Anda di halaman 1dari 17

PERSALINAN BERISIKO

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas


Dosen Pengajar: Bd. Arum Dewi Sukawati, S. Keb

Disusun Oleh: KELOMPOK 6

Egga Ellisiya (2019.C.11a.1006)


Fatricia Viona Lorensa (2019.C.11a.1009)
Hepi Nopita Sari (2019.C.11a.1011)
Nataliana Doq (2019.C.11a.1020)
Yoandra Resa V.N ( 2019.C.11a.1034)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TINGKAT AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
”Persalinan berisiko”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selnjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Palangka Raya, 16 April 2021


Penyusun,

(Kelompok 6, Keperawatan Maternita)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definsi Distosia.............................................................................................................
2.2 Persalinan Disfungsional...............................................................................................
2.3 Penyebab Struktur Pelvis...............................................................................................
2.4 Diproporsi Seafalopelsi.................................................................................................
2.5 Malposisi.......................................................................................................................
2.6 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan. Proses persalinan bisa jadi momok yang menakutkan bagi ibu hamil,
sehingga jangan sampai proses tersebut diperburuk oleh kurangnya pemahaman
mengenai tanda awal persalinan. Mengetahui tanda  – tanda awal persalinan
merpakan modal penting yang perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini
bertujuan untuk mendeteksi adanya komplikasi yang beresiko pada saat persalinan
nanti, sehingga akan tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan bayinya.
Pengertian atau pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah nyawa
taruhannya atau toh nyawa (Bahasa jawa) menunjukan masyarakat sadar kalau
setiap persalinan menghadapi resiko atau bahaya yang dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan bayi baru lahir.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan persalinan berisiko
2. Bagaimana cara mengatasi persalinan berisiko
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca dapat mengetahui berbagai macam persalinan
beresiko
2. Agar pembaca dapat mengantisipasi atau mencegah persalinan
dan kelahiran beresiko
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Distosia


Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan. Setiap
keadaan berikut dapat menyebabkan distosia:
2.1.1 Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan powers).
2.1.2 Perubahan struktur pelvis (jalan lahir [passage).
2.1.3 Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan persentasi atau kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi (penumpang passengers).
2.1.4 Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
2.1.5 Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan abnormal
wanita,seorang perawat mempertimbangkan interaksi kelima faktor ini dan bagaimana
kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Penurunan dan pengeluaran
(eksplusi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus
menunjukan perubahan.
a. Distosia Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar,
1994). Persalinan abnormal yang berhubungan dengan kelainan pada 4P (panggul,
penumpang, kekuasaan, dan plasenta) dan hambatan dengan adanya hambatan
dalam persalinan. Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau tidak normal
yang timbul akibat berbagai kondisi (Bobak, 2004: 784).
b. Etiologi Distosia dapat disebabkan oleh:
 Persalinan disfungsional akibat kontraksi rahim yang tidak efektif atau akibat
upaya upaya mengedan ibu (kekuatan / kekuasaan).
 Perubahan struktur pelvis (jalan lahir).
 Sebab pada janin termasuk kelainan presentasi / kelainan posisi, bayi besar , dan
jumlah bayi (penumpang).
 Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung
a) Klasifikasi Distosia
 Distosia karena kelainan tenaga / nya adalah tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya yang menyebabkan hambatan pada jalan lahir, dan tidak dapat
diatasi sehingga menyebabkan penyebabnya. persalinan macet. Dalam
persalinan yang diperlukannya yang mempunyai sifat: Kontraksi otot rahim
mulai dari salah satu tanduk rahim.
 Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot Rahim
 Kekuatanya seperti memeras isi otot Rahim
 Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pesanan segmen bawah rahim. Jenis - jenis
kelainannya:
b) Hipotoniknya
 Hipotoniknya disebut juga intersia uteri yaitu dia yang tidak normal, fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu dari bagian lain.
 Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang.
 Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin.
 Sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari normalnya
 Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Inersia uteri primer
- Bila sejak awal kekuatanya sudah lemah dan persalinan berlangsung
lama dan terjadi pada kala 1 fase laten.
b) Inersia uteri sekunder
- Timbul setelah berlangsungnya kuat untuk waktu yang lama dan terjadi
pada kala 1 fase aktif.
- Nya pernah cukup kuat terapi kemudian melemah.
- Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan.
- Pada bagian terendah terdapat kapur, dan mungkin ketuban telah pecah.
- Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama sehinggga dapat
menimbulkan kebakaran otot uterus, maka interesia uteri sekunder ini
jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan
baik waktu persalinan.
c) Hipertoniknya
 Hipertoniknya disebut juga tetania uteri yaitu dia yang terlalu kuat.
 Sifat hisnya normal, tonus otot diluar nya yang biasa, kelainannya terletak
pada kekuatannya.
 Nya yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan
berlangsung cepat.
2.2 Persalinan Difungsional
Persalinan disfungsional dijelaskan sebagai kontraksi uterus tidak normal yang
menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran (effacement)
(kekuatan primer), dan/atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Disfungsi
kontraksi uterus lebih jauh dapat dijelaskan sebagai disfungsi kontraksi uterus primer
dan sekunder. Wanita yang mengalami persalinan disfungsi primer atau disfungsi uterus
hipertonik seringkali adalah wanita yang cemas ketika pertama kali mengalami
kontraksi yang nyeri. Intensitas kontraksi ini berada di luar proporsi dan tidak
menyebabkan dilatasi atau pendataran (effacement). Kontraksi ini biasanya terjadi pada
fase laten (dilatasi serviks < 4 cm) dan biasanya tidak terkoordinasi dan sering terjadi.
Wanita yang mengalami disfungsi uterus hipertonik akan merasa letih dan mengeluh
bahwa ia kehilangan kontrol akibat nyeri yang intensif dan persalinannya tidak
menglami kemajuan. Penatalaksanaan disfungsi uterus primer dilakukan melalui upaya
istirahat terapeutik. Upaya ini dilakukan melalui pemberian analgesik yang efektif,
seperti morfin atau meperedin, untuk mengurangi nyeri dan menyebabkan wanita
tertidur. Seringkali wanita ini akan terbangun dengan aktivitas uterus normal. Uterus
dapat ditekan dengan mudah, bahkan dengam puncak kontraksi.
Gambar 1 Penyebab rasa sakit dan nyeri
2.3 Penyebab Struktur Pelvis
2.3.1 Distosia Pelvis
Distosia pelvis dapat menyertai terjadinya kontraktur diameter pelvis yang
mengurangi kapasitas tulang pelvis termasuk pintu atas panggul (pelvic inlet), panggul
tengah (mid pelvic), pintu bawah panggul (pelvic outlet) atau setiap kombinasi tulang-
tulang tersebut. Kontraktur pelvis dapat disebabkan kelainan kongenital, malnutrisi ibu,
neoplasma, dan gangguan spinal bagian bawah (lower spinal disorder ). Ukuran pelvis
yang tidak matur merupakan faktor predisposisi bagi para ibu remaja untuk mengalami
distosia pelvis.Deformitas pelvis dapat terjadi akibat kecelakaan mobil atau kecelakaan
lain. Kotraktur pintu atas pnggul terjadi 1%-2% pada kelahiran aterm dan diagnosis
ditegakkan bila konyugata kurang dari 11,5 cm. insiden presentasi muka dan bahu terus
meingkat. Presentasi ini mencegah penancapan (engagement) dan penurunan janin,
sehingga meningkatkan resiko prolaps tali pusat. Kontraktur pintu atas panggul
berkaitan dengan penyakit riketsia maternal dan panggul datar atau panggul sempit.

Gambar 2 Panggul Sempit


Kontraksi uterus yang lemah dapat ditemukan selama kala satu kali persalinan.
Kontraktur midplane, penyebab umum terjadinya distosia pelvis, ditetapkan sebagai
diagnosis bila jumlah spina interiskium dan diameter segital posterior panggul tengah
kurang atau sama dengan 13,5 cm. penurunan janin tertahan/posisi lintang tetap
(transverse arrest) karena kepala tidak dapat melakukan, tetapi ekstraksi vakum
dilakukanjika seviks forsep tengah (midforceps) biasanya dihindari karena morbiditas
perintanal akibat intervensi ini meningkat.
Kontraktur pintu bawah panggu terjadi bila diameter interiskium 8 cm atau kurang. Ini
jarang terjad bila arkus pubis sempit, panjang, dan pelvis berbentuk anal meliputi
laserasi perineum yang luas selama lahiran per vaginam karena kepala janin terdorong
kea rah posterior.
2.3.2 Distosia jaringan lunak
Distosia jaringan lunak terjadi akibat obstruksi jalan lahir oleh kelainan anatomi,
selain kelainan pada tulang pelvis. Obstruksi bisa terjadi karena plasenta previa
(plasenta letak rendah) yang sebagian atau seluruhnya menutup ostium internal pada
serviks. Penyebab lain, seperti leiomioma (fibroid uterus) di segmen bawah uterus,
tumor ovarium, dan kandung kemih atau rektum penuh dapat mencegah janin masuk ke
dalam pelvis. Kadang-kadang terjadi edema serviks selama persalinan waktu serviks
terjepit antara bagian terendah simfisis, sehingga mencegah dilatasi lengkap.
2.3.3 Sebab Pada Janin
Distosia yang berasal dari janin bisa disebabkan oleh anomali, ukuran bayi yang
berlebihan dan malpresentasi, malposisi, atau kehamilan kembar. Komplikasi yang
berhubungan dengan distosia yang berasal dari janin meliputi risiko asfiksia neonatal,
cedera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu. Pada janin seringkali
mengakibatkan dengan kelahiran forsep rendah, ekstraksi vakum, atau sesaria.
2.3.4 Anomali
Asites besar, tumor abnormal mielomeningokel, dan hidrosefalus distosia.
Kelainan-kelainan ini dapat mempengaruhi hubungan anatomi janin dengan kapasitas
pelvis maternal, sehingga janin gagal menuruni jalan lahir.
2.4 Disproporsi Seafalopelvi
Kata orang, memiliki panggul besar bagi seorang wanita merupakan suatu
keberuntungan. Sebab tandanya, Anda akan lebih mudah melahirkan. Sebaliknya, bagi
ibu dengan pinggul kecil biasanya akan mengalami kesulitan saat melahirkan normal,
terlebih jika ukuran tubuh bayi sangat besar. Kondisi di mana ukuran kepala atau badan
bayi lebih besar daripada ukuran panggul ibu adalah cephalopelvic disproportion
(CPD).
Pengertian cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang terjadi
ketika ukuran tubuh bayi terlalu besar untuk masuk melewati panggul ibu. Pengertian
cephalopelvic disproportion atau CPD adalah kondisi yang terjadi ketika ukuran tubuh
bayi terlalu besar untuk masuk melewati panggul ibu. Cephalopelvic disproportion atau
CPD adalah satu dari berbagai komplikasi yang bisa terjadi saat persalinan.
Komplikasi persalinan ini bisa terjadi entah karena ukuran kepala bayi yang terlalu
besar atau ukuran panggul ibu yang terlalu kecil. Meski ukuran panggul ibu dapat
memengaruhi proses kelahiran bayi, cephalopelvic disproportion tidak selalu berarti
ukuran panggul ibu kurang memadai untuk melahirkan. Di sisi lain, posisi janin yang
tidak tepat menjelang proses persalinan adalah salah satu faktor yang dapat memicu
terjadinya cephalopelvic disproportion atau CPD. Sebab ini artinya, bayi di dalam
kandungan tidak berada pada posisi yang sesuai untuk dilahirkan sehingga sulit melalui
panggul ibu. Mengingat persalinan merupakan proses yang bisa datang secara tiba-tiba,
pastikan ibu sudah menyediakan persiapan persalinan dan perlengkapan melahirkan
sebelumnya.
Disproporsi sefalopelvis (CPD), atau disproporsi fetopelvis (FPD) yang
brhubungan dengan ukuran janin yang berlebihan (4000 gram/5 pon 131/2 ons atau
lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm. Ukuran janin yang besar atau makrosomia
berhubungan dengan diabetes melitus maternal, obesitas, multiparitas atau ukuran besar
pada salah satu atau kedua orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat
dilahirkan, tetapi bahu anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis, dapat
terjadi pada markosmia. Bila ini terjadi pada kelahiran per vaginam, ibu harus
ditempatkan pada posisi untuk membebaskan pada kedua bahu. Manuver Mc Roberts
merupakan perasat, dimana kedua kaki ibu fleksi pada kedua lutut diabdomen
(O’Leary,1992). Maneuver ini menyebabkan sacrum mengencang dan simfisis pubis
berotasi ke arah kepala ibu, sudut inklinasi pubis turun dan membebaskan bahu.
1. Faktor Panggul Ibu
Gambar 2.1 Diameter panggul normal
Keterangan :
Diameter anteroposterior = 12 cm
Diameter transversal = 12,5-13 cm
Diameter obliqua = 13 cm
Terdapat panggul-panggul sempit yang umumnya disertai peubahan dalam bentuknya.
a. Defek nutrisi dan lingkungan
 Defek minor : tepi paggul berbentuk segitiga (android), tepi panggul datar
(platipeloid).
 Defek mayor : rakitis, osteomalasia.
b. Penyakit atau cidera
 Spinal (kifosis, skoliosis, spondilolistesis).
 Pelvik (tumor, fraktur, karies).
 Anggota gerak (atrofi, poliomyelitis pada masa kanak-kanak, dislokasi panggul
kongenital).
c. Malformasi kongenital
 Pelvis naegel dan pelvis robert.
 Pelvis asimilasi.

Kesempitan pintu masuk panggul


Pintu panggul dapat dikatakan sempit apabila diameternya lebih kecil 1-2 cm atau lebih.
Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul atau pintu
bawah panggul, ataupun kombinasi dari ketiganya (Jones, 2001).
a. Kesempitan pintu atas panggul
Bila diameter anteroposterior kurang dari 10 cm dan transversalnya kurang dari 12
cm, maka pintu atas panggul dianggap sempit.
b. Kesempitan pintu tengah panggul
Apabila ukurannya distansia interspinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai akan
kemungkinan kesukaran dalam persalinan, ditambah lagi bila ukuran diameter
sagitalis juga pendek.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang
mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia tuberum
dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka dapat timbul
kemacetan pada kelahiran ukuran normal.
Pembagian tingkatan panggul sempit (Mochtar, 2005)
a. Tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline
b. Tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
c. tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
d. tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
Pembagian tingkatan kesempitan panggul menurut tindakan (Mochtar, 2005)
a. CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
b. CV = 6 – 8 cm = SC primer
c. CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
d. Inlet dianggap sempit bila CV <10>
2. Faktor Janin
a. Janin Besar
Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37 minggu-42 minggu)
berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin besar apabila >4.000 gram.
Janin dapat terlahir besar karena beberapa faktor, yaitu pada ibu dengan diabetes
gestational, post term atau pascamaturitas, faktor herediter, multiparitas. Janin
besar disebut juga makrosomia atau bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan
untuk persalinan pervaginam dilakukan pada janin dengan lingkar kepala <37
cm (Ashar, 2009; Mochtar, 2009).
b. Malpresentasi Kepala
Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose dan
menghasilkan sikap fleksi. Pada sikap ini akan menghasilkan presentasi
belakang kepala. Dengan adanya malpresentasi kepala, seperti presentasi puncak
kepala (defleksi ringan), presentasi dahi (defleksi sedang), dan presentasi muka
(defleksi maksimum), maka kemungkinan akan menimbukan kemacetan dalam
persalinan. Hal ini disebabkan karena kepala tidak dapat masuk pintu panggul
karena diameter kepala pada malpresentasi lebih besar dari diameter panggul
(Rachimhadhi, 2009).

Tabel 2.1 Diameter kepala janin dan presentasinya

No Diameter Panjang Presentasi

1 Suboksipito bregmatika 9,5 cm Fleksi vertex


2 Suboksipito frontal 10,5cm Defreksi vertex parsial
3 Oksipito frontal 11,5 cm Defleksi vertex
4 Mento vertical 13 cm Dahi
5 Submento bregmatika 9,5 cm Wajah

2.5 Malposisi
Malposisi adalah posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun
kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.(1, 2) Posisi: posisi oksiput janin dalam
kaitannya dengan panggul ibu.
• Normal: oksiput anterior / Ubun-Ubun Kecil Depan (UUK Depan)
• Malposisi: oksiput posterior, oksiput melintang
Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain verteks(1, 2). Setiap
presentasi selain verteks dapat menyebabkan kesulitan dalam persalinan dan karenanya
disebut sebagai malpresentasi. Malposisi kepala janin terjadi ketika oksiput bertahan
dalam posisi lateral atau posterior. Malpresentasi dan malposisi kepala janin biasanya
didiagnosis dalam persalinan dan dikaitkan dengan persalinan yang sulit dan
peningkatan risiko intervensi operasi.
1. Penyebab
Penyebab langsung seringkali tidak diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan
panggul yang tidak normal. Dalam panggul android bagian depan panggul sempit dan
cenderung menempati hindpelvis yang lebih luas. Pada Panggul anthropoid berbentuk
oval dengan diameter melintang yang sempit, sehingga posisi oksipitoposterior
cenderung terjadi. Malpresentasi kepala janin terjadi karena ekstensi kepala janin
menyebabkan kegawatdaruratan saat persalinan. Sumber lain mengatakan bahwa
penyebab malposisi dan malpresentasi adalah:
 Pelvis yang abnormal : android, anthropoid, platypelloid
 Insersi plasenta di bagian anterior
 Ukuran uterus yang besar
 Kontraksi uterus yang tidak adekuat Multipregnancy
2. Insiden
Posisi oksipitoposterior adalah jenis malposisi oksiput yang paling umum dan
terjadi pada sekitar 10% persalinan. (4, 5) Posisi oksipitoposterior persisten merupakan
akibat dari kegagalan rotasi internal sebelum kelahiran, kejadian ini terjadi pada 5%
kelahiran. Verteks teraba tetapi oksiput terletak di posterior daripada bagian anterior
panggul. Akibatnya, kepala janin mengalami deflex dan diameter tengkorak janin lebih
besar
3. Tipe Posisi Kepala
a. ROP : Right Occiput Posterior Position : oksiput berada pada sebelah kanan
sakroiliaka
b. LOP : Left Occiput Posterior Position : oksiput berada pada sebelah kiri
sakroiliaka
c. DOP : Direct Occiput Posterior Position : oksiput posterior berada pada sacrum

Gambar 3 Posisi Kepala Janin


Malposisi janin yang paling umum adalah posisi oksipitoposterior (oksipitoposterior
kanan [OPKa] atau oksipitoposterior kiri [OPKi]), terjadi pada sekitar 25% persalinan.
Persalinan menjadi lama terutama pada kala dua, ibu mengeluh nyeri punggung
akibattekanan pada sarkumnya. Penekanan pada area sarkum (counterpressure) dan
perubahan posisi yang sering bisa mengurangi nyeri tersebut. Kedua tangan dan lutut
atau posisi lateral digunakan untuk memudahkan rotasi janin dari psisi posterior ke
posisi anterior (Biancuzzo,1991.,Fenwick, Simkin,1987).

2.6 Diagnosis Keperawatan


Diagnosa keperawatan bervariasi sesuai tipe distosia dan kebutuhan individual
wanita dan keluarganya. Diagnosa keperawatan yang potensial dan actual, yang dapat
diidetifikasi pada wanita yang mengalami distosia ialah sebagai berikut :
Ansietas yang berhubungan dengan
 Kemajuan persalinan yang lambat Nyeri yang berhubungan dengan
 Distosia
 Prosedur obsertri
Risiko tinggi cedera janin yang berhbungan dengan
 Gangguan pada janin
Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan
 Ruptur ketuban,prosedur operasi Keletihan yang berhubungan dengan
 Persalinan yang lama Takut yang berhubungan dengan
 Ancaman yang nyata atau potensial terhadap diri sendiri dan janin Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan
 Prosedur operasi
Risiko tinggi perubahan peran orangtua yang berhubungan dengan
 Kelahiran sesaria yang tidak direncanakan Perubahan persepsi sensori yang
berhubungan dengan
 Berbagai intervensi penanganan distosia
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang
dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu
suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga
menghambat kelancaran persalinan. Setelah rencana tindakan keperawatan disusun
secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat
juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum
berhasil/ teratasi.
3.2 Saran
Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta
pengalaman dalam praktek asuhan keperaawatan. Khususnya mengenai asuhan
keperawatan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia. Diharapkan kepada ibu
selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan
kehamilan,untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau
tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit
sistematik. Agar nantinya bias didiagnosa apakah ibubisa bersalin dengan normal atau
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Standar Intrvensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 Cetakan II. Tim pokja SIKI DPP PPNI.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Tim pokja SDKI DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai