Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DISTOSIA DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU MELAHIRKAN DENGAN


DISTOSIA

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 3 A1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................1

1.3Tujuan…………………………………………………………………………………………….1
1.4Manfaat…………………………………………………………………………………..………..1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2

2.1 Pengertian Distosia.........................................................................................................................2

2.2 Etiologi...........................................................................................................................................2

2.3 Klasifikasi Distosia.........................................................................................................................2

2.4 Manifestasi klinik…………………………………………………………………………………..7


2.5 Pathway………………………………………………………………………………………………………………………………………8

2.6 Komplikasi Distosia ……………………………………………………………………………………………………………………..8

2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………………………………………………………………………….9

2.8 Asuhan Keperawatan…………………………………………………………………………………………………………………10

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................15


3.1Kesimpulan………………………………………………………………………….……….........15

3.2saran……………………………………………………………………………………….…........15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan dalam
persalinan. Salah satu klasifikasi dari distosia adalah distosia karena adanya kelainan letak
janin atau kelainan fisik janin misalnya presentasi bahu (Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, 2003). Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak
dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi
kepala (Prawirohardjo, 2009). Distosia bahu merupakan salah satu klasifikasi dari persalinan
abnormal. Hubungan berat badan bayi dengan kejadian distosia bahu berbanding lurus. Jika
berat badan bayi lebih dari 4500 gr maka angka kejadian distosia bahu adalah 19,0 (Manuaba,
2003). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di
Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000
kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012
tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar
102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran
hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana landasan teoritis distosia dan asuhan keperawatan pada ibu melahirkan
dengan distosia?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana landasan teoritis distosia dan asuhan keperawatan pada ibu
melahirkan dengan distosia
1.4 Manfaat
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan memahami apa itu distosia dan asuhan
keperawatan yang tepat pada ibu melahirkan dengan distosia
Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada ibu melahirkan dengan
distosia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distosia


Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784). Distosia
adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994). Distosia didefinisikan
sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi
yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
2. mengedan ibu (kekuatan/power)
3. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
4. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah
bayi
5. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
6. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya, serta sistem pendukung.

2.2 Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan tenaga/ power

2. Kelainan jalan lahir/ passage

3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

2.3 Klasifikasi Distosia


Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat
kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan
primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007)
menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya
distosia uterus sebagai berikut:

2
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yang
berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik) dan
disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).

1) Disfungsi Hipotonik

HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman,
singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri
tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu
ataupun janin. Apabila his terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik.

1. His hipotonik disebut juga intersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari pada bagian lain.
2. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang
3. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
4. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal
Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi
pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala 1
fase aktif.
- His pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehinggga dapat
menimbulkan kelelahan otot uterus, maka interesia uteri sekunder ini jarang ditemukan.
Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

a) Disfungsi Hipertonik

Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif
menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa terjadi
pada tahap laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi.
Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada di fundus, karena
uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong sampai ke servik. Uterus
mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi (Gilbert, 2007).

Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik, misalnya
karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan robekan
ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah
mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit.
Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan
yang baik waktu persalinan.

2. Karena kelainan letak dan bentuk janin


a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
1) Posisi oksipitalis posterior persisten

Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul
dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu
bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran
normal. Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.

4
2) Presentasi puncak kepala

Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat
terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak
kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun
besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian berubah
menjadi presentasi belakang kepala.

3) Presentasi muka

Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian
terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan
perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.

4) Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi
merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.

5) Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :

- Presentasi bokong. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua
kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.
Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna.Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna. Hanya terdapat satu kaki disamping bokong
sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
6) Letak lintang

Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau di bawah.
7) Presentasi ganda

Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.

b. Kelainan bentuk janin


1) Pertumbuhan janin yang berlebihan

Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin yang besar
mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal,
janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya.

2) Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic

3) Kelainan bentuk janin yang lain


- Janin kembar melekat(double master)

Torakopagus(pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering
menimbulkan kesukaran persalinan.

- Janin dengan perut besar

Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.

- Prolaksus funikuli

Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam
jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya
bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan
jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi. Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat
disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas
panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin.

6
3. Karena kelainan pelvis
Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan pada panggul.
Tipe Panggul
Pada dasarnya panggul wanita diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama.
a. Panggul ginekoid yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan per vagiam dan dijumpai.
Ditandai oleh pintu atas panggul berbentuk oval (diameter transversum sedikit melebihi
diameter anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika tidak menonjol, arkus
subpubis dan lebar dan sacrum cekung.
b. Panggul android (seperti laki – laki) yaitu dimana pintu atas panggul android berbentuk
baji, dinding samping panggul konvergen, spina iskiadika menonjok, arkus subpubis
sempit dan sacrum melengkung ke depan pada sepertiga bagian bawah. Kemungkinan
besar disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia akibat macet
ditransversa dalam.
c. Panggul antropoid, yaitu ditandai dengan pintu atas panggul berbentuk oval (tetapi
diameter anteroposterior melebihi diameter transversa), dinding samping panggul
divergen dan sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling mungkin disertai
dengan distosia oksiput posterior.
d. Panggul platipeloid, ditandai dengan diameter transversa pintu atas panggul yang lebar.
Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena kepala janin tidak dapat masuk ke
dalam pelvis minor. Penghentian secara melingtang dapat terjadi di panggul tengah
karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul yang tidak mendukung.

2.4 Manifestasi Klinis


Dapat dilihat dan diraba, perut terasamembesar ke samping
a. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
b. Nyeri hebat dan janin sulit dikeluarkan
c. Terjadi distensi berlebihan pada uterus
d. Dada terasa seperti punggung, belakang kepala terleyak berlawanan dengan letak
dada, teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas
pada dada.
2.5 Pathway

2.6 Komplikasi Distosia


Komplikasi dari distosia bahu dapat terjadi pada ibu maupun janin yaitu
a. Komplikasi pada ibu: cedera kandung kemih, laserasi derajat empat yang selanjutnya
disertasi dehisensi, infeksi, dan pembentukan fistula serta perdarahan postpartum
akibat atoni uterus dan laserasi pada serviks dan vagina, Robekan perineum derajat
III atau IV, Rupture Uteri.
b. Komplikasi pada janin: fraktur pada humerus atau klavikulas, cedera pada pleksus
brakialis, asfiksia disertai sekuela pada persarafan, dan kematian, Hipoksia janin,
dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen (Sinclair, 2003).

8
2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada persalinan dengan distosia bahu antara lain:

a. Antisipasi, ACOG menyatakan bahwa pelahiran sesaria profilaksis dapat dipilih sebagai
cara pelahiran untuk wanita diabetik yang janinnya dicurigai memiliki taksiran berat
janin >4500gram atau untuk bayi dari wanita non-diabetik, yang taksiran berat janinnya
>5000 gram. Wanita dengan pelahiran per vaginam harus berpartisipasi dalam setiap
pembuatan keputusan sebelum kelahiran. Personel yang tepat disiagakan dan hadir untuk
pelahiran, kandung kemih dikosongkan, anastesi diberikan, dan episiotomi dapat
dilakukan.
b. Upayakan pelahiran dengan usaha mengeluarkan dari ibu
c. Untuk “bahu kecil”, ubah posisi wanita ke posisi bertumpu tangan lutut untuk
memudahkan pelahiran bahu posterior.
d. Perasat sekrup kayu.
e. Perasat Hibbard.
f. Patahkan klavikula dengan menekannya terhadap ramus pelvis (Sinclair, 2003).

Adapun penatalaksanaan menurut (Manuaba, 2003) dalam buku Kapita Selekta


Penatalaksanaan Rutin Obstertri Ginekologi dan Keluarga Berencana antara lain:

a. Manuver Mc. Roberts


b. Manuver Masanti
c. Manuver Hibbard dan Resnick
d. Manuver Woods Cork Screw
2.8 Asuhan Keperawatan pada Ibu Melahirkan dengan Distosia
Kasus 3

Ny. A berusia 30 tahun, G2A0P1, usia kehamilan 39 minggu, dibawah ke VK dengan


keluhan nyeri perut menjalar ke pinggang sejak 24 jam terakhir, kontraksi uterus setiap 1-
2/20”, dilatasi serviks 1-2 cm, pasien kelelahan, keadaan umum lemah, TD 120/70 mmHg,
frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi. Dokter menganjurkan untuk melakukan AVM dengan
indikasi distosia.

PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama : Ny. A

Umur : 30 tahun

1. Riwayat Kesehatan:
a. Keluhan utama
Nyeri perut menjalar ke pinggang
b. Riwayat keluhan utama
Mengalami distosia, mengeluh nyeri perut menjalar ke pinggang, dilatasi serviks 1-2
cm, pasien kelelahan, kontraksi uterus setiap 1-2/20”, dokter menganjurkan untuk
melakukan AVM
c. Riwayat obstetri
G2A0P1
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
TD : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 100x/menit

DIAGNOSA

1. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis kehamilan.


2. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.

10
ANALISA DATA
No Data Masalah keperawatan

1. DS :
- Pasien kelelahan
- Keadaan umum pasien lemah
DO :
- Pasien mengalami kontraksi Keletihan berhubungan dengan faktor
uterus setiap 1-2/20” fisiologis kehamilan.
- TTV
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
2. DS :
- Pasien mengeluh nyeri perut
menjalar ke pinggang
- Pasien kelelahan
DO : Resiko cedera pada ibu berhubungan
- Pasien mengalami kontraksi dengan penurunan tonus otot/pola
uterus setiap 1-2/20” kontraksi otot, obstruksi mekanis pada
- TTV penurunan janin, keletihan maternal
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
- Dilatasi serviks 1-2 cm
3. DS : Resiko cedera pada janin berhubungan
- Pasien mengeluh nyeri perut dengan persalinan lama, malpresentasi
menjalar ke pinggang janin, hipoksia/ asidosis jaringan,
- Pasien kelelahan abnormalitas pelvis ibu.
DO :
- Pasien mengalami kontraksi
uterus setiap 1-2/20”

- TTV
TD: 120/70
Nadi : 100x/ menit
- Pasien mengalami distosia
- Dilatasi serviks 1-2 cm

INTERVENSI

Diagnosa :

1. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis kehamilan.


Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka kebutuhan aman nyaman pada pasien
dapat terpenuhi dengan kriteria hasil
- Pasien terlihat lebih berenergi
1) Monitoring sumber energy yang adekuat.
Rasional : Pemantauan sumber energy guna pengukuran nutrisi yang akan diberikan
2) Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi
tinggi.
Rasional : Memperhitungkan jumlah kalori yang akan diberikan pada pasien.
3) Monitoring pola tidur dan lamanya istirahat pasien.
Rasional : Pemantauan apakah keletihan ini juga akibat dari kurangnya istirahat.

2. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cereda pada pasien
berkurang.
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
Rasional : Disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko
komplikasi maternal/ janin.
3) Catat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis.
Rasional : Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan.

12
3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan intervensi cedera pada janin dapat dihindari dengan kriteria hasil:
- DJJ dalam batas normal.
- Kemajuan persalinan baik.
1) Kaji denyut jantung janin secara manual dan elektronik
Rasional : Bradikardi dan takikardi pada janin dapat disebabkan oleh stres, hipoksia,
asidosis, atau sepsis.
2) Pantau penurunan janin pada jalan lahir
Rasional : Penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau malposisi
3) Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban
Rasional : Mencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga akan melindungi janin
IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi
-Memonitoring sumber energi yang
adekuat.
- Mengkonsultasikan kepada ahli
Keletihan berhubungan dengan gizi untuk meningkatkan asupan
makanan yang berenergi tinggi.
faktor fisiologis kehamilan. -Memperhatikan pola tidur dan
lamanya istirahat pasien.

- Memonitor tanda-tanda vital


Resiko cedera pada ibu - Kaji pola kontraksi uterus secara
berhubungan dengan manual atau secara elektronik
penurunan tonus otot/pola - Catat kondisi serviks, pantau tanda
kontraksi otot, obstruksi amnionitis.
mekanis pada penurunan janin,
keletihan maternal.

- mengkaji denyut jantung janin


Resiko cedera pada janin secara manual dan elektronik.
berhubungan dengan - Memantau penurunan janin pada
persalinan lama, malpresentasi jalan lahir
janin, hipoksia/ asidosis - Memerhatikan warna dan jumlah
cairan amnion bila pecah ketuban.
jaringan, abnormalitas pelvis
ibu.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan hambatan kemajuan dalam
persalinan. Distosia secara harfiah berarti persalinansulit, dan ditandai oleh kemajuan
persalinan yang terlalu lambat. Secara umum, persalinan abnormal sering terjadi jika terdapat
ketidakseimbangan ukuran (disproporsi) antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan dapat menjelaskan tentang asuhan
keperawatan distosia dengaan baik dengan cara mengetahui tentang proses persalinan
distosia. Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat khusunya ibu hamil untuk
melakukan ANC ( Ante Natal Care) selama kehamilan agar mencegah terjadinya distosia
pada janin.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obsetri


Patologi, E/2. Jakarta: EGC
SDKI dan SIKI
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/96471/WAKHIDATUL
%20KHOMARUL%20AFRILLIA-152303101116_.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://repository.lppm.unila.ac.id/7251/1/kehamilan%20aterm%20dgn%20distosia
%20bahu.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai