Anda di halaman 1dari 19

LIBRARY MANAGER

DATE SIGNATURE

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


DAN MEDIKOLEGAL REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2014
UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEFENCE WOUND

Oleh
Rambu K. B. F Kapita : 0908012865
Adelbertice Date Kotan : 0908012825
Resti Apriani Muzakkir : C11109377

Pembimbing :
dr. Ulfa C. Indiasari
Konsulen:
dr. Ulfa C. Indiasari

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASSANUDIN
MAKASSAR
2014

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


1) Rambu K. B. F Kapita : 0908012865
2) Adelbertice Date Kotan : 0908012825
3) Resti Apriani Muzakkir : C11109377
Judul Referat : Defense Wound

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2014

Supervisor Pembimbing

(dr. Ulfa C. Indiasari) (dr. Ulfa C. Indiasari)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………….……………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………….……………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN...........……………………..……………………………………. 3
2.1 Defenisi Defense Wound……………………………………………………………… 3
2.2 Mekanisme Defensi Wound (Luka Tangkis)…………….…………………………….. 3
2.3 Karakteristik Luka.…………………………………….……………………………..... 6
2.4 Identifikasi Luka...........................……………………………………………..……… 7
2.5 Ketentuan Hukum ...............................................……………………………..…......... 12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………....... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Deskripsi luka merupakan salah satu bagian yang sangat sering dijabarkan dan
didiskusikan dalam bagian kedokteran forensik dan medikolegal, karena dijelaskan
tanda-tanda trauma seperti luka terbuka baik yang disebabkan senjata tajam maupun
senjata tumpul, luka memar, luka lecet, dan lainnya. Dari luka-luka tersebut dapat
dilakukan pendeskripsian luka dimana dari sebuah luka saja dapat diketahui kapan
waktu terjadinya luka, bagaimana luka tersebut dapat terjadi, dan perkiraan luka
tersebut terjadi saat korban masih hidup atau sudah meninggal, oleh sebab itu ilmu
pendeskripsian luka merupakan hal yang sangat penting dan menarik untuk
dipelajari.1
Defense wound atau luka tangkis merupakan salah satu jenis luka yang dapat
dideskripsikan, luka tangkis dapat memberikan gambaran seperti beberapa jenis luka
yang telah disebutkan diatas (memar, lecet, terbuka, bahkan dapat memberikan
gambaran fraktur). Luka ini lebih mengarah kepada sebab terjadinya luka dimana
terjadinya luka ini biasanya diakibatkan usaha perlindungan diri dari korban dalam
menjauhi, menangkis, atau melindungi diri (bagian vital tubuhnya seperti kepala, atau
wajah) dari serangan luar (penyerang). Usaha perlindungan ini malah menyebabkan
bagian tubuh yang berusaha melindungi tersebut terkena atau mendapat jejas atau luka
tersendiri dibagian tersebut (biasanya daerah tangan bagian dalam atau luar). Luka
tangkis ini biasanya terjadi secara naluriah pada setiap orang yang mengatahui adanya
ancaman serangan traumatik ke arah dirinya, dan merupakan suatu tindakan
refeleks.1,3,2,5,6
Defense wound biasanya dterjadi pada kasus-kasus pembunuhan di rumah
(homicidal) data pada beberapa negara menyebutkan bahwa dari setiap kasus
pembunuhan di rumah pada koban selalu ditemukan adanya defense wound atau luka
tangkis tersebut, di Swedia mencatat angka ditemukannya luka tangkis pada setiap
kasus pembunuhan di rumah berkisar 61%. 2
Defense wound paling sering terjadi pada anggota gerak atas dibanding dengan
anggota gerak bawah dan punggung, hal ini mungkin dikarenakan refleks pada

4
anggota gerak atas lebih cepat selain itu daerah yang biasanya diserang seperti kepala,
wajah, maupun badan lebih mudah dilindungi menggunakan tangan (anggota gerak
atas). Sedangkan berdasarkan jenis luka yang sering terjadi pada defense wound yang
terbanyak yaitu luka terbuka menggunakan senjata tajam 65,6% (terbagi atas luka
sayat 52,2% dan luka potong 13,4%), luka lecet (abrasi) 13,4%, memar 12,2% dan
luka robek 8,8%. Pada luka tangkis yang diakibatkan luka senjata tajam tidak jarang
dapat sampai menyebabkan fraktur tulang bagian yang terkena. 1,2,3,4,5,6,

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Defense menurut Kamus Kedokteran Dorland adalah suatu perbuatan yang
ditujukan untuk melindungi seseorang terhadap cedera dan Wound adalah luka badan
yang disebabkan oleh cara fisik dengan terganggunya kontuinitas struktur yang
normal, jadi defense wound atau luka tangkis adalah luka yang didapatkan akibat
seseorang mempertahankan atau melindungi dirinya.7
Defense wound atau luka tangkis adalah luka atau cedera yang diakibatkan
oleh usaha perlindungan diri dari korban yang terjadi secara naluriah atau spontan
dalam usaha untuk menjauhi, menangkis, atau melindungi diri (bagian vital tubuhnya
seperti kepala atau wajah).1,3,4,5,6
Respon alami jika seseorang mendapat serangan adalah mencoba untuk
membela diri terhadap serangan yang ditimbulkan oleh penyerang. Dengan asumsi
bahwa korban dalam keadaan sadar. Beberapa korban, terutama yang sangat muda
atau yang sangat tua jarang memberikan reaksi pertahanan terhadap para pelaku
penyerangan. Hal ini dikarenakan kemampuan mereka yang terbatas. Beberapa
kondisi tidak ditemukan adanya luka pertahanan, hal ini dapat diamati pada korban
yang ditahan atau diikat,korban yang diserang pada saat tidur ataupun korban dibuat
tidak sadar sebelum penyerangan.Pada kasus dimana seseorang berada di bawah
pengaruh obat-obatan dan alkohol, hal ini juga dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk melindungi diri.2,3

2.2 Mekanisme Defense Wound (Luka Tangkis)


Mekanisme terjadinya sebuah atau beberapa luka tangkis terjadi melalui proses
refleks melindungi diri seseorang terhadap suatu ancaman dari luar. Pada tubuh,
lokasi kejadian luka tangkis kebanyakan pada bagian ekstremitas atau anggota gerak,
yang terutama anggota gerak atas, tidak jarang juga ditemukan di anggota gerak
bawah bahkan bisa juga terjadi area punggung namun sangat jarang.1,4,5,6
Luka tangkis pada regio tangan diakibatkan seseorang ingin melindungi area
vital tubuhnya seperti kepala, sekitar wajah, dan dada. Posisi orang atau korban

6
biasanya dalam keadaan berdiri atau duduk. Arah serangan bisa dari arah mana saja
terutama dari arah depan korban atau dalam jangkauan penglihatan korban, jenis
serangan berupa serangan yang bergerak (mekanis). Pada regio tungkai atau kaki
terjadinya luka tangkis tidak jauh berbeda mekanismenya bila ditinjau dari jenis
maupun arah serangan, yang membedakan adalah bagian vital yang ingin dilindungi
oleh korban biasanya adalah bagian perut korban, dan posisi korban biasanya dalam
posisi jatuh terduduk, atau tertidur, sehingga bagian kaki yang lebih muda untuk
dipakai melindungi dirinya dari datangnya serangan.1,3,4,5

Gambar 2.1. Adegan ini menggambarkan mekanisme untuk "luka tangkis". Luka tersebut
diakibatkan dari upaya untuk menangkis si penyerang. Korban mengangkat lengan bawah dan
tangan di depan tubuh.8

Gambar 2.2. Upaya untuk menangkis penyerang9

7
Proses terjadinya luka tangkis merupakan akibat dari gerak refleks dalam
melindungi diri dari ancaman, dimana pada gerak refleks, impuls melalui jalan
pendek atau jalan pintas, yaitu mulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian
diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung
(asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk
disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Pada kasus luka tangkis, impuls
ancaman serangan dari luar misalnya pisau yang diarahkan kepada korban, diterima
oleh reseptor berupa mata yang kemudian langsung diteruskan oleh saraf sensori
misalnya nervus optik, ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf asosiasi tanpa diolah
oleh otak, langsung dikirim ke saraf motor misalnya saraf-saraf pada otot fleksor
maupun ekstensor otot tangan, sehingga tangan langsung bergerak sebagai afektor
memberi gerakan menangkis, menangkap, dan melindungi bagian vital dari serangan,
akibat gerakan inilah yang menyebabkan terjadinya defence wound atau luka tangkis
karena serangan memang tidak mengenai organ vital yang dilindungi oleh gerak
refleks tapi terjadi cedera pada bagian tubuh yang melindungi.1,4,5
Berdasarkan mekanismenya terjadinya luka tangkis dibedakan atas dua, yaitu
aktif dan pasif, dimana aktif akibat gerakan menangkis atau menangkap serangan, dan
pasif akibat melindungi bagian vital. Tempat terjadinya luka pada luka tangkis yang
aktif biasanya pada daerah ventral tangan, sedang yang pasif biasanya pada bagian
dorsum dari tangan.1,4,5

Gambar 2.3. Gerakan aktif dalam usaha menangkis atau menagkap serangan 4-

8
Gambar 2.4. Gerakan pasif dalam usaha melindungi bagian vital4

2.3 Karesteristik Luka


Karakteristik dari luka tangkis adalah sebagai berikut.
1. Luka tangkis biasanya terdapat pada daerah dorsum tangan, belakang lengan
bawah, dan lengan atas jika seseorang mengangkat tangannya untuk melindungi
bagian tubuh yang vital seperti dada, kepala, dan leher.1,5,9
2. Luka tangkis yang terdapat didaerah telapak tangan dan permukaan ventral jari,
disebabkan karena seseorang beusaha unutk merebut senjata atau mencengkram
senjata.1,5,9
3. Frekuensi luka tangkis meningkat dengan sejumlah luka tusuk.5,9

Gambar 2.5. Luka tangkis pada dorsal dan palmar tangan5

9
Gambar 2.6. Karakteristik luka tangkis9

2.4 Identifikasi Luka


Dalam menentukan sebuah luka merupakan suatu luka tangkis yang utama yang
harus diperhatikan adalah luka tersebut setidaknya harus memiliki karakteristik dari
luka tangkis, paling utamanya yaitu lokasi luka dimana lokasi pada umumnya pada
area tangan baik ventral maupun dorsum.3,10 Dalam pendeskripsian lukanya
tergantung dari jenis luka yang ditemukan, dimana jenis luka yang ditemukan
biasanya menunjukan jenis kekerasan apa yang terjadi atau senjata jenis apa yang
digunakan. Jenis luka yang dapat ditemukan pada luka tangkis, berdasarkan jenis
senjata, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Luka yang ditimbulkan oleh kekerasan benda atau senjata tumpul:
1) Luka memar (Kontusio)
Luka memar adalah suatu daerah perdarahan di dalam jaringan lunak akibat
pecahnya pembuluh darah yang disebabkan oleh trauma tumpul. Tingkat
keparahan luka memar tidak hanya tergantung pada jumlah kekuatan yang
diterapkan, tetapi juga pada struktur dan vaskularisasi dari jaringan yang
terkena.Dengan demikian, memar lebih mudah terjadi di daerah yang tipis,
kulit longgar dan di daerah berlemak. Luka memar pada luka tangkis
biasanya disebabkan karena korban berusaha menangkis kepalan tangan
atau benda tumpul lainnya yang digunakan oleh penyerang.Pada orang
dengan kulit berwarna gelap, memar sulit dilihat sehingga lebih mudah
terlihat dari nyeri tekan yang ditimbulkannya.3,6

10
Gambar 2.7. Luka memar pada daerah punggung tangan yang terjadi saat menangkis serangan 10

2) Luka Lecet (Abrasi)


Abrasi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya
epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit
(dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika
abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan
dapatditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat
digunakan. Tanda yang pertamaadalah arah dimana epidermis bergulung,
tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman padaluka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.3,6,10

3) Luka Robek (laserasi)


Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak
begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh
bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami
indentasi.Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi
kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila

11
perdarahan terjadi terus menerus.Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya
diskontinuitaskulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang
berasal dari permukaan lukamaupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke
dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.1,3,6

Gambar 2.8. Luka tangkis dengan gambaran luka robek pada daerah punggung tangan1

b. Luka yang ditimbulkan oleh kekerasan benda atau senjata tajam:


1) Luka Iris (Incised Wound)
Luka iris adalah luka yang dihasilkan oleh senjata atau instrumen yang
tajam. Pisau adalah contoh klasik senjata yang dapat menimbulkan luka iris,
meskipun pada kenyataannya, instrumen dengan tepi yang tajam juga dapat
menimbulkan luka iris misalnya serpihan kaca, logam atau kertas. Tepi
yang tajam dari instrumen ditekan kedalam dan ditarik sepanjang
permukaan kulit, sehingga akan menghasilkan luka yang panjangnya
melebihi kedalamannya. Pada luka iris panjang dan kedalaman luka tidak
dapat memberikan informasi tentang jenis senjata yang digunakan. Pada
luka iris biasanya tidak terdapat jembatan jaringan.3,4,5

12
Gambar 2.9 Luka tangkis pada daerah lengan bawah dengan gambaran luka iris10

2) Luka Tusuk (Stab Wound)


Luka tusuk adalah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata
tajam. Pada luka tusuk kedalaman luka melebihi panjang luka. Tepi luka
biasanya tajam, tanpa abrasi atau memar. Senjata paling umum digunakan
untuk menghasilkan luka tusuk adalah pisau.3,4,5

Gambar 2.10. Salah satu contoh luka tusuk dengan pisau bermata tunggal10

13
3) Luka Bacok (Chop Wound)
Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul
yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar
misalnya kapak. Diamana yalat tersebut dapat memotong, merobek dan
menghancurkan tulang.3,4,5

Gambar 2.11.Luka tangkis di lengan korban akibat serangan dengan senjata tajam8

Jenis luka pada regio tangan selain luka yang muncul akibat luka tangkis (defense
wound), ada juga yang disebut hesitasion mark atau tanda luka iris percobaan pada
bunuh diri, dimana untuk membedakan diantara keduanya yaitu pada hesitasion mark
biasanya terdapat lebih dari satu karena akibat percobaan bunuh diri, penampakan
luka seperti luka iris, namun disamping hesitasion mark tersebut terdapat luka utama
di sekitar luka percobaan bunuh diri tersebut, luka ini biasanya timbul akibat keragu-
raguan korban untuk mengakhiri hidup. Luka tangkis biasanya terdapat satu atau
beberapa luka, namun jenis lukanya dapat bervariasi, tidak hanya luka iris, dan
terdapat luka lain di area atau regio tubuh lainnya.4,5,6

14
Gambar 2.12 Hesitation mark

2.5 Ketentuan Hukum


Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat membantu penyidik dalam
hal mencari keterkaitan timbulnya luka dengan adanya tindakan penganiayaan. Dalam
KUHP lebih banyak dipergunakan istilah penganiayaan. Berikut adalah beberapa
ketentuan hukum di dalam KUHP yang berhubungan dengan aspek hukum
traumatologi.11
 KUHP pasal 351
1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, yang bersalah dapat diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.Jika mengakibatkan mati diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
3) Dengan penganiayaan disamakan dengan merusak kesehatan.11
 KUHP pasal 90 luka berat berarti:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

15
2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
3) Kehilangan salah satu panca indera.
4) Mendapat cacat berat.
5) Menderita sakit lumpuh.
6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih.
7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.11
 KUHP pasal 352
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus
rupiah.11
 KUHP pasal 353
1) Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu dihukum
penjara selama-lamanya 4 tahun.11
 KUHP pasal 354
1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
penganiayaan beratdengan pidana penjara paling lama delapan tahun.11
 KUHP pasal 355
1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu
diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.11

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka karena


kelalaian atau disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “kejahatan terhadap tubuh atau
Misdrijven Tegen HetLijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu
kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose kejahatan
yang dilakukan karena kelalaian). Jenis kejahatan yang disengaja diatur dalam pasal
351-358, sedangkan jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam
pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati,
menjadi sakit sementara, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara” yang
tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena “salahnya”

16
diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian. Pasal 361
menambah hukumannya sepetiga lagi jika kejahatan ini dilakukan suatu jabatan atau
pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker, supir, dan
sebagainya. Dalam pasal- pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan dengan
sengaja merampas jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal
dalam istilah medis. Disinilah dokter berperan besar sekali sebagai saksi di depan
pengadilan. Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis dokter forensik maupun
ahli lainnya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.
Seseorang tidak dapat dihukum karena melakukan perbuatan pembelaan
darurat untuk membela diri atau orang lain atau hartanya dari serangan atau ancaman
yang melawan hukum. Hal ini diatur dalam Pasal 49 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”) yang berbunyi sebagai berikut:11
1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta Benda
sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang
sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum.
2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu,
tidak dipidana.
Pasal 49 KUHP tersebut mengatur mengenai perbuatan “pembelaan darurat”
atau “pembelaan terpaksa” (noodweer) untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat. Menurut pasal ini, orang yang
melakukan pembelaan darurat tidak dapat dihukum. Pasal ini mengatur alasan
penghapus pidana yaitu alasan pembenar karena perbuatan pembelaan darurat bukan
perbuatan melawan hukum.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Defense wound atau luka tangkis merupakan jejas atau luka yang ditimbulkan
akibat suatu upaya secara naluriah oleh korban untuk melindungi daerah vital pada
tubuhnya. Dalam mengidentifikasi suatu luka tangkis atau defense wound yang utama
luka tersebut harus memiliki karakteristik luka tangkis yang paling utama ialah
berdasarkan lokasi luka dimana pada luka tangkis biasanya terjadi pada anggota gerak
pada tangan bisa terjadi pada dorsum atau ventral tangan tergantung dari mekanisme
terjadinya luka apakah secara aktif yaitu menangkis atau menangkap ke arah
datangnya serangan senjata atau secara pasif dengan menggerakan tangan untuk
melindungi atau menutup area vital dari serangan benda atau senjata. Adanya atau
teridentifikasinya luka tangkis menandakan atau dapat memperkuat suatu kasus
masuk ke dalam kasus penganiyayaan yang telah diatur dalam perundang–undangan
dalam pasal 351-358 KUHAP dimana merupakan kasus yang disengaja, sedang yang
diakibatkan oleh kelalaian atau ketidaksengajaan diatur dalam pasal 359, 360, dan 361
KUHAP, terutama dalam 361 KUHAP apabila kelalaian terjadi saat melaksanakan
jabatan atau pekerjaan seperti dokter, perawat, tentara, polisi, supir hukuman dapat
ditambahkan sepertiga kali lipat.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Vij K, Garg A, Sandhu SS, Lageh S, Bakshi I. Medicolegal Implication of Defence


Wounds. In:J Punjab Acad Med Toxicol. 2012;12(1):54
2. Chattopadhyay S, Sukul B. Pattern of Defense Injuries Among Homocidal Victims.
Egyptian Jounal of Forensic Sciens. 2013. 3, 81-84
3. Payne-James J, Crane J, Hinchliffe JA. Injury Assessment, Documentation, and
Interpretation. In: Stark MM, editor. Clinical Forensic Medicine A Physician's Guide.
2 ed. New Jersey: Humana Press; 2000. p.147-8.
4. Lew E, Matshes E. Sharp Force Injuries. In: Dolinak D, Matshes EW, Lew EO,
editors. Forensic Pathology Principles and Practice. USA: Elsevier Academic Press;
2005. p. 149-50, 155.
5. James JP, Vanezis. Sharp and Cutting-Edge Wound. In: Encyclopedia of Forensic and
Legal Medicine. Elsevier B.V. 2005. 119-129
6. Shkrum Mj, Ramsay DA. Blunt Trauma Wound. In: Forensic Science and Medicine:
Forensic Pathology of Trauma: Common Problems for the Pathologist.
Totowa:Humana Press Inc.2001.p.357-61, 377-78
7. Kamus saku kedokteran Dorland. Ed. 25 ed. Jakarta: EGC; 1998.
8. Gray T. Defense wound. USA: The University Of Utah Eccles Health Sciences
Library; 2012 [updated 2012; cited 3/6/2014]; Available from: www.library.me
d.utah.edu.
9. Jones R. Defence Wounds. United Kingdom; 2012 [updated 2014; cited 2014
4/6/2014]; Available from: www.forensicmed.co.uk.
10. DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology. In: DiMaio VJ, DiMaio D, editors.
Wounds Caused by Pointed and Sharp-Edged Weapons. 2 ed. New York: CRC Press;
2001. p. 110-11,117-19,123,127
11. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

19

Anda mungkin juga menyukai