Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN KARDIOLOGI REFERAT

MARET 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILATOR

Oleh :
Asyima Batari Putri
111 2019 2170

Pembimbing :
dr. Wisudawan, M.Kes, Sp.JP, FIHA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Asyima Batari Putri
NIM : 111 2019 2170
Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Laporan Kasus : Automated External Defibrilator

Adalah benar telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik berjudul Automated


External Defibrilator dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan supervisor
pembimbing dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kardiologi Rumah Sakit
I bnu Sina Makassar Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Maret 2021


Supervisor Pembimbing

dr. Wisudawan, M.Kes, Sp.JP, FIHA

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu
tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.

Dalam referat ini penulis melakukan pembahasan mengenai “Automated


External Defibrilator”. Kami sangat menyadari bahwa penulisan referat ini belum
mencapai sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan penuh harap beberapa
saran dan kritik saudara saudari yang dapat memperbaiki penulisan selanjutnya. Baik
yang kami tulis sendiri atau orang lain.

Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi


keilmuan baik bagi diri sendiri, institusi terkait, dan masyarakat umum.

Makassar, Maret 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................1

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................................3

DAFTAR ISI.......................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6

2.1 Definisi..........................................................................................................6

2.2 Desain dan Fungsi AED................................................................................6

2.3 Indikasi Penggunaan AED............................................................................7

2.4 Jenis-Jenis AED.............................................................................................9

2.5 Pedoman Penggunaan AED..........................................................................9

2.6 Outcomes Setelah Dilakukan Defibrilasi ....................................................15

2.7 Perawatan Setelah Defibrilasi Berhasil…....................................................16

BAB III KESIMPULAN................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu di bidang teknologi kesehatan berperan penting dalam kehidupan

manusia, salah satunya adalah kemajuan teknologi di bidang peralatan medis.

Automated External Defibrillator (AED) sebagai salah satu bentuk kemajuan

teknologi, berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama pada suatu keaadaan

dimana seseorang mengalami henti jantung mendadak. Henti jantung menyebabkan

kematian mendadak ketika sistim kelistrikan jantung tidak dapat berfungsi sehingga

menyebabkan irama yang tidak normal.1

American Heart Association telah menganjurkan program pengembangan akses

publik defibrillasi khususnya AED sebagai alat untuk menolong kelangsungan hidup

seseorang yang mengalami henti jantung mendadak. Di beberapa Negara dan undang-

undang federal telah menetapkan bahwa AED wajib di tempatkan diberbagai lokasi

seperti di bandara, mal, pusat kebugaran, dan tempat umum lainnya.1

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

AED (Automatic External Defibrilator) merupakan salah satu alat elektronik

portabel yang digunakan secara otomatis dan dapat dibawa kemana saja, sehingga

dapat mempermudah mendiagnosa aritmia jantung yang mengancam jiwa pada

seseorang yang hilang kesadaran akibat berhentinya detak jantung beberapa saat

sehingga jantung tidak dapat memberikan pasokan oksigen ke otak.1

2.2 Desain dan Fungsi AED

AED adalah perangkat ringan dan portabel yang berisi baterai, kapasitor, dan

sirkuit elektronik untuk menganalisis ritme jantung dan memberi tahu operator saat

kejutan defibrilasi diperlukan. Bantalan elektroda perekat yang ditempatkan di dada

korban digunakan untuk memantau irama jantung dan memberikan kejutan saat

dibutuhkan. Perangkat ini telah terbukti sangat aman dan tidak memberikan

guncangan kepada pasien atau menyebabkan bahaya bagi pengguna atau pengamat.

Alat ini sangat akurat dalam mendeteksi ritme jantung yang mengancam jiwa dan

efektif dalam memberikan terapi kejut.2

6
Gambar 1. AED

2.3 Indikasi Penggunaan AED

Ventricular fibrillation (VF) dan pulseless VT adalah aritmia jantung yang paling

umum ditemui pada serangan jantung orang dewasa. CPR memperpanjang viabilitas

jaringan dan durasi VF dengan menyediakan oksigen dan substrat energi, tetapi tidak

dapat mengubah aritmia menjadi ritme yang teratur dalam banyak keadaan.

Defibrilasi mengalirkan arus listrik yang melewati miokardium untuk menghentikan

aktivitas jantung yang tidak teratur dan memulihkan ritme jantung yang teratur.3

AED pertama diperkenalkan pada 1979. Ketika diterapkan pada individu

dengan kemungkinan SCA (Sudden Cardiac Arrest), AED menganalisis ritme

jantung, dan kemudian secara otomatis mencoba defibrilasi jika terjadi VF atau VT.

Penolong yang terlatih hanya perlu menerapkan bantalan defibrilator ke dada pasien,

mengaktifkan AED, dan memberikan kejutan melalui penekanan tombol saat diminta

7
untuk melakukannya oleh AED. Oleh karena itu, tujuannya adalah agar defibrilasi

dini lebih mudah tersedia melalui pengamat terlatih, seperti petugas keamanan, polisi,

dan masyarakat umum.3

Penggunaan AED (Automated External Defibrillator) digunakan saat

ditemukan pasien atau koraban yang diduga mengalami ventrikel fibrilasi atau

ventrikel takikardi tanpa pulsasi, yang ditandai dengan secara mendadak mengalami

penurunan kesadaran tanpa ditemukan pulsasi nadi dan sebelumnya tanpa adanya

trauma atau penyebab lain.1

Gambar 2. Irama Ventrikular Fibrilasi

Gambar 3. Irama Ventrikular Takikardi

8
2.4 Jenis-jenis AED

AED adalah perangkat canggih, andal, aman, terkomputerisasi yang

memberikan kejutan defibrilasi kepada korban serangan jantung. Alat ini

menggunakan petunjuk suara dan visual untuk memandu penyelamat, dan cocok

untuk digunakan oleh penyelamat awam dan profesional perawatan kesehatan. Ada

dua jenis AED yaitu fully automatic dan semi-automatic. Sebagian besar AED adalah

semi-otomatis, tetapi tersedia beberapa AED otomatis penuh. Semua AED

menganalisis ritme korban, menentukan kebutuhan akan kejutan, dan kemudian

memberikan kejutan. AED semi-otomatis mengirimkan kejutan listrik ketika ada

instruksi dari operator.4

2.5 Pedoman Pengunaan AED

Direkomendasikan agar AED yang digunakan (mis., Gedung besar, pusat

perbelanjaan, atau rumah) disimpan di dekat telepon. Ini memungkinkan penyelamat

untuk mengaktifkan sistem emergency medical service (EMS) (dengan menelepon

911 atau nomor telepon darurat lain yang sesuai) dan mengambil AED dengan cepat.

Posisikan AED dekat dengan telinga korban yang di posisikan terlentang. Dengan

melakukan protokol defibrilasi dari sisi kiri korban memungkinkan akses yang lebih

baik ke kontrol AED dan penempatan bantalan elektroda yang lebih mudah. Posisi

sisi kiri juga memberikan ruang bagi penyelamat kedua untuk melakukan CPR dari

sisi kanan korban. Posisi ini, bagaimanapun, mungkin tidak dapat diakses di semua

9
pengaturan klinis. Posisi alternatif dan peran operator dapat digunakan dengan

kesuksesan yang sama.5

Langkah 1: Nyalakan AED

Langkah pertama dalam mengoperasikan AED adalah menyalakan daya (power). Hal

ini akan memulai perintah suara, yang Untuk menyalakan AED, tekan tombol

“power”.5

Langkah 2: Pasang bantalan elektroda

Buka dengan cepat dan pasang bantalan elektroda defibrilator monitor berperekat

langsung ke kulit dada korban. Pada beberapa model bantalan dan kabel telah

disambungkan sebelumnya ke AED. Perangkat lain mungkin memerlukan sambungan

antara kabel dan AED atau antara kabel dan bantalan elektroda. Tempatkan bantalan

elektroda di tepi kanan atas sternum (tepat di bawah klavikula) dan lateral dari puting

kiri, dengan tepi atas bantalan beberapa inci (kira-kira 7 cm) di bawah ketiak. osisi

bantalan elektroda yang benar sering diilustrasikan pada bantalan itu sendiri atau

bagian lain dari AED. Hentikan CPR sebelum memasang bantalan.5

10
Gambar 4. Penempatan elektroda

Jika korban tampak berkeringat, maka keringkan dada korban dengan kain

atau handuk sebelum memasang bantalan elektroda. Jika korban memiliki dada

berbulu, bantalan elektroda perekat dapat menempel pada rambut di dada, mencegah

kontak efektif dengan kulit dada dan menyebabkan impedansi transtoraks menjadi

tinggi. Masalah ini dapat diatasi dengan menekan kuat pada setiap bantalan atau dapat

pula dengan menghilangkan bulu dada dengan mencukur bagian dada di area bantalan

elektroda. 5

Langkah 3: Analisis ritme

Bebaskan penyelamat dan pengamat dari korban dan pastikan tidak ada yang

menyentuh korban. Untuk mencegah kesalahan artefak, hindari semua gerakan yang

mempengaruhi pasien selama analisis ritme. Di beberapa perangkat, operator

11
menekan tombol ANALYZE untuk memulai analisis ritme. Perangkat lain secara

otomatis memulai analisis saat bantalan elektroda dipasang ke dada. Analisis ritme

membutuhkan 5 hingga 15 detik, tergantung pada merek AED. Jika VF ada,

perangkat akan mengumumkannya melalui pesan yang ditampilkan, alarm visual atau

auditori, atau pernyataan sintesis suara yang menunjukkan adanya kejutan.5

Langkah 4 : Bebaskan korban dan tekan tombol “SHOCK”

Sebelum menekan tombol SHOCK, pastikan tidak ada yang menyentuh korban.

Selalu nyatakan dengan lantang pesan “Clear patient” seperti “I am clear, you are

clear, all is clear” atau lebih cukup dengan kata “Clear”. Pada saat yang sama

lakukan pemeriksaan visual untuk memastikan tidak ada orang yang bersentuhan

dengan pasien. Di sebagian besar perangkat, kapasitor mengisi daya secara otomatis

jika ritme yang dapat ditangani terdeteksi. Nada, pesan sintesis suara, atau lampu

menunjukkan bahwa pengisian telah dimulai. Pengiriman syok harus terjadi hanya

setelah korban dinyatakan “Clear”.5

Setelah kejutan pertama, jangan memulai ulang CPR. Beberapa model AED

mengharuskan penyelamat segera menekan tombol ANALYZE. Pada model lain,

AED secara otomatis akan memulai analisis ritme setelah pemberian kejutan. Jika VF

terus berlanjut, AED akan menunjukkannya, dan urutan “shock indicated” dan

“charge” akan diulang selama 1 detik, dan jika perlu dilakukan shock yang ketiga.

AED diprogram untuk menganalisis ulang ritme korban dan memberikan kejutan

12
secepat mungkin setelah setiap kejutan, dengan total 3 kejutan. Tujuan dari kelompok

atau rangkaian 3 guncangan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menangani ritme

yang dapat diberi kejutan secepat mungkin. Oleh karena itu, selama rangkaian 3

guncangan, penyelamat tidak boleh mengganggu atau mengganggu analisis cepat dan

pola guncangan. AED diprogram untuk berhenti setelah masing-masing kelompok 3

kejutan untuk memungkinkan 1 menit untuk CPR. Oleh karena itu, setelah 3

guncangan, periksa tanda-tanda sirkulasi dan bersiaplah untuk memberikan kompresi

dada dan lanjutkan kompresi dan ventilasi selama 1 menit.5

Gambar 5. Menggunakan defibrillator: a) Menempatkan elektroda di dada dan melakukan kompresi dada, b) Menekan tombol shock, pastikan untuk

tidak menyentuh korban

13
Gambar 5. Algoritma penggunaan AED

2.6 Outcomes setelah dilakukan defibrilasi

14
2.6.1 Pesan “Shock Indicated” : VF berulang

Jika tanda-tanda sirkulasi tidak kembali setelah 3 guncangan, penyelamat

harus segera melanjutkan CPR selama 60 detik. Setelah 60 detik sebagian besar

perangkat akan meminta pemeriksaan tanda-tanda sirkulasi. Apabila VF berlanjut,

maka berikan 3 ronde kejutan tambahan setelah analisis yang sesuai. Sediakan set 3

kejutan diikuti dengan 1 menit CPR sampai AED memberikan pesan "tidak ada

kejutan yang ditunjukkan" atau ACLS tersedia. Jangan memeriksa tanda-tanda

sirkulasi diantara 3 set kejutan, setelah guncangan 1 dan 2, 4 dan 5, 7 dan 8, dll.

Memeriksa tanda-tanda sirkulasi antara set kejutan akan menunda identifikasi cepat

dan guncangan pada VF persisten.5

2.6.2 Adanya pesan “No indication of shock”, Tanda Sirkulasi Tidak Ada

Ketika AED memberikan pesan “No indication of shock”, periksa tanda-tanda

sirkulasi, dan jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lanjutkan CPR. Apabila muncul 3

kali pesan “No indication of shock”, menunjukkan bahwa kecil kemungkinan ritme

berhasil didefibrilasi. Oleh karena itu, analisis ritme harus diulangi hanya setelah

interval 1 hingga 2 menit CPR. CPR kemudian harus dihentikan selama analisis

ritme. Tidak ada yang boleh menyentuh korban selama analisis.5-

2.6.3 Adanya tanda-tanda sirkulasi

15
Jika ada tanda-tanda sirkulasi, periksa pernapasan. Jika korban tidak bernapas,

berikan pernapasan dengan kecepatan 10 hingga 12 napas per menit. Jika korban

bernapas dengan cukup, tempatkan dia dalam posisi pemulihan. AED harus selalu

dibiarkan terpasang. Jika VF berulang, sebagian besar AED akan meminta

penyelamat untuk memeriksa tanda-tanda sirkulasi (atau “examine the patient”).

Perangkat kemudian akan mengisi daya secara otomatis dan menyarankan

penyelamat untuk memberikan kejutan tambahan.5

2.7Perawatan Setelah Defibrilasi Berhasil

Ketika tanda-tanda sirkulasi dan pernapasan kembali, letakkan pasien dalam

posisi pemulihan dan biarkan AED terpasang. Terus pantau korban. Banyak AED

memantau ritme secara terus menerus dan memberi tahu operator jika fibrilasi

berulang. Penting untuk sering-sering memeriksa pernapasan dan tanda-tanda

sirkulasi. Program AED harus berkoordinasi dengan sistem EMS setempat untuk

memastikan transfer perawatan yang lancar setelah kedatangan penyedia layanan

kesehatan BLS atau ACLS.5

BAB III

16
KESIMPULAN

AED (automated external defibrillator) adalah sebuah alat medis yang dapat

menganalisis irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk

mengembalikan irama jantung jika dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk

menolongorang yang mengalami henti jantung. Sebelum bantuan medis tiba,

pemberian bantuan RJP dan penggunaan alat AED pada orang dengan henti jantung

dapat menyelamatkan nyawanya. Alat ini biasanya dilengkapi dengan petunjuk visual

dan petunjuk suara untuk memandu penolong dalam menyelamatkan penderita. Oleh

karena itu, AED dapat digunakan oleh semua orang meskipun tidak memiliki latar

belakang medis.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Supriono, Dimas. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terkait Penggunaan Alat

Automated External Defibrilator (AED) Dengan Kesiapan Menolong Pada

Petugas Bandara Udara International Sultan Aji Muhammad Sulaiman

Sepinggan Balikpapan. Skripsi. 2018.

2. Estes, Mark. Automated External Defibrillators in the Public Domain.

Cardiology Patient Page. 2005. [Disitasi 5 Maret 2021]. Tersedia di

http://www.circulationha.org/

3. Liang, dkk. Automated External Defibrillators and Manual Defibrilattion.

Cardiopulmonary Resuscitation and Advanced Cardiac Life Support. Disitasi

5 Maret 2021]. Tersedia di https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-

s2.0-B9780323596046000869?scrollTo=%23hl0000600

4. Resuscitation Guidelines. The Use of Automated External Defibrillators.

2005. [Disitasi 5 Maret 2021]. Tersedia di

https://poliklinika-klapan.com/files/file/aed.pdf

5. American Heart Association. Part 4: The Automated External Defibrillator.

2000. . [Disitasi 5 Maret 2021]. Tersedia di

https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/circ.102.suppl_1.I-60

18

Anda mungkin juga menyukai