BAB I
PENDAHULUAN
Saraf optik merupakan saraf otak kedua atau Nervus II yang meneruskan
rangsangan pengelihatan dari retina ke otak. Serabut saraf dari retina berjalan dalam
saraf optik masuk ke korteks visual primer. Saraf optik terdiri atas 1,2 juta akson
serabut saraf yang berasal dari 100 juta fotoreseptor di retina. Apabila terjadi
kelainan pada saraf optik ini, tentu saja akan terjadi gangguan dari pengelihatan.
Kelainan pada saraf optik dapat terjadi pada retina, papil saraf optik, kiasma optik,
traktus optik, dan nucleus ganglion genikulatum. Kelainan-kelainan pada saraf
optik antara lain neuropati optik, neuritis optik, iskemik optik neuropati, defisiensi
optik neuropati, neurorenitis, papil edema, dan pseupapil edema.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Neuritis optik dapat disebabkan oleh banyak hal, namun yang tersering
adalah penyakit demielinatif. Penyebab lain dari neuritis optik antara lain
diperantarai-imun, infeksi langsung, neuropati optik granulomatosa, penyakit
peradangan sekitar, gangguan vaskular, imbalans nutrisi dan metabolic, herediter,
reaksi toksik, trauma, dan efek samping dari obat-obatan. Penyakit demielinatif
yang dapat menyebabkan neuritis optik antara lain sclerosis multiple, neuromielitis
optika (penyakit Devic) dan idiopatik. Penyebab neuritis optik yang diperantarai-
2
3
imun antara lain neuritis optik pasca infeksi virus (mumps, morbili), pasca
imunisasi, ensefalomielitis diseminata akut, polineuropati idiopatik akut, lupus
eritematosus sistemik. Infeksi langsung yang dapat menyebabkan neuritis optik
antara lain infeksi herpes zoster, sifilis, tuberculosis, crytococcosis, dan
cytomegalovirus. Peradangan sekitar yang dapat menyebabkan neuritis optik antara
lain peradangan intraocular, penyakit orbita, penyakit sinus dan penyakit
intracranial. Gangguan vaskular yang dapat menyebabkan neuritis optik antara lain
arteritis temporal dan oklusi arteri retina sentral. Penyakit herediter yang dapat
menyebabkan neuritis optik adalah neuropatik optik herediter Leber. Reaksi toksik
yang dapat menyebabkan neuritis optik diakibatkan oleh tembakau, methanol, kina,
arsen dan salisilat.
2.3 Patofisiologi
3
4
Manifestasi klinis dari papillitis terbagi menjadi dua yaitu akut dan kronik.
Pada manifestasi akut diawali dengan timbulnya gejala yang dirasakan pada satu
mata (monokular), kemudian pada mata yang lainnya baik secara simultan maupun
berlangsung cepat (Osborne, B, 2016). Manifestasi klinis tersebut antara lain
adalah, gejala nyeri yang dirasakan pada pasien. Nyeri ini biasa timbul saat pasien
menggerakan bola mata nya. Nyeri diikuti dengan adanya penurunan ketajaman
penglihatan. Penurunan tajam penglihatan ini dapat berlangsung dalam hitungan
jam maupun hari, dan memuncak dalam 1-2 minggu. Visus dapat mengurangi
persepsi cahaya dimana pasien mengeluh adanya pandangan kabur, kesulitan
membaca, adanya bintik buta, dan menurun atau hilangnya persepsi terhadap
warna.
4
5
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging), untuk melihat nervus optikus dan korteks
serebri. Hal ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multiple
3. Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah, Dilakukan untuk melihat adanya proses
infeksi atau inflamasi.
2.6 Diagnosis
Riwayat yang khas juga dirasakan yaitu apakah terdapat nyeri oribital saat
bola mata digerakkan. Selain itu apakah pasien merasakan kehilangan terhadap
persepsi warna. Perlu ditanyakan juga apakah gejala yang timbul semakin berat
dengan adanya aktivitas. Melalui anamnesis pula ditanyakan apakah pasien
memiliki riwayat terinfeksi virus seperti infeksi saluran pernapasan,
gastrointestinal, dan lainnya. Perlu juga ditanyakan apakah terdapat gejala fokal
neurologis seperti mati rasa atau numbness dan kesemutan pada ekstremitas.
5
6
Uji konfrontasi untuk melihat ada tidaknya defek lapang pandang. Tipe-tipe
gangguan lapang pandang dapat berupa: skotoma sentrosekal, kerusakan gelendong
saraf parasentral, kerusakan gelendong saraf yang meluas ke perifer, kerusakan
gelendong saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja.
Selan itu pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan buta warna (ishihara).
Jika ada biasanya gangguan terjadi pada penglihatan warna merah. Pemeriksaan
funduskopi dilakukan untuk melihat apakah adanya pembengkakan atau perdarahan
pada retina atau saraf optik (Morganda,R. 2014).
Diagnosis banding pada papillitis atau neuritis optik adalah neuropati optik.
Perbandingannya adalah pada neuropati optik gejala visusnya adalah defek akut
lapangan pandang terutama altitudinal. Tidak ditemukan gejala nyeri pada bola
mata saat digerakkan maupun nyeri pada daerah orbita.
6
7
itu juga tidak ditemukan adanya rasa nyeri pada pergerakkan bola mata. Pada uji
lapang pandang sering ditemukan titik buta yang lebih lebar.
2.8 Penatalaksanaan
7
8
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Mata Kiri Kabur
Autoanamnesa
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP Prof RD Kanodu dengan keluhan
kedua mata kiri kabur. Keluhan mata kiri kabur sudah dirasakan sejak 3 hari
sebelum MRS. Mata kabur dikatakan muncul mendadak saat pasien sedang
mengendarai motor. Selain itu, pasien juga mengeluhkan sedikit nyeri yang hilang
timbul bola matanya terutama apabila digerakkan. Saat ini nyeri sudah tidak
dirasakan. Pasien mengatakan pesien belum pernah mengalami penyakit mata
sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, kencing manis, dan
penyakit jantung disangkal. Riwayat trauma juga disangkal. Riwayat alergi dan
penggunaan kaca mata maupun lensa kontak juga disangkal oleh pasien. Riwayat
pengobatan sebelumnya, disangkal.
Riwayat penyakit keluarga, dikatakan pada keluarga pasien tidak ada
anggota keluarga yang menderita keluhan yang serupa.. Riwayat sosial, pasien
merupakan seorang pekerja lapangan yang sering beraktivitas di luar gedung.
Pasien juga sering menggunakan laptop dalam melakukan pekerjaan sehari -hari .
8
9
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit, regular, isi cukup
Laju respirasi : 20x/menit, regular
Suhu aksila : 36,50C
Status Ophthalmology
OD OS
9
10
10
11
Follow Hari II
OD OS
11
12
OD OS
Penatalaksanaan
Medikamentosa
• Methyl prednisolon inj 2 x 500 mg (3 hari)
• Ranitidin inj 2 x 50 mg
• Nerva Plus 1x1
• Mecobalamin 2x500 mg
• Rawat jalan
• Lanjut terapi oral Prednisolone 1mg/kg/hari oral (11 hari)
12
13
Follow up hari ke 10
OD OS
13
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis dengan optic disc swelling ec papilitis karena dari
anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kirinya kabur secara mendadak
3 hari sebelum masuk rumah sakit dan adanya keluhan nyeri di daerah mata yang
bersifat hilang timbul terutama saat di gerakan Hal ini sudah sesuai dengan literatur
yaitu salah satu keluhan yang dialami oleh pasien dengan Papilitis adalah
pandangan kabur mendadak pada satu mata (monocular). Adanya penurunan
ketajaman penglihatan yang dapat berlangsung dalam hitungan jam maupun hari,
dan memuncak dalam 1-2 minggu. Hal ini dikatakan karena proses pembentukan
kelenjar myelin dan proliferasi saluran natrium di segmental-segmental saraf telah
dimulai dan dapat bertahan lebih dari dua tahun. Pada riwayat sosial, pasien
merupakan seorang pekerja lapangan yang bekerja di luar gedung sehingga sering
terpapar sinar matahari.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa visus menurun pada mata kiri
sedangkan palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan dan iris dalam batas
normal. Namun, terdapat middilatasi pada pupil di mata kiri pasien. Relative
afferent papillary defect (RAPD) ditemukan pada mata kiri. Pada pemeriksaan
funduskopi, ditemukan pada mata kiri pasien papil batas tidak tegas, CDR cbe
hiperemis, aa/vv 2/3 vena turtous. Retina dalam kondisi yang baik dan reflek
makula (+) pada kedua mata pasien. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa pada kasus papilitis disertai dengan penurunan tajam
penglihatan, adanya defek pupil aferen yaitu pupil berdilatasi karena tidak adanya
dorongan aferen pada refleks cahaya, serta perdarahan peripapil. Terapi yang
diberikan kepada pasien terdiri atas terapi medikamentosa dan juga edukasi. Terapi
medika mentosa yang diberikan terdiri atas: Methyl prednisolon inj 2 x 500 mg
selama 3 hari dan di lanjutkan dengan prednison oral 1 mg/kgbb/hari selama 11 hari
untuk menurunkan progresivitas Multiple Sclerosis selama 3 tahun. Terapi steroid
hanya mempercepatkan pemulihan visual tapi tidak meningkatkan hasil pemulihan
pandangan visual. Vitamin B 1 x 1 dan mecobalamin 2x1 tab untuk memperbaiki
nutrisi pada saluran neuron optik,. Hal ini sudah sesuai dengan literature yang
menyebutkan bahwa menurut neuritis optikus Treatment Trial (ONTT), pengobatan
14
15
15
16
BAB V
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa visus menurun pada mata kiri dan
terdapat middilatasi pada pupil di mata kiri pasien. Relative afferent papillary defect
(RAPD) mata kiri pasien. Pada pasien ini direncanakan pemeriksaan MRI untuk
melihat nervus optikus dan korteks serebri yang dilakukan terutama pada kasus-
kasus yang diduga terdapat sklerosis multipel.
Terapi yang diberikan kepada pasien terdiri atas terapi medikamentosa dan
juga edukasi. Terapi medika mentosa yang diberikan terdiri atas: Methyl
prednisolon inj 2x 500 mg di lanjutkan dengan prednison oral 1 mg/kgbb/hari
selama 11 hari untuk menurunkan progresivitas Multiple Sclerosis selama 3 tahun.
Terapi steroid hanya mempercepatkan pemulihan visual tapi tidak meningkatkan
hasil pemulihan pandangan visual. Vitamin B complex 1 x 1 tab dan mecobalamin
2 x1 untuk memperbaiki nutrisi pada saluran neuron optik,
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2014. Saraf Optik. Dalam: Ilyas S, penyunting. Ikhtisar Ilmu
Penyakit Mata, Edisi pertama. Jakarta, Balai Penerbit FK UI,
hal: 209-222
Sherwood, Lauralee. 2012. Sistem Saraf Tepi: Divisi Aferen; Indra Khusus.
Dalam: Sherwood L, penyunting. Fisiologi Manusia: Dari Sel
ke Sistem, Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal: 210-231
17