BRONKIEKTASIS
DIsusu Oleh :
Andi Nurul Fadillah
111 2020 1003
Pembimbing :
dr. Edward Pandu Wiriansya, Sp.P(K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat, berkah, dan rahmat Allah
SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan refarat dengan judul
“Bronkiektasis” yang merupakan salah satu syarat serta tugas dalam
kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................4
DAFTAR TABEL......................................................................................5
DAFTAR GAMBAR..................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................7
2.1 Definisi...............................................................................................9
2.2 Epidemiologi......................................................................................9
2.3 Etiologi.............................................................................................10
2.4 Patofisiologi.....................................................................................12
2.5. Klasifikasi........................................................................................15
2.10 Penatalaksanaan………………………………...............................32
2.11 Prognosis....……………………………….......................................37
2.12 Komplikasi....………………………………......................................38
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................40
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
pipa atau tabung dan “ektasis” yang berarti melebar atau meluas.
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan oleh Laennec pada tahun 1819 sebagai
yang rekuren dan bersifat kronik. Gejala sisa dari bronkiektasis termasuk
progresif.2
setiap tahun mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 dengan
kenaikan sebesar 8,74%, dengan puncaknya usia 80-84 tahun, lebih banyak
7
dijumpai pada wanita, dan ras asia. Penurunan angka FEV 1, skor gejala
yang rendah, laki-laki, usia lanjut, dan PPOK telah diidentifikasi sebagai
faktor risiko untuk mortalitas. Dalam referat ini akan dibahas berbagai aspek
penatalaksanaannya.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Definisi
pelebaran saluran napas bronkial yang persisten dan seumur hidup serta
bertanggung jawab atas hilangnya fungsi paru secara signifikan dan dapat
mengakibatkan morbiditas yang cukup besar dan bahkan kematian dini. 3,4
2.2 Epidemiologi
tahun ke tahun, dimana penyakit ini dapat muncul diberbagai kelompok usia.
mempengaruhi pada usi lebih tua dan kelompok wanita. Di Amerika Serikat,
9
seiring pertambahan usia dan pada jenis kelamin wanita. Sebuah studi
2.3 Etiologi
penelitian yang dilakukan oleh Pasteur dkk di Inggris pada tahun 2000
mendapatkan data dari 150 kasus bronkiektasis, 53% kasus tidak dapat
10
adalah kuman yang paling banyak didapatkan dari sputum pasien.
sputum, eksaserbasi, lama rawat inap, dan penurunan kualitas hidup. Infeksi
2.4 Patofisiologi
11
Patofisiologi bronkiektasis belum diketahui secara pasti, namun diduga
infeksi yang rekuren, obstruksi jalan napas, dan fibrosis peribronchial. Pada
terjadi. Hal ini kemudian terus berulang seperti sebuah siklus yang akan
inspirasi sering terkontaminasi dengan gas toksik, partikel, dan mikroba. Lini
pertama pertahanan paru dibentuk oleh bentuk kompleks saluran napas atas
12
saluran napas. Partikel dan mikroorganisme yang terdeposisi pada mukosa
atau penelanan. Saluran napas dilapisi atas epitel bersilia, di mana stuktur
dan fungsi dari silia ini telah banyak dipelajari. Fungsi silia dan gerakan
mukosilier juga bergantung pada viskositas yang rendah dari lapisan cairan
baik antara epitel dan lapisan viscous-mucous yang melapisi silia. Apabila
lapisan perisilier tidak merata (seperti pada fibrosis kistik), lapisan perisilier
yang tipis dapat menyebabkan silia terjerat pada lapisan mukus, sehingga
lemah dan berlanjut menjadi dilatasi yang irreversibel. Tipe sel inflamasi yang
serta limfosit pada dinding saluran napas. Sel makrofag, sel dendritik, dan
limfosit khas terlihat pada pasien dengan tubuler bronkiektasis dan menjadi
13
pertahanan tubuh (protease, kolagenase, dan radikal bebas) akan membuat
infeksi paru atau jejas terhadap jaringan. Inflamasi yang terjadi sebagian
dan lingkaran setan infeksi (vicious circle) (dapat dilihat pada gambar 1) terus
14
berlangsung. Pada bronkiektasis sering terjadi retensi sputum, mucous plug,
lanjut.3
2.5 Klasifikasi
dilatasi bronkus saja, dimana bronkus memiliki garis lurus dan teratur
yang normal. Dapat dilihat sebagai efek residual dari pneumonia dan
15
segmen bronkial yang melebar. Bronkiektasis varikosa terkait dengan
saluran napas yang berakhir pada kista ukuran besar, sakula, atau
Gambar 2. Klasifikasi Bronkiektasis. Tiga tipe bronkiektasis: silindris atau tubuler, varikosa, dan sakular atau kistik.
mL dalam 24 jam). Namun, batuk kering tanpa dahak dapat juga merupakan
16
tahun ke tahun. Keluhan lain adalah sesak, batuk darah/hemoptoe, dan
gejala nonspesifik seperti mudah lelah dan penurunan berat badan. Nyeri
pasien bronkiektasis tidak spesifik, ronkhi dan wheezing pada auskultasi paru
sering ditemukan pada lobus paru bagian bawah dan clubbing finger pada
jari.1
2.7 Diagnosis
sering kali datang dengan keluhan batuk kronik, sputum mukopurulen, dan
dapat bersifat asimtomatis, atau memiliki gejala yang lebih intens saat
yang meliputi lapisan atas yang berbusa, lapisan tengah mucus, dan lapisan
dapat dijumpai. Batuk dengan bercak darah dapat disebabkan erosi saluran
17
napas terkait infeksi akut. Sesak dan wheezing juga bisa ditemukan pada
terutama pada pasien dengan infeksi akut dan eksaserbasi akut. Selain itu,
adanya obstruksi jalan napas dari sekresi atau kolaps saluran pernapasan
18
akibat kerusakan bronkus. Pada sebagian kecil pasien bronkiektasis dapat
aspergillosis. CRP adalah protein fase akut yang sering diperiksakan pada
19
garis paralel, densitas berbentuk ring, dan gambaran struktur tubuler;
bentuk percabangan bronkial dapat terlihat sebagai akibat dari bronkus yang
terisi cairan mucous. Gambaran vaskuler dapat kurang terlihat sebagai akibat
bercak densitas terkait impaksi mucoid dan konsolidasi, volume loss terkait
obstruksi bronkus oleh sekret atau sikatrisasi kronik juga sering terlihat.
dan oligemia sejalan dengan obstruksi saluran napas kecil yang berat. Foto
HRCT dapat diidentifikasi dengan adanya rasio bronkoarterial > 1 (BAR > 1),
20
Kurangnya bronchial tapering atau tram like appearance adalah
arah perifer, bronkus terlihat pada jarak 1-2 cm dari perifer paru, dan
daripada pembuluh darah yang menyertainya) yang disebut signet- ring sign.
bentuk silindrik, varikose, dan sakuler atau kistik. Teknik HRCT terkini dapat
ketebalan dinding saluran napas hingga 0,2 mm. Tanda-tanda lain yang
mukoid, dan air trapping. Minor volume loss dapat terlihat pada fase awal
bronkiektasis, sedang area kolaps yang lebih besar sebagai akibat dari
mucous plugging pada penyakit yang lebih lanjut. Bercak konsolidasi kadang
disebabkan oleh inflamasi saluran napas, hipertrofi otot polos, dan proliferasi
fibroblastik.3
21
Gambar 3. (a) Foto Toraks menunjukkan multiple kistik, (b) Gambaran pada HRCT (a &b pasien yang sama) ;
Gambar 4. Gambaran HRCT bronkiektasis menunjukkan signet ring sign (garis panah pendek) dan terlihatnya saluran napas perifer
22
Gambar 6. Bronkiektasis dengan penebalan dinding bronkus (tanda bintang) dan mucous plugging (tanda panah) di lobus media paru
kanan
bronkus yang disertai dengan konstriksi pada area lainnya. Hal ini ditandai
lebih sering ditemukan pada masa sebelum era antibiotik. Bronkiektasis kistik
23
Gambar 7. Gambaran HRCT bronkiektasis: A) Bronkus normal; B) Bronkietasis silindrik (panah); C) Bronkiektasis varikose dengan
gambaran string of pearls (panah); D) Bronkiektasis kistik (panah).
bahwa H influenzae adalah patogen yang paling sering terisolasi (yaitu 29%
sampai dengan 42% kasus). Patogen lain yang sering teridentifikasi antara
24
Pemeriksaan spirometri direkomendasikan untuk dilakukan pada
diperiksa kadar Imunoglobulin dalam darah, meliputi IgM, IgG, IGE dan IgA.
bronkiektasis jika : kadar IgM <30 mg/dL, IgA <5 mg/dL, IgG <30 mg/dL.
Kadar IgE <0,35 atau paling tidak melebihi 1000 IU adalah suatu marker
Primary cilliary diskinesia (PCD) berdasarkan pada kadar nitric oxide udara
25
ekshalasi dan pemeriksaan spesimen biopsi nasal dengan menggunakan
mikroskop elektron. Kadar nitric oxide yang rendah memiliki nilai diagnostik
untuk PCD, dan diagnosis ditegakkan dengan terlihatnya defek pada dynein
terapi antibiotik. Kultur bakteri, fungi, dan basil tahan asam (BTA)
berikut:7
(HRCT)
antimikroba.
26
3. Lakukan tingkat keparahan obstruksi jalan napas dengan tes fungsi
paru.
bronkiektasis terlokalisasi
terapi empiris.
27
Bronkiektasis sering kali salah didiagnosis sebagai penyakit paru
Tuberculosis.7,8
Pasien PPOK umumnya memiliki gejala utama yang hampir sama dengan
bronkiektasis, yaitu batuk kronik dengan sputum produktif. Akan tetapi, pada
pasien bronkiektasis juga dapat ditemukan ronkhi seperti pada PPOK, namun
2.8.2 Asthma
wheezing, batuk, sesak napas, hingga nyeri dada. Namun tidak seperti
28
2.8.3 Pneumonia
Pasien pneumonia dapat datang dengan keluhan sesak napas, batuk, dan
Namun, pada pasien pneumonia, durasi penyakit adalah akut (7-10 hari),
dilatasi bronkus.
2.8.5 Tuberculosis
29
berdasarkan klinis, spirometri, dan gambaran radiologis; dilakukan untuk
dan berat.9 FACED score lebih sederhana dengan hanya menilai 5 variabel
dan 10 item penilaian, namun tetap memerlukan validasi eksterna l. BSI lebih
Skor FACED
napas .
30
Tabel 2. SKor FACED
Bronchiectasis severity index (BSI) adalah alat prognostik yang sama, namun
31
Tabel 3. Bronchiectasis Severity Index (BSI)
2.10 Penatalaksanaan
32
perdarahan bronkial, terapi bedah untuk menghilangkan segmen paru atau
lobus paru yang mengalami kerusakan hebat yang dapat menjadi sumber
Vaksinasi
saluran napas kronik telah terbukti. 7 Namun, belum ada studi pengaruh
Antibiotik
33
diperlukan sebagai terapi saat eksaserbasi maupun sebagai terapi jangka
CRP, sel inflamasi pada sputum, volume sputum, purulensi sputum, dan
saat ini masih menjadi perdebatan, namun demikian British Thoracic Society
antibiotik lini pertama dan alternatifnya untuk bakteri patogen yang umum
34
Tabel 4. Organisme yang sering dihubungkan dengan Bronkiektasis Eksaserasi Akut
dan Antibiotik yang direkomendasikan
Bronkiektasis
eksasebasi lebih dari 3 kali per tahun atau penderita dengan eksaserbasi
lebih jarang namun terjadi morbiditas yang signifikan. Dosis tinggi tidak
35
dianjurkan untuk meminimalkan efek samping. Regimen antibiotik
Antibiotik jangka panjang dapat berisiko resistensi pada pasien dan antibiotik
Higienitas Bronkopulmoner
inhalasi pada saat eksaserbasi akut. Penderita dengan secret kental dan
Penatalaksaan Bedah
terlokalisasi yang gagal dengan terapi medis dan menderita gejala klinis
36
yang memperburuk kualitas hidup pasien.Konsep dasar tindakan bedah
Jaringan paru yang rusak menjadi area reservoir bakteri yang menyebabkan
bedah antara lain: reseksi komplit area yang terlibat, intervensi awal untuk
2.11 Prognosis
prognosis yang lebih buruk . Faktor lain yang terkait dengan risiko kematian
yang lebih besar termasuk usia lanjut, FEV rendah, BMI rendah, rawat inap
37
2.12 Komplikasi
(abses serebral atau ventrikulitis). Bronkiektasis yang lama dan luas dapat
gagal napas.1,
38
BAB III
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
Tersedia di
https://www.researchgate.net/publication/342707387_Bronkiektasis
Tersedia di http://forlabinfeksi.or.id/wp-content/uploads/2018/07/3-
s2.0-B9781455733835000488.pdf
Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430810/
https://www.clinicalkey.com/#!/content/clinical_overview/67-s2.0-
5bccb85d-9046-4807-9335-5f510eec8377
40
8. Smith MP. Diagnosis and management of bronchiectasis. Cmaj.
2017;189(24):E828–35.
41