HIPERBILIRUBINEMIA
Oleh :
Muh. Hamzah Rizal Kunu
111 2020 1012
Pembimbing :
Dr. dr. Ema Alasiry, Sp.A(K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu
tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
2.1 Definisi..........................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.................................................................................................6
2.3 Etiologi..........................................................................................................7
2.4 Patofisiologi...................................................................................................9
2.5 Klasifikasi....................................................................................................12
2.7 Tatalaksana..................................................................................................17
2.8 Komplikasi..................................................................................................24
2.9 Prognosis.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28
4
BAB I
PENDAHULUAN
minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi. Keadaan ini
hepar dalam konjugasi dan ekskresi bilirubin.. Secara fisiologis, kadar bilirubin akan
meningkat setelah lahir, lalu menetap dan selanjutnya menurun setelah usia 7 hari.
baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan multifaktorial dengan banyak gejala
bayi baru lahir yang sering dihadapi tenaga kesehatan itu terjadi pada sekitar 25-50%
bayi cukup bulan.. Hiperbilirubinemia pada neonatus merupakan kondisi yang sering
ditemukan. Sekitar 60-70% terjadi pada neonatus cukup bulan dan 80% pada
neonatus kurang bulan mengalami ikterus dalam minggu pertama kehidupan. 1,2,3
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terjadi pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin
serum total ≥5 mg/dL (86 μmol/L), ditandai dengan kuning pada kulit, konjungtiva,
peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang
2.2 Epidemiologi
hiperbilirubinemia.5 Insiden lainnya di RSCM, RS. Dr. Sardjito, RS Dr. Soetomo, RS.
Dr. Kariadi bervariasi antara 13,7% hingga 85%. Berdasarkan data registrasi
6
neonatologi bulan Desember 2014 sampai November 2015 di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah kota Denpasar Bali, diantara 1093 kasus neonatus yang dirawat,
2.3 Etiologi
hiperbilirubinemia memiliki banyak faktor risiko, antara lain kadar total serum
(G6PD), usia ibu ≥25 tahun, ras ibu Asia Timur, diabetes gestasional pada ibu,
atau memar yang signifikan, ASI eksklusif, jenis kelamin laki-laki, dan prematuritas. 1
Pada ikterus patologis terjadi oleh karena hemolisis yang meningkat seperti
7
(defisiensi enzim Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), defesiensi
ibu diabetes
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak
8
d. Gangguan pada ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain
9
Gambar 1. Faktor Risiko Hiperbilirubinemia
2.4 Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Saat sel darah merah mengalami
reaksi reduksi oksidasi. Sekitar 75% bilirubin berasal dari hemoglobin, tetapi
oksidasi pertama, biliverdin dibentuk dari heme melalui aksi heme oxygenase,
langkah pembatas laju dalam proses tersebut, melepaskan besi dan karbon
dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur dalam napas pasien untuk mengukur
10
Bilirubin dalam plasma diikat oleh albumin sehingga dapat larut dalam air.
Zat ini kemudian beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati. Ketika mencapai
Konsentrasi ligandin rendah saat lahir tetapi meningkat pesat selama beberapa
sangat penting secara biologis karena ia mengubah molekul bilirubin yang tidak larut
dalam air menjadi molekul yang larut dalam air. Kelarutan dalam air memungkinkan
ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus bilirubin diuraikan
usus melalui jalur enterohepatik dan darah porta membawanya kembali ke hati.
Urobilinogen daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali
dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat
11
Gambar 2. Metabolisme bilirubin
kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam
jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga
setelah hari pertama pasca kelahiran dan dapat berlangsung hingga 1 minggu.
Biasanya muncul antara usia 24-72 jam dan antara 4 dan -5 hari dapat dianggap
12
puncak pada neonatus cukup bulan dan pada prematur pada hari ke 7, menghilang
Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir dengan kadar
bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan
yang diberi susu formula, kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dl
pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti
dengan penurunan lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi
cukup bulan yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang
lebih tinggi (7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat, bisa terjadi selama 2-4
Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan terjadi
peningkatan kadar bilirubun dengan kadar puncak yang lebih tinggi dan bertahan
lebih lama, demikian pula dengan penurunannya bila tidak diberikan fototerapi
pencegahan. Peningkatan kadar billirubin sampai 10-12 mg/dl masih dalam kisaran
Ikterus patologis biasanya terjadi sebelum umur 24 jam setelah lahir dan
menetap lebih dari 14 hari atau 2 minggu, disertai peningkatan serum bilirubin
melebihi 5 mg / dl / hari.4 Jenis ikterus ini dahulu dikenal sebagai ikterus patologik,
yang tidak mudah dibedakan dengan ikterus fisiologik. Terdapatnya hal-hal di bawah
13
ini merupakan petunjuk untuk tindak lanjut, yaitu: ikterus yang terjadi sebelum usia
penyakit yang mendasar pada setiap bayi (muntah, letargis, malas menetek,
penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil);
ikterus yang bertahan setelah delapan hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari
pada saat lahir atau pada hari pertama kehidupan, (2) kenaikan kadar bilirubin
berlangsung cepat (>5 mg/dL per hari), (3) bayi premature, (4) kuning menetap pada
usia 2 minggu atau lebih, dan (5) peningkatan bilirubin direk >2 mg/d atau >20% dari
2.6 Diagnosis
icterus muncul pada hari kedua atau ketiga kehidupan, namun jika icterus muncul
pada 24 jam pertama kehidupan maka akan mengarah ke icterus patologis dan
memerlukan beberapa evaluasi. Oleh karena itu pada saat anamnesis perlu ditanyakan
onset munculnya icterus pada bayi. Perlu pula ditanyakan riwayat saudara yang
memiliki keluhan yang sama pada periode neonatal, riwayat hemolytic disorders
dalam keluarga, riwayat pada ibu yang menderita infeksi dan konsumsi obat-obatan
tertentu, adanya trauma saat lahir, terlambatnya pemotongan tali pusat. Kemudian
14
riwayat postnatal seperti BAB dempu dan penggunaan obat-obatan pada ibu
kadang kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (Kern
icterus). Gejala klinis yang tampak ialah rasa kantuk, tidak kuat menghisap ASI/susu
formula, muntah, opistotonus, kejang, dan yang paling parah bisa menyebabkan
kematian..8
walaupun memiliki angka kesalahan yang cukup tinggi tetapi masih dapat digunakan
1.Pemeriksaan dilakukan pada pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan
2. Kulit bayi ditekan dengan jari secara lembut untuk mengetahui warna di bawah
3. Keparahan ikterus ditentukan berdasar- kan usia bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning.
15
Gambar. 3 Pemeriksaan kulit ikterus
Setelah lahir, bayi harus diperiksa setidaknya setiap 8 hingga 12 jam. Ikterus
dapat dideteksi pada pemeriksaan fisik, tetapi kulit yang lebih gelap membuat
selaput lendir juga dapat diperiksa untuk mengetahui adanya icterus. 1 Selain itu, salah
satu cara memeriksa derajat icterus pada neonates secara klinis, mudah dan sederhana
16
Jika ada keraguan dalam evaluasi visual, bilirubin transkutan (TcB) atau Total
Serum Bilirubin (TSB) harus dinilai. Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku
dengan prinsip kerja yang memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya (panjang
gelombang 450 nm). Konsentrasi TSB harus diperiksa ulang dalam 4 sampai 24 jam,
tergantung pada usia bayi, nilai TSB, dan faktor risiko. Setelah TcB atau TSB diukur,
patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia
neonates >95%.1,4,8
neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-
17
bayi yang tergolong risiko tinggi mengalami hiperbilirubinemia berat. Pemeriksaan
tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara
lain adalah golongan darah dan Coombs test, darah lengkap dan hapusan darah,
bilirubin direk.4
yang disebabkan oleh isoantibodi pada bayi merupakan faktor risiko utama
terjadi jika golongan darah ibu O dan golongan darah bayi A atau B.
2.7 Tatalaksana
beberapa hari pertama setelah melahirkan untuk membantu pemasukan ASI. Ibu
harus ditanyai tentang kesulitan dan konsultan laktasi yang terlibat bila diperlukan.
Pola tinja, pola buang air kecil, dan berat bayi baru lahir adalah indikator yang baik
untuk mengetahui apakah bayi mendapat ASI yang cukup. Pada hiperbilirubinemia
akibat pemberian ASI, penghentian ASI selama 24-48 jam akan menurunkan bilirubin
18
serum. Mengenai pengentian pemberian ASI (walaupun hanya sementara) masih
pada tahun 1958, kebutuhan untuk transfusi tukar karena hiperbilirubinemia berat
menjadi senyawa yang larut dalam air yang disebut lumirubin, yang diekskresikan
dalam urin atau empedu tanpa memerlukan konjugasi di hati. Dua faktor terbesar
dalam konversi bilirubin menjadi lumirubin adalah spektrum cahaya dan dosis total
cahaya yang dikirim. Bilirubin adalah pigmen kuning, sehingga paling kuat menyerap
cahaya biru pada panjang gelombang 460 nm. Selain itu, efek fototerapi hanya
terlihat ketika panjang gelombang dapat menembus jaringan dan menyerap bilirubin.
Lampu dengan keluaran dalam rentang 460-490-nm adalah yang paling efektif dalam
konsentrasi bilirubin, hal ini tidak disarankan karena sulit untuk menentukan jangka
waktu yang aman untuk memaparkan bayi telanjang ke sinar matahari tanpa terbakar
matahari.1
Inisiasi fototerapi harus didasarkan pada konsentrasi TSB, usia dalam jam,
dan faktor risiko, seperti yang direkomendasikan dalam pedoman dari AAP. Nilai
TSB harus digunakan, dan nilai bilirubin direk tidak boleh dikurangi dari total saat
penurunan 0,5 mg / dL (8,6 mol / L) per jam dapat diharapkan dalam 4 sampai 8
19
jam pertama. Ketika TSB tidak menurun atau meningkat selama fototerapi,
sinar untuk mengubah bentuk dan struktur bilirubin menjadi molekul yang dapat
Tidak ada standar yang tetap untuk digunakan dalam penghentian fototerapi.
sampai 85,5 mol / L). Yang lain menyatakan bahwa nilainya harus turun menjadi 13
hiperbilirubinemia kembali.1
disebut rebound bilirubin, namun kondisi ini biasanya hanya rata-rata 1 mg/dL
sehingga bayi setelah fototerapi tidak perlu menunggu dipulangkan untuk observasi
rebound bilirubin. Jika setelah dilakukan fototerapi tidak terjadi penurunan kadar
20
Gambar 5. Pedoman fototerapi di rumah sakit untuk bayi dengan usian kehamilan 35 minggu atau lebih.
Sumber sinar yang paling efektif untuk mendegradasi bilrubin adalah sinar
dengan panjang gelombang 400 – 520 nm, dengan gelombang terbaik 460 nm
(Stokowski, 2011). Pada panjang gelombang ini sinar menembus kulit paling
baik dan paling maksimal diserap oleh bilirubin. Sinar biru, hijau dan turkois
(antara biru dan hijau) merupakan sinar yang paling efektif. Banyak pendapat
2. Intensitas Sinar
21
Intensitas sinar yang dimaksud adalah jumlah photon yang disalurkan per
intensif ≥ 30 μW/cm/nm
Intensitas cahaya berbanding lurus dengan jarak antara bayi dan sinar,
semakin dekat jarak antara bayi dan sinar semakin tinggi intensitas sinar yang
didapat. Jarak yang dianggap cukup aman adalah sekitar 15-20 cm.
Semakin luas area permukaan tubuh yang terpapar sinar maka makin efektif
22
Gambar 6. Faktor yang Mempengaruhi Fototerapi
Gambar 7. Fototerapi
intensif neonatal oleh dokter terlatih. Transfusi pertukaran untuk bayi adalah keadaan
darurat medis, dan pasien harus dirawat langsung di unit perawatan intensif neonatal.
Pada dasarnya, dokter dengan cepat mengeluarkan bilirubin dari sirkulasi dan
23
antibodi yang mungkin berkontribusi pada hemolisis yang sedang berlangsung.
Prosedur ini melibatkan pengambilan sebagian kecil darah bayi dan menggantinya
dengan jumlah sel darah merah donor yang sama melalui satu atau dua kateter sentral
sampai volume darah bayi diganti dua kali. Infus albumin 1 sampai 4 jam sebelum
Transfusi tukar harus segera dimulai pada bayi yang mengalami ikterus yang
menunjukkan tanda-tanda ensefalopati bilirubin akut, bahkan jika nilai TSB menurun.
transfusi tukar berhasil pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia berat, terdapat
komplikasi dilaporkan sekitar 12%. Karena faktor risiko ini, fototerapi harus
penyakit hemolitik isoimun jika TSB meningkat meskipun dilakukan fototerapi atau
TSB berada dalam 2 hingga 3 mg / dL (34,2 hingga 51,3 mol / L) dari level untuk
golongan darah ibu dan bayi, pemberian IVIG dapat menuRunkan kemungkinan
24
Gambar 8. Pedoman transfuse tukar di rumah sakit untuk bayi dengan usian kehamilan 35 minggu atau lebih.
diberikan pa-da ibu hamil selama beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
enterohepatika.8
2.9 Komplikasi
Kadar bilirubin indirek yang sangat tinggi dapat menembus sawar otak dan sel-sel
otak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya disfungsi saraf bahkan kematian.
25
Mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya disfungsi saraf ini masih
belum jelas. Bilirubin ensefalopati adalah manifestasi klinis yang timbul akibat efek
toksik bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu basal ganglia dan pada beberapa nuklei
batang otak. Kern ikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi
pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons dan
c. Fase Lanjut: ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan
Manifestasi klinis kernikterus: pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang
selamat biasanya menderita gejala sisa berupa bentuk athetoid cerebral palsy yang
2.10 Prognosis
pedoman yang diterima. Peningkatan kejadian kernikterus yang nyata dalam beberapa
26
tahun terakhir mungkin disebabkan oleh kesalahpahaman bahwa ikterus pada bayi
BAB III
KESIMPULAN
27
mg/dL pada darah, yang sering ditandai oleh adanya ikterus. Pada bayi baru lahir,
hiperbilirubinemia sering terjadi oleh kare- na kemampuan hati bayi yang masih
Pemantauan dan pemeriksaan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menentukan jenis
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Wijaya, Felicia., Suryawan. I Wayan. Faktor Risiko Kejadian Hiperbilirubinemia
2019;50(2):357-364.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4935699/
http://eprints.umsida.ac.id/6567/4/4.%20Artikel%20Faktor-%20Faktor%20Yang
%20Berpengaruh%20Terhadap%20Hiperbilirubinemia.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/9a247617da2beec5cacc939d25d6ac70.
2021]. Tersedia di
https://pedsinreview.aappublications.org/content/pedsinreview/32/8/341.full.pdf
29
7. Rohsiswanto, Rinawati. Hiperbilirubinemia pada Neonatus >35 Minggu di
2013;5(1):4-10.
9. Rohsiswatmo, Rinawati. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi Menyusui yang Kuning.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/indikasi-terapi-sinar-pada-bayi-menyusui-
yang-kuning
10. Hansen, Thor. Neonatal Jaundice. Pediatric : Cardiac Disease and Critical Care
https://emedicine.medscape.com/article/974786-overview#a4/
30