Anda di halaman 1dari 3

RHINITIS SICCA

Rhinitis Sicca atau secara umum disebut ‘dry nose’ adalah masalah yang agak sering
melibatkan banyak orang. Ahli THT sering menggunakan istilah ‘Rinitis Sicca’ atau ‘Rhinitis
kering’, meskipun tidak ada definisi yang jelas.(14)
Rhinitis Sicca terutama terjadi pada orang tua, dengan faktor yang memicu seperti bekerja
pada lingkungan berdebu, panas dan kering, juga pada penderita anemia, peminum alkohol dan
gizi buruk.(11)
o Gejala klinis
Banyak gejala selama hidung kering yang dapat ditemui, mulai dari sensasi subjektif hidung
kering dan gatal hingga rasa terbakar ringan, hidung tersumbat, krusta yang terkait dengan bau
tidak sedap, epistaksi dan penciuman berkurang. Rhinitis Sicca anterior berarti peradangan kronis
di daerah bagian anterior hidung, mempengaruhi bagian anterior dan kaudal septum dan atau
vestibulum hidung lateral. Faktor mekanik serta iritasi lingkungan menyebabkan pembentukkan
krusta. Dalam kasus yang jarang terjadi, terdapat bau karena kolonisasi bakteri dari formasi
krusta.(14)
o Pengobatan
Pengobatan Rhinitis Sicca melibatkan terutama untuk mengeliminasi faktor pencetus,
melembabkan, minum dalam jumlah yang cukup tiap harinya, pembersihan krusta, perawatan
mukosa dan menghambat terjadinya infeksi atau dalam kasus yang jarang eliminasi ruang
endonasal yang overlarge. Pengobatan utama untuk Rhinitis Sicca terdiri dari humadifikasi dari
hidung, terutama lendir, terfokus pada mencuci kemungkinan pemicu inflamasi dan penerapan
lapisan pelindung pada lendir. Irigasi hidung dan semprotan saline nasal mencuci pemicu inflamasi
secara langsung dan mencapai peningkatan clearance mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi
denyut silia.
Salep hidung sebagian besar termasuk gliserol mengembangkan efek melembabkan dan
proteksi hidung dari kehilangan air. Minyak konsentrasi rendah juga memiliki efek
menguntungkan pada frekuensi denyut silia. Efektivitas dexpanthenol, analog alkohol asam
pantotenat dalam pengobatan Rhinitis Sicca tersebar luas dan telah terbukti secara klinis.
Penggunaan ectoine dalam saline berbasis semprot hidung bisa menjadi pendekatan
terapi berguna untuk pasien yang menderita sindrom hidung kering. Selain
itu pendekatan kombinasi dapatditerapkan,misalnya, dari ectoine dan dexpanthenol. Efek gabung
an dari ectoine dan dexpanthenol sudah digunakan dalam bidang dermatologi dan menjanjikan
efek kombinasi yang berguna untuk pengobatan rhinitis sicca dengan menggunakan ectoine dan
dexpanthenol nasal spray, efek pelembab dan regenerasi pendukung dari kedua senyawa bisa
membantu kemungkinan penyembuhan luka dan mencegah sumbatan hidung, selain pengurangan
gejala primer
RHINITIS DIFTERI
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae, dapat terjadi primer pada hidung
atau sekunder dari tenggorok, dapat ditemukan dalam keadaan akut atau kronik. Dugaan adanya
Rhinitis Difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap.
Penyakit ini semakin jarang ditemukan, karena cakupan program imunisasi yang semakin
meningkat.(4)

o Gejala klinis
Gejala rhinitis difteri akut adalah demam, toksemia, terdapat limfadenitis dan mungkin ada
paralisis otot pernapasan. Pada hidung ada ingus yang bercampur darah, mungkin ditemukan
pseudomembran putih yang mudah berdarah, dan ada krusta coklat di nares anterior dan rongga
hidung. Jika perjalanan penyakitnya menjadi kronik, gejala biasanya lebih ringan dan mungkin
dapat sembuh sendiri, tetapi dalam keadaan kronik, masih dapat menulari.(4)
o Diagnosis
Pada pemeriksaan hidung didapatkan ingus bercampur darah, mungkin ditemukan
pseudomembran putih yang mudah berdarah di konka inferior dan sekitarnya, krusta coklat di
nares dan cavum nasi. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan kuman dari sekret
hidung.(4)
o Terapi
Sebagai terapi diberikan ADS, penisilin lokal dan intramuskuler. Pasien harus diisolasi sampai
hasil pemeriksaan kuman negatif.(4)
RHINITIS SIFILIS
Penyakit ini sudah jarang ditemukan. Penyebab rhinitis sifilis ialah kuman Treponema
pallidum. Pada Rhinitis Sifilis yang primer dan sekunder, gejalanya serupa dengan Rhinitis Akut
lainnya, hanya mungkin dapat terlihat adanya bercak atau bintik pada mukosa. Keterlibatan hidung
dengan sifilis terutama terjadi pada tahap tersier. Manifetasi ini dengan adanya gambaran infiltrasi
gummata atau dengan penyebaran infiltrasi gummata pada rongga hidung. Pada rhinitis sifilis
tersier dapat ditemukan gumma atau ulkus, yang terutama mengenai septum nasi dan dapat
mengakibatkan perforasi septum.(4) Jika tidak diobati, penyakit ini menyebabkan kerusakan
progresif dari jaringan sekitarnya, dan kerusakan tulang akhirnya dapat terjadi.(12)
o Diagnosis
Pada pemeriksaan klinis didapatkan sekret mukopurulen yang berbau dan krusta.
Mungkin terlihat perforasi septum atau hidung pelana. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan mikrobiologik dan biopsi.(4)
o Terapi
Sebagai pengobatan diberikan Penisilin dan obat cuci hidung. Krusta harus dibersihkan
secara rutin.(4)

Daftar Pustaka

4. Soepardi Efiaty, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2007. Edisi Keenam. Hal 139-142
11. Penyakit Hidung. Sub Bagian Rinologi THT. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2001. Diunduh dari: ocw.usu.ac.id/course/.../111.../sss20102011_slide_penyakit_hidung.pdf
14. Sonnemann Uwe, Olaf Scherner, Nina Werkhauser. Treatment of Rhinitis Sicca Anterior With
Ectoin Containing Nasal Spray. Journal of Allergy Volume 2014. Diunduh dari:
http://www.hindawi.com/journals/ja/2014/273219/

Anda mungkin juga menyukai