Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN

“DETERMINAN SOSIAL BUDAYA PENYAKIT JANTUNG KORONER”

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Intan Sahara Kusuma 2011213017

Khairunnisa Alzara 2011213011

Muhammad Fakhraihansyah 2011213023

Muhammad Farhan Mantovani 2011213003

Nolanda Anisa Putri 2011213035

Shafira Ananda 2011212053

Siska Yuliani 2011212035

Tasya Rivia 2011212011

DOSEN PENGAMPU:
Azyyati Ridha Alfian, S.K.M.,M.K.M.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah swt., karena berkat anugerah-
Nya makalah yang berjudul Determinan Sosial Budaya pada Penyakit Jantung
Koroner ini dapat diselesaikan.

Di dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kelompok menemui beberapa


kendala. Akan tetapi, kendala tersebut dapat kelompok atasi karena mendapat
masukan yang berarti dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak tersebut, yaitu, Ibu Azyyati Ridha Alfian,
S.K.M.,M.K.M. selaku dosen mata kuliah Sosio Antropologi Kesehatan yang selalu
memberikan berbagai masukan berarti demi terwujudnya makalah ini. Semoga segala
bantuan (waktu, koreksi, pemikiran, dan lain-lain) tersebut menjadi amal ibadah dan
dibalas oleh Allah swt. dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh sebab itu,
kritikan dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini ada
manfaatnya, Aamiin.

Padang, 16 November 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner ..........................................................3
B. Penyebab Penyakit Jantung Koroner............................................................3
C. Gejala Penyakit Jantung Koroner.................................................................4
D. Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner..................................................4
E. Cara Mengatasi Penyakit Jantung Koroner ..................................................5
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................8
A. Determinan Sosial Budaya Penyakit Jantung Koroner ...............................8
BAB 1V PENUTUP.......................................................................................17
A. Kesimpulan ................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit penyebab kematian
utama dan kecacatan di negara maju maupun berkembang. Meskipun angka kematian
telah berangsur-angsur menurun selama beberapa dekade terakhir di negara barat,
namun hal ini masih menyebabkan sekitar sepertiga dari semua kematian pada orang
yang berusia lebih dari 35 tahun. Dalam setengah abad terakhir, profil kesehatan di
negara industri telah berubah secara dramatis dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular (PTM) yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Adanya globalisasi
yang cepat, urbanisasi, bertambahnya usia harapan hidup masyarakat, dan
peningkatan penyakit kronis merupakan tantangan baru bagi sistem perawatan
kesehatan modern. Penyakit jantung koroner seharusnya dapat dicegah, namun
meningkatnya gaya hidup berisiko seperti kurangnya aktifitas fisik, penggunaan
nikotin dan pola makan dengan gizi buruk menyebabkan peningkatan prevalensi PTM
di sebagian besar negara. Ketidaksetaraan sosial dan gaya hidup negatif antara lain
kurangnya aktivitas fisik di kalangan obese, dapat meningkatkan angka kematian
penyakit jantung koroner.
Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai bahan-bahan
energi secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan nutrisi ini
mengalir melalui suatu pembuluh darah yang disebut pembuluh koroner. Apabila
pembuluh darah menyempit atau tersumbat proses transportasi bahanbahan energi
akan terganggu. Akibatnya sel-sel jantung melemah dan bahkan bisa 1 2 mati.
Gangguan pada pembuluh koroner ini yang disebut penyakit jantung koroner (Yahya,
2010). Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar menggurangi
atau bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting adalah memelihara fungsi
jantung sehingga harapan hidup akan meningkat (Yahya, 2010). Sebagian besar
bentuk penyakit jantung adalah kronis, pemberian obat umumnya berjangka panjang,
meskipun obat-obat itu berguna tetapi juga memberikan efek samping (Soeharto,
2001). Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat harus secara
teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan dokter dapat menimbulkan
masalah baru (Soeharto, 2001).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit jantung koroner ?
2. Apa penyebab penyakit jantung koroner?
3. Apakah gelaja penyakit jantung koroner?
4. Bagaimana cara mencegah penyakit jantung koroner?
5. Bagaimana cara mengatasi penyakit jantung koroner?
6. Bagaimana hubungan determinan sosial budaya terhadap penyakit jantung
koroner?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit jantung koroner.
3. Untuk mengetahui gelaja penyakit jantung koroner.
4. Untuk mengetahui cara mencegah penyakit jantung koroner.
5. Bagaimana cara mengatasi penyakit jantung coroner.
6. Untuk mengetahui hubungan determinan sosial budaya terhadap penyakit
jantung koroner.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,


penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbutan
ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa
nyeri. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke
aorta ke jaringan yang melindungi rongga-rongga jantung. Sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana
terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan
gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor seperti denyut
jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel
yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari
otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara
lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh
artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan,
kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi
iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa
lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan
densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein).
LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa
hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan
risiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.

B. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner


• Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada, nyeri ini bisa menjalar ke leher,
rahang, bahu, dan tangan sisi kiri, punggung, perut sisi kiri (sering dianggap

3
maag). Nyeri ini ringan sampai dengan berat. Nyeri dada ini disebut dengan
“angina” yang dapat bertahan selama beberapa menit. Jika plak belum
menyumbat arteri koronaria secara total, maka angina akan mereda dengan
sendirinya. Jika angina bertahan terus-menerus, maka segera bawa diri ke
dokter.
• Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
• Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), bahkan bisa menyebabkan
henti jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak ditangani dengan cepat
dapat menyebabkan kematian.
C. Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Penyebab penyakit jantung koroner ada banyak. Meski begitu, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi, kolesterol dan trigliserida tinggi, diabetes,
kegemukan, kebiasaan merokok, serta peradangan pada pembuluh darah merupakan
faktor utama yang melukai dinding arteri, sehingga menyebabkan PJK.
Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah menempel pada arteri dan lambat laun
menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan menghambat aliran darah kaya
oksigen ke jantung. Jika plak ini pecah, trombosit akan menempel pada luka di arteri
dan membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri. Hal ini dapat menyebabkan
angina semakin parah. Ketika bekuan darah cukup besar, maka arteri akan tertekan
yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.

D. Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner


Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang mematikan
namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips cara mencegah penyakit
jantung koroner:
a. Berhenti merokok sedini mungkin
b. Berolahraga secara teratur
c. Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang
d. Hindari stress yang berlebihan
e. Hindari pola hidup tidak sehat
f. Kurangi konsumsi alkohol
g. Menjaga tekanan darah
h. Kontrol gula darah

4
i. Menurunkan berat badan
E. Cara Mengatasi Penyakit Jantung Koroner
1. Tes Diagnostik
a. Elektrokardiogram (EKG).
Elektrokardiogram mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui
jantung Anda. EKG sering mengungkapkan bukti dari serangan jantung
sebelumnya atau dalam perkembangan. Dalam kasus lain, Holter monitoring
mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini , Anda memakai monitor portabel
selama 24 jam saat Anda menjalani aktivitas normal. Kelainan tertentu
mungkin menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk jantung Anda.
b. Echocardiogram.
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar
jantung Anda. Selama ekokardiogram, dokter anda dapat menentukan apakah
semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas
memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama
serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin
menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain.
c. Tes stres.
Jika tanda-tanda dan gejala paling sering terjadi selama oalh raga, dokter
mungkin meminta Anda untuk berjalan di atas treadmill atau naik sepeda statis
selama EKG. Hal ini dikenal sebagai olah raga tes stres. Dalam kasus lain,
obat untuk merangsang jantung Anda dapat digunakan sebagai pengganti olah
raga. Beberapa tes stres dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ini
dikenal sebagai stres echos. Sebagai contoh, dokter Anda mungkin melakukan
USG sebelum dan setelah olah raga di atas treadmill atau sepeda. Atau dokter
Anda dapat menggunakan obat untuk merangsang jantung Anda selama
ekokardiogram.
d. Koroner kateterisasi.
Untuk melihat aliran darah melalui jantung Anda, dokter Anda mungkin
menyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini
dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui
pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di
kaki, ke arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. SPewarna
menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X.

5
Jika Anda memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat
didorong melalui kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam
jantung. Sebuah pipa kemudian dapat digunakan untuk menjaga arteri melebar
terbuka.
e. Teknologi CT scan.
Computerized tomography (CT) , seperti berkas elektron computerized
tomography (EBCT) atau CT angiogram koroner, dapat membantu dokter
Anda memvisualisasikan arteri Anda. EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT
scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri koroner. Jika
sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi.
CT angiogram koroner, di mana Anda menerima pewarna kontras yang
disuntikkan secara intravena selama CT scan, juga dapat menghasilkan
gambar dari arteri jantung Anda.
f. Magnetic Resonance angiogram (MRA).
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan
menyuntikkan zat warna kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau
penyumbatan - meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh
kateterisasi koroner.
2. Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan)
Dalam prosedur ini, dokter Anda menyisipkan tabung panjang tipis (kateter)
ke dalam bagian yang menyempit dari arteri Anda. Sebuah kawat dengan balon
kempis melewati kateter ke daerah menyempit. Balon tersebut kemudian dipompa,
menekan dinding arteri Anda. Sebuah tabung mesh/stent ditempatkan di arteri untuk
membantu menjaga arteri terbuka. Beberapa stent perlahan melepas obat untuk
membantu menjaga arteri terbuka
3. Operasi bypass arteri koroner.
Seorang ahli bedah menciptakan sebuah graft untuk membypass arteri koroner
yang tersumbat menggunakan pembuluh dari bagian lain dari tubuh Anda. Hal ini
memungkinkan darah mengalir di sekitar arteri koroner yang tersumbat atau
menyempit. Karena ini memerlukan operasi jantung terbuka, itu yang paling sering
dilakukan untuk kasus beberapa arteri koroner menyempit.
4. Pemberian obat-obatan
a. Resin
Obat golongan resin ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus

6
halus dan mengeluarkannya melalui tinja sehingga sirkulasi enterohepatik obat
ini menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan fungsi reseptor LDL dan
peningkatan bersihan LDL plasma.
b. Niasin
Berfungsi enurunkan produksi VLDL yang merupakan prekursor LDL.
Dengan dosis besar asam nikotinat diindikasikan untuk meningkatkan HDL
atau koleserol baik dalam darah untuk mencegah serangan jantung.
c. Statin
Bekerja dengan menghambat pembentukan kolesterol di hati dan eningkatkan
pembuangan
d. Derivat asam fibrat
Golongan asam fibrat diindikasikan untuk hiperlipoproteinemia tipe IIa, Iib,
III, IV dan V. Gemfibrozil sangat efektif dalam menurunkan trigliserid
plasma, sehingga produksi VLDL dan apoprotein B dalam hati menurun.
e. Ezetimibe
Ezetimibe dapat menurunkan total kolesterol dan LDL juga meningkatkan
HDL. Ezetimibe bekerja dengan cara mengurangi penyerapan kolesterol di
usus. Ezetimibe dapat digunakan sendiri jika antihiperlidemik lain tidak bisa
ditoleransi tubuh atau dikombinasi denga golongan statin (penghambat
HMGCoa reduktase) jika golongan statin tidak dapat menurunka kadar lipid
darah sendirian.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Determinan Sosial Budaya Penyakit Jantung Koroner


1. Pertolongan Pertama pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

Penyakit kardiovaskuler atau yang lebih dikenal dengan penyakit jantung dan
pembuluh darah meruapakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi di antara
penyakit tidak menular lainnya, selain itu penyakit jantung terutama Penyakit Jantung
Koroner juga menjadi penyebab utama kematian di Indonesia dan negara lain.
Serangan jantung merupakan kondisi kegawat daruratan yang harus segera di
tolong.sedikit keterlambatan memberikan upaya pertolongan dapat mengakibatkan
kerusakan jantung secara permanen dan tak jarang menimbulkan kematian mendadak.
Serangan Jantung pada PJK akan menimbulkan gangguan aliran darah pada pembuluh
darah Koroner yang berfungsi untuk memberikan darah kaya Oksigen untuk serabut
otot-otot jantung. Semakin lama serangan jantung tidak di tolong maka otot jantung
akan mengalami kerusakan permanen yang semakin luas. (Nur Islamiati, 2009).
Serangan Jantung pada anggota keluarga yang terkena PJK sering kali
disepelekan oleh anggota keluarga yang lain, mereka mengganggap bahwa serangan
yang terjadi pada salah satuanggota keluarga hanyalah masuk angin biasa atau yang
sering disebut angina duduk. Umumnya serangan PJK tidak disertai dengan tanda dan
gejala yang serius seperti jantung berdebar, sesak, lelah, perasaan ingin pingsan,
keringat dingin dan mual umunya gejala tersebut timbul saat seseorang sedang
beristirahat pada malam hari dan saat stress, bahkan penderita biasanya terlihat sehat.
Tindakan yang biasa anggota keluarga lakukan hanya memberikan obat seadanya
seperti menggosokkan balsem, membelikan obat di warung, diberikan ramuan
racikan, diberikan obat maag. Tindakan lainnya seperti kerokan, diberikan minum
yang banyak, di istirahatkan/tidur, diberikan kompres, dibawa ke tokoh agama,
diberikan minyak pijat/urut, (Tedjasukmana, 2010).
Banyak orang yang belum dapat mengenali gejala serangan jantung dengan
tepat. Nyeri yang spesifik mengarah ke gejala serangan jantung sering dianggap hanya
masuk angina biasa, sehingga penderita maupun keluarga terdekat tidak segera
mencari pertolongan ke tenaga medis terlatih. Tidak jarang kematian akibat serangan
jantung disebabkan oleh terlambatnya penderita mendapatkan pertolongan.
Pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada penderita saat terjadi serangan

8
jantung adalah :
1. Hentikan semua aktivitas fisik penderita serta posisikan pada posisi yang
nyaman, penderita biasanya akan merasa lebih nyaman pada posisi setengah
duduk atau bersandar.
2. Bawa penderita ketempat yang lebih aman dan longgarkan pakaian yang
dikenakan penderita.
3. Meminta pertolongan dengan telephone rumah sakit agar penderita segera
tertolong.
4. Berikan obat aspirin bila tersedia, sebelumnya pastikan bahwa pasien tidak
pernah mengalami alergi pada aspirin.
5. Pantau kondisi penderita dan jangan tinggalkan penderita tunggu sampai
datang bantuan, bila perlu sarankan penderita untuk nafas dalam serta batuk
sekuat-kuatnya, nafas dalam akan membantu meningkatkan input oksigen
sedangkan usaha batuk akan membantu menjaga kinerja jantung untuk terus
berdetak.
6. Berikan Bantuan Hidup Dasar dengan melakukan RJP atau CPR jika klien
tidak sadar. (Santoso, 2010).

2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Coroner

Sampai saat ini penyebab yang pasti dari Penyakit Jantung Koroner (PJK)
masih belum diketahui (banyak teori yang diajukan para ahli). Dikenal beberapa
faktor risiko yang bila terdapat pada seseorang, maka akan mempercepat atau
meningkatkan risiko PJK, faktor risiko yang dikenal paling populer adalah kelainan
arterosklerosis . Kelainan arterosklerosis ini sebetulnya sudah mulai terjadi sejak usia
muda, yang dimulai dengan terbentuknya sel-sel busa ( foam cell ), kemudian pada
usia 10 -20 tahun berubah menjadi bercak perlemakan (“fatty streak ”) dan pada usia
40 – 50 tahun terbentuk plak aterosklerosis yang menyumbat pembuluh darah
koroner, sehingga terjadi kematian otot jantung.
Terdapat faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan yang bisa dimodifikasi dari
PJK ini. Faktor yang dapat dimodifikasi dapat kita gunakan untuk upaya Preventif
Promotif, sedangkan faktor yang tidak bisa dimodifikasi membuat kita lebih
“waspada” terhadap PJK.

9
 Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi
1. Usia
Pertambahan usia meningkatkan risiko PJK secara nyata, baik pada pria
maupun wanita. Hal ini mungkin merupakan pencerminan dari lamanya terpapar
faktor risiko, ditambah dengan kecenderungan bertambahnya tiap-tiap faktor risiko
dengan bertambahnya usia.

Telah dibuktikan adanya hubungan antara usia dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat
dengan bertambahnya usia. Juga didapatkan hubungan umur dan kadar kolesterol
yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika
Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada
umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun
dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan
sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang
sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat
menjadi lebih tinggi daripada laki- laki
2. Jenis Kelamin
Wanita berisiko lebih rendah daripada pria pada semua golongan usia. PJK
jarang terjadi pada wanita premenopouse, kecuali apabila terdapat faktor risiko
multiple. Setelah menopouse, seorang wanita mempunyai risiko PJK hampir sama
dengan pria. Secara umum dikatakan bahwa seorang pria kemungkinan terkena PJK
adalah 10 tahun lebih awal daripada wanita.

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari
5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK
2-3x lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral
kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita
hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka
kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan dimana
ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang seperti terlihat pada gambar di bawah akan
tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.
Determinan faktor risiko PJK pada perempuan adalah menopause, lingkar
perut, bila adanya gangguan ginjal dan kurangnya aktivitas fisik. Perempuan yang
telah menopause memiliki risiko 1,5 kali (95% CI 1,215–2,081) dibandingkan

10
perempuan yang tidak menopause. Perempuan dengan lingkar perut lebih dari 80 cm
akan mempunyai risiko 1,5 kali (95% CI 1,147–2,221) terkena PJK dibandingkan
perempuan yang lingkar perutnya < 80 cm dan yang ketiga adalah perempuan yang
mempunyai kadar trigliserida tinggi akan memberikan risiko 1 kali (95% CI 1,010–
1,253) dibandingkan perempuan yang kadar trigliseridanya rendah. Lingkar perut >
80 cm dan tingginya kadar trigliserida disebabkan kurangnya aktivitas fisik
3. Riwayat Penyakit Keluarga (Keturunan)
Perlu dikteahui jumlah keluarga yang terkena dan usia saat terkena PJK.
Seorang pria yang mempunyai ayah dan ibu yang meninggalk karena PJK sebelum
usia 50 tahun, mempunyai risiko 2 x lebih besar disbanding orang yang tidak
mempunyai riwayat PJK.
4. Riwayat PJK Sebelumnya.
Penderita yang pernah mengalami infark miocard, angina pektoris, bedah
pintas koroner ataupun “ditiup” 22 (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplaty
/ PTCA) mempunyai risiko paling tinggi untuk serangan berikutnya. Hal ini berarti
bahwa upaya pencegahan sekunder harus benar-benar dilaksanakan.
5. Geografis
Risiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling
rendah di dunia. Akan tetapi ternyata didapatkan risiko PJK yang meningkat pada
orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan California. Ini menunjukkan
faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya daripada faktor genetik.
6. Ras
Perbedaan risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, soaial dan ekonomi. Di Amerika perbedaan
antara ras Caucasia dengan non Caucasia (tidak termasuk. Negro) didapatkan, risiko
PJK pada non Caucasia kira-kira separuhnya.

 Faktor resiko yang bisa dimodifikasi


1. Dislipidemia
Kadar kolesterol plasma yang tinggi disebabkan karena peningkatan LDL
kolesterol yang merupakan faktor risiko PJK.
Dislipedmia perlu diperhatikan bila :
a. Kadar kolesterol > 200 mg/dl

11
Penelitian Framingham menunjukan bahwa kadar kolesterol > 260 mg/dl
pada usia 30 - 50 tahun dalam jangka waktu 5 tahun akan mendapatkan
kemungkinan PJK 3,5 kali lebih besar daripada orang dengan kadar
kolesterol < 200 mg/dl. Untuk menurunkan risiko aterosklerosis, kita
disarankan memiliki kadar kolesterol total <200 mg/dl dan kolesterol LDL
(jahat) <130 mg/dl. Lebih dari itu akan memunculkan aterosklerosis.
b. HDL < 35 mg/dl pada pria, atau HDL < 42 mg /dl pada wanita.
c. Ratio total kolesterol : HDL > 5
d. Trigliserida > 200 mg/dl 23
2. Kencing Manis (Diabetes Mellitus)
Insiden PJK akibat DM tergantung pada lamanya menderita DM, awal terkena
DM serta regulasi gula darah. Seorang penderita DM biasanya juga diikuti
peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar HDL kolesterol.
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glukosa
darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula
darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong
terjadinyapengendapanatherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes
cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang
tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan
kadar kolesterol.
3. Hiperkolesterolemi
Hiperkolesterolemi merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk
salah satu faktor risiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok. Di Amerika
pada saat ini 50% orang dewasa didapatkan kadar kolesterolnya >200 mg/dl dan ±
25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol >240 mg/dl,
sehingga risiko terhadap PJK akan meningkat.
4. Hipertensi
Problem hipertensi atau tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan penyakit
jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL
memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Sasaran dalam
penurunan tekanan darah adalah tekanan darah sistolik (TDS) < 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik (TDD) < 90 mmHg.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK.

12
Penelitian di berbagai tempat di Indonesia (1978) mendapatkan prevalensi hipertensi
untuk Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan di negara-negara maju seperti
misalnya Amerika National Health Survey menemukan frekuensi yang lebih tinggi
yaitu mencapai 15-20%. Lebih kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20%
dapat diketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik, sedangkan
hanya 20% dapat diobati dengan baik.
5. Kebiasaan Merokok
Menghisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung maka segera
hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat. Dalam asap rokok mengandung
nikotin, Karbon monoksida dan tar yang sangat merugikan kesehatan.

Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko utama
PJK di samping hipetensi dan hiperkoiesterolemi. Orang yang merokok > 20 batang
perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama risiko lainnya.
6. Obesitas
Karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko
lebih besar terkena PJK. Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah
tinggi dan ketidaknormalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau
kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat
penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan > 21
% pada perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL
kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB
ideal. Obesitas mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes mellitus,
hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Obesitas dalam arti
kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan
tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak.
7. Aktivitas Fisik
Kurangnya olah raga secara teratur atau melakukan aktivitas fisik minimal 30
menit akan mengakibatkan kelebihan kalori dalam tubuh sehingga tidak terbuang
melalui pembakaran. Hal ini akan menyebabkan penimbunan lemak di tubuh sehingga
mempengaruhi gerak jantung dalam memompa darah kemudian banyak anggota
tubuh kurang suplai oksigen. Penting disadari bahwa yang disebut sebagai hidup baik
yang penuh dengan kenyamanan dan kemudahan sebenarnya merupakan bencana bagi

13
kesehatan dan kesejahteraan kita (McGowan, 2001) anda dapat melakukan kegiatan
olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang
bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung
dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.

Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK
daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor
risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi,
diabetes dan prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan
dewasa untuk melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan
mengapa orang Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan
waktu di depan TV dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa
spesialis menyarankan anak umur 2 tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak
menghabiskan waktu dengan menonton TV atau memakai computer lebih dari 2 jam.
Aktif secara fisik adalah salah satu hal terpenting yang dapat menjaga kesehatan
jantung.
8. Stress Psikis
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta
yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres,
tubuhnya akan mengeluarkan hormon yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
kaku. Hormon cortisol norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres,
yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila anda
menghindari stres baik di kantor atau dirumah.
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum
dapat “diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian
juga, amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi
yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai
kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu
dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang
mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar
(palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak
semua simtom tersebut hadir bersama – sama. Stres dapat memicu pengeluaran
hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat
kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.

14
9. Diet dan Nutrisi
Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan
yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan
kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut Lemak
jenuh ditemukan di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang,
dan makanan goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa
makanan yang digoreng dan diproses. Kolesterol ditemukan pada telur, daging,
produk susu, makanan yang dipanggang, dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga
penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula.
Diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Tambahan gula
akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat
menyebabkan berat badan meningkat, yang meningkatkan risiko PJK. Tambahan gula
banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas dalam
sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet.

Didapatkan hubungan antara kadar kolesterol darah dengan jumlah lemak


didalam susunan makanan sehari-hari (diet). Makanan orang Amerika rata-rata
mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol
darahnya cenderung tinggi sedangkan makanan orang Jepang umumnya berupa nasi,
sayur-sayuran dan ikan sehingga orang Jepang rata-rata kadar kolesterol darahnya
rendah dan di dapatkan risiko PJK yang lebih rendah dibandingkan orang Amerika.
Jadi diet merupakan faktor penting yang berpengaruh teihadap tinggi rendahnya
kolesterol darah Penelitian khusus yang membandingkan laki-laki Jepang yang
makanannya mengandung jumlah kalori dari lemak 15% dengan jumlah kalori 36%
pada orang Jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai didapatkan kadar kolesterol
darah orang Jepang pribumi lebih rendah. Juga didapatkan hubungan yang kuat enters
prosentasi kalori yang berasal dari asam lemak jenuh dengan kematian PJK pada
beberapa negara. Penelitian lain mendapatkan asam Iemak tidak jenuh seperti asam
linolenik (omega-3) dapat menurunkan kadar kolesterol, sehingga bersifat mencegah
terjadinya PJK.
10. Alkohol
Alkohol dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu banyak
alkohol akan menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan, alkohol
merugikan jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan

15
kerusakan otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung. Alkohol dapat
menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker.41
Alkohol akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga akan menambah kalori yang
dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Ada banyak alasan untuk tetap konsumsi
alkohol dalam batas yang wajar. Pria dianjurkan untuk minum tidak lebih dari 28 unit
seminggu dan perempuan tidak lebih dari 21 unit . Unit didefinisikan sebagai suatu
jenis alkohol (misalnya, bir, wine, dll).

16
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung dimana terjadi penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit Jantung Koroner terjadi
bila ada timbunan (plak) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan
dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permuaan bagian dalam pembuluh darah.

Determinan social budaya dari penyakit jantung coroner dapat dilihat dari faktor
risiko PJK dibagi menjadi faktor risiko tidak bisa dimodifikasi dan bisa dimodifikasi.
Faktor risiko tidak bisa dimodifikasi terdiri dari usia, jenis kelamin, usia, riwayat
penyakit keluarga/turunan, riwayat PJK sebelumnya, geografis dan ras. Faktor risiko
bias dimodifikasi terdiri dari dislipidemia, diabetes mellitus, hiperkolesterolemi,
hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas, aktivitas fisik, stress psikis, diet dan nutrisi,
serta alkohol.

Cara mencegah penyakit jantung koroner adalah berhenti merokok sedini


mungkin, berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang,
menghindari stress yang berlebihan, menghindari pola hidup tidak sehat, mengurangi
konsumsi alkohol, menjaga tekanan darah, mengontrol gula darah dan menurunkan
berat badan. Cara mengatasi PJK adalah tes diagnosis, angioplasti, operasi bypass dan
pemberia obat-obatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, T. B. (t.thn.). Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.

Izzah, A. F. (2015). PENYAKIT JANTUNG KORONER. 15-16.

Ratih Oemiati, R. (2015). FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)


PADA. 47-55.

Redi. (2012). Makalah Penyakit Jantung Koroner.

Rosyani, A. (2012). Makalah Penyakit Jantung Koroner.

Widodo, A. (2012). Upaya Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk. 11-32.

Yussi, N. M. (2019). PERILAKU KELUARGA PADA PERTOLONGAN PERTAMA


PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER.

Pradono, Julianty dan Werdhasari, Asri. 2017. Jakarta: melalui


http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/7326/804580458092
diakses pada 16 November 2020, pada pukul 16.30 WIB
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-jantung-koroner

18

Anda mungkin juga menyukai