Di Susun Oleh :
KELOMPOK 3 A1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.3Tujuan…………………………………………………………………………………………….1
1.4Manfaat…………………………………………………………………………………..………..1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.2 Etiologi...........................................................................................................................................2
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………………………………………………………………………….9
3.2saran……………………………………………………………………………………….…........15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
2
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang
berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik) dan
disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
1) Disfungsi Hipotonik
HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman,
singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri
tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu
ataupun janin. Apabila his terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik.
1. His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi
pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala 1
fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehinggga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri sekunder ini jarang ditemukan.
Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.
a) Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa terjadi
pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi.
Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada di fundus, karena
uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong sampai ke servik. Uterus
mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi (Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik, misalnya
karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan robekan
ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah
mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit.
Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan
yang baik waktu persalinan.
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul
dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu
bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal. Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
4
2) Presentasi puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat
terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak
kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun
besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala.
3) Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian
terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan
perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.
4) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi
merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
5) Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
- Presentasi bokong. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua
kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna.Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna. Hanya terdapat satu kaki disamping bokong
sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
6) Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
7) Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar
mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal,
janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic
Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.
- Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan
jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat
disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas
panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.
6
3. Karena kelainan pelvis
Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada panggul.
Tipe Panggul
Pada dasarnya panggul wanita diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
a. Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan dijumpai.
Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum sedikit melebihi
diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika tidak menonjol, arkus
subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
b. Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul android berbentuk
baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok, arkus subpubis
sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian bawah. Kemungkinan
besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia akibat macet
ditransversa dalam.
c. Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval (tetapi
diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping panggul
divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling mungkin disertai
dengan distosia oksiput posterior.
d. Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang lebar.
Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat masuk ke
dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di panggul tengah
karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul yang tidak mendukung.
8
2.7 Penatalaksanaan
a. Antisipasi, ACOG menyatakan bahwa pelahiran sesaria profilaksis dapat dipilih sebagai
cara pelahiran untuk wanita diabetik yang janinnya dicurigai memiliki taksiran berat
janin >4500gram atau untuk bayi dari wanita non-diabetik, yang taksiran berat janinnya
>5000 gram. Wanita dengan pelahiran per vaginam harus berpartisipasi dalam setiap
pembuatan keputusan sebelum kelahiran. Personel yang tepat disiagakan dan hadir untuk
pelahiran, kandung kemih dikosongkan, anastesi diberikan, dan episiotomi dapat
dilakukan.
b. Upayakan pelahiran dengan usaha mengeluarkan dari ibu
c. Untuk “bahu kecil”, ubah posisi wanita ke posisi bertumpu tangan lutut untuk
memudahkan pelahiran bahu posterior.
d. Perasat sekrup kayu.
e. Perasat Hibbard.
f. Patahkan klavikula dengan menekannya terhadap ramus pelvis (Sinclair, 2003).
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 30 tahun
1. Riwayat Kesehatan:
a. Keluhan utama
Nyeri perut menjalar ke pinggang
b. Riwayat keluhan utama
Mengalami distosia, mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang, dilatasi serviks 1-2
cm, pasien kelelahan, kontraksi uterus setiap 1-2/20”, dokter menganjurkan untuk
melakukan AVM
c. Riwayat obstetri
G2A0P1
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
TD : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 100x/menit
DIAGNOSA
10
ANALISA DATA
No Data Masalah keperawatan
1. DS :
- Pasien kelelahan
- Keadaan umum pasien lemah
DO :
- Pasien mengalami kontraksi Keletihan berhubungan dengan faktor
uterus setiap 1-2/20” fisiologis kehamilan.
- TTV
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
2. DS :
- Pasien mengeluh nyeri perut
menjalar ke pinggang
- Pasien kelelahan
DO : Resiko cedera pada ibu berhubungan
- Pasien mengalami kontraksi dengan penurunan tonus otot/pola
uterus setiap 1-2/20” kontraksi otot, obstruksi mekanis pada
- TTV penurunan janin, keletihan maternal
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
- Dilatasi serviks 1-2 cm
3. DS : Resiko cedera pada janin berhubungan
- Pasien mengeluh nyeri perut dengan persalinan lama, malpresentasi
menjalar ke pinggang janin, hipoksia/ asidosis jaringan,
- Pasien kelelahan abnormalitas pelvis ibu.
DO :
- Pasien mengalami kontraksi
uterus setiap 1-2/20”
- TTV
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
- Dilatasi serviks 1-2 cm
INTERVENSI
Diagnosa :
2. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cereda pada pasien
berkurang.
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
Rasional : Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko
komplikasi maternal/ janin.
3) Catat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis.
Rasional : Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan.
12
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan intervensi cedera pada janin dapat dihindari dengan kriteria hasil:
- DJJ dalam batas normal.
- Kemajuan persalinan baik.
1) Kaji denyut jantung janin secara manual dan elektronik
Rasional : Bradikardi dan takikardi pada janin dapat disebabkan oleh stres, hipoksia,
asidosis, atau sepsis.
2) Pantau penurunan janin pada jalan lahir
Rasional : Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau malposisi
3) Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban
Rasional : Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga akan melindungi janin
IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
-Memonitoring sumber energi yang
adekuat.
- Mengkonsultasikan kepada ahli
Keletihan berhubungan dengan gizi untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi.
faktor fisiologis kehamilan. -Memperhatikan pola tidur dan
lamanya istirahat pasien.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan dalam
persalinan. Distosia secara harfiah berarti persalinansulit, dan ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan ukuran (disproporsi) antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan dapat menjelaskan tentang asuhan
keperawatan distosia dengaan baik dengan cara mengetahui tentang proses persalinan
distosia. Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat khusunya ibu hamil untuk
melakukan ANC ( Ante Natal Care) selama kehamilan agar mencegah terjadinya distosia
pada janin.
DAFTAR PUSTAKA
16