Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ORTHOPEDI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FRAKTUR HUMERUS DISTAL

Oleh:
St. Hediati
111 2018 2027

Pembimbing :
dr. Hendrian Chaniago, M.Kes, Sp.OT(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ORTHOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau

permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak,

tekanan fisik dapat menyebabkan terjadinya sebuah fraktur. Humerus merupakan

salah satu tulang panjang yang membentang dari bahu ke siku. Fraktur humerus

biasanya disebabkan karena terjatuh. Ada tiga jenis patah tulang humerus,

diantaranya adalah (i) Fraktur Humerus Proksimal, yaitu lokasi fraktur berada di

dekat bahu; (ii) Fraktur Humerus Middle, yaitu fraktur yang terjadi berada di

antara bahu dan siku; (iii) Fraktur Distal Humerus, yaitu lokasi fraktur berada di

dekat siku.1,2

Fraktur distal humerus merupakan salah satu jenis fraktur dari elbow

fracture. Fraktur distal humerus terjadi hanya sekitar 2% dari semua fraktur pada

populasi orang dewasa. Cedera ini disebabkan akibat trauma energi tinggi dan

biasanya terjadi pada populasi osteoporotik lansia. Meski relatif jarang,

kejadiannya terus meningkat. Dari yang dilaporkan Pavlanen dkk, terjadi

peningkatan 5 kali lipat pada fraktur humerus distal antara tahun 1970 dan 1998.

Fraktur di area ini bisa sangat menyakitkan dan membuat gerak siku sulit atau

sama sekali tidak mampu untuk digerakkan.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Tulang humerus adalah tulang panjang yang membentang pada lengan atas.

Bagian atas atau proksimal tulang merupakan bagian dari sendi bahu yang akan

bertemu dengan scapula membentuk glenohumeral joint dan bagian bawah atau

distal adalah bagian dari siku yang akan bertemu dengan ulna dan membentuk

elbow joint. Ada banyak otot yang mengelilingi tulang humerus yaitu otot bisep

dan brachialis yang berada didepan dan otot trisep yang berada dibelakang. Selain

itu, ada pula beberapa saraf penting yang berjalan sepanjang humerus seperti

nervus axilla, nervus radialis, nervus medianus, dan nervus ulnaris.4

Distal humerus adalah bagian dari humerus yang ”duduk” didalam “cawan”

ulna, memungkinkan ulna untuk bergerak disekitarnya. Distal humerus dapat

dirasakan dibawah kullit sebagai tulang yang menonjol. Distal humerus

membentuk bagian atas sendi siku yang sebenarnya. Jika mengalami cedera, hal

itu membuat gerakan siku menjadi sulit atau tidak mungkin.3

Ujung bawah tulang humerus disebut bagian distal atau ‘distal humerus’ Pada

bidang koronal, humerus distal berbentuk segitiga, yang dibentuk oleh kolom

medial dan lateral yang dihubungkan oleh segmen artikular yang diilustrasikan

pada gambar3 Columna medial akan menahan epikondilus medial non-artikular

pada ujung distalnya dengan insersi dari otot fleksor. Columna lateral menahan di

3
ujung distal kapitelum dan epikondilus lateranl dengan insersi dari otot

ekstensor.8

Dari prespektif lateral, permukaan artikular trochlea dan capitellum

diproyeksikan ke anterior dengan sudut 40° terhadap sumbu humerus, sumbu

trochlear berputar secara eksternal dengan sudut 3-8° dibandingkan dengan

sumbu longitudinal dengan sudut 4-8°. Vaskularisai darah untuk area distal

humerus terutama disuplai oleh pembuluh anastomotik dari arteri brachialis. Yang

sebagian besar pembuluh darah menyuplai area kondilus lateral.5

Segitiga Humerus Distal yang dibentuk oleh columna media (merah), columna lateral (biru) dan artucular surface (hijau)

4
Anatomi tulang humerus

Vaskulariasi area distal humerus

2. 2 Epidemiologi

Fraktur distal humerus terjadi sekitar1-2% dari semua fraktur pada

orang dewasa, tetapi insiden ini bervariasi antar negara. Pada tahun 2003,

5
insidennya terjadi 6/100.000 per tahun di Amerika Serikat. Angka kejadiannya

rata-rata pada usia 50-69 tahun. Namun, dapat pula terjadi pada usia muda yang

biasanya diakibatkan oleh trauma dengan tekanan besar. Fraktur distal humerus

terjadi sekitar 30% yang disertai dengan fraktur sendi siku. Lokasi tersering

biasanya terjadi di area intercondilus humerus. Fraktur humerus distal jarang

terjadi. Fraktur pada humerus distal dapat terjadi setelah jatuh (dari sepeda, atau

tersandung dan jatuh ke tanah), benturan langsung ke area tersebut, atau trauma

yang lebih besar seperti kecelakaan mobil.6,7

2.3 Klasifikasi

Ada beberapa sistem klasifikasi yang semua didasarkan terutama pada

keterlibatan columna medial dan lateral humerus distal dan adanya pola fraktur

sagital atau koronal. Risebough dan Radin mengklasifikasikan fraktur humerus distal

berdasarkan keadaan fragmen condilar. Lecestre dkk membentuk sistem yang

mendefinisikan supracondylar, extra-articular condylar, articular condylar, dan

fraktur comminuted. Jupiter mendasarkan klasifikasinya pada observasi intraoperatif

dengan menggambarkan fraktur lambda T tinggi, T rendah, Y, H, medial, dan lateral.

Klasifikasi Dubberley membedakan antara jenis fraktur yang melibatkan capitellium

dan trochlea. Namun, secara internasional yang paling umum digunakan adalah

klasifikasi OTA.8 Pembagian fraktur distal femur dapat dilihat melalui OTA

Classfication yang terdiri atas 3, yaitu:

6
1. Fraktur artikular extra / Extra-articular fracture

2. Frakur artikular sebagian / Partial articular fracture

3. Fraktur artikular sempurna / Complete articular fracture

yang dimana tiap kategorinya akan terbagi lagi subdivisi menjadi 9 jenis fraktur yang

lebih spesifik lagi.7

Klasifikasi OTA

2.4 Diagnostik

7
Untuk menegakkan diagnosis mengalami fraktur distal humerus harus

dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang. Dari anamnesis, perlunya menanyakan riwayat pasien secara menyeluruh

seperti riwayat medis hingga bagaimana mekanisme trauma yang terjadi pada pasien

khususnya pada pasien yang lanjut usia. Mekanisme trauma pada fraktur distal

humerus dapat terjadi pada trauma energy rendah pada lansia yang berdampak

langsung pada siku atau dampak tidak langsung akibat jatuh pada tangan yang terulur

dan trauma energy tinggi pada pasien muda yang biasanya disebabkan oleh kecelakan

lalu lintas atau olahraga.8

Selain itu, perlu pula menanyakan atau mengetahui kondisi premorbid dari

ekstremitas pasien yang cedera, seperti memastikan adanya kondisi seperti arthritis

degenerative atau traumatis, ketidakstabilan, kekakuan, atau kelainan neurologis.4

Pasien dengan fraktur distal humerus umumnya mengeluhkan keluhan sama

seperti pada fraktur yang lain, yaitu pasien akan merasa nyeri yang sangat hebat dan

tidak mampu menggerakkan sendi sikunya (elbow joint) yaitu untuk meluruskan

lengannya. Keluhan penyerta lainnya dapat berupa bengkak, memar, nyeri saat

disentuh, kekakuan, merasa tidak stabil pada elbow joint, dan bisa pula didapatkan

adanya potongan tulang yang menonjol keluar kulit.9

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk menilai status neovaskularisasi

ekstremitas yang mengalami cedera. Penilaian yang akurat harus dibuat terhadap

sensoris dan motorik nervus medianus, ulnaris, dan radialis, serta nervus kutaneus

8
antebrachial medial dan lateral. Arteri brachialis dan saraf median terletak di anterior

sendi siku juga beresiko mengalami gangguan.Denyut distal harus dipalpasi dan

waktu pengisian kapiler juga harus dinilai dengan membandingkan pada ekstremitas

atas yang sehat atau kontralateral. Jika muncul suatu kelainan pada pemeriksaan

arteri, maka pemeriksaan duplex Doppler atau angiografi harus dilakukan.4

Kulit juga perlu diperiksa apakah terdapat memar, ekimosis, atau laserasi,

dengan mempertimbangkan temuan ini akan membantu saat menentukan intervensi

operatif. Memar, ekimosis, atau laserasi mungkin menunjukkan kerusakan ligament

yang signifikan dan mengakibatkan ketidakstabilan. Sebagaimana diketahui bahwa

area distal humerus terdapat ligament yang sangat kompleks yang membantu dalam

pergerakan elbow joint.4

Sinar-X adalah teknik pencitraan diagnostic paling umum dan banyak

tersedia. Sinar-X dapat menunjukkan apakah tulang utuh atau patah. Sinar-X pada

elbow joint akan dilakukan untuk menentukan apakah telah terjadi patah tulang atu

tidak. Sinar-X dapat dilakukan dengan mengambil posisi AP dan Lateral. Bergantung

pada gejala pasien, dokter mungkin juga akan melakukan rontgen pada lengan atas,

lengan bawah, bahu, pergelangan tangan, dan/atau tangan.9

9
2.5 Tatalaksana

Saat berapa di ruang gawat darurat, dokter akan melakukan tindakan


stabilisasi seperti splint atau arm sling agar tetap menjaga posisi siku. Perawatan
tambahan dapat berupa mengaplikasikan es pada siku dan memberikan pasien obat
anti nyeri. Banyak fraktur humerus distal memerlukan pembedahan, tetapi beberapa
fraktur stabil dapat diobati tanpa pembedahan.9

2.5.1 Perawatan Non-Bedah

Perawatan nonoperatif tergantung pada jenis fraktur. Pengecoran dan


imobilisasi dapat digunakan untuk fraktur nondisplaced, terutama pada fraktur
prosesus medial, lateral, dan supracondylar (ekstra-artikular dan ekstrakapsular.
Fraktur epikondilus medial dapat diimobilisasi selama 7 hari, dengan siku tertekuk
pada 90º, lengan bawah pronasi, dan pergelangan tangan tertekuk pada 30º untuk
mengendurkan kelompok otot fleksor-pronator umum. Jika terjadi perpindahan lebih
dari 3 mm atau fragmen terperangkap di sendi medial, maka tindakan ORIF
diperlukan. Fraktur epikondilus lateral dapat diimobilisasi dengan siku dalam fleksi
90º, lengan bawah dalam posisi supinasi, dan pergelangan tangan sedikit
diperpanjang untuk mengendurkan otot ekstensor. Fraktur humerus distal ekstra
artikular yang tidak bergeser dan stabil dapat diobati dengan belat atau gips dalam
10
waktu singkat dengan gips lengan panjang (biasanya selama kurang lebih 2 minggu),
diikuti dengan penggunaan brace fungsional berengsel dengan gerakan siku dini.4

Jika fraktur tidak bergeser, mungkin tatalaksana yang diperlukan hanya splint
atau sling untuk menahan siku di tempatnya selama proses penyembuhan. Jika tidak
ada fragmen tulang yang keluar dari tempatnya setelah beberapa minggu, dokter akan
mengizinkan pasien untuk menggerakkan siku dengan lembut. Hal ini memerlukan
kunjungan dengan ahli terapi fisik. Pasien tidak diizinkan mengangkat apapun dengan
lengan yang cedera selama beberapa minggu. Pendekatan non-bedah untuk fraktur
humerus distal mungkin memerlukan splinting atau casting dalam waktu lama. Hal
itu dapat menyebabkan siku menjadi sangat kaku dan membentuhkan waktu terapi
yang lebih lama untuk bisa bergerak kembali setelah gips dilepas. Jika fraktur
bergeser pada posisinya, pasien mungkin memerlukan pembedahan untuk
menyatukan kembali tulang.9

2.5.2 Perawatan Bedah

Pembedahan untuk fraktur humerus distal biasanya melibatkan pemasangan


potongan tulang yang patah kembali dimana mereka berasal. Implan logam - seperti
pelat dan sekrup digunakan untuk menahan partikel fraktur di tempatnya sampai
tulang sembuh total. Pembedahan biasanya diperlukan bila fraktur keluar dari
tempatnya dan fraktur terbuka. Dikarenakan risiko infeksi lebih tinggi pada fraktur
terbuka, maka pasien akan diberikan antibiotic melalui intravena dan memerlukan
suntikan tetanus. Pada pembedahan, tulang biasanya akan diperbaiki atau diganti.
Dalam beberapa kasus patah tulang terbuka yang parah, dokter mungkin memilih
untuk menggunakan external fixator untuk menahan tulang sementara di tempatnya.9

Beberapa pendekatan bedah pada humerus distal telah dijelaskan selama


beberapa dekade terakhir. Olecranon osteotomy, the triceps-splitting, triceps-sparing,
dan triceps-lifting menjadi pendekatan yang paling sering dilakukan dalam perawatan
bedah fraktur humerus distal. Jika beberapa tulang hilang atau hancur yanh tidak
dapat diperbaiki (potongan tulang hilang saat kecelakaan), mungkin diperlukan bone
11
filler. Bone filler dapat disuplai dari tulang pasien sendiri (biasanya diambil dari
panggul) atau dari bank tulang (dari donor), atau bahan buatan yang mengandung
kalsium.4,9

Terkadang, ujung siku (olekranon) akan dipotong agar ahli bedah dapat
melihat fragmen tulang. Tulang yang dipotong digerakkan keluar selama perbaikan
patah tulang. Setelah tulang yang patah diperbaiki, olekranon yang dipotong
dikembalikan ke lokasi semula dan diperbaiki. Jika fraktur humerus distal terlalu
parah untuk diperbaiki dengan benar (seperti yang sering terjadi pada pasien lanjut
usia), siku mungkin perlu diganti. Prosedur ini mirip dengan penggantian. pinggul
atau lutut (Hip or knee replacement). Implan logam dan plastik dipasang ke humerus
setelah pecahan tulang dibuang . Implan logam dan plastik lainnya dipasang pada
ulna (tulang lengan bawah), dan keduanya implan dihubungkan membentuk engsel.9

2.6 Komplikasi Pembedahan

Beberapa risiko yang dapat terjadi saat ataupun pasca pembedahan, yaitu:9

1. Infeksi. Risiko infeksi dapat terjadi pada operasi apapun baik itu untuk fraktur
humerus distal atapun fraktur lainnya.
2. Nyeri yang berhubungan dengan operasi. Nyeri dikontrol di ruang operasi
oleh tim anestesi, yang dapat membuat pasien tertidur atau membuat lengan
mati rasa, atau keduanya. Dokter akan membahas metode anestesi dengan
pasien sebelum operasi. Setelah operasi, nyeri dikendalikan dengan kombinasi
obat nyeri, seperti morfin dan kodein, serta asetaminofen.
3. Nonunion. Pembedahan tidak menjamin penyembuhan patah tulang. Fraktur
bisa terleas, atau screw, plat, atau wire dapat bergeser atau patah. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai alasan seperti pasien tidak mengikuti petunjuk
setelah operasi, pasien memiliki masalah kesehatan lain yang menghambat
penyembuhan seperti diabetes mellitus, infeksi, dll. Jika patah tulang gagal
sembuh, maka operasi lebih lanjut mungkin diperlukan.

12
4. Kerusakan saraf dan pmebuluh darah. Ada risiko kecil kerusakan saraf
dan pembuluh darah di sekitar siku. Ini adalah efek samping yang tidak biasa.
Mati rasa sementara atau kelemahan di daerah saraf ulnaris mungkin terjadi.
Hal ini membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk
menghilang.

2.7 Rehabilitasi

Rehabilitasi pada perawatan non-surgical biasanya dimulai beberapa minggu


untuk menjaga lengan tetap stabil dengan menggunakan bidai atau sling. Pasien
biasanya dilarang mengangkat benda dengan lengan yang cedera selama 6 hingga 12
minggu, Jika telah dilakukan elbow replacement, pasien tidak diperbolehkan
mengangkat benda yang memiliki berat lebih dari 5 pon selama sisa hidupnya. Di
dalam beberapa kasus, terapis fisik akan membantu rehabilitasi yang dimulai dengan
gerakan lembut secara bertahap untuk memperkuat lengan.

2.8 Outcomes

Tujuan akhir pengobatan untuk fraktur humerus distal adalah untuk


mendapatkan kembali gerakan siku secara penuh,seperti sebelum cedera. Beberapa
pasien mungkin kembali ke aktivitas normal mereka (kecuali olahraga dan persalinan
berat) dalam waktu sekitar 6 bulan, meskipun penyembuhan penuh bisa memakan
waktu satu atau dua tahun. Meskipun sinar-X dapat menunjukkan bahwa patah tulang
telah sembuh secara keseluruhan, banyak pasien akan melaporkan bahwa mereka
masih belum merasa 100% lebih baik. Memulihkan kekuatan di lengan membutuhkan
waktu lebih lama dari yang diperkirakan; terkadang 6 bulan atau lebih.9

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Hastuti, Dwi. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Fraktur 1/3 Proksimal
Humerus Sinistra di RS. Al Dr. Ramelan Surabaya. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2014.

2. Edina. Humerus Fracture. Sports & Orthopaedic Specialist. Diakses melalui


https://www.sportsandortho.com/ pada tanggal 20 Agustus 2020.

3. James C, et al. Distal Humerus Fracture-Current Concepts. University Hospitals


Coventry and Warwickshire NHS Trust. The Open Orthopaedics Jurnal. 2017.

4. Yian, Edward. Distal Humerus Fracture. Diakses melalui


https://emedicine.medscape.com/article/1239515-overview#a1 pada tanggal 20
Agustus 2020.

5. Distal Humerus Fracture. Orthopaedic Trauma Association. Diakses melalui


https://ota.org/for-patients/find-info-body-part/3717 pada tanggal 20 Agustus 2020.

6. Charissoux, et al. Epidemiology of Distal Humerus Fractures in The Elderly.


Orthopaedic & Traumatology Research 99, 765-769. 2013

7. Ahn. Leah. Distal Humerus Fracture. Diakses melalui


https://www.orthobullets.com/trauma/1017/distal-humerus-fractures pada tanggal 20
Agustus 2020.

14
8. Amir, Steinitz. Distal Humerus Fracture : A Review Of Current Therapy Concepts.
April 2016. Diakses melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov pada tanggal 21 Agustus
2020.

9. Distal Humerus Fracture of The Elbow. American Academy of Orthopaedic


Surgeons. 2014. Diakses melalui https://irp-cdn.multiscreensite.com/ pada tanggal 21
Agustus 2020

15

Anda mungkin juga menyukai