasi kelahiran pada kasus–kasus tertentu (Sungsang,
distocia bahu, forsefs, Vakum).
7) Melindungi bayi prematur jika perineum kaku
Keuntungan :
1) Mencegah kerusakan sfingter ani
2) Mencegah trauma pada kepala janin
3) Mudah memperbaiki laserasi spontan
Kerugian :
1) Meningkatkan darah ibu yang hilang
2) Bertambah dalam luka perineum
3) Meningkatkan risiko terjadi kerusakan sfigter ani
4) Rasa nyeri hari pertama postpartum

126 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Lateral

Mediolateral
Schuchardt
Median

Gb. 6.21 Jenis Episiotomi

Alasan Tidak Boleh Melakukan Episiotomi Secara Rutin


1) Persalinan dan kelahiran merupakan proses normal dan
tidak memerlukan intervensi kecuali ada indikasinya.
2) Belum ada bukti–bukti ilmiah yang menunjukan adanya
manfaat episiotomi bagi suatu kelahiran yang tidak me-
ngalami komplikasi.
3) Akan meningkatkan banyaknya pendarahan.
4) Bisa Menambah dalamnya Laserasi Perineum.
5) Menambah resiko kerusakan spincter Ani.
6) Menambah rasa sakit selama hari–hari pertama Post Partum.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 127
G. Mendeteksi Komplikasi dan Penyulit
Kala II dan Cara Menanganinya
1. Dehidrasi
Tanda/Gejala :
a. Perubahan nadi (100x/m atau lebih)
b. Urin pekat
c. Produksi uri sedikit (kurang dari 300 cc/jam)
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Anjurkan untuk minum.
b. Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf).
Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu 1 jam pasang
infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau
180 dan berikan RL/NS 125 cc/jam.
c. Segera rujuk ke Fasilitas yang memiliki kemampuan penata-
laksanaan gawat darurat obstetri dan BBL.
d. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
2. Infeksi
Tanda/Gejala :
a. Nadi cepat (110 xm atau lebih)
b. Suhu >38°C
c. Menggigil
d. Air ketuban atau cairan vagina berbau
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Baringkan miring ke kiri.
b. Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran
16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125cc/jam.
c. Berikan ampisillin 2 gr atau amoksisilin 2 gr/oral.
d. Segera rujuk ke Fasilitas yang memiliki kemampuan penata-
laksanaan gawat darurat obstetri dan BBL
e. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

128 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
3. Pre – Eklamsi Ringan
Tanda Gejala :
a. TD diastolik 90–110 mmHg
b. Protein urin hinga +2
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat diantara
kontraksi atau meneran).
b. Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih, pasang infus
menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)
dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
c. Baringkan miring kiri.
4. Pre – Eklamsi Berat atau Eklamsi
Tanda Gejala :
a. TD diastolik 110 mmHg atau lebih
b. TD diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang
c. Nyeri Kepala
d. Gangguan Penglihatan
e. Kejang (Eklamsia)
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Baringkan miring kiri.
b. Pasang infus dengan menggunakan jarum diameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125cc/jam.
c. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit.
d. Berikan MgSO4 50%, 10 gr (5 gr IM pada masing–masing
bokong).
e. Segera rujuk ke Fasilitas yang memiliki kemampuan penata-
laksanaan gawat darurat obstetri dan BBL.
f. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
5. Inersia Uteri
Tanda/Gejala :
Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi
kurang dari 40 detik.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 129
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan–jalan.
b. Anjurkan untuk minum.
c. Pecahkan ketuban jika selaput ketuban masih utuh.
d. Stimulasi puting susu.
e. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
f. Jika bayi tidak lahir setelah dipimpin meneran (2 jam pri-
migravida & 1 jam Multigravida). Segera rujuk ke Fasilitas
yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan BBL.
g. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
6. Gawat Janin
Tanda/Gejala :
a. DJJ <120 / >160 x/m, mulai waspada tanda awal gawat
janin.
b. DJJ <100 / >180 x/m.
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untuk menarik nafas
panjang perlahan–lahan dan berhenti meneran.
b. Nilai Ulang ulang DJJ setiap 5 menit.
¤ Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran.
¤ Jika DJJ Abnormal, Segera rujuk ke Fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan
BBL.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan
7. Kepala Bayi Tidak Turun
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri.
b. Jika bayi tidak lahir setelah dipimpin meneran (2 jam pri-
migravida & 1 jam Multigravida) ibu dibaringkan miring ke
kiri.

130 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Rujuk ke Fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksa-
naan gawat darurat obstetri dan BBL.
d. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
8. Distosia Bahu
Tanda/Gejala :
a. Kepala Bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
b. Kepla bayi keluar kemudian tertarik kembali kedalam vagina
(kepala kura-kura).
c. Bahu bayi tidak lahir.
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Lakukan episiotomi secukupnya
b. Lakukan manuver Mc Robet’s
¤ Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya minta
ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya. Minta suami atau keluarga untuk membantu
ibu.
¤ Tekan kepala bayi secara mantap dan terus menerus ke
arah bawah (ke arah anus ibu) untuk menggerakan bahu
anterior dibawah simfisis pubis.
¤ Jika masih tetap tidak lahir minta ibu untuk berganti ke
posisi merangkak.
9. Cairan Ketuban bercampur Mekonium
Tanda
Cairan ketuban berwarna hijau (mengandung mekonium)
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Nilai DJJ.
b. Jika DJJ Normal, minta ibu kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran.
c. Jika DJJ tidak normal tangani sebagai gawat janin.
d. Segera setelah kepala bayi lahir, hisap mulut bayi lalu ke-
mudian hidungnya dengan penghisap lendir delee DTT atau
sterilatau bola karet penghisap yang baru dan bersih sebe-
lum bahu dilahirkan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 131
10. Tali Pusat Menumbung
Tanda–tanda :
Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Nilai DJJ, jika ada :
¤ Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena-
talaksanaan gawat darurat obstetri dan BBL.
¤ Dampingi ibu ke tempat rujukan.
¤ Baringkan miring ke kiri dengan panggul agak naik.
Dengan memakai sarung tangan DTT atau Steril, satu
tangan tetap didalam vagina untuk mengangkat kepala
bayi agar tidak menekan tali pusat dan letakan tangan lain
di abdomen untuk menahan bayi pada posisi (keluarga
dapat membantu melakukannya), ATAU
¤ Minta ibu untuk berlutut dengan bokong lebih tinggi dari
kepalanya. Dengan mengenakan sarung tangan DTT
atau Steril satu tangan tetap didalam vagina untuk me-
ngangkat kepala bayi dari tali pusat.
b. Jika DJJ tidak ada
¤ Beritahukan ibu dan keluarganya
¤ Lahirkan bayi dengan cara yang paling aman
11. Lilitan Tali Pusat
Tanda
Tali pusat melilit leher bayi
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati
kepala bayi.
b. Jika Tali pusat melilit erat di leher bayi, lakukan penjepitan
tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian potong
diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera.

132 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
12. Kehamilan Kembar (Gemelli) tak terdeteksi
Rencana Asuhan/Perawatan :
a. Nilai DJJ
b. Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera
turun, biarkan kelahiran berlangsung seperti bayi pertama.
c. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi baringkan ibu miring
kiri.
d. Segera rujuk ke Fasilitas yang memiliki kemampuan penata-
laksanaan gawat darurat obstetri dan BBL.
e. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
13. Presentasi Muka
a. Adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal, hingga
oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah.
b. Diagnosa dalam kehamilan :
¤ Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan
antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang
runcing (sudut fabre). Tonolan kepala ini juga bertentangan
dengan pihak bagian–bagian kecil.
¤ Bunyi jantung anak terdengar pada fihak bagian–bagian
kecil.
¤ Di buat foto rontgen.
c. Diagnosa dalam persalinan :
¤ Dengan PD pada pembukaan yang cukup besar teraba:
Orbita, tulang pipi, mulut dan dagu.
d. Prognosa :
¤ Letak muka dapat lahir spontan, umumnya partus lebih
lama, kemungkinan ruptur perinei lebih besar.
e. Penanganan :
¤ Letak muka dapat lahir spontan asal tidak ada kelainan
panggul.
¤ Jika dagu belakang memutar ke depan persalinan dapat
spontan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 133
¤ Dengan menggunakan Forseps, Jika :
Þ Kepala sudah di H IV
Þ Dagu sebelah depan

i. Letak Lintang
a. Sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu
b. Bahu menjadi bagian terendah (Presentasi bahu/acromion)
c. Kalau punggung terdapat disebelah depan disebut dorsoan-
terior dan kalau dibelakang disebut dorsoposterior
Diagnosa :
a. Pada Inspeksi nampak perut melebar ke samping, fundus
uteri lebih rendah dari biasanya.
b. Pada palpasi fundus maupun bagian bawah uteri kosong,
sedangkan bagian–bagian besar (kepala dan bokong) teraba
disamping.
c. Pada periksa dalam dapat diraba sisi thorax sebagai susunan
tulang–tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar
maka teraba skapula.
d. Sering sekali disertai tangan menumbung.
e. Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir
spontan dan berbahaya bagi ibu maupun anak, namun se-
lama ketuban masih utuh bahaya bagi anak dan ibu tidak
seberapa maka kita berupaya supaya ketuban selama mung-
kin utuh :
¤ Melarang pasien mengejan
¤ Klien tidak dibenarkan berjalan jalan
¤ PD harus hati2, di luar RS jangan dilakukan PD

134 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
ii. Letak Sungsang
a. Adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (Presentasi bokong)
b. Letak sungsang dibagi dalam :
¤ Frank Breech : Letak bokong murni
¤ Complete Breech : Letak bokong kaki
¤ Incomplet Breech : Letak lutut/kaki
Diagnosa :
a. Ibu merasakan/meraba pergerakan anak dibagian perut
bawah di bawah pusat dan sering merasa benda keras (ke-
pala) mendesak tulang iga.
b. Pada palpasi bagian fundus teraba bagian keras, bundar,
melenting dan diatas simfisis teraba bagian yang kurang
bundar dan lunak.
c. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi/di-
atas pusat.
d. Pada periksa dalam kalau pembukaan sudah besar dapat
teraba 3 tonjolan tulang : Tubera ossis ischii dan ujung os
sacrum.
e. Antara 3 tonjolan tulang dapat diraba anus dan genetalia.
Prognosa : Letak sungsang dapat lahir spontan.
Pertolongan persalinan letak sungsang :
¤ Bracht
¤ Ekstraksi parsiil (manual aid) : Cara klasik (deventer),
cara muller
¤ Ekstraksi kaki atau bokong
¤ SC

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 135
136 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 7

Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin
Kala III

A. Fisiologi Kala III


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan,
miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan uterus ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran palsenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina.
Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus
seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus
akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah
ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi wanita tersebut
dapat kehilangan darah 350-500 ml/menit di tempat melekatnya
plaenta tersebut. Oleh sebab itu kelahiran yang cepat dari plasenta
segera setelah ia melepas dari dinding uterus merupakan tujuan
dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 137
Fase Pelepasan Korioamnion
Sangat berkurangnya luas permukaan rongga uterus secara ber-
samaan menyebabkan selaput janin (amniokhorion) dan desidua
parietal menjadi berlipat-lipat sehingga menambah ketebalan lapisan
tersebut. Selaput-selaput tersebut biasanya tetap insitu sampai
pelepasan plasenta hampir lengkap. Kemudian selaput ini me-
ngelupas sampai ke dinding uterus, sebagian karena tarikan oleh
plasenta yang telah lepas, yang telah berada di segmen bawah uterus
atau bagian atas vagina.
Fase Pengeluaran Plasenta
Ketika bagian plasenta terlepas dari dinding uterus, pembuluh
darah pada bagian uterus yang membawa darah dari dan menuju
permukaan maternal plasenta menjadi ruptur dan timbul perdarahan
diantara desidua dan permukaan maternal plasenta. Hal ini
menyebabkan pelepasan plasenta lebih lanjut. Selain itu otot uterus
akan melanjutkan kontraksi dan retraksi sehingga menyempurnakan
pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Plesenta akan terjatuh pada segmen bawah uterus dan kemudian
terdorong kebagian vagina dengan dorongan dari kontraksi dan
retraksi. Pada saat ini uterus akan berkontraksi sangat kuat dan
menjadi bulat keras dan dapat dipalpasi melalui dinding abdominal
anterior, diantara otot-otot rektum abdominalis. Selain itu juga
terjadi peninggian uteri 1-2 cm diatas pusat. Akhirnya plasenta
keluar dari jalan lahir.
Dua metoda pelepasan plasenta
a) Metoda Schultze : Pelepasan dimulai dari bagian tengah plasen-
ta dan bagian inilah yang lebih dulu turun ke segmen bawah
rahim. Permukaan fetal akan muncul lebih dahulu pada vulva
diikuti oleh selaput ketuban yang membentuk kantung terbalik.
Darah dari tempat plasenta tercurah ke kantung tersebut tidak
keluar sampai terjadinya pengeluaran plasenta.
b) Metoda Duncan : Pelepasan dimulai dari tepi plasenta. Darah
menggumpal diantara selaput ketuban dan dinding uterus keluar
pada vagina. Pada keadaan ini plasenta turun ke sisi samping
vagina dan permukaan maternal pertama kali tampak di vulva.

138 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Tanda-Tanda Klinis Pelepasan Plasenta
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi
uterus berbentuk bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya
turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus
berada diatas pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva
dan vagina.
c. Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang
terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permu-
kaan maternal plasenta (darah retroplasenter) keluar melalui
tepi plasenta yang terlepas.

B. Manajemen Aktif Kala III


Kala III persalinan disebut sebagai kala uri/pengeluaran plasenta
yang merupakan kelanjutan dari kala I dan Kala II. Sekiar 30 %
kematian ibu adalah akibat dari perdarahan setelah melahirkan.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif.
Keuntungan Manajemen Aktif Kala III
1) Kala III menjadi lebih singkat
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
3) Mengurangi kejadian retensio Plasenta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 139
• Bristol Trial :
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Aktif (N=846) Fisiologis (N=849)
Perdarahan PP 50 (5,9%) 152 (17,9%)
Lamanya kala III 5 menit 15 menit
Kala III >30 Menit 25 (2,9%) 221 (26%)
Transfusi darah 18 (2,1%) 48 (5,6%)
Terapi Oksitosin 6,4 % 29,7%

Tabel 7.1 Bristol Trial

• Hinchingbrooke Trial :
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Aktif (n=748) Fisiologis (n=764)
Perdarahan PP 51(6,8%) 122 (16,5%)
Lamanya kala III 8 Menit 15 menit
Kala III > 30 25 (3,3%) 125 (16,4%)
Menit
Transfusi darah 4 (0,5%) 20 (2,6%)
Terapi Oksitosin 24 (3,2%)

Tabel 7.2 Hinchingbrooke Trial

3 Langkah Utama Manajemen Aktif Kala III :


1. Pemberian Suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
a. Letakkan bayi di dada ibu Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
b. Letakkan kain bersih di atas perut ibu.
c. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
(undiagnosed twin).
d. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik.
e. Segera (dalam 1 menit setelah bayi lahir) suntikkan oxytosin
10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha luar.
2. Melakukan Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT)
a. Berdiri di samping ibu.
b. Pindahkan klem tali pusat sekitar 5–10 cm dari vulva.

140 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat di atas
simpisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba uterus &
menekan uterus pada saat PTT.
d. Setelah terjadi kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat
dengan satu tangan dan tangan yang lain dorso kranial.
e. Bila uterus belum lepas tunggu hingga uterus berkontraksi
kembali untuk mengulangi kembali PTT.
f. Saat mulai kontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah,
lakukan tekanan dorso kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan
plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
g. Jika setelah 30-40 detik tidak ada tanda-tanda lepasnya
plasenta, PTT jangan teruskan.
h. Setelah placenta terpisah anjurkan ibu meneran sedikit agar
placenta terdorong keluar melalui introitus vagina.
i. Pada saat plasenta telihat di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan meno-
pang plasenta dengan tangan lainnya.
j. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan un-
tuk melahirkan selaput ketuban.
k. Jika selaput robek dan tertinggal di jalan lahir, dengan hati-
hati periksa vagina & serviks dengan seksama.
3. Masase (pemijatan fundus uteri)
a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
b. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin
merasa tidak nyaman dengan tindakan
c. Dengan lembut dan mantap gerakkan tangan dengan arah
memutar pada Fundus Uteri supaya berkontraksi
d. Jika dalam 15 detik uterus tidak berkontraksi lakukan pena-
talaksanaan atonia uteri
e. Periksa plasenta dan selaputnya yang terdiri dari dua ba-
gian:
¤ Periksa sisi maternal
¤ Periksa sisi fetal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 141
¤ Evaluasi selaput
¤ Pasangkan bagian–bagian yang robek/terpisah
f. Periksa kembali uterus setelah 1–2 menit untuk memastikan
uterus berkontraksi
g. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus
h. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit (1 jam pertama) 30
menit (1 jam kedua)

C. Pemantauan: Kontraksi, Robekan Jalan


Lahir dan Perineum, Tanda Vital, Higiene
Setelah plasenta lahir lengkap pantau kontraksi uterus, jika ada
robekan jalan lahir/perineum segera dijahit, pantau tanda vital dan
higyene ibu.
Setelah plasenta lahir :
1. Lakukan masase uterus untuk merangsang kontraksi uterus
berkontraksi dengan baik dan kuat.
2. Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya tinggi
fundus setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
3. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa kemungkinan adanya perdarahan dan robekan (laserasi
atau robekan) perineum.
5. Evaluasi keadaan umum ibu.
6. Dokumentasikan seluruh asuhan dan temuan selama persalinan
kala IV di bagian belakang partograf, segera seletah asuhan
atau setelah penliaian dilakukan.

142 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
D. Kebutuhan Ibu Kala III
Perubahan Psikologis Kala III
1. Biasanya ibu ingin melihat, menyentuh, memeluk dan mencium
bayinya.
2. Sangat gembira, bangga, merasa lega, sangat lelah
3. Kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit?
4. Menaruh perhatian terhadap plasenta
Asuhan Kebidanan yang diberikan pada kala III
1. Melakukan penilaian pada bayi baru lahir
2. Bounding attachment
Kebutuhan Kala III
1. Intake & nutrisi: Minum sari buah, teh/kopi dengan gula.
2. Observasi tanda–tanda vital: Tekanan Darah, Nadi, Suhu,
Respirasi,
3. Peningkatan kontraksi uterus, yang bisa dilakukan dengan cara
pemberian Oksitosin dan menyusui bayinya.
4. Informasi tentang bayinya: keadaan bayi, BB, PB.
5. Suport dari keluarga dan tenaga kesehatan.
6. Informasi tentang dirinya
• Memerlukan penjahitan atau tidak
• Tentang plasenta: apakah sudah lahir/ belum
7. Hubungan keluarga: Bounding attachment.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 143
E. Pendokumentasian Kala III
SUBJEKTIF
Keluhan dan perasaan ibu
OBJEKTIF
1. Keadaan umum ibu
2. Tinggi fundus uteri
3. Kontraksi
4. Kandung kemih
5. Terlihat tali pusat di vulva
ANALISIS
Ibu P.. A... inpartu kala III keadaan ibu baik/komplikasi (masalah,
diagnosa potensial dan antisipasinya, serta catat apabila membu-
tuhkan kebutuhan segera)
PLANNING/PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menejemen aktif kala III (mencatat perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kala III)
Jenis evaluasi kala III :
1. Kelengkapan plasenta & selaput plasenta
2. Tinggi fundus uteri
3. Kontraksi
4. Jumlah perdarahan
5. Kandung kemih
6. Keadaan umum ibu: TD, suhu, nadi
7. Robekan jalan lahir: ada tidak?, kalau ada, derajat berapa?

144 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
F. Mendeteksi Adanya Komplikasi Persalinan
Kala III dan Cara Mengatasinya
1. Perdarahan kala III
a) Atonia Uteri
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak
500-800 cc/mnt. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera
setelah kelahiran plasenta, maka ibu dapat mengalami perdara-
han sekitar 350-500 cc/menit dari tempat melekatnya plasen-
ta. Bila uetrus berkontraksi maka miometrium akan menjepit
anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot
tadi. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium
tidak dapat berkonraksi dan bila ini terjadi maka darah yang
keluar dari bekas implantasi plasenta menjadi tidak terkendali.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pascasalin
dalam waktu kurang dari satu jam. Atonia uteri menjadi
penyebab lebih dari 90% perdarahan pascapersalinan yang
terjadi pada 24 jam setelah bayi lahir. Sebagian besar kematian
terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena alasan itu, penatalaksanaan persalinan kala III sesuai
standar dan penerapan manajemen aktif kala III merupakan
cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian
ibu.
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan
pasca persalinan yang disebabkan oleh karena atonia uteri
adalah :
• Pembesaran uterus yang berlebihan
• Kala I dan atau II yang memanjang
• Partus presipitatus
• Persalinan induksi
• Infeksi intrapartum
• Multiparitas
• Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan
kejang pada preeklampsia/eklampsia.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 145
Pengawasan yang melekat pada semua ibu pasac persalinan
serta mempersiapkan diri untuk melaksanakana atonia uteri
pada setiap kelahiran merupakan tindakan pencegahan yang
sangat penting. Meskipun beberapa faktor–faktor telah diketahui
bisa menyebabkan perdarahan pasca persalinan, dua pertiga
dari semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu
tanpa risiko yang diketahui sebelumnya dan tidak mungkin
memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri
dan perdarahan pasca persalinan. Karena alasan tersebut maka
manajemen aktif kala III merupakan hal yang sangat penting
dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat
perdarahan pasca persalinan.
b) Retensio Plasenta
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10
unit oksitosin IM dosis yang kedua. Periksa kadung kemih,
jika ternyata penuh, gunakan kateter nellaton steril atau
DTT secara aseptik untuk mengeluarkan urin. Ulangi lagi
penegangan tali pusat terkendali. Beritahukan keluarga jika
kemungkinan ibu membutuhkan rujukan jika dalam waktu 30
menit belum lahir. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan
plasenta dengan melakukan peregangan tali pusat terkendali
untuk terakhir kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk
segera. Ingat, apabila plasenta tidak keluar dalam 30 menit,
jangan coba-coba mengeluarkan secara paksa dan rujuk segera
ke fasilitas yang lebih tinggi.
Jika sebelum plasenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan
maka segera lakukan tindakan manual plasenta. Jika setelah
manual plasenta masih terjadi perdarahan, lakukan kompresi
bimanual interna/eksterna atau kompresai aorta. Berikan okstosin
10 IU dosis tambahan atau misoprostol 600-1000 mg per rektal.
Tunggu hingga uterus berkontraksi kuat dan perdarahan berhenti,
baru hentikan tindakan kompresi bimanual.
c) Perlukaan Jalan Lahir
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi
atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi peri-
neum, laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan.

146 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Derajat satu Derajat dua Derajat tigau Derajat empat

Gambar 7.1 Robekan Perineum

Derajat I : Derajat II: Derjat III: Derajat IV:

• Mukosa • Mukosa • Mukosa • Mukosa


vagina vagina vagina vagina
• Komisura • Komisura • Komisura • Komisura
posterior posterior posterior posterior
• Kulit parineum • Kulit perineum • Kulit perineum • Kulit
• Otot perineum • Otot perineum perineum
• Otot spinkter • Otot
ani perineum
• Otot spinkter
ani
• Dinding
depan
rectum
Tidak perlu Jahit dengan Penolong APN tidak dibekali
dijahit, jika tidak teknik jelujur ketrampilan untuk reparasi laserasi
ada perdarahan perineum derajat 3 dan 4. Segera
dan aposisi luka rujuk ke fasilitas rujukan
baik

2. Penjahitan Laserasi /Episiotomi


Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatu-
kan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah ke-
hilangan darah yang tidak perlu. Ingat bahwa setiap kali jarum
masuk ke jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi
tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu
pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang
yang cukup panjang dan gunakan sedikit mungkin jahitan un-
tuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostatis.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 147
Keuntungan teknik penjahitan jelujur :
a. Mudah dipelajari (karena hanya perlu belajar satu jenis
penjahitan dan satu atau dua jenis simpul).
b. Tidak teralalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digu-
nakan.
c. Menggunakan lebih sedkit benang.
Mempersiapkan Penjahitan:
1. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokong berada
di tepi tempat tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat
penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang
kaki sehinga ibu tetap dalam posisi litotomi.
2. Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong ibu.
3. Jika munngkin tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga
perineum bisa dilihat dengan jelas.
4. Gunakan tenik aspetik pada pemeriksaan robekan atau
episiotomi, memberikan anestesi lokal dan menjahit luka.
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
6. Pakai sarung tangan DTT atau steril.
7. Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapan peralatan
dan bahan–bahan DTT untuk penjahitan.
8. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa
dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa
kesulitan.
9. Gunakan kain/kasa DTT atau bersih untuk menyeka vulva,
vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah
atau bekuan darah yang ada sambil menilai dalam dan
luasnya luka.
10.Periksa vagina, serviks san perineum secara lengkap.
Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupak-
an derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau epi-
siotomi telah meluas, periksa lebih lanjut untuk memeriksa
bahwa tidak terjadi robekan derajat 3 atau 4. Masukkan jari
yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan
angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasi
sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter ani. Jika

148 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
sfingter terluka, ibu mengalami luka derajat 3 atau 4 dan
membutuhkan rujukan segera. Ibu juga harus dirujuk jika
mengalami laserasi serviks.
11.Ganti sarung tangan dengan sarung tangan DTT atau steril
yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum.
12.Berikan anestesi lokal.
Berikan anestesi lokal pada setiap ibu yang memerlukan
penjahitan laserasi atau episiotomi. Penjahitan sangat me-
nyakitkan dan menggunakan anestesi lokal merupakan salah
satu asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan tindakan episio-
tomi dengan anestesi lokal, lakukan pengujian pada luka un-
tuk mengetahui bahwa anestesi masih bekerja. Sentuh luka
dengan jarum yang tajam atau dengan forceps atau cunam.
Jika ibu merasa tidak nyaman, ulangi pemebrian anestesi
lokal.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum
ukuran 22 panjang 4 cm. Jarum yang lebih panjang dan
tabung suntik lebih besar bisa digunakan, tapi jarum harus
berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang
memerlukan anestesi. Obat standar untuk anestesi lokal
adalah 1% lidokain tanpa epinefrin (silokain). Jika lidokain
1% tidak tersdia, gunakan lidokain 2% yang dilarutkan
dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan
1:1 (sebagai contoh 5 ml lidokain 2% : 5 ml air steril atau
normal salin).
¤ Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu
merasa santai
¤ Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik
sekali pakai ukuran 10 ml.
¤ Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung
tersebut.
¤ Tusukkan jarum tersebut ke ujung atau pojok laserasi lalu
tarik ujung jarum sepanjang tepi luka (ke bawah diantara
mukosa dan kulit perinemum.
¤ Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di
dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 149
jangan suntikkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya.
Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
• Suntikkan anestesi sejajar dengan permukaan luka pada
saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan
• Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana
jarum tersebut disuntikkan.
• Arahkan jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi
langkah ke-4. Tusukkan jarum untuk yang ketiga kalinya
dan sekali lagi ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di
sisi luka mendapatkan anestesi lokal tersebut. Setiap sisi
luka memerlukan kurang lebihh 5 ml lidokain 1% untuk
mendapatkan anestesi yang cukup.
• Tunggu selama dua menit dan tunggu anestesi tersebut
bekerja dan kemudian uji daerah yang dilakukan anestesi
dengan cara dicubit dengan forceps atau disentuh dengan
jarum yang tajam. Jika ibu masih merasa cubitan tersebut,
tunggu 2 menit lagi sebelum melakukan penjahitan.

Gambar 7.2 Melakukan Anestesi Lokal

13.Siapkan jarum (pilih jarum batangnya bulat, bukan pipih)


dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang
kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan paling sedikit
menimbulkan reaksi jaringan.
14.Tempatkan jarum pada pemegang jarum denagn sudut 900,
dan jepit jarum tersebut.

150 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Nasihati Ibu Untuk
a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.
b. Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineumnya.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir tiga sampai empat kali sehari.
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya.
Ingat
a. Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak
mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik
b. Gunakan sedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan
jaringan dan memastikan hemostasis
c. Selalu gunakan teknik aseptik
d. Jika ibu mengeluh sakit pada saatt penjahitan dilakukan,
berikan anestesi lokal untuk memastikan kenyamanan ibu.

3. Tindakan–tindakan kala III : KBI, KBE, Kompresi Aorta


dan Manual Plasenta
1). Kompresi Bimanual Interna (KBI)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri. Setelah
meyakini bahwa plasenta telah lahir lengkap, akan tetapi
kontraksi tidak terjadi, maka penanganan Atonia Uteri adalah
de-ngan cara KBI, yang dilakukan dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
a) Pakai sarung tangan steril atau DTT, dengan lembut masuk-
kan secara obstetrik melalui introitus vagina.
b) Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau
bekuan darah di dalam kavum uteri, mungkin ini yang me-
nyebabkan kontraksi uterus tidak penuh.
c) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forneks ante-
rior, tekan dinidng anterior ke arah tangan luar yang mena-

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 151
han dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan
sehingga uterus di tekan ke arah depan dan belakang.
d) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus
ini memberi tekanan langsung pada pembuluh darah yang
terbuka bekas implantasi plasenta di dinding uterus dan juga
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e) Evaluasi keberhasilan :
¤ Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang
teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara
melekat selama kala IV.
¤ Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung,
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi
laserasi. Jika demikian segera lakukan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan.
¤ Jika uterus tidak berkontraksi selama 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.

Gambar 7.3 Kompresi Bimanual Interna

2). Kompresi Bimanual Eksterna


a) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding
depan korpus uteri dan di atas simpisis pubis.
b) Letakkan tangan pada dinding abdomen dan dinding be-
lakang korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus
uteri. Usahakan untuk mencakup bagian belakang seluas
mungkin.
c) Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan
tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam
anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara

152 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu
uterus untuk berkontraksi.
3). Kompresi Aorta
a) Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha.
b) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari
telunjuk hingga kelingking pada umbilikus ke arah kolumna
vertebralis dengan arah tegak lurus.
c) Dengan tangan yang lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk
mengetahui cukup tidaknya kompresi :
¤ Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi ma-
sih belum cukup.
¤ Jika kompresi mencapai aorta abdominalis, maka pulsasi
arteri femoralis akan berkurang/terhenti.
d) Jika perdarahan pervaginam berhenti, pertahankan po-
sisi tersebut dan pemijatan uterus (dengan bantuan asisten)
hingga uterus berkontraksi dengan baik.
4). Plasenta Manual
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta se-
cara secara manual dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Prosedur manual plasenta :
a) Persiapan
¤ Pasang set infus.
¤ Jelaskan kepada ibu tentang prosedur atau tujuan tinda-
kan.
¤ Lakukan anetesi verbal atau analgesia per rektal.
¤ Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
b) Tindakan penetrasi ke dalam kavum uterus
¤ Pastikan kandung kemih kosong.
¤ Jepit tali pusat dengan jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
¤ Masukkan tangan secara obstetrik dengan menelusuri sisi
bawah tali pusat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 153
¤ Setelah mencapai bukaan serviks, minta tolong asisten
untuk memegang klem tali pusat, kemudian memindahkan
tangan luar untuk menahan fundus uteri.
¤ Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam
hingga kekavum uteri sehingga mencapai tempat implan-
tasi.
¤ Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti mem-
beri salam (ibu jari merapat ke telunjuk dan jari lain saling
merapat).
c) Melepas plasenta dari dinidng uterus
¤ Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta pa-
ling bawah.
¤ Setelah ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding
uterus maka perluas perlepasan plasenta dengan menggeser
tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan di atas, sehingga
semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
(bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada
dataran yang sama tinddi dengan dinding uterus maka
hentikan tindakan manual plasenta karena hal tersebut
menunjukkan plasenta inkreta).
d) Mengeluarkan plasenta
¤ Sementara satu tangan masih di dalam kavum uterus,
lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta
yang tertinggal.
¤ Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis,
kemudian instruksikan asisten untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta ke luar.
¤ Lakukan penekanan dorso kranial setelah plasenta di-
lahirkan dan tempatkam plasenta di dalam wadah yang
telah disediakan.
e) Pencegahan Infeksi pascatindakan
¤ Dekontaminasi sarung tangan dan peralatan lain yang
digunakan.
¤ Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan
lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

154 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
¤ Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
¤ Keringkan tangan dengan handuk bersih.
f) Pemantauan pascatindakan
¤ Periksa kembali tanda vital ibu.
¤ Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
¤ Tuliskan rencana pengobatan, tinfakan yang masih diper-
lukan.
¤ Beritahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
tetapi ibu masih membutuhkan pemantauan selama 2
jam.
¤ Lanjutkan pemantauan selama 2 jam.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 155
156 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 8

Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin
Kala IV

A. Fisiologi Kala IV
Kala IV dimulai setelah plasenta lahir, ibu sudah dalam keadaan
aman dan nyaman dan akan dilakukan pemantauan selama dua
jam. Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan
fisik yang luar biasa-ibu baru saja melahirkan bayi dari dalam
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu
ke dunia luar. Bidan harus tinggal dengan ibu salama 2 jam untuk
memastikan keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.

B. Perkiraan Darah Yang Hilang


Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat
karena darah seringkali bercampur dengan air ketuban atau urin
dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Tak mungkin
menilai perdarahan secara akurat melalui penghitungan jumlah
sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin
telah diganti jika telah terkena oleh darah.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 157
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara
melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa
banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah tersebut.
Cara tak langsung untuk melihat jumlah kehilangan darah adalah
melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun serta
tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari sistolik
sebelumnya, maka kemungkinan ibu telah kehilangan darah lebih
dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik, maka ibu telah
kehilangan darah sekitar 50% dari total jumlah darah ibu (2000-
2500 ml)

C. Pemantauan Selama Kala IV


Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebab-
kan oleh perdarahan pasca persalinan selama empat jam setelah
persalinan. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau
ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital
dan kontrakasi uterus masih dalam batas normal selama dua jam
pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami
perdarahan pasca persalinan. Penting untuk berada di samping
ibu dan bayinya selama dua jam pasca persalinan.
Selama dua jam pertama pasca persalinan :
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih
dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi
dan penilaian kondisi ibu.
2) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua kala empat.
3) Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama
pasca persalinan.
4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit
pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.

158 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
5) Ajarkan kepada ibu bagiaman menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluarbdan bagaimana melakukan masase
jika uterus lembek.
6) Minta anggota keluarga memeluk bayinya. Bersihkan ibu dan
bantu ibu menggunakan kain yang bersih dan kering, atur po-
sisi yang nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring
miring.
7) Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pasca
persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat
akan menyulitkan penolong persalinan untuk menilai kontraksi
uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu
untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk
mengosongkan setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa
keinginan berkemih mungkin akan berbeda setelah ia melahirkan
bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara
menyiramkan air hangat dan bersih ke perineumnya. Berikan
privasi atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk
merangsang keinginan berkemih secara spontan.
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berke-
mih secara spontan, mungkin diperlukan kateterisasi. Sebelum
meinggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan
keluargana mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah
darah yang keluar. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana mencari
pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :
a) Demam
b) Perdarahan aktif
c) Keluar banyak bekuan darah
d) Bau busuk dari vagina
e) Pusing
f) Lemas luar biasa
g) Kesulitan dalam menyusui
h) Nyeri panggul atau abdomen yang luar biasa lebih dari nyeri
kobtraksi biasa.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 159
Pencegahan Infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan
matras dengan larutan klorin 0,5%, kemudian dicuci dengan air
detergen dan bilas dengan air bersih, keringkan dengan kain ke-
ring bersih supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah.
Dekontaminasikan linen yang digunakan selama persalinan dalam
klorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air dan detergen.
Salah satu langkah pencegahan infeksi adalah dengan cara melaku-
kan pemrosesan alat yang terdiri dari:
1. Dekontaminasi dan Pembersihan
2. Sterilisasi
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi
4. Memroses linen

DEKONTAMINASI DAN PEMBERSIHAN


Dekontaminasi Rendam
dalam lar.klorin 0,5% 10 menit

Keseluruhan dicuci dan dibilas (pakai sarung tangan dan


alat pelindung diri)
cara yang diinginkan cara yang bisa diterima

Sterilisasa Disinfeksi Tingkat Tinggi (DDT)

Kimiawi Otoklaf 1210c Panaskan Didihkan/ Kimiawi


Rendam 20’ tdk 1700c, 60’ semprot rendam 20’
10-20 dibungkus, 30’ uap tutup
dibungkus 20’

DINGINKAN (pakai segera/simpan)

Diagram 8.1 Proses Dekontaminasi Alat

160 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BAB 9

Asuhan Pada Bayi


Segera Setelah Lahir

A. Adaptasi Fisiologis BBL terhadap


Kehidupan di Luar Uterus
1. Perubahan Sistem Pernafasan
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx,
yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah
kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkio-
lus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang
trimester kedua dan ketiga. Ketidakmatangan paru-paru teru-
tama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru
lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system
kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 161
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ling-
kungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kom-
presi paru-paru selama persalinan, yang merangsang ma-
suknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susu-
nan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidu-
pan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk per-
tama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang
cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimu-
lai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat
sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan.
Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan mem-
bantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak ko-
laps pada akhir pernafasan.
Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah
akhir setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.
Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah ter-
ganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya.
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi
yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan
dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru
basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali

162 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-
paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe
dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi
udara sesuai dengan perjalanan waktu.
e. Fungsi sistem pernafasan dalam kaitanya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat pen-
ting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan me-
ngalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak
ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen
yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar per-
tukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-
paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu meng-
hilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirku-
lasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan Sistem Sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pem-
buluh darah :
1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah
ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan
volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 163
pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya system pembuluh darah paru-paru (menurunkan
resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi
ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup.
Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari
tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi
jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan
3. Perubahan Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam
lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan me-
reka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan
bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun

164 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 0
C–
370 C.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebab-
kan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi
dengan sempurna.
2. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas.
4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya
agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling
bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak
diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu
6–12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan
basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau
meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Gejala hipotermia:
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi
kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI
dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung
menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan te-
rutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabo-
lisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi
jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan
kematian.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 165
Mekanisme terjadinya Hipotermia:
Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu
tubuh yang dapat terjadi melalui:
1. Radiasi: Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin, misal: BBL diletakkan ditem-
pat yang dingin.
2. Evaporas : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit
bayi menguap, misal: BBL tidak langsung dikeringkan dari
air ketuban.
3. Konduksi: Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit
bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin,
misal: popok/celana basah tidak langsung diganti.
4. Konveksi: Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran
udara sekeliling bayi, misal: BBL diletakkan dekat pintu/
jendela terbuka.
4. Perubahan Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem
pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara:
1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong
untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis).
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam
hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim.
Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir

166 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa
sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat.
Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang
sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama
maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang
bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
distress janin merupakan resiko utama, karena simpanan energi
berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas
meliputi: kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah,
letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat
bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan yang meluas di
seluruh sel-sel otak.
5. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh”
pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri
sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting
contohnya memeberi ASI on demand.
Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu me-
lindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi
baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air disbanding
orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius
pada neonatus.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 167
6. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan
alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan keke-
balan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi:
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
2. Fungsi saringan saluran napas.
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah
yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme
asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih
belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru la-
hir yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak vi-
rus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidu-
pan anak. Salah satu tuges utama selama masa bayi dan balita
adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi
baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir
terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek per-
salinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.

168 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
B. Perlindungan Termal
Mekanisme pengaturan teperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum
berfungsi sempurna. Karena itu, jika tidak diupayakan dengan
segera pencegahan kehilangan panas tubuh, maka bayi baru lahir
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat
berisiko mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hiotermia
mudah dialami pada bayi yang tubuhnya dalam kondisi basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam
duangan yang relative hangat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi melalui cara-cara berikut:
1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan
panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas
juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuh-
nya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh banyi dengan permukaan yang dingin.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila diletakkan diatas benda-benada
tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan tubuh bayi melalui paparan udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempat-
kan di dalam ruangan yang lebih dingin akan mengalami ke-
hilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi
atau pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas bayi karena bayi ditempat-
kan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah
daripada suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (wa-
laupun tidak bersentuhan langsung).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 169
Mencegah kehilangan panas pada bayi dapat dilakukan melalui
upaya sebagai berikut :
• Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi
cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk
atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan
dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
taktil untuk membantu bayi memulai pernafasan.
• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah megeringkan tubuh bayi dan memotong tali pu-
sat, ganti handuk atau kain yang basah, kemudian selimuti tu-
buh dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih.
• Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas
dan bayi akan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
ditutup.
• Anjurkan ibu untuk memeluk atau menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh
dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyu-
sukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI
harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tu-
buhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu diselimuti bayi dengan kain bersih
atau selimut. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
badan pada saat berpakaian dikurangi dengan berat pakaian/
selimut.
• Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir, kare-
na memandikan bayi beberapa jam setelah bayi lahir akan me-
nyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan
bayi.

170 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
• Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi setelah lahir di tempat yang hangat. Idelanya
bayi ditempatkan pada tempat tidur yang sama dengan ibunya.
Hal ini merupakan cara yang paling mudah supaya ibu bisa
dengan leluasa menyusui dan mencegah papapran infeksi pada
bayi.

C. Pemeliharaan Pernafasan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur. Beberapa kondisi tertentu pada ibu
hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi
dalam rahim, ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui
dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya faktor ibu, tali pusat dan bayi, sebagai berikut :
• Faktor ibu
a. Preeclampsia dan eklamspia
b. Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solution
plasenta)
c. Partus lama atau macet
d. Demam selama persalinan
e. Infeksi berat
f. Kehamilan lewat waktu (lebih dari 42 minggu)
g. Penyakit ibu
• Faktor tali pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 171
• Faktor bayi
a. Bayi premature (sebelum 37 minggu)
b. Persalinan dengan tindakann (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps)
c. Kelainan bawaan (congenital)
d. Air ketuban berwarna kehijauan (bercampur mekonium)
Cara mengetahui gawat janin :
• Frekuensi DJJ dibawah 100 atau diatas 180 kali/menit
• Berkurangnya gerakan janin (kurang dari 10 kali/hari)
• Air ketuban berwarna kehijauan (bercampur mekonium)
Cara mencegah gawat janin :
• Gunakan partograf untuk memantau kondisi dan kemajuan
persalinan
• Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan
(posisi terlentang bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah atau oksigen ke bayi)
Cara mengidentifikasi gawat janin dalam persalinan :
• Periksa frekuensi bunyi jantung janin setiap 30 menit selama
kala I dan setiap 5-10 menit selama kala II
• Periksa ada/tidaknya air ketuban bercampur mekonium
(berwarna kehijauan)
Cara menangani gawat janin :
• Bila terjadi tanda gawat janin
a. Tingkatkan pasokan oksigen ke jalan lahir dengan cara
berikut :
1. Mintalah ibu mengubah posisi tidurnya
Anjurkan ibu untuk miring ke salah satu sisi untuk
meningkatkan aliran oksigen ke janinnnya. Hal ini
akan meningkatkan aliran darah maupun oksigen
melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ini
tidak membantu, maka coba posisi yang lain (sujud)
2. Berikan cairan oral atau IV pada ibu
3. Berikan oksigen bila tersedia

172 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
b. Periksa kembali DJJ
• Bila frekuensi DJJ tidak normal setelah 3 kali pemantauan:
a. RUJUK
b. Bila merujuk tidak mungkin, siaplah untuk menolong
bayi baru lahir dengan asfiksia
Gejala dan tanda-tanda Asfiksia
• Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
• Warna kulit kebiruan
• Kejang
• Penurunan kesadaran
Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas perut bawah ibu. Cegah
kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/
handuk yang telah dipersiapkan sambil melakukan penilaian dengan
menjawab 2 pertanyaan :
1. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas atau megap-megap?
2. Apakah bayi lemas, bergerak aktif?

D. Perawatan Tali Pusat


Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat
dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)
bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat tali pusat dipotong). Lakukan penjepitan kedua pada jarak
2 cm dari penjepitan pertama. Pegang talipusat diantara kedua
klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2
klem dengan menggunakan gunting DTT.
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka
lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit dengan klem
plastic tali pusat (bila tersedia)
• Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) ke
dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan
sekresi lainnya.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 173
• Bilas tangan dengan air DTT.
• Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk atau kain
bersih dan kering.
• Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari dinding
perut. Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat
DTT atau steril.
• Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan
benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua
kalinya dengan simpul mati di bagian yang berlawanan.
• Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan di dalam
larutan clorin 0,5%.
• Selimuti kembali bayi dan tutup kepala bayi dengan kain bersih
dan kering.
Nasihat untuk merawat tali pusat.
• Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan apapun ke puntung tali pusat.
• Nasiehati hal yang sama pada ibu dan keluarga.
• Mengoleskan alcohol/bethadin masih diperkenankan bila
pemotong tali pusat tidak steril atau DTT, akan tetapi jangn
dikompres, karena akan menyebabkan lembab.
• Berikan nasihat kepada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi :
1. Lipat popok di bawah puntung tali pusat
2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan secara hati-hati
dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih.
3. Jelaskan pada ibu bahwa harus mencari bantuan jika pusat
menjadi merah, bernanah atau berdarah dan atau berbau.
4. Jika pangkal tali pusat menjadi merah, mengeluarkan nanah
dan atau darah segera rujuk ke fasilitas kesehatan.
Di setiap persalinan, penolong persalinan harus selalu siap melaku-
kan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan bertindak dapat
menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upa-

174 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
ya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernafas,
bayi baru lahir akan dapat mengalami kerusakan otak yang berat
dan atau meninggal.
Persiapan melipui ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resisutasi hendaknya
rata, keras, bersih, dan kering misalnya dipan atau di atas lantai
beralas tikar. Tempat resisutasi sebaiknya di dekat sumber pemanas
(misalnya : lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau
pintu terbuka) biasanya digunakan bohlam berdaya 60 watt atau
lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang
kelahiran bayi.
Persiapan alat Resisutasi :
• 2 helai kain/handuk
• Bahan ganjal bahu bayi, dapat berupa kain seperti kain, kaos,
selendang, handuk yang digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi
• Alat penghisap lender Dee Lee atau bola karet
• Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
• Kotak alat resusitasi
• Jam atau pencacat waktu
Langkah–langkah Resusitasi BBL
• Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal :
1. Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayinya butuh bantuan
untuk memulai bernafas
2. Minta keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan
moral, menjaga dan melaporkan apabila terjadi perdarahan
3. Langkah awal tersebut hatus dilakukan dengan cepat :
a. Jaga bayi tetap hangat
Þ Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
atau dekat perineum
Þ Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
Þ Pindahkan bayi diatas kain ke tempat resisutasi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 175
b. Atur posisi bayi
Þ Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat
penolong
Þ Ganjal sedikit agar kepala sedikit ekstensi
c. Isap lendir: Gunakan alat penghisap De Lee atau bola
karet :
Þ Pertama, isap lender di dalam mulut, kemudian baru
isap lender di hidung
Þ Isap lender sambil menark keluar penghisap (bukan
saat memasukkan)
Þ Bila menggunakan penghisap De Lee, jangan me-
masukkan penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm
ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hi-
dung) karena akan menyebabkan denyut jantung bayi
melambat
d. Keringkan dan rangsang bayi
Þ Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan
taktil ini dapat merangsang bayi untuk memulai
pernafasan bayi
Þ Lakukan rangsangan taktik dengan cara :
¤ Menepuk atau menyentil telapak kaki
¤ Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai
bayi dengan telapak tangan
e. Atur kembali posisi kepala dan selimuti
Þ Ganti kain yang basah dengan kain bersih dan kering
yang baru
Þ Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi
bagian muka dan dada agar pemantauan pernafasan
dapat diteruskan
Þ Atur kembali posisi ektensi
f. Lakukan penilaian bayi
Þ Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal,
megap-megap atau tidak bernafas

176 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
¤ Bila bayi bernafas normal, berikan pada ibunya
1. Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti ke-
duanya untuk menjaga kehangatan tubuh melalui
persentuhan kulit ibu dan bayi.
2. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil
membelainya
¤ Bila bayi tidak bernafas normal, segera lakukan
tindakan Ventilasi
Ventilasi I
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resisutasi untuk memasuk-
kan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang
memadai untuk membuka alveoli paru agar bisa bernafas dengan
spontan dan teratur.
1. Pasang sungkup.
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada
bayi.
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik.
4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan
teratur.

E. Pemberian ASI Awal


Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan
oleh serabut syaraf hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk
menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu
akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-
hari pertama, apabila pengisapan puting susu cukup adekuat,
maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi
ASI akan optimal setelah bayi berusia 10-14 hari. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700-800 ml ASI perhari (kisaran 600-1000 ml)
untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-
700 ml) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 ml pada 6

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 177
bulan kedua usia bayi. Produksi ASI akan menurun menjadi 300-
500 pada tahun kedua usia anak.
Dimasa lakstasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks
prolaktin dan refleks okstitosin yang berperan dalam produksi ASI
dan involusi uterus.
Pada bayi terdapat 3 refleks :
• Refleks mencari putting susu (rooting reflex)
Bayi akan menolah kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya.
Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan
berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut
• Refleks menghisap (Suckling reflex)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
reflex menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan
putting susu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga
sinus laktoferus di bawah areola dan ASI terpancar keluar
• Refleks menelan
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di
daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan reflex menelan
dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi
baru lahir harus mendapatkan ASI dalam waktu satu jam setelah
lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera
menyusukan bayi setelah tali pusat dipotong. Keluarga dapat
membantu ibu memulai pemberian ASI lebih awal.
Manfaat pemberian ASI secara dini :
• Merangsang produksi ASI.
• Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal
pada bayi paling kuat dalam beberapa jam setelah pertama
setelah lahir.
Pedoman menyusui (WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion
and Support, 2005)
• Mulai menyusu segera mungkin setelah melahirkan (dalam
waktu satu jam).

178 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
• Jangan berikan makanan ataupun minuman lain kepada bayi
misalnya air, madu, larutan gula.
• Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya
• Berikan ASI sesuai dengan dorongan alamiah baik siang
maupun malam (8-10 kali) atau lebih dalam 24 jam selama bayi
menginginkan.

F. Pencegahan Infeksi Mata


Tetes mata untuk mencegah infeksi mata dapat diberikan setelah
ibu dan keluarga mengasuh bayi dan diberi ASI. Pencegahan
infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep
antibiotika tersebut harus diberikan satu jam setelah kelahiran.
Upaya proilaksis tersbut tidak efektif apabila dilakukan lebih dari
satu jam setelah kelahiran.
Cara pemberian profilaksis mata :
• Cuci tangan (gunakan sabun dan air mengalir)
• Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat
tersebut
• Berikan salep mata dalam satu garus lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar
mata
• Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
• Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapus obat tesebut

G. Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 1 mg
intramuskuler di paha kiri. Tujuan injeksi tersebut adalah untuk
mencegah peradarahan bayi baru lahir akibat defisiensi Vitamin K
yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 179
H. Pemberian Imunisasi HB 0
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu–bayi. Terdapat 2
jadwal pemberian imunisasi hepatitis B. Jadual pertama imunisasi
Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu usia 0 (segera setelah lahir
menggunakan unijeck), 1 dan 6 bulan. Jadual kedua, imunisasi
Hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0, dan DPT +
Hepatitis B pada 2,3, dan 4 bulan usia bayi. Pemberian imunisasi
HB 0 adalah dilakukan satu jam setelah pemberian vitamin K1
dilakukan. Penyuntikan tersebut secara intramuskuler di sepertiga
paha kanan atas bagian luar.

I. Pendokumentasian Hasil Asuhan


SUBJEKTIF
Bayi Ny.
OBJEKTIF
TTV
Antropometri
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Pemeriksaan Penunjang
ANALISIS/ASSESMENT
Bayi umur…. Jam dengan keadaan … (catat jika terdapat masalah,
diagnosa potensial dan antisipasinya, serta kebutuhan tindakan
segera)

180 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PLANNING/PENATALAKSANAAN
Mencatat rencana, pelaksanaan dan evaluasi dari asuhan
pada bayi baru lahir :
• Pencegahan hipotermi
• Pemberian ASI Pemberian Vit K
• Tetes Mata
• Hb 0
• dll

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 181
182 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PERSIAPAN PERSALINAN

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
Tenaga Kesehatan Terlatih

1 Bantu ibu untuk mendapatkan pertolongan


petugas kesehatan terlatih untuk proses
persalinannya.

2 Pastikan ibu mengetahui cara menghubungi


petugas kesehatan terlatih atau fasilitas
kesehatan pada saat yang tepat.
Tempat Persalinan

3 Tanyakan kepada ibu dimana ia berencana


melahirkan (Rumah, RB, RS atau BPS dan
lain–lain).
Trasportasi/trasportasi gawat darurat

4 Tanyakan kepada ibu bagaimana ia akan


pergi ke tempat bersalin : misalnya :
a. Perjalanan ke tempat bersalin
b. Trasportasi gawat darurat ke fasilitas
kesehatan yang tepat apabila mengalami
tanda–tanda bahaya

Biaya/biaya gawat darurat

5 Tanyakan kepada ibu apakah ia memiliki


uang untuk biaya persalinan dan perawatan
gawat darurat dan apabila memungkinkan
untuk mendapatkan bantuan dana melalui
masyarakat atau fasilitas untuk keadaan
gawat darurat.

Pembuatan Keputusan

6 Tanyakan kepada ibu tantang pembuatan


keputusan yang utama dalam keluarganya
apabila :
a. Pembuatan keputusan harus dilakukan
pada saat tanda bahaya muncul

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 183
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
b. Bila pembuat keputusan tersebut tidak
ada, siapakah yang akan membuat
keputusan.
Dukungan

7 Tanyakan kepada ibu :


a. Siapakah yang dia pilih untuk menemani
ibu selama bersalin, dan menemani ibu
selama perjalan apabila diperlukan
b. Siapakah yang akan menjaga rumah dan
anak–anak selama ibu tidak ada

Donor Darah
8 Tanyakan kepada ibu siapakah yang
menjadi donor darahnya, dan bagaimana
cara menghubungi pada kegawat daruratan
Barang yang dibutuhkan untuk persalinan
yang bersih dan aman

9 Tanyakan kepada ibu apakah barang–


barang yang diperlukan selama persalinan
seperti :
a. Untuk persalinan : pembalut/kain,
sabun, sprei dll.
b. Untuk bayi baru lahir : selimut, popok,
baju dll.
Disimpan oleh ibu untuk persiapan
persalinan
Tanda–tanda bahaya dan tanda persali-
nan
10 Pastikan ibu mengetahui tanda–tanda
bahaya untuk persiapan koplikasi misalnya:
a. Pendarahan pervaginaan
b. Demam
c. Nyeri abdomen yang sangat
d. Nyeri kepala yang sangat dan
perubahan penglihatan

184 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
e. Bengkak pada muka dan tangan
f. Bayi kurang bergerak seperti biasanya

11 Juga pastikan ibu mengetahui tanda–tamda


persalinan untuk selanjutnya menghubungi
tenaga kesehatan terlatih dan merencanakan
kesiapan persalinan misalnya :
a. kontraksi yang teratur
b. sakit punggung bagian bawah dari
fundus
c. tanda pendarahan
d. pecah selaput ketuban

JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100


22

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68


Pembimbing

(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 185
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PERIKSA DALAM (VAGINA TOUCHER) PADA IBU
BERSALIN

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Menutup badan ibu sebanyak mungkin


dengan selimut

2 Minta ibu berbaring tentang dengan lutut


ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin
akan membantu jika ibu menempelkan
kedua telapak kakinya satu sama lain)

3 Mencuci tangan

4 Menggunakan sarung tangan DTT atau


steril pada saat melakukan pemeriksaan.

5 Menggunakan kassa atau gulungan kapas


DTT yang dicelupkan ke air DTT atau
larutan antiseptik. Membasuh labia secara
hati–hati, seka dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi feses (tinja)

6 Memeriksa genetalia eksterna, apakah ter-


dapat luka atau massa (termasuk kondiloma-
ta), varikosita vulva atau rektum, atau luka
parut diperineum.

7 Menilai cairan vagina dan tentukan apakah


terdapat bercak darah, pendarahan
pervaginam atau mekoneum :
a. Jika ada pendarahan pervaginam, jangan
lakukan pemeriksaan dalam
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna
dan bau air ketuban. Jika mekoneum
ditemukan, lihat apakah kental atau
encer dan periksa DJJ :
1. Jika mekoneum encer dan DJJ
normal, teruskan memantau DJJ
secara seksama menurut petunjuk
pada pertograf. Jika ada tanda
akan terjadinya gawat janin.

186 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
2. Jika mekoneum kental, nilai DJJ dan
rujuk segera.
3. Jika bau busuk, ibu mungkin
mengalami infeksi.

8 Dengan hati–hati pisahkan labia dengan


jari manis dan ibu jari tangan (gunakan
sarung tangan pemeriksa). Masukan jari
telunjuk dengan hati–hati, diikuti oleh
jari tengah. Pada saat kedua jari berada
didalam vagina, jangan mengeluarkannya
sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban
belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecahkannya).

9 Menilai vagina. Luka parut lama di vagina


bisa memberikan indikasi lika atau episiotomi
sebelumnya, hal ini mungkin menjadi
informasi penting pada saat kelahiran bayi.

10 Menilai pembukaan dan penipisan serviks.

11 Memastikan tali pusat umbilikus dan atau


bagian–bagian kecil (tangan dan kaki
bayi) tidak teraba pada saat melakukan
pervaginam. Jika teraba, ikuti langkah–
langkah kedaruratan dan segera rujuk ibu ke
fasilitas kesehatan yang sesuai.

12 Menilai penurunan janin dan tetukan


apakah kepala sudah masuk kedalam
panggul. Bandingkan penurunan kepala
dengan temuan–temuan dari pemeriksaan
abdomen untuk menentukan kamajuan
persalinan.

13 Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela


dan sutura sagitaris untuk menilai penyusupan
tulang kepala dan atau tumpang tindihnya,
dan apakah kepala janin sesuai dengan
diameter jalan lahir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 187
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

14 Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan


kedua jari pemeriksa dengan hati–hati,
celupkan sarung tangan kedalam larutan
dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan
dekontaminasi selama 10 menit.

15 Mencuci ke dua tangan dan segera keringkan


dengan handuk bersih dan kering.

16 Membantu ibu untuk mengambil posisi yang


lebih nyaman.

17 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

18 Menjelaskan hasil–hasil pemeriksaan pada


ibu dan keluarga.

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100


36

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68


Pembimbing

(...........................)

188 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIK
CARA MENGGUNAKAN PARTOGRAF

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Siapkan alat dan bahan untuk pengisian


partograf, seperti pulpen atau pesil dan
penghapus.

2 Catat semua temuan informasi dan


pemeriksaan pada lembar bagian depan
partograf secara teliti sewaktu memulai
melaksanakan asuhan persalinan seperti :
• Nama dan umur pasien
• Gravida, para, abortus
• Nomor catatan medis dan nomor
puskesmas
• Tanggal dan waktu mulai dirawat dan
datang mungkin saja ibu datang masih
dalam persalinan fase laten.
• Waktu pecahnya selaput ketuban dan
waktu mulainya ibu merasa mules-mules.

3 Catat semua hasil pemeriksaan kesehatan


dan kesejahteraan janin, bagian atas grafik
pada partograf adalah untuk pencatatan
denyut jantung janin (DJJ) :
• Nilai dan catat DJJ tiap 30 menit (lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin)
• Catat DJJ dengan memberi tanda titik
pada garis yang berkaitan dengan DJJ
dan hubungan titik-titik tersebut dengan
garis tidak terputus. (Setiap kotak
dibagian partograf merepresentasikan
waktu 30 menit, angka di sebelah kiri
grafik terhubungkan dengan DJJ).
Nilai dan catat adanya air ketuban dan
warnanya :
• Nilai air ketuban setiap kali pemeriksaan
dalam dilakukan dan nilai warna air
ketuban ketika ketuban pecah.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 189
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
• Catat temuan-temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah DJJ dengan menggunakan
lambang-lambang berikut :
¤ U : Ketuban utuh (belum pecah)
¤ J : Ketuban sudah pecah dan air
ketuban jernih
¤ M : Ketuban sudah pecah bercampur
mekonium.
¤ D : Ketuban sudah pecah adanya air
ketuban bercampur darah.
¤ K : Ketuban sudah pecah tapi tidak
ada air ketuban (kering).
• Mekonium dalam cairan ketuban tidak
selalu menyatakan terjadinya gawat janin.

4 • Molage (Penyusupan kepala janin)


• Penyusupan adalah indikator penting
tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri dengan panggul ibu,
• Tulang yang tumpamg tindih
menunjukan indikator kemungkinan
adanya disproporsi sephalopelvic (CPD),
hal ini akan benar-benar terjadi jika
tulang tidak dapat dipisahkan.
• Setiap pemeriksaan dalam dilakukan,
carilah penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai dibawah
kolom air ketuban dengan menggunakan
lambang-lambang sebagai berikut :
¤ 0 : Tulang-tulang kepala janin
terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
¤ 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan.
¤ 2 : Tulang-tulang kepala janin saling
tumpan, tapi masih dapat dipisahkan.
¤ 3 : Tulang-tulang kepala janin
tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan

190 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

5 Pembukaan servix
• Bagian grafik yang ke dua pada partograf
adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera
dibagian kiri grafik berkaitan dengan
jumlah kotak.
• Setiap angka dan kotak menyatakan
pembukaan servix setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit). Saat ibu berada dalam
persalinan aktif, catat semua dari setiap
pemeriksaan partograf.
• Tanda ”X” harus ditulis digaris
waktu yang sesuai yang menyatakan
pembukaan servix. Hubungan tanda ”X”
dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus).
• Contoh partograf untuk ibu Rohati
• Pada pukul 17.00 pembukaan servix
5 cm dan ibu ada dalam fase aktif.
Pembukaan serfik di catat di ”garis
waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis
dibawahnya.
6 Nilai dan catat turunnya kepala janin setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam (tiap 4
jam) atau lebih sering jika ada tanda-tanda
penyulit :
• Kata-kata ”turunnya kepala janin” dan
garis tidak terputus dari 0-5 tertera di sisi
kiri bagian yang sama untuk pembukaan
servix.
• Beri tanda ”O” yang ditulis di garis waktu
yang sesuai.
• Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi
4/5, tuliskan tanda ”O” di nomor
4. Hubungan tanda ”O” dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
• Contoh : Kaji contoh partograf pada Ibu
Rohati

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 191
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
• Pada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5
• Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5

7 Garis waspada dimulai pada pembukaan


servix 4 cm dan berakhir dititik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika
laju pembukaan 1 cm perjam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai
di garis waspada. Garis bertindak tertera
sejajar dengan garis waspada, dipisahkan
oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan.

8 Dibawah bagian partograf untuk mencatat


pembukaan servix dan penurunan kepala,
tertera kotak-kotak yang di beri angka 1-16
setiap kotak menyatakan satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.

9 Dibawah bagian jam tertera kotak-kotak


untuk mencatat waktu yang sebenarnya
dimana pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh danberkaitan
dengan dua bagian masing-masing 30 menit
di grafik di atas atau di bawahnya. Saat ibu
masuk persalinan aktif, catatlah pembukaan
servix di garis waspada. Kemudian catatlah
waktu yang sebenarnya pemeriksaan ini di
kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh:
Jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu
mengalami pembukaan 6 cm pada pukul
15.00 tuliska tanda ”X” di garis waspada
yang sesuai dengan angka 6 disisi grafik
dan catat waktu yang sesuai di kotak
dibawahnya.

10 Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah


kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik. Di bawah
kolom waktu pada partograf ada 5 kotak
paralel dengan tulisan ”kontraksi per 10
menit” di sebelah kiri kotak-kotak tersebut.
• Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi
dalam waktu 10 menit dengan mengisi
angka pada kotak yang sesuai.

192 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
• Sebagai contoh jika ibu mengalami
kontraksi dalam waktu 1x10 menit, isi
3 kotak.
• Nyatakan lamanya kontraksi dengan
lambang sebagai berikut :
¤ Beri titik-titik di kotak yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya dari 20 detik.
¤ Beri garis-garis di kotak yang sesuai
untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya 20-40.
¤ Isi penuh kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya
lebih dari 40 detik.
Di bawah bagian partograf untuk
mendokumentasikan kontraksi uterus
terteru kotak untuk mencatat oksitosin,
obat-obatan lainnya dan cairan IV.
• Oksitosin : Bila memakai oksitosin,
catatlah banyaknya oksitosin pervolume
cairan infus dan dalam tetesan permenit.
Obat-obatan dan cairan IV : catat semua
obat-obatan tambahan dan cairan IV yang
diberikan di kotak yang sesuai dengan garis
waktunya.

11 • Nadi : catatlah setiap 30-60 menit dan


tandai dengan sebuah titik besar (*).
• Tekanan darah : catatlah setiap 4 jam
dan tandai dengan anak panah (�).
• Suhu badan : catatlah setiap 2 jam catat
di kotak yang sesuai.
• Protein, aseton dan volume urine :
catatlah setiap kali ibu berkemih. Jika
memungkinkan, periksa urine ibu
apakah ada aseton dan protein setiap
kali ibu berkemih.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 193
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
12 Pencatatan pada lembar belakang
partograf.
Berbeda dengan pengisian bagian
depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan yang dilakukan, lembar
belakangan partograf ini diisi setelah
seluruh proses persalinan selesai.
A. Data dasar : data dasar terdiri dari
tanggal, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan
merujuk, tempat rujukan, dan
pendamping pada saat merujuk. Isi data
pada masing-masing tempat yang telah
disediakan atau dengan cara memeri
tanda pada kotak disamping jawaban
yang sesuai.
B. Kala I : terdiri dari pertanyaan tentang
partograf pada saat melewati garis
waspada, masalah-masalah lain yang
timbul, penatalaksanaannya, serta hasil
dari penatalaksanaannya.
C. Kala II : terdiri episotomi,
pendampingan, gawat janin, distocia
bahu, masalah lain, penatalaksanaan
dan hasil. Beri tanda ”V” pada kotak
disamping jawaban yang sesuai.
D. Kala III : terdiri dari lama kala III,
pemberian oksitosin, peregangan tali
pusat terkendali, massage fundus,
placenta lahir lengkap, placenta tidak
lahir > 30 menit, laserasi atoni uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain,
penatalaksanaan dan hasil. Isi jawaban
pada tempat yang telah disediakan
dan diberi tanda pada kotak disamping
jawaban yang sesuai.
E. E. Kala IV : terdiri dari data tentang
takanan darah, madi, suhu, tinggi
fundus urteri, kandung kemih dan
perdarahan. Pengisian pemantauan
kala IV dilakukan setiap 15 menit pada

194 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
satu jam berikutnya. Isi setiap kolom
dengan hasil pemeriksaan dan jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV
pada tempat yang disediakan. Bagian
yang diarsir tidak usah diisi.

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
28

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68

Pembimbing

(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 195
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PENILAIAN AWAL PERSALINAN

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Menyambut ibu dan keluarga

2 Memperkenalkan diri
Meninjau kartu antenatal (kalau ada)

3 Meninjau/menanyakan mengenai umur


kehamilan
4 Meninjau/menanyakan mengenai riwayat
kehamilan terdahulu :
a. Paritas
b. Riwayat operasi caesar
c. Berat badan bayi
d. Masalah selama kehamilan terdahulu dan
persalinannya.

5 Mininjau/menanyakan mengenai masalah-


masalah dengan kehamilannya.
6 Riwayat
Menanyakan apa yang dirasakan oleh ibu.

7 Menanyakan mengenai kontraksi :


a. Kapan mulai terasa
b. Frekuensi
c. Durasi
d. Kekuatannya

8 Menanyakan mengenai adanya cairan


vagina :
a. Kapan
b. Warna
c. Bau
d. Jumlah

196 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
9 Menanyakan mengenai gerakan janin

10 Menanyakan mengenai istirahat, apa yang


terakhir dimakan.

11 Menanyakan mengenai terakhir buang air


kecil/besar.
12 Catat temuan pada partograf
Pemeriksaan Fisik

13 Mengambil tanda-tanda vital


a. Tekanan darah
b. Suhu tubuh, nadi, pernafasan
c. Detak jantung janin (DJJ)

14 Memeriksa adanya edema pada muka dan


tangan.

15 Memeriksa adanya tanda sakit kuning.

16 Memeriksa untuk kepucatan


a. Mata
b. Mulut

17 Melakukan pemeriksaan abdomen


a. Luka bekas operasi
b. Posisi janin (L1-IV)
c. Frekuensi, durasi, kekuatan kontraksi
d. Penurunan kepala janin (LIII+IV)
e. Ukuran uterus

18 Periksa pattelar reflek


19 Mendengar suara detak jantung janin

20 Mencuci tangan dengan sabun dan air serta


mengeringkannya dengan handuk bersih
21 Gunakan sarung tangan DTT atau steril

22 Menjelaskan prosedur kepada ibu, dan


memperingatkan kemungkinan yang tidak
enak (ketidaksenangan)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 197
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
23 Pemeriksaan dalam
a. Perdarahan vagina
b. Cairan serviks
c. Pembukaan
d. Penurunan kepala janin
e. Membran
Jangan melakukan pemeriksaan dalam
jika ibu melaporkan adanya perdarahan
vagina atau jika perdarahan jelas pada
pemeriksaan genital luar.

24 Diskusikan teman-teman dengan ibu dan


keluarganya.
25 Catat temuan dalam partograf.
Pemantauan terus menerus sepanjang
kala I persalinan

26 Memonitor tekanan darah setiap 4 jam


27 Memonitor suhu badan setiap 4 jam
28 Memonitor denyut nadi setiap 30 menit (1/2
jam)
29 Mendengarkan detak jantung janin.
a. Setiap 1 jam pada fase laten
b. Setiap 30 menit pada fase aktif

30 Palpasi kontraksi uterus


a. Setiap 1 jam fase laten
b. Setiap 30 menit pada fase aktif

31 Memonitor perubahan servik


a. Setiap 4 jam pada fase laten
b. Setiap 2-4 jam pada fase aktif

32 Memonitor penurunan janin


a. Setiap 4 jam pada fase laten
b. Setiap 2-4 jam pada fase aktif

198 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
33 Memonitor urine cairan setiap 2 jam
34 Memonitor setiap cairan yang masuk
(minum)
JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
28
Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68
Pembimbing

(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 199
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
DAFTAR TILIK PERSALINAN NORMAL

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

I MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA


DUA
1 Mengamati tanda dan gejala persalinan kala
dua :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk
menereran.
b. Ibu merasa tekanan semakin meningkat
paa rektum dan/atau vaginanya
c. Perineum menonjok
d. Vulva–vagina dan sfigter anal membuka
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN
PERSALINAN
2 Memastikan perlengkapan, bahan dan obat–
obatan esensial siap digunakan.
Memetahkan ampul okssitosin 10 unit dan
menepatkan tabung suntik steril sekali pakai
didalam partus set
3 Mengenakan baju penutup atau clemek
plastik yang bersih
4 Melepaskan semua perhiasan yang dipakai
dibawah siku. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu
kali pakai/pribadi yang bersih
5 Memakai sarung tanagan disinfeksi tingkat
tinggi. Memekai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6 Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam
tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali di partus set/
wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril
tanpa mengkontaminasikan tabung suntik

200 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP
DAN KADAAN JANIN BAIK
7 Membersihkan vulva dan pereneum,
menyekanya dengan hati–hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum
atau anus terkontaminasi dalam wadah
yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi, langkah # 9)
8 Dengan menggunakan teknik aesptik,
melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap.
a. bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.

9 Mendekontaminasikan sarung tangan


dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor
kedalam larutan klorin 0.5% dan kemudian
melepaskan dalam keadaan terbalik serta
meredamkannya didalam larutan klorin
0.5% selama 10 menit. Mencuci kedua
tangan (seperti di atas).
10 Memeriksa denyut janin (DJJ) setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (100-180 kali per
menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ
tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partografi.

IV MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA


UNTUK MEMBANTU PROSES
PMPINAN MENERAN

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 201
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
11 Membantu ibu pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman sesuai keinginannya.
a. Menuggu hingga ibu mempunyai
keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan
ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga
bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.

12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan


posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his,
Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman).
13 Melakukan pimpinan meneran pada saat
ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
a. Membimbing ibu untuk meneran saat
ibu mempunyai keinginan meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas
usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu untuk mengambil posisi
yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
d. Mengajurkan ibu untuk istirahat diantara
kontraksi.
e. Mengajurkan keluarga untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu.
f. Mengajurkan hidrasi per oral.
g. Menilai DJJ setiap 5 menit
h. Jika bayi belum lahir atau kalahiran bayi
balum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipira atau 60 menit (1 jam) untuk
multipara, merujuk segera.

202 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
Jika ibu tidak mempunyai keinginan
untuk meneran
a. Mengajurkan ibu utuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman. Jika ibu belum ingin meneran
dalam menit, mengajurkan dalam untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-
kontraksi tersebut dan beristirahat
diantara kontraksi.
b. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi
belum akan terjadi segera setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan
segera.

V PERSIAPAN PERTOLONGAN
KELAHIRAN BAYI
14 Jika kepala bayi sudah terlihat di vulva 5-6
cm, meletakan handuk bersih diatas perut
ibu untuk mengeringkan bayi.
15 Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3
bagian, dibawah bokong bayi
16 Membuka partus set.
17 Memakai sarung tangan DTT atau steril
pada kedua tangan.
VI MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
18 Saat kepala bayi terlihat divulva 5-6 cm,
melindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain tadi, meletakan tangan
yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan
yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Mengajurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernafas
cepat saat kepala lahir
a. Jika ada mekenium dalam cairan
ketuban, segara hisap mulut dan hidung
bayi setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir De Lee disinfeksi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 203
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih.

19 Dengan lembut mengusap muka, mulut dan


hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20 Memeriksa lilitan tali pusat dan mengmbil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi :
a. Jika tali pusat melilit janin dengan
longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan
erat, mengklemnya di dua tempat, dan
memotongnya.
21 Menunggu hingga kepala bayi melakukan
putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Mengajurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya kearah bawah
dan kerah luar hingga bahu anterior muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik kearah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23 Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah kearah parineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
parineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tanagn saat
keduanya lahir.

204 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
24 Setelah tubuh dan lengan lahir,
menelusurkan tangan yang ada diatas
(anterior) dari punggung kearah kaki bayi
untuk menyangga saat punggung dan kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan
dengan hati-hati mambantu kalahiran kaki.
VII PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25 Menilai bayi dengan cepat, kemudian
meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih randah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi
ditempat yang memungkinkan).

26 Segera mengeringkan bayi, membungkus


kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat.

27 Palpasi bagian abdomen untuk


menghilangkan kemungkinan adanya janin
kedua
28 Beritahu ibu akan disuntik oksitosin
29 Didalam waktu 2 menit setelah kelahiranbayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit 1
M di 1/3 paha kanan aras ibu bagian luar,
setelah mengispirasinya terlebih dahulu.

30 Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira


3 cm dari pusat bayi, Melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).

31 Memegang tali pusat dengan satu tangan,


melidungi bayi dari gunting, dan memotong
tali pusat diantara dua klem tersebut.
32 Mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
33 Memberikan bayi kepada ibunya dan
mengajurkan ibu untuk memeluk bayinya

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 205
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
VIII PENATALAKSANAAN AKTIF
PERSALINAN KALA TIGA
Penegangan tali pusat terkendali
34 Memindahkan klem pada tali pusat sekitar
5-10 cm dari vulva.
35 Meletakan satu tangan diatas kain yang ada
di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36 Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan kearah bawah pada
tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan
yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus kearah
atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-
hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, menghentikan penegangan
tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta
ibu atau seorang anggota keluarga untuk
melakukan ransangan pada punting susu

Mengeluarkan Plasenta

37 Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk


meneran sanbil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti
kurve jalan lahir sanbil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva
b. Jika plasenta tidak lepas setelah
melakukan penegangan tali pusat selama
25 menit.

206 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
• Mengulangi pemberian okstosin 10
unit IM.
• Menilai kandung kemih dan
mengkareterisasi kandung kemih jika
penuh dengan teknik aseptik juika
perlu.
• Meminta keluarga untuk menyiapkan
rujukan.
• Mengulangi penegangan tali pusat
selama 15 menit.
• Merujuk ibu bila plasenta tidak lahir
dalam waktu 30 menit sejak bayi
lahir.
38 Jika plasenta terlihat di introitus vagina,
melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan menggunakan kedua
tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilih.
Dengan lembut dan perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban sobek, memakai
sarung tangan desinfaksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan
serviks ibu dengan seksama. Menggukan
jari-jari tangam anda atau klem atau fosep
desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan selaput yang tertinggal.

Massase Uterus

39 Segara setelah plasenta dan selaput ketuban


lahir, melakukan massase uterus, meletakan
tangan di fundus dan melakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi.
Menilai perdarahaan
40 Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang
menempel pada ibu maupun pada bayi dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 207
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
selaput ketuban bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh.
Meletakan plasenta di tempat khusus :
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan massase selama 15 detik
mengambil tindakan yang sesia.

41 Mengevakuasi adanya laserasi pada vagina


dan parineum dan segara menjahit laserasi
yang mengalami pendarahaan aktif.

Melakukan prosedur pasca persalinan

42 Menilai ulang uterus dan memastikan


berkontraksi dengan baik.
Mengevakuasi perdarahaan per vagina

43 Mencelupkan kedua tangan yang memakai


sarung tangan kedalam larutan klorin
0.5%, membilas kedua tangan tersebut
debgan air desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih
dan kering.
44 Menepatkan klem tali pusat desifeksi tingkat
tinggi dengan simpul mati di sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45 Mengikat satu lagi dari simpul mati di bagian
tali pusat yang bersebrangan dengan simpul
mati yang pertama.
46 Melepaskan klem bedah dan meletakan di
larutan klorin 0,5%.

47 Menyelimuti kembali bayi dan menutupi


bagian kepala. Memastikan handuk dan
kainnya bersih dan kering.
48 Mengajurkan ibu untuk memulai memberi
ASI.
Evaluasi

49 Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana


melakukan massase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.

208 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
Mengevakuasi kehilangan darah

50 Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan


kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
• Memeriksa suhu tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk
temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan Keamanan

51 Menepatkan semua peralatan di larutan


klorin 0,5% untuk dekontaminaso (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan
setelah didekontaminasikan.
52 Membuang bahan-bahan yang
berkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
53 Membersihkan ibu dengan menggunakan
air desinfeksi tingkat tinggi, membersihkan
air ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakain yang bersih dan kering.
54 Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Mengajurkan keluarga
untuk memberikan minuman dan makanan
yang diinginkannya.
55 Mendekontaminasikan daerah yang
digunakan untuk melahirkan dengan larutan
kloroin 0,5% dan membilas dengan air
bersih.
56 Mencelupkan sarung tangan kotor kedalan
larutan klorin 0,5% membalikan bagian
dalam ke luar dan merendamnya ke dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 209
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
Dokumentasi

58 Melengkapi partograf (bagian depan dan


belakang)
JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
28
Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68
Pembimbing

(...........................)

210 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
AMNIOTOMI

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Membahas prosedur bersama ibu dan


keluarganya dan jawab pertanyaan apapun
yang mereka ajukan.

2 Dengakan denyut jantung janin (DJJ) dan


catat partograf.
3 Cuci kerdua tangan.
4 Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
5 Di antara kontraksi, lakukan pemeriksaan
dalam denagn hati-hati selaput ketuban
untuk memastikan bahwa kepala telah masuk
dengan baik (masuk kedalam panggul) dan
bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian
tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan)
tidak bisa di palpasi, jika tali pusat umbilikus
atau bagian-bagian yang kecil dari bayi bisa
dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.
Rujuk ibu segera.
Catatan : Pemeriksaan dalam yang dilakukan
diantara kontraksi sering kali lebih nyaman
untuk ibu. Tapi jika selaput ketuban tidak
dapat diraba di antara kontraksi, tunggu
sampai kekuatan kontraksi berikutnya
mendorong cairan ketuban menekan selaput
ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk
dipalpasi dan dipecahkan.

6 Dengan menggunakan tangan yang lain,


tempatkan klem setengah Kocter atau
setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dengan lembut kedalam vagina
dan pandu klem dengan jari dari tangan
yang digunakan untuk memeriksa hingga
mencapai selaput ketuban.
7 Pegang ujung klem diantara ujung jari
pemeriksaan, garakan jari dan dengan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 211
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
lembut gosokan klem pada selaput ketuban
dan pecahkan.
Catatan : sering kali lebih mudah untuk
memecahkan selaput ketuban diantara
kontraksi ketika selaput ketuban tidak
tegang. Hal ini juga akan mencegah air
ketuban pada saat air ketuban dipecahkan.
8 Biarkan air ketuban membasahi jari yang
digunakan untuk pemeriksaan.
9 Gunakan tangan yang lain mengambil klem
dan menepatkannya kedalam larutan klorin
0,5% untuk didekontaminasikan. Biarkan
jari tangan pemeriksaan tetap didalam
vagina untuk mengetahui penurunan kepala
janin dan memastikan bahwa tali pusat atau
bagian kecil dari bayi tidak teraba. Stelah
memastikan penurunan kepala dan tidak
ada tali pusat dan bagian-bagian tubuh bayi
yang kecil, keluarkan tangan pemeriksaan
dengan lembut dari dalam vagina.
10 Evaluasi warna cairan ketuban, periksa
apakah ada mekonium atau darah (lebih
banyak dari bercak darah yang normal)
11 Celupkan tangan yang masih menggunakan
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,
lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan
teremdam dilarutan klorin 0,5% selama 10
menit.
12 Cuci kedua tangan
13 Segara periksa ulang DJJ
14 Catat pada partograf waktu dilakukan
pemecahan selaput ketuban, warna air
ketuban dan DJJ.
JUMLAH

212 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100


28

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68


Pembimbing

(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 213
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
ANESTESI LOKAL SEBELUM EPISIOTOMI

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Masukan satu jarum ukuran 22 dengan


panjang 3-4 cm pada alat suntik 10 cc. Jarum
yang lebih panjang dan alat suntik yang lebih
besar bisa dipakai. Lidocain hydrokloride 1%
adalah anestesi yang dianjurkan.

2 Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan


dan bantulah ia untuk rileks.

3 Isilah alat suntik dengan anestesis.

4 Tempatkan dua jari anda diantara kepala


janin dan perineum ibu. Sangat penting agar
jari tangan anda berfungsi sebagai pelindung
didepan kepala janin. Menginjeksikan anestesi
ke dalam kepala bayi bisa mematikannya.

5 Masukan seluruh panjang jarum yang mulai


dari fourchette, menembus persis di bawah
kulit, sepanjang garis episiotomi. Tarik
sedikit torak penghisap dari alat suntik
untuk memeriksa aspirasi darah. Jika anda
menginjeksikan anestesi lokal langsung
kedalam pembuluh darah, hal itu bisa
menyebabkan kerja jantung menjadi tidak
teratur. Injeksikan secara merata sambil
anda menarik jarumnya keluar.

6 Sekarang miringkan arah tusukan jarum kesisi


lain dari garis tengah lalu ulangi langkah 5.
Ulangi pada sisi lain dari tengahnya.

7 Rubah posisi dari jarum sekali lagi dan


ulangi, injeksi ke bagian tengah dari dinding
belakang vagina. Ingat untuk melindungi
kepala bayi dan jarum. Hingga saat ini anda
seharusnya telah menginjeksi 10 cc dari
anestesi tersebut.

8 Jika masih ada waktu, tunggu satu atau dua


menit sebelum melakukan episiotomi. Kalau
tidak, ingat bahwa penisipan dan pemenalar

214 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
perineum akan memberikan anestesia
alamiah. Bahan anestesia seharusnya sudah
mulai bekerja pada saat anda melakukan
penjahitan kembali.

9 Pada saat melakukan penjahitan, jika wanita


tersebut masih tidak nyaman, injeksi hingga
10 cc lebih di daerah dimana wanita tersebut
masih merasa sakit. Selalu berupaya untuk
menginjeksikan secara merata sambil anda
menarik kembali jarumnya, untuk mencegah
larutan.
JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
28
Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68
Pembimbing

(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 215
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
MANAJEMEN AKTIF KALA III

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 LANGKAH TUGAS
Mendorong asisten atau anggota keluarga
untuk membantu ibu memposisikan bayi
ke payudara ibu sementara anda memulai
penatalaksanaan aktif kala III.

2 Rabalah abdomen ibu untuk memastikan


bahwa tidak ada janin kedua.
3 Menjelaskan kepada ibu apa yang diharapkan
termasuk pemberian injeksi.

4 Memberi injeksi oktitosin 10 IU IM Bagi


lateral dari paha ibu kira-kira 1-2 lebar
tangan di atas dengkul (1/3 atas paha).

5 Menempatkan klem tali pusat dari bayi kira-


kira 5 cm dari vulva.
6 Secara terus menerus pantaulah tanda-
tanda pelepasan plasenta (pemanjangan
tali pusar, semburan darah, uterus menjadi
globular bentuknya dan naik di dalam
abdomen); letakan satu tangan secara
perlahan di atas abdomen untuk meraba
apakah sudah ada kontraksi atau perubahan
pada uterus tetapi jangan melakukan
mamase atau memanipulir uterus. Jika tidak
ada tanda-tanda pelepasan plasenta, jangan
tarik tali pusar tersebut dan coba lagi pada
kontraksi berikutnya. Jika tetap tidak ada
tanda-tanda pelepasan plasenta 15 menit
setelah memberikan injeksi oksitosin, anda
boleh menginjeksi 10 IU IM sekali lagi.
7 Bantulah (suruh anggota keluarga
membantu) ibu untuk mengambil posisi
tegak, setengah duduk atau berjongkok
untuk melahirkan plasenta.
8 Letakan satu tangan pada abdomen ibu di
atas simpisis pubisnya untuk menopang
bagian bawah dari uterus sementara tangan

216 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
lainnya dengan lembut memegang klem
yang terdekat dengan vulva.
9 Segera setelah tanda-tanda pelepasan terlihat
dan uterus mulai berkontraksi, doronglah
ibu untuk meneran; sementara anda
membantu dengan melakuan peregangan
yang terkendali dan terus menerus pada tali
pusar dengan tangan kanan anda sambil
menopang uterus dengan peregangan
melawan dengan tangan anda yang ada di
abdomen. Jika uterus tidak berkontraksi,
mintalah ibu atau anggota keluarga untuk
melakukan perangsangan puting susu.
10 Membantu plasenta, dengan peregangan
yang lembut bergerak sepanjang kurva
(lengkung) alamiah dari panggul dengan
sedikit ke arah posterior dan kemudian
menuju anterior ibu.
11 Ketika plasenta muncul dan keluar dalam
vulva, anda boleh memegang plasenta
dengan tangan anda sambil dengan lembut
menuntunnya keluar dari introitus dan
memutarnya untuk mencegah perobekan
membran. Jika membran robek sebelum
seluruhnya dikeluarkan dari uterus,
lilitkanlah ksa steril HID sekeliling jari
telunjuk anda dan seka (genggam)
tampak membran melintasi serviks untuk
melepaskannya dari mulut serviks.
12 Segera setelah plasenta dan membran
dilahirkan, dengan perlahan tetapi kokoh
melakukan massage uterus dengan gerakan
melingkar hingga fundus menjadi kencang
(keras).
13 Sementara tangan kiri melakukan massage
uterus, periksalaha plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa cothyledons
dan membran sudah lengkap.
Tempatkanlah plasenta yang sudah diperiksa
tersebut ke dalam kantong plastik atau pot
tanah.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 217
Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
14 Periksalah vagina dan perineum untuk
memastikan tidak ada laserasi yang masih
mengeluarkan darah.
15 Bersihkanlah tangan anda dengan larutan
khlorin dengan sarung tangan masih
terpakai, lalu buka dan tanggalkan di dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit.
16 Periksalah kembali uterus untuk memastikan
bahwa uterus tersebut masih berkontraksi
dengan baik.
17 Pastikan bahwa bayi sudah menyusu ke
ibunya dan bahwa tekanan darah serta
denyut nadi ibunya sudah stabil.
18 Cucilah tangan dengan sabun dan air lalu
keringkan.
JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
28

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68


Pembimbing

(...........................)

218 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN VAGINA DAN JALAN LAHIR SETELAH
PERSALINAN

Kriteria
Keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0

1 Menjelaskan kepada ibu apa yang anda


lakukan. Beritahu ibu bahwa prosedur ini
mungkin akan sedikit membuatnya tidak
nyaman, tetapi anda akan melakukannya
secepat mungkin dan selembut mungkin.
Beritahu ibu bahwa hal ini adalah sangat
penting untuk memastikan agar ia
tidak mengalami robekan yang dapat
membuatnya mengalami perdarahan.

2 Sebelum anda memulainya, periksalah


uterus untuk memastikan bahwa uterus
tersebut sudah berkontraksi dengan baik.

3 Lihat dan rabalah sambil anda memisahkan


labia dengan tangan anda yang mengenakan
sarung tangan.
4 Suruh asisten anda meneranginya dengan
menyorotkan lampu ke vagina ibu.
5 Periksa dengan cermat apakah ada robekan
atau hematoma.
6 Tekanlah dengan kuat dinding belakang
vagina ibu dengan jari anda. Jika terdapat
banyak darah, hapuslah atau diserap
dengan kain kasa agar supaya anda bisa
melihat dinding vagina.
7 Lihat sampai jauh ke dalam vagina.
Perdarahan dari laserasi mungkin saja
berupa cucuran perlahan atau semburan
deras arteri yang berdenyut.
8 Dengan perlahan tekanlah, dinding vagina
satu persatu. Lihat dan raba apakah
permukaannya rata / licin.
JUMLAH

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 219
Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100


16
Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68
Pembimbing

(...........................)

220 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PEMBERIAN ANESTESI LOKAL SEBELUM
PENJAHITAN PERINEUM DAN JALAN LAHIR

Kriteria
keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
1 Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda
lakukan dan bantu ibu merasa santai.
2 Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke
dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10
ml (tabung suntik yang lebih besar boleh
digunakan, jika diperlukan). Jika lidokin 1%
tidak tersedia, larutkan 1 bagian normal
salin atau steril yang sudah di suling.
3 Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4
cm ke tabung suntik tersebut.
4 Tusukan jarum ke ujung atau pojok laserasi
atau sayatan lalu tarik jarum sepanjang tepi
luka (ke arah bawah di antara mukaosa dan
kulit perineum).
5 Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik)
untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
di dalam pembuluh darah.
6 Suntikan anestesia sejajar dengan permukaan
luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-
lahan.
7 Tarik jarum hingga ke bawah tempat di mana
jarum tersebut disuntikan.
8 Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah
luka dan ulangi langkah ke-4, tusukan
jarum untuk ketiga kalinya dan sekali lagi
ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di
sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka
akan memerlukan kurang kurang lebih 5 ml
lidokain 1% untuk mendapatkan anestesi
yang cukup.
9 Tunggu selama dua menit dan biarkan
anestesi tersebut bekerja da kemudian uji
daerah yang dianestesi dengan cara dicubit
dengan forsep atau disentuh dengan jarum
yang tajam.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 221
Kriteria
keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
Jika ibu merasakan jarum atau cubitan
tersebut, tunggu dua menit dan kemudian
uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan
Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100
26
Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68
Pembimbing

(...........................)

222 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
PENILAIAN KETRAMPILAN KLINIK
PENJAHITAN LUKA LASERASI PERINEUM DAN
JALAN LAHIR

Kriteria
keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
1 Cuci tangan secara seksama dan gunakan
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah
terkontaminasi, tau jika tertusuk jarum
maupun peralatan.
2 Pastikan bahwa perlatan dan bahan-bahan
yang digunakan untuk melakukan penjahitan
sudah didisinfeksi tingkat tinggi atasu steril.
3 Setelah memberikan anestesi lokal dan
memastikan bahwa daerah tersebut
sudah dianestesi, telusuri dengan hati-
hati menggunakan satu jari untuk secara
jelas menentukan batas-batas luka. Nilai
kedalaman luka dan lapisan jaringan mana
yang terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk
menentukan bagaimana cara menjahitnya
menjadi satu dengan mudah.
4 Buah jahitan pertama kurang lebih 1 cm di
atas ujung laserasi di bagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama, buat
ikatan dan potong pendek benag yang lebih
pendek dari ikatan.
5 Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur.
Jahit ke bawah ke arah cincin himen.
6 Tepat sebelum cincin himen, masukan jarum
dalam mukosa vagina lalu kebawa cincin
himen sampai jarum ada di bawah laserasi.
Periksa bagian antara jarum dalam mukosa
vagina lalu ke bawah cincin himen, masukan
jarum dalam mukosa vagina lalu ke bawah
cincin himen sampai jarum di perineum dan
tangan atas laserasi. Perhatikan seberapa
dekat jarum ke puncak luka
7 Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada
luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 223
Kriteria
keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
bahwa setiap jahitan sama dan otot yang
terluka telah dijahit sama dan oto yang terluka
telah dijahit. Jika laserasi telah meluas ke
dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan
satu atau dua lapis jahitan terputus-putus
untuk menghentikan perdarahan dan atau
mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
8 Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan
jarum ke atas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk
menutupi lapisan subkutikuler. Jahitan ini
akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa
lubang bekas jarum. Jahitkan lapis kedua ini
akan meninggalkan luka yang tetap terbuka.
9 Tusukan jarum dari robekan perenium
ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari
belakangan cincin himen.
10 Ikat benang dengan membuat simpul di
dalam vagina. Potong ujung benang dan
sisakan sekitar 1.5 cm. Jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka.
11 Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut
untuk memastikan bahwa tidak ada kasa
atau peralatan yang tertinggal di dalam.
12 Dengan lembut masukan jari yang paling
kecil ke dalam anus. Raba apakah ada
jahitan pada rektum. Jika ada jahitan
yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum
enam minggu pasca persalinan. Jika
penyembuhan belum sempurna (misalkan
jika ada fistula rektovaginal atau jika ibu
melaporkan inkontenesia alvi atau vase), ibu
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
13 Cuci daerah genital dengan lembut dengan
sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi,
kemudian keringkan. Bantu ibu mencari
posisi yang lebih nyaman.
14 Nasehati ibu untuk :

224 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
Kriteria
keterangan
NO Aspek Yang Dinilai Penilaian
2 1 0
a. menjaga perineumnya selalu bersih dan
kering
b. hindari obat-obatan tradisional pada
perineumnya.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan
air bersih yang mengalir tiga sampai
empat kali sehari
d. Kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya.
Ibu harus kembali lebih awal jika ia
mengalami demam atau pengeluaran
cairan yang berbau busuk dari daerah
lukannya atau jika daerah tersebut
menjadi lebih nyeri.

JUMLAH

Keterangan :
2 : Bila dikerjakan sendiri dengan benar
1 : Bila dikerjakan dengan bantuan / kurang benar / belum
sempurna
0 : Bila tidak dikerjakan

Nilai Akhir : Jumlah nilai yang diperoleh x 100


28

Kriteria Kelulusan nilai minimal = 68


Pembimbing


(...........................)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 225
SOAL ASUHAN KEBIDANAN 2 (PERSALINAN)

PETUNJUK SOAL :
• Pilihlah dengan jawaban yang anda anggap benar !
A. Bila nomor 1, 2, dan 3 benar.
B. Bila nomor 1 dan 3 benar.
C. Bila nomor 2 dan 4 benar.
D. Bila nomor 4 saja yang benar.
• Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar dengan cara
menyilang (X) pada lembar jawaban yang telah disediakan!

1. Persalinan normal adalah :


a. Aterm (37-42 minggu)
b. Lahir spontan
c. Berlangsung maksimal 18 jam
d. Tidak ada komplikasi pada ibu
2. Dalam persalinan, perubahan hormon yang terjadi adalah ...
a. Progesteron meningkat, estrogen meningkat
b. Progesteron menurun, estrogen meningkat
c. Progesteron meningkat, estrogen menurun
d. Progesteron menurun, estrogen menurun
e. Progesteron menurun, estrogen tetap
Kasus I (NO 3-6)
Ibu Ari G3P2A0 datang ke Polindes dengan keluhan merasa
kenceng-kenceng teratur sejak 4 jam yang lalu. Pada pemeriksaan
palpasi Leopold III hasil 4/5. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan 4 cm.
3. Diagnosa dari kasus diatas adalah...
a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
c. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal
d. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
e. Inpartu kala II

226 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
4. Pembukaan lengkap dapat terjadi dalam.....jam:
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6
5. Sesuai kasus diatas kepala masuk panggul sejajar dengan bidang
hodge:
a. I
b. I-II
c. II-III
d. III-IV
e. IV
6. Apabila sampai pembukaan lengkap pasien dipimpin mengejan
2 jam kepala tidak turun maka kemungkinan pasien terjadi
kesempitan panggul di…
a. PAP
b. PTP
c. PBP
d. Mutlak panggul sempit
e. Bukan Salah Satu Diatas
7. Pernyataan dibawah ini bukan merupakan tanda-tanda klinis
dari pelepasan plasenta…
a. Perubahan posisi uterus bertambah naik
b. Perpanjangan tali pusat
c. Terjadi semburan darah
d. Perubahan uterus menjadi globuler
e. Uterus keras
Kasus II
Ny. Tri, 26 tahun, G2P1A0 datang ke tempat bersalin pukul
09.00, terasa mules sejak 3 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan :
kontraksi uterus 3x/10’/25”, DJJ 128x/menit, pembukaan 4 cm,
tipis, KK(-), penurunan kepala 3/5, tidak ada molase. TD=120/70
mmHg, nadi: 80x/menit, suhu: 37C, urin 150 cc, protein urin
negatif.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 227
8. Asuhan apa yang akan dilakukan pada Ny. Tri?
1. Kolaborasi dengan dokter
2. Melakukan auskultasi
3. Menganjurkan mobilisasi
4. Mengkaji warna dan bau air ketuban
9. Berdasar data tersebut jika persalinan berjalan normal, jam
berapa seharusnya Ny. Tri mengalami pembukaan lengkap?
a. 13.00 WIB
b. 14.00 WIB
c. 15.00 WIB
d. 16.00 WIB
e. 17.00 WIB
Kasus III(NO.11-12)
Ny. Ani, 25 tahun, G1P0A0, datang ke klinik jam 12.00, dia me-
ngeluh mules sejak jam 01.00 dan sudah dipimpin mengejan oleh
dukun. Setelah dilakukan pemeriksaan hasilnya adalah kontraksi
uterus 3x/10’/20”, DJJ 160x/menit, pembukaan 3 cm, KK(-)
bercampur mekoneum, penurunan kepala 2/5, teraba bagian tu-
lang yang saling bersentuhan. TD = 100/60 mmHg, nadi: 88x/
menit.
10. Asuhan apa yang diberikan kepada Ny. Ani?
1. Pantau DJJ
2. Hidrasi
3. Rujuk
4. Anjurkan untuk berjalan-jalan
11. Karakteristik makanan yang baik selama persalinan adalah:
1. Konsistensi lembut
2. Rendah serat
3. Rendah lemak
4. Rendah karbohidrat
12. Kebutuhan seorang wanita dalam persalinan adalah:
1. Kehadiran pendamping
2. Pengurangan rasa sakit
3. Informasi & kepastian tentang hasil persalinan yang aman
4. Baju ganti bayi dan ibu yang banyak

228 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
13. Hasil penelitian menunjukkan kehadiran pendamping selama
persalinan akan menghasilkan :
1. APGAR score > 7
2. Persalinan berlangsung lama
3. Ibu semkain manja
4. Persalinan dengan tindakan semakin berkurang
14. Tindakan mengalihkan rasa nyeri dengan membayangkan
laut indah disebut...
a. Akupresure
b. Sentuhan terapeutik
c. Visualisasi
d. Pijatan terapeutik
e. Hipnosis
15. Dibawah ini yang termasuk pendekatan untuk mengurangi
rasa sakit (varney’s), kecuali…
a. Relaksasi & latihan pernafasan
b. Asuhan diri
c. Memenuhi intake cairan & nutrisi
d. Sentuhan
e. Adanya pendampingan
16. Dua tanda utama inpartu adalah :
a. Nyeri pinggang & keluarnya lendir darah pervaginam
b. Kontraksi uterus & dilatasi serviks yang menetap
c. Kontraksi teratur, frekuensi minimal 2x/10 menit, kekuatan
& lama kontraksi menyebabkan penambahan dilatasi ser-
viks
d. Kontraksi uterus menjadi tidak beraturan disertai dengan
keluarnya lendir darah
e. Ketuban pecah & kontraksi yang teratur
17. Pernyataan manakah dibawah ini yang menggambarkan
konsep sayang ibu...
a. Mengijinkan ibu berjalan-jalan sambil menunggu terjadinya
pembukaan lengkap
b. Menganjurkan suami menunggu kelahiran bayinya di ruang
tunggu agar ia tidak menjadi gelisah & khawatir
c. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih dengan cara
dikateterisasi menggunakan kateter nelaton yang steril

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 229
d. Membatasi asupan cairan ibu untuk menghindarkan ter-
jadinya kandung kemih penuh yang dapat mengganggu
kontraksi & menambah nyeri perut bawah
e. Melakukan huknah pada ibu untuk mengurangi faeses pada
saat persalinan
18. Seorang ibu hamil datang dan mengatakan bahwa ia sudah
merasakan kontraksi sejak 3 jam yang lalu. Tindakan pertama
yang anda lakukan adalah...
a. Melakukan periksa dalam untuk memastikan ibu telah in-
partu
b. Mulai mengisi partograf & mencantumkan tanda dilatasi
pada garis waspada
c. Melakukan anamnesis untuk mengumpulkan informasi ter-
kait tahapan & riwayat kehamilan & persalinan saat ini &
sebelumnya
d. Memeriksa tanda-tanda vital untuk memastikan keadaan
umum ibu saat datang
e. Menyiapkan partus set & baju ganti ibu dan bayi.
19. Prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu, kecuali....
a. Siap dengan rencana rujukan
b. Sapa ibu dengan ramah dan sopan dan bertindak tenang
c. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan anggota
keluarga
d. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memberikan
dukungan
e. Pencegahan infeksi
20. Kepala janin masuk panggul dengan os parietal depan lebih
dulu, sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium....
a. Engagement
b. Sinklitismus
c. Asinklitismus
d. Asinklitismus anterior
e. Asinklitismus posterior

230 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
21. Ligamentum yang terletak dari uterus ke kandung kencing
adalah..
a. Latum
b. Rotundum
c. Infundibulo pelvicum
d. Cardinale
e. Vesico uterina

Jodohkanlah:
Presentasi
22. belakang kepala
23. puncak kepala
24. dahi
25. muka
Diameter kepala:
a. fronto oksipitalis
b. mento oksipitalis
c. sub oksipito bregmatika
d. submento bregmatika

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat:


26. Selama persalinan, hormon progesteron turun sebab hormon
progesteron menyebabkan otot polos dan otot rahim relak-
sasi
27. Terjadi perubahan keseimbangan hormon estrogen dan pro-
gesteron selama persalinan sebab dalam persalinan oksitosin
dikeluarkan oleh otot hipofise parst anterior.
28. Kontraksi brakston hiks muncul dalam persalinan sebab otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas ter-
tentu.
29. Prostaglandin pemicu terjadinya kontraksi sebab konsentrasi
prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 231
30.Kehamilan dengan anencephalus sering mengalami kelam-
batan persalinan sebab bayi anencephalus tidak terbentuk
hipotalamus.
31. Amniotomi mempercepat terjadinya persalinan sebab mengu-
rangi ketegangan otot rahim menyebabkan kontraksi.
32. Tanda-tanda persalinan adalah bloody show sebab kapiler
darah putus ketika terjadi pergeseran serviks
33. Proses pendataran & pembukaan serviks meltigravida berbeda
dari primigravida sebab OUE membuka dulu baru OUI pada
primigravida.
34. Seorang ibu G1 P0 A0 dalam persalinan kala II, pembukaan
lengkap, selaput ketuban telah pecah, kepala di Hodge II namun
ibu belum mempunyai dorongan untuk meneran setelah 60
menit, maka bidan dapat menganjurkan ibu untuk.....
1. Lakukan stimulasi putting susu
2. Anjurkan untuk jongkok, berdiri atau berjalan-jalan
3. Lakukan rujukan
4. Anjurkan ibu untuk meneran pada puncak-puncak kontraksi
dan istirahat diantara kontraksi
35. Setelah kepala membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, bidan
melindungi perineum dengan tangan yang dialasi kain dan ta-
ngan satunya menekan kepala agar tidak terjadi defleksi yang
cepat. Setelah kepala lahir bidan mengusap muka, mulut dan
hidung bayi dengan kasa bersih sambil menunggu kepala me-
ngadakan putar paksi luar spontan. Namun hingga beberapa
saat kepala tidak juga mengalami putar paksi luar. Kemungkinan
diagnosa yang terjadi pada kasus di atas adalah....
1. Partus lama
2. Adanya lilitan tali pusat
3. Kala II lama
4. Distocia bahu
36. Pada primipara dilakukan rujukan apabila dalam persalinan bayi
belum lahir dalam waktu....... setelah pimpinan meneran.
1. 60 menit
2. 180 menit
3. 30 menit
4. 120 menit

232 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
37. Perut masih nyeri, kontraksi uterus baik, ibu tampak cemas.
Tindakan bidan yang sesuai pada kasus tersebut adalah :
a. Menginformasikan kepada ibu bahwa hal yang dialami
adalah normal
b. Menjahit laserasi, memberi dukungan psikologis, mengob-
servasi tanda vita dan mengajarkan kepada ibu cara masase
uterus dan menilai kontraksi.
c. Membiarkan tanpa menjahit dan memfasilitasi bonding dan
attachment
d. Menjahit laserasi, memberikan KIE tentang nutrisi ibu dan
bayi, KB, serta mengajarkan ibu untuk menilai tonus uterus
dan perdarahan
e. Melaksanakan penatalaksanaan atonia uteri dengan KBE
maupun KBI
38. Setelah proses mengeringkan, menghisap lendir dan merang-
sang pernafasan bayi, 30–60 detik sejak bayi lahir bayi me-
ngalami kesulitan bernafas. Tindakan yang harus segera di-
lakukan adalah :
a. Menghisap jalan nafas dengan kuat untuk mengeluarkan
lendir
b. Melakukan tindakan ventilasi tekanan positif
c. Melakukan rangsangan taktil
d. Meneruskan rangsangan agar bayi bernafas
Merujuk bayi dengan segera
39. Fase akselerasi (percepatan) pada kala I persalinan yaitu fase
.........
a. Pembukaan 3 – 4 cm yang dicapai dalam 2 jam
b. Pembukaan 4 – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam
c. Pembukaan 9 – 10 cm yang dicapai dalam 2 jam
d. Pembukaan 4 – 9 cm yang dicapai dalam 1 jam
e. Pembukaan 0 – 3 cm yang dicapai dalam 2 jam
40. Seorang ibu umur 22 tahun, hamil pertama dengan umur
kehamilan 20 minggu. Ibu tersebut melahirkan dengan BB
bayi 450 gram. Diagnosa yang tepat untuk kasus tersebut
adalah........
a. Partus imaturus
b. Abortus

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 233
c. Partus prematurus
d. Partus matures
e. Partus serotinus
41. Seorang ibu hamil datang ke rumah bidan dan mengeluh nyeri
perut bagian bawah dan bila dipakai berjalan sedikit lebih su-
kar, namun ia merasa kurang sesak dan keadaannya menjadi
lebih enteng. Dari pengakuan ibu, satu minggu lagi adalah hari
perhitungan persalinannya. Dari kasus diatas, maka hal yang
dialami ibu tersebut adalah.......
a. Gastrointestinal upsets
b. Energy spurt
c. Braxton Hicks
d. Lightening
e. His persalinan
42. Seorang ibu hamil mengalami peningkatan energi ± 24–28
jam sebelum persalinan akan dimulai, setelah beberapa hari
sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan.
Kondisi ini disebut......
a. Gastrointestinal upsets
b. Energy spurt
c. Bloody show
d. Perubahan servik
e. Premature Rupture of Membrane
43. Posisi yang dianjurkan pada ibu yang sedang bersalin adalah.....
KECUALI :
a. Duduk atau setengah duduk
b. Merangkak
c. Litotomi atau telentang
d. Berjongkok atau berdiri
e. Berbaring miring ke kiri
44. Seorang primigravida dalam proses persalinan kala II, his tiap
2 menit sekali, tetapi dorongan meneran ibu lemah sehingga
kepala tidak cepat turun. Posisi yang tepat yang seharusnya
dianjurkan oleh bidan untuk membantu ibu meneran dan
membantu penurunan kepala janin adalah.....
a. Duduk atau setengah duduk
b. Jongkok atau berdiri

234 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Merangkak
d. Berbaring miring ke kiri
e. Litotomi
45. Sifat-sifat his dibagi menjadi beberapa macam. His berikut
bersifat kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), terjadi
pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari, yaitu his......
a. His pendahuluan
b. His pembukaan
c. His pengeluaran
d. His pelepasan uri
e. His pengiring
46. Berikut adalah sebab-sebab dimulainya persalinan, KECUALI
a. Penurunan kadar progesterone
b. Teori oksitosin
c. Peregangan otot-otot rahim
d. Peningkatan kadar progesterone
e. Pengaruh janin
47. G2 P1 A0 sudah pembukaan 8 cm, his 4x dalam 10 menit,
penurunan kepala Hodge I, palpasi supra pubik penuh.
Tindakan bidan yang tepat adalah....
a. Menganjurkan ibu berkemih sendiri
b. Kateterisasi kandung kemih
c. Berjalan-jalan atau berjongkok
d. Meneran saat ada his
e. Berbaring miring ke kiri
48. Seorang G1 P0 A0 umur 24 tahun hamil 39 minggu, datang ke
bidan karena merasa mules tiap 10 menit sejak jam 09.00, be-
lum mengeluarkan cairan, lendir maupun darah. Pemeriksaan
bidan jam 12.00 : pembukaan 2 cm, his tiap 10 menit. Jam
16.00pembukaan tetap, his berhenti. Nasehat yang diberikan
bidan.....
a. Lakukan rujukan
b. Anjurkan ibu untuk opname ke RS
c. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan
d. Persilakan ibu untuk pulang
e. Anjurkan ibu tidur miring ke kiri

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 235
49. Yang tidak termasuk batas-batas PAP adalah....
a. Os sacrum
b. Linea inominata
c. Tepi atas sympisis
d. Articulatio iliopubis
e. Articulatio sacroiliaca
50. Tindakan yang dilakukan bidan segera setelah penilaian bayi
baru lahir adalah….
a. Keringkan bayi
b. Beritahu ibu akan disuntik
c. Suntik oksitosin
d. Cek janin kedua
e. Manajemen aktif kala III
51. Tindakan yang dilakukan bidan setelah memastikan pembu-
kaan lengkap…
a. Melahirkan bayi
b. Memberitahu ibu dan keluarga
c. Manajemen aktif kala III
d. Dekontaminasi alat
e. Memakai celemek
52. Batasan normal pernafasan bayi baru lahir adalah…
a. 20-40x/menit
b. 30-50x/menit
c. 40-60x/menit
d. 60-80x/menit
e. 80-100x/menit
53. Hal yang dinilai dalam penilaian bayi baru lahir adalah…
1. Pernafasan
2. Menangis
3. Gerakan
4. Refleks
54. Pernyataan dibawah ini benar, kecuali….
a. Bayi melakukan IMD minimal 1 jam
b. Setelah 1 jam bayi tidak dapat melakukan IMD, letakkan
bayi mendekati puting susu ibu

236 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
c. Setelah 2 jam bayi tidak dapat melakukan IMD, tetap
usahakan bayi untuk aktif mencari puting susu ibunya.
d. Suntik vitamin K1 di paha sebelah paha kanan
e. Imunisasi Hepatitis B 0 dilakukan di paha sebelah kiri
55. Dibawah ini tanda-tanda klinis pelepasan placenta adalah….
1. Tali pusat memanjang
2. Semburan darah tiba-tiba
3. Bentuk uterus menjadi globular
4. Uterus Turun
56. Tindakan dibawah ini penanganan pada BBL:
1 Suntik oksitosin 10 IU IM
2 Mengeringkan dan rangsang taktil bayi
3 IMD
4 Injeksi vitamin K1 & tetes mata
5 Antropometri
6 Potong tali pusat
7 Imunisasi hepatitis B 0
Urutan langkah yang benar pada penanganan BBL adalah :
a. 1-2-3-4-5-6-7
b. 6-2-1-3-5-4-7
c. 2-1-6-3-5-4-7
d. 2-6-1-3-4-7-5
e. 6-2-3-1-5-7-4
57. Perilaku BBL saat menyusu pertama kali :
1 Bayi melekatkan mulutnya ke puting susu ibu
2 Bayi menendang, menggerakkan kaki kearah dada ibu
3 Bayi beristirahat dan melihat
4 Bayi mendecakkan bibir & membawa jari ke mulut
5 Bayi mengeluarkan air liur
Urutan perilaku yang benar pada BBL saat menyusu pertama
kali adalah :
a. 1-2-3-4-5
b. 2-3-5-4-1
c. 5-2-4-3-1
d. 4-5-2-3-1
e. 3-4-5-2-1

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 237
58. Dibawah ini merupakan keuntungan skin to skin untuk bayi:
1 Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
2 Meningkatkan keadaan hormonal ibu dan bayi
3 Memperbaiki pola tidur bayi
4 Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin ibu
59. Dibawah ini kondisi ibu bersalin kala II yang mengalami syok
dan harus segera dirujuk adalah…
1. Nadi cepat dan lemah
2. Nafas. 30x/menit
3. Produksi urin <30cc/jam
4. Sístole <90 mmHg
60. Jika didapati kondisi ibu bersalin kala II kontraksi <3x/10 me-
nit, lama <40 detik. Tindakan bidan yang tepat adalah…
1. Anjurkan ibu merubah posisi
2. Stimulasi puting susu
3. Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam (multipara) segera dirujuk
4. Anjurkan ibu mengosongkan kanding kemihnya.
61. Kewenangan bidan praktek tunggal di Bidan Pratek Swasta
(BPS) dalam menangani BBL asfiksia pada tahap....
a. (A) Airway dan (B) Breathing
b. (A) Airway, (B) Breathing, C (Circulaton)
c. (A) Airway, (B) Breathing, C (Circulaton), D (Drugs)
d. (A) Airway
e. (B) Breathing
62. Berikut ini faktor resiko terjadinya asfiksia yang berasal dari
ibu:
1. Serotinus
2. Preeklampsia
3. Partus macet
4. Abortus
63. Bayi Ny. Tita lahir dengan kondisi nafas megap-megap, de-
nyut jantung >100x/menit, tubuh dan ekstremitas berwarna
kemerahan, reflek lemah, bergerak aktif. Kondisi bayi Ny. Tita
dalam klasifikasi :
a. Asfiksia berat
b. Asfiksia sedang
c. Asfiksia ringan

238 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
d. Hipoksia
e. Gawat janin
64. Langkah bidan pada kondisi ini adalah :
1. Ekstensikan kepala
2. Isap lendir
3. Rangsang taktil
4. VTP
65. Jika kondisi bayi Ny. Tita berubah menjadi tidak menangis,
denyut jantung <100x/menit, ekstremitas kebiruan, tidak
bergerak, reflek tidak ada. Bayi Ny. Tina masuk dalam
klasifikasi :
a. Asfiksia berat
b. Asfiksia sedang
c. Asfiksia ringan
d. Hipoksia
e. Gawat janin
66. Berikut ini prosedur melakukan VTP :
1. Dilakukan setelah isap lendir dan rangsang taktil gagal
2. Diawali dengan ventilasi percobaan
3. Tekanan 30 cm air sebanyak 20 kali
4. Dilakukan selama 20 detik
67. Penanganan BBL asfiksia terdiri dari :
1. Lakukan penilaian
2. Ventilasi percobaan 2 kali
3. Ventilasi definitif 20 kali
4. Pasang sungkup
Urutan yang benar pada penanganan BBL asfiksia adalah:
a. 1-2-3-4
b. 4-1-2-3
c. 4-3-2-1
d. 4-2-3-1
e. 1-3-2-4
68. Berikut ini prosedur yang benar dalam melakukan isap lendir:
1. Dimulai dari hidung kemudian mulut
2. Memasukkan ujung de lee ke mulut >3cm
3. Memasukkan ujung de lee ke hidung >5cm
4. Posisi kepala bayi ekstensi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 239
69. Berikut ini prosedur yang tidak dianjurkan dalam melakukan
rangsang taktil :
1. Menggosok perut bayi
2. Mengguncang bayi
3. Menepuk telapak kaki
4. Mendilatasi sfingter ani
70. Apabila resusitasi 30 menit pertama gagal, Apa langkah bidan
selanjutnya? (Bidan tunggal)
1. siapkan rujukan
2. VTP dan kompresi dada
3. lanjutkan ventilasi selama 20 menit
4. lanjutkan ventilasi selama 2 menit dengan penilaian setiap
30 detik
71. Asuhan pasca resusitasi apabila resusitasi berhasil adalah :
1. Konseling tanda bahaya BBL & cara memperoleh pertolo-
ngan
2. Konseling pemberian ASI
3. Konseling cara menilai pernafasan & menjaga kehangatan
bayi
4. Konseling pemberian imunisasi
72. Pernyataan yang benar mengenai prosedur resusitasi bidan di
ruang bersalin adalah:
1. Denyut jantung <60x/menit, lakukan VTP dan kompresi
dada
2. Denyut jantung 60-100x/menit, lakukan VTP
3. Cek denyut jantung kedua hasilnya <80x/mnt, mulai pem-
berian obat melalui umbilicus
4. Warna kulit ekstremitas biru, beri oksigen
73. Dibawah ini adalah pencegahan infeksi pada bayi baru lahir,
yaitu…
a. Pemberian ASI secara dini
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menolong persalinan
c. Kontak kulit-kulit dengan ibunya
d. Menghindari krim/salep pada tali pusat
e. Melakukan pemeriksaan fisik head to toe

240 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
74. Segera membungkus bayi dengan kain kering, termasuk tinda-
kan pencegahan hipotermia dari :
a. Evaporasi
b. Konduksi
c. Konveksi
d. Radiasi
e. Evaluasi
75. Pernyataan berikut ini tepat dalam penanganan asuhan BBL,
adalah...
1. Skin to skin segera setelah lahir selama 1 jam
2. Melakukan inisiasi menyusu dini
3. Menunda semua asuhan BBL sampai IMD selesai
4. Memandikan minimal 6 jam setelah kelahiran
76. Dibawah ini merupakan keuntungan skin to skin untuk bayi:
1. Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
2. Meningkatkan keadaan hormonal ibu dan bayi
3. Memperbaiki pola tidur bayi
4. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin ibu
77. Dibawah ini merupakan keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) untuk bayi & ibu:
1. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin ibu
2. Mencegah hipotermia
3. Merangsangkolostrum keluar
4. Menjalin kasih sayang ibu dan bayi
78. Tindakan dibawah ini penanganan pada BBL:
1. Suntik oksitosin 10 IU IM
2. Mengeringkan dan rangsang taktil bayi
3. IMD
4. Injeksi vitamin K1 & tetes mata
5. Antropometri
6. Potong tali pusat
7. Imunisasi hepatitis B 0
Urutan langkah yang benar pada penanganan BBL adalah :
a. 1-2-3-4-5-6-7
b. 6-2-1-3-5-4-7
c. 2-1-6-3-5-4-7
d. 2-6-1-3-4-7-5
e. 6-2-3-1-5-7-4

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 241
79. Perilaku BBL saat menyusu pertama kali :
1. Bayi melekatkan mulutnya ke puting susu ibu
2. Bayi menendang, menggerakkan kaki kearah dada ibu
3. Bayi beristirahat dan melihat
4. Bayi mendecakkan bibir & membawa jari ke mulut
5. Bayi mengeluarkan air liur
Urutan perilaku yang benar pada BBL saat menyusu pertama
kali adalah :
b. 1-2-3-4-5
c. 2-3-5-4-1
d. 5-2-4-3-1
e. 4-5-2-3-1
f. 3-4-5-2-1
80. Pernyataan dibawah ini merupakan alasan pemberian injeksi
vitamin K1 pada BBL adalah:
1. Vitamin K sebagai zat pembeku darah
2. Kadar vitamin K dalam hati BBL masih rendah
3. Vitamin K mencegah terjadinya perdarahan
4. Asupan vitamin K dari ASI belum mencukupi
81. Pernyataan dibawah ini tepat berkaitan dengan pemberian vi-
tamin K :
1. Cara pemberian vitamin K secara IV
2. Injeksi vitamin K1 dilakukan di paha kiri
3. Diberikan hanya pada BBLR
4. Dosis pemberian injeksi vitamin K1 1 mg
82. Jadwal pemberian imunisasi combo Hepatitis B dan DPT
untuk bayi diberikan pada usia...
a. 1,2,3 bulan
b. 2,3,4 bulan
c. 3,4,5 bulan
d. 2,3,6 bulan
83. Seseorang dianggap memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
bila titer antibodi anti-HbsAg adalah...
a. > 10 mg
b. < 10 mg
c. 10 mg
d. > 10 mcg
e. < 10 mcg

242 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
84. Pernyataan dibawah ini benar tentang jadwal imunisasi hepatitis
B berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan :
1. Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
langsung diberikan imunisasi dalam 12 jam setelah melahir-
kan.
2. Bayi lahir dari ibu yang status HbsAg nya positif, langsung
diberikan 1ml HBIG dalam 12 jam setelah melahirkan dan
imunisasi hepatitis B dosis pertama.
3. Bayi lahir dari ibu yang status HbsAg nya negatif, langsung
diberikan imunisasi hepatitis B dosis minimal 0,25ml vaksin
rekombinen.
4. Ulangan imunisasi hipatitis B usia 12-14 tahun
85. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah/meminimalkan infeksi. Yang termasuk kekebalan
alami pada bayi baru lahir meliputi :
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
2. Pembentukan antibody oleh usus
3. Fungsi saringan saluran nafas
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
86. Perubahan besar pada system sirkulasi BBL adalah....
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Penutupan duktus arteriosus
c. Rangsang nafas pertama bayi
d. Pengembangan alveoli paru
e. A dan B yang benar
87. BBl mudah sekali terkena hypotermi yang disebabkan oleh
karena....
a. Pusat pengatur suhu tubuh pada bayi belum sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relative kecil
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyim-
pan panas
d. A dan B benar
e. A dan C benar
88. Lingkar kepala bayi diukur melalui ......
a. Submentobregmatika
b. Suboksipitobregmatika
c. Oksipitofrontalis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 243
d. Submentofrontalis
e. Oksipitobregmatika
89. Reflek untuk mengetes pendengaran bayi adalah...
a. Grasping
b. Babinski
c. Galant
d. Rooting
e. Moro
90. Reflek yang diketahui dengan cara menggoreskan punggung
bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai pantat
disebut...
a. Grasping
b. Babinski
c. Galant
d. Rooting
e. Moro
91. Urutan langkah pemeriksaan fisik daerah abdomen: a. Auskultasi;
b. Perkusi; c. Inspeksi; d. Palpasi
a. a,b,c,d
b. c,a,b,d
c. c,b,a,d
d. c,b,d,a
e. c,d,b,a
92. Frekuensi nafas bayi baru lahir adalah..
a. 30 – 60 x /menit
b. 16 – 24 x /menit
c. 120 – 160 x /menit
d. 60 – 80 x /menit
e. 20 – 50 x /menit
93. Pernyataan dibawah ini yang benar berkaitan dengan peme-
riksan fisik pada bayi baru lahir
1. Berat badan normal bayi 2500–4000 gr
2. Panjang badan normal bayi 45–55 cm
3. Lingkar kepala bayi 32–35 cm
4. Lingkar abdomen diperiksa jika ada indikasi

244 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
94. Jika ubun-ubun besar bayi cekung diagnosa kita adalah :
a. Hidrosepalus
b. Mikrocepalus
c. Dehidrasi
d. Tekanan Intra cranial
e. Caput succedanium
95. Bentuk dan ukuran plasenta yang normal adalah…
a. Berat 500-600 gram
b. Tali pusat terdiri dari 1 arteri dan 2 vena
c. Diameter 15-20 cm
d. Kotiledon di bagian maternal 5-10 buah
96. Jika Kompresi Bimanual Interna pertama gagal, apa yang
anda lakukan ?
a. Minta keluarga untuk melakukan KBE
b. Lakukan injeksi methergin 1 ampul IM
c. Pasang infuse RL 500 cc ditambah 2 ampul oksitosin
d. Lakukan KBI kedua
97. Berapa menitditambahkan lagi, jika KBI dirasa berhasil?
a. 1 menit
b. 2 menit
c. 3 menit
d. 4 menit
e. 5 menit
98. Salah satu tanda pelepasan plasenta adalah uterus naik di
dalam abdomen. Hal ini terjadi karena….
a. Kontraksi uterus
b. Kontraksi dan relaksasi uterus
c. Pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah
d. Retroplasenta pecah pada saat plasenta lepas
e. Plasenta turun ke segmen bawah / rongga vagina
99. Di bawah ini merupakan respon-respon sensual ibu dan bayi
pada kontak awal kelahiran:
1. Touch
2. Eye to eye contact
3. Odor
4. Smile

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 245
100. Ny A G1 P0 A0 telah melahirkan anak pertama jam 03.00.
Ibu merasa perutnya kenceng-kenceng dan pada jam 03.05
plasenta lahir, KU ibu baik merasa lelah setelah melahirkan.
Hal-hal yang harus dilakukan bidan setelah plasenta lahir
adalah......
1. Pemijatan uterus
2. Evaluasi perdarahan
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Menyuntikkan oksitosin 10 U IM
KASUS IV (NO. 101-105)
Ny. Lilis G1 P0 A0, umur 25 tahun, datang kerumah bidan jam
15.00 WIB dengan keluhan perut kenceng-kenceng dan keluar
lender darah, pada pemeriksaan VT ditemukan pembukaan 6 cm,
KK utuh, penurunan kepala di Hodge II.
101. Pada kasus diatas masuk kedalam persalinan kala I tahap
…..
a. Akselerasi
b. Dilatasi maksimal
c. Retraksi
d. Deselerasi
102. Kasus tersebut masuk dalam persalinan kala I …..
a. Fase Awal
b. Fase Laten
c. Fase Pasif
d. Fase Aktif
103. Lakukan pengukuran denyut jantung janin selanjutnya pada
ny. Lilis …..
a. Pukul 15.00 WIB
b. Pukul 15.30 WIB
c. Pukul 16.00 WIB
d. Pukul 16.30 WIB
104. Berapa interval pemeriksaan tekanan darah selanjutnya .....
a. Pukul 16.00 WIB
b. Pukul 17.00 WIB
c. Pukul 18.00 WIB
d. Pukul 19.00 WIB

246 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
105. Pada pemeriksaan luar dapat diketahui penurunan kepala
berapa bagian …..
a. 0/5
b. 1/5
c. 2/5
d. 3/5
KASUS V (NO. 106-110)
Ny. Oneng telah melahirkan jam 21.00 WIB, bayi telah diberi-
kan kepada ibunya untuk di susui, tali pusat sudah dipotong dan
plasenta belum lahir, kontraksi lembek, kandung kemih penuh.
106. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, lakukan
…..
a. Palpasi abdomen
b. Suntik oksitosin
c. Memindahkan klem pada tali pusat
d. Menunggu uterus berkontraksi
107. Kapan oksitosin disuntikkan …..
a. Sesegera mungkin
b. Pukul 21.01 WIB
c. Pukul 21.02 WIB
d. Pukul 21.03 WIB
108. Tindakan yang benar bila oksitosin tidak ada .....
a. Beri rangsangan putting susu ibu
b. Beri ergometrin 0,5 mg
c. Anjurkan ibu disuruh nafas panjang
d. Lakukan masase
109. Berdasarkan kasus diatas disebut .....
a. Hipotonia uteri
b. Atonia uteri
c. Inersia uteri
d. Retensio plasenta
110. Untuk menangani kasus no. 9, tindakan seorang bidan
adalah .....
a. Peregangan Tali Pusat Terkendali
b. Lakukan KBI
c. Lakukan KBE
d. Manual Plasenta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 247
KASUS VI (NO. 111-112)
Tanggal 23 Nopember 2005 jam 08.00 WIB Ny. Y usia 28 tahun
hamil ketiga datang ke BPS dengan keluhan sejak semalam sudah
mules dan makin sering dan kuat, jam 09.00 periksa dalam:
pembukaan lengkap. Ketuban + kepala H III belum ada rangsangan
untuk mengedan.
111. Sikap saudara sebagai bidan, adalah…..
a. Memecahkan ketuban
b. Menunggu dan menganjurkan untuk mengubah posisi
c. Mencoba memimpin persalinan
d. Memberikan nutrisi
112. Pada jam 10.00 kepala janin masih berada introitus vagina
dan belum ada dorongan untuk meneran, maka tindakan
selanjutnya adalah…
a. Pecah ketuban dan pimpin persalinan
b. Anjurkan ibu merubah posisi
c. Lakukan evaluasi dalam 60 menit
d. memberi makan dan minum
KASUS VII (NO. 113-115)
Ny. Sri , 26 tahun G2P1A0 datang ke tempat bersalin pukul 09.00
karena merasakan kenceng-kenceng sejak 3 jam yang lalu. setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan TD 120/70 mmHg, nadi 80
kali permenit, suhu 370 C, pembukaan 2 cm, kontraksi uterus 3
kali dalam 10 menit lamanya 20 detik dan DJJ 136 kali permenit
Jam 13.00 kantung ketuban pecah, kontraksi uterus 3 kali dalam
10 menit dengan lama 25 detik, sedang, DJJ 128 kali permenit,
penurunan kepala 3/5, tulang kepala tidak saling bersentuhan, TD
120/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, suhu 370 C, urin 150 cc,
protein negatif.
113. Tindakan yang akan dilakukan pada Ny. Sri adalah …
a. Kolaborasi dengan dokter
b. Mengkaji warna dan bau air ketuban
c. Melakukan periksa dalam
d. menganjurkan jalan-jalan

248 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
114. Penulisan dalam partograf yang benar untuk mendokumen-
tasikan hasil observasi his pada jam 13.00 adalah….
a.
b.
c.
d.
115. Jika penyusupan kepala dimasukkan dalam partograf maka
symbol yang benar adalah….
a. 0
b. 1
c. 2
d. 3
KASUS VIII (NO. 116-117)
Anda sebagai bidan sedang menolong persalinan Ny. S yang baru
melahirkan bayinya yang pertama. Bayi lahir pada pukul 04.58
WIB., jenis kelamin perempuan, plasenta belum lahir
116. Berdasarkan data diatas, tindakan yang anda lakukan selan-
jutnya adalah ….
a. Injeksi oksitosin satu lagi 10 IU IM
b. Observasi tanda–tanda pelepasan plasenta
c. Penegangan tali pusat terkendali.
d. Palpasi adanya janin kedua
117. Pemberian oksitosin pada Ny. S sebaiknya dilakukan paling
lambat jam ?
a. 05.00
b. 05.01
c. 05.02
d. 05.03
KASUS IX (NO. 118-120)
Ny. Shepia, 30 tahun, baru saja melahirkan anak yang pertama
pada jam 13.00, jenis kelamin perempuan dengan berat badan 3,8
kg, ia mengalami ruptur perineum sampai dengan otot perineum.
Plasenta dan selaput ketubannya lengkap.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 249
118. Apa diagnosa yang anda tegakkan pada Ny. Shepia?
a. Inpartu kala IV Normal
b. Inpartu kala IV dengan laserasi derajat 1
c. Inpartu kala IV dengan laserasi derajat 2
d. Inpartu kala IV dengan laserasi derajat 3
119. Apa tindakan anda segera kepada Ny. Shepia?
a. Mengungur Tekanan Darah
b. Membersihkan ibu
c. Menjahit laserasi
d. Mengosongkan kandung kemih
120. Hingga jam 14.00 Observasi tanda-tanda vital pada Ny. S
dilakukan setiap ?
a. 10 menit sekali
b. 15 menit sekali
c. 20 menit sekali
d. 30 menit sekali
KASUS IX (NO. 121-125)
Ny. Desi, 31 tahu, G3P2A0, hamil 9 bulan dating ke klinik jam
10.00 karena mersa akan bersalin. Ia merasakan kenceng2 sejak
jam 05.00, sudah mengeluarkan lendir darah, air ketuban belum
keluar.
Data hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg, N: 78x/mnt, RR:
20x/mnt, S : 36,7C.
L1: TFU 3 jari dibawah pusat, teraba bokong, L2 : punggug kanan,
L3 : presentasi kepala, L4 : kepala 4/5. TFU:34 cm, kontraksi:
3x/10’/35”, DJJ 146x/mnt.
Hasil pemeriksaan dalam: v/u normal, porsio luak, pembukaan
4 cm, presentasi kepala, selaput ketuban (+), tulang kepala janin
terpisah, sutura mudah diraba.
121. Berdasarkan data diatas apa diagnosa anda?
a. Inpartu kala I fase aktif normal
b. Inpartu kala I fase aktif dengan gawat janin
c. Inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri primer
d. Inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri sekunder

250 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
122. Apa rencana yang tidak akan anda berikan kepada Ny.
Desi?
a. Memberitahu hasil pemeriksaan
b. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan
c. Menganjurkan ibu untuk makan sekehendak
d. Mengontrol tekanan darah setiap 1 jam
123. Berdasarkan data diatas apabila anda akan memasukkan
kontraksi dalam partograf simbolnya adalah sbb:
a.
b.
c.
d.
124. Jam berapa anda akan melakukan pemantauan kembali?
a. Kontraksi jam 11.00, DJJ jam 11.00, pembukaan jam
14.00
b. Kontraksi jam 10.30, DJJ jam 10.30, pembukaan jam
14.00
c. Kontraksi jam 11.30, DJJ jam 10.30, pembukaan jam
14.00
d. Kontraksi jam 10.30, DJJ jam 11.30, pembukaan jam
14.00
125. Berdasarkan kasus diatas, apabila anda hendak memasuk-
kan data air etuban ke dalam partograf, menggunakan sym-
bol dibawah ini:
a. J
b. M
c. D
d. U
KASUS X (NO. 126-130)
Ny. Ida, 27 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu, mengeluh perut
terasa kenceng2 dan nyeri daerah pinggang. Hasil VT: pembukaan
6 cm, kepala turun H III, KK utuh, lendir darah keluar. Kontraksi
uterus 3x/10’/35”, ibu merasa kesakitan apabila perut kenceng.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 251
126. Tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa Ny. Ida berada
dalam proses persalinan sesungguhnya adalah :
a. Adanya kejang di perut
b. Rasa nyeri mulai dari perut
c. Kontraksi 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 menit
d. Tidak ada interval dari nyeri satu ke nyeri selanjutnya
127. Sifat kontraksi dalam persalinan Ny. Ida dinyatakan baik
apabila…
a. Kontraksi uterus simetris
b. Tidak ada relaksasi pada perut secara menyeluruh
c. Kontraksi dimulai dari segmen bawah rahim dan diakhiri
di segmen bawah rahim
d. Tonus otot meningkat diluar dan saat ada kontraksi
128. Pengeluaran lendir darah yang dialami Ny. Ida akibat…
a. Adanya effimcement dan dilatasi serviks
b. Terjadi robekan perineum
c. Proses pelepasan plasenta
d. Pengaruh hormonal ibu
129. Untuk mengurangi nyeri pada Ny. Ida, seorang bidan TIDAK
perlu melakukan asuhan kebidanan sebagai berikut…
a. Beri analgesia 1 ampul IM
b. Beri Ny. Ida menum the hangat
c. Bantu Ny. Ida relaksasi dan latihan pernafasan
d. Motivasi Ny. Ida untuk jalan sekitar tempat tidur
130. Ny. Ida berada pada tahap proses persalinan…
a. Laten
b. Akselerasi
c. Dilatasi maksimal
d. Kala II

252 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, V.R. & Brown, L.K. 1996. Myles Texbook for Midwives.
12th edition, Churchill Livingstone. London.
Cunningham ,Mac Donald, Gant. 1995. Williams Obstetri. Alih
Bahasa: Joko Suyono, Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Danuatmaja, Bonny, 2004, Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit,
Jakarta, Puspa Swara
Depkes RI, 2003, Konsep Asuhan Kebidanan (Intranatal), Jakarta
: Pusdiknakes WHO-JHPIEGO
------------------- Partograf WHO 1993 : FKUI
Hacker, Neville F, 2001, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Jakarta,
Hipokrates
Hadijono S, Update APN :Disampaikan pada Forum Ilmiah Kursus
Bidan Nasional Jogja Expo Center 23-24 Oktober 2009
Januardi E, Judi, 2002, Mempersiapkan Persalinan Sehat, Jakarta
:Puspa Swara
JNPKKR, 2008, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu
Dini. Jakarta
Linda K. Brown, 1989, Myles Texbook for Midwifes 11 ed,
Churchil Livingstone
Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
P.M. Sellers, 1993, Midwifery, South Africa,Creda Press, Solan
Road, Cape Town
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku III Asuhan Kebidanan
pada Ibu Intrapartum.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 253
Rosmary A. Payne, 2000 Relaxation Techniques, A Practical
Handbook for The Health Care Professional. New York:
Churchill Livingstone
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal. Jakarta. YBP-SP
Sue Moore, 1997, Understanding Pain and Its Relief In Labour,
USA, Churchil Livingstone
Syaifuddin BA, 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBPSP
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery. Jones and bartlet Publisher,
Sudbury, Massachusetts, USA.
Walsh, L.P. 2001.Midwifery Community - Based Care During the
Childbearing Year,London. W.B. Sauders Company.

254 BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 255

Anda mungkin juga menyukai