Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB I TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 1
1.1 Pendahuluan ............................................................................... 1
1.2 Definisi Skabies.......................................................................... 2
1.3 Sinonim ...................................................................................... 2
1.4 Epidemiologi Skabies ................................................................. 2
1.5 Etiologi ....................................................................................... 2
1.6 Patogenesis ................................................................................. 3
1.7 Patofisiologi ............................................................................... 4
1.8 Manifestasi Klinis ...................................................................... 5
1.9 Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 9
1.10 Diagnosa ................................................................................... 11
1.11 Diagnosa Banding .................................................................... 12
1.12 Penatalaksanaan ....................................................................... 14
1.13 Komplikasi ............................................................................... 17
1.14 Preventif ................................................................................... 17
1.15 Komplikasi………………….………………………………..17

BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................................ 19


2.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 19
2.2 Anamnesis ............................................................................................... 20
2.2.1 Keluhan Utama ................................................................................ 20
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang ............................................................. 20
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu ................................................................ 20
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga ............................................................. 21

i
2.2.5 Riwayat Alergi ................................................................................. 21
2.2.6 Riwayat Pengobatan ........................................................................ 21
2.2.7 Riwayat Sosial & Kebiasaan ........................................................... 21
2.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 21
2.3.1. Status General .............................................................................. 21
2.3.2. Status Dermatologis ..................................................................... 22
2.3.3. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 22
2.4 Resume.................................................................................................... 22
2.5 Diagnosis ................................................................................................ 23
2.6 Diagnosis Banding .................................................................................. 23
2.7 Planning .................................................................................................. 23
2.7.1 Diagnosa : - .............................................................................. 23
2.7.2 Terapi : .................................................................................... 23
2.7.3 Edukasi : ................................................................................... 23
2.8 Prognosis ................................................................................................. 24
FOTO KASUS....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 27

ii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Skabies adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh tungau Sarkoptes skabiei var

hominis. Penularannya dilakukan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung

dan tidak langsung, biasanya yang mengakibatkannya disebabkan kontak kulit ke

kulit, seperti orang tua dengan anak kecil, aktivitas seksual, dan juga kepadatan

penduduk. Meskipun tungau skabies belum terbukti menularkan patogen yang

signifikan, risiko yang diekskresikan meningkatkan intensitas yang berkaitan dengan

infeksi, dan fakta bahwa 300 juta orang dapat terkena dampak di seluruh dunia setiap

tahunnya, membuat skabies menjadi masalah kesehatan yang signifikan.(1)

Pengetahuan dasar tentang penyakit ini dicetuskan oleh Von Hebra, bapak

dermatolongi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada

tahun 1687, kemudian mellanby melakukan percobaan induksi pada relawan

selama perang dunia II. Skabies dari Bahasa latin scabere, yang artinya to scratch,

dulu dikenal sebagai gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit menular yang menyerang

manusia dan binatang. Dalam Klasifikasi WHO dikelompokkan sebagai water-

related disease. Penyebabnya adalah Sarkoptes skabiei, yaitu kutu parasit yang

mampu menggali terowongan dikulit dan menyebabkan rasa gatal.(2)

1
1.2 Definisi Skabies

Skabies merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh tungau sarkoptes skabiei,

penularan utamanya melalui kontak langsung kulit ke kulit, yang ditandai rasa gatal

dan khasnya terdapat bentukan terowongan superfisial.(3)

1.3 Sinonim

The itch, sky-bees. Gudik, budukan, gatal agogo(2)

1.4 Epidemiologi

Skabies merupakan masalah kesehatan masyarakat dibanyak negara kurang

berkembang. Di beberapa daerah di Amerika Selatan dan Tengah, prevalensi sekitar

100%. Di Bangladesh, jumlah anak-anak dengan skabies melebihi anak-anak dengan

penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan.(4)

1.5 Etiologi

Penyebab penularan skabies diperoleh melalui kontak fisik dengan individu lain

yang memiliki infeksi penyakit tersebut, misalnya dengan memegang tangan

merupakan cara penyebaran yang sering terjadi. Bisa terjadi pada semua usia,

biasanya pada anak-anak dan dewasa muda, Namun pada lingkungan yang

higienitasnya tinggi sangat kecil kemungkinan untuk terkena penyakit ini. Tungau

sarkoptes skabiei betina bersembunyi di lapisan epidermis. Kemudian tungau jantan

akan membuahi betina dilapisan tersebut. Awalnya, manusia yang terinfeksi tidak

mengetahui adanya tungau tersebut di kulitnya, tetapi setelah periode 4-6 minggu,

hipersensitivitas terhadap tungau atau telurnya mulai berkembang, dan mulai terasa

gatal.(5)

2
Semua tahap perkembangan dari skabies hanya menggali ke lapisan epidermis

tidak sampai ke stratum granulosum, kemudian menyimpan tinja di terowongan (Gbr.

28-16). Masa hidup skabies betina 4 hingga 6 minggu. dengan bertelur 40 hingga 50

telur. Bertelur 3 butir per hari di terowongan, telur menetas dalam 4 hari. Kemudian

tungau akan meninggalkan terowongan pada malam hari, dan akan bertelur di siang

hari. Larva yang menetas akan bermigrasi ke permukaan kulit dan menjadi dewasa.

Skabies betina yang hamil akan kembali ke stratum korneum, dan menjadi infertil,

kemudian skabies jantan akan mati.(4)

1.6 Patogenesis

Siklus hidupnya setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, tungau

jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan

yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali

terowongan dalam stratum korneum dengan kedalaman 2-3 milimeter sehari sambil

meletakkan 2 hingga 50 telur. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat bertahan

hidup selama satu bulan. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari

dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

3
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang

mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup

mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Aktivitas sarkoptes skabiei didalam kulit menyebabkan rasa gatal dan

menimbulkan respon imunitas seluler dan humolar serta mampu meningkatkan igE

baik serum maupun dikulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies

sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak

langsung melalui berbagai benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal, handuk

dsb). Tungau skabies dapat hidup diluar tubuh manusia selama 24-36 jam. dapat

ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom, karena kontak

melalui kulit diluar kondom.

Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi

terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit akan menyerupai dermatitits dengan

ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul

erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.(2)

1.7 Patofisiologi

Sarkoptes skabiei merupakan parasit obligat pada manusia yang menyelesaikan

seluruh siklus hidupnya selama 30 hari pada epidermis. Betina yang sudah

terfertilisasi berjalan didalam epidermis dan meninggalkan terowongan yang berisi

60-90 telur dan feses (scybala). Telur menetas menjadi larva lalu matur menjadi

nimfa dan dewasa. Ruam dan gatal dari skabies merupakan hasil dari reaksi

4
hipersensitivitas terhadap tungau dan detritusnya. Periode inkubasi dari infestasi

hingga menjadi gatal dapat bervariasi dari hari hingga bulan. Pada awal mula

individu terinfestasi, biasanya memerlukan 2-6 minggu untuk menjadi tersensititasi

dan menunjukkan gejala, namun pada individual yang memiliki hipersensitivitas

dapat mulai mengalami gatal dalam 1-3 hari. Pada beberapa individual yang

terinfestasi bisa tidak mengalami hipersensitivitas terhadap tungau, dan tidak

menunjukkan gejala atau keluhan, tapi tetap dapat mentransmisikan infeksi tungau

tersebut, orang tersebut disebut karier asimtomatik.(1)

1.8 Manifestasi Klinis

Berdasarkan anamnesis, pruritus yang intens merupakan keluhan utama pada

pasien, gatal yang berlebihan dirasakan pada malam hari, dan pada anak kecil merasa

terganggu saat tidurnya, gejala yang sama biasanya dirasakan seluruh anggota

keluarga. Pada pemeriksaan biasanya terdapat dermatitis papular yang tidak jelas.

Efloresensi yang sering ditemukan adalah papula, vesikel, pustula, dan nodul.

biasanya terdapat pada tubuh , lengan, tangan, dan pada alat kelamin orang dewasa

(Gambar 13-2 dan 13-3). Pada bayi dan anak-anak biasanya terdapat dikepala, leher,

dan kaki (Gambar 13-4 dan 13-5). Bentukan terowongan yang pendek, berkelok-

kelok merupakan patogonomi skabies yang biasanya terlihat pada pergelangan

tangan, jaringan jari, dan sela jari (Gambar 13-1 dan 13-3).(1)

5
6
Pasien yang menderita skabies mengeluh gatal, yang biasanya lebih buruk di

malam hari. Ada dua jenis lesi kulit yang khas pada skabies, yaitu bentukan

terowongan dan ruam, Bentukan terowongan ditemukan terutama di tangan dan kaki,

dan sela-sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan juga punggung kaki. Pada

bayi dan lanjut usia, bentukan terowongan sering ditemukan dikepala serta leher.

Lokasi tersebut jarang ditemukan pada individu yang lebih muda dan sehat. Setiap

bentukan terowongan memiliki panjang beberapa milimeter, biasanya berkelok-

kelok, dengan titik gelap di ujungnya, dan sering disertai oleh eritema ringan yang

berdekatan dengan bentukan terowongan (Gambar 6.1). Bentukan terowongan juga

terdapat pada genitalia pria, biasanya terdapat papula inflamasi pada penis dan

skrotum, hal tersebut merupakan patogonamik skabies.(5)

7
Varian Skabies :

 Skabies nodular terdapat beberapa nodul pruritus berwarna kemerahan

yang biasanya terlihat pada ketiak, selangkangan, dan genitalia pria.

Skabies nodular merupakan reaksi hipersensitivitas yang biasanya terjadi

setelah infestasi skabies yang berhasil diobati, dan tidak terindikasi infeksi

aktif.

8
 Skabies bullosa terdapat bentukan bula pada telapak tangan dan telapak

kaki bayi, skabies bulosa merpakan erupsi bulosa yang meluas, biasanya

terdapat pada orang lanjut usia. Sulit dibedakan dengan pemfigoid bulosa.

 Skabies (Norwegia) Krusta ditandai timbulnya krusta yang tebal dan

berskuama, sulit dibedakan dengan psoriasis. Skabies berkrusta biasanya

memengaruhi individu yang mengalami gangguan sistem imun, lanjut usia,

cacat, atau lemah. Pasien-pasien ini tidak menunjukkan gatal dan garukan

yang pasti, biasanya terinfestasi dengan ribuan tungau. Mereka sangat

menular.(1)

1.9 Pemeriksaan Penunjang

MIKROSKOP : predileksi tertinggi dalam mengidentifikasi tungau adalah pada

bentukan terowongan yang khas pada jaringan jari, pergelangan tangan, dan penis.

Minyak mineral diteteskan di atas bentukan terowongan, kemudian bentukan

terowongan tersebut dikerok, menggunakan pisau bedah, selanjutnya pisau bedah

digoreskan ke gelas objek mikroskop. Diagnostik skabies adalah dengan

9
menemukan tiga temuan yaitu tungau skabies, telur tungau skabies, dan tinja skabies

(scybala) (Gbr. 28-24).

DERMATOPATOLOGI : Tungau betina terletak didalam stratum korneum

sedangkan telur terletak di ujung bentukan terowongan.(4)

Adanya telur tungau, atau scybala dalam pemeriksaan penunjang dapat

menegaskan diagnosis (gambar 13-6, dan 13-7). Melakukan pengerokan kulit untuk

mengambil spesimen skabies tidak selalu mudah, karena bisa melukai pasien,

terutama jika pasien tersebut adalah anak yang selalu menggeliat karenanya, teknik

identifikasi lain yang disarankan yaitu dermoscopy sudah terbukti menjadi alat yang

sensitif untuk identifikasi tungau. Metode lain adalah menerapkan perekat dengan

kuat ke terowongan, kemudian menariknya dengan cepat dan meletakannya di gelas

objek untuk identifikasi mikroskopis. Pemeriksaan ini terbukti murah, mudah dan

cara yang sensitif untuk mengidentifikasi isi dari bentukan terowongan.(1)

10
1.10 Diagnosa

Diagnosa klinis dapat ditegakkan dari anamnesa pasien yang mengeluh gatal yang

berlebihan, biasanya pada anak kecil dia merasa terganggu tidurnya dan pada orang

dewasa akan mengeluh gatal berlebihan saat malam hari, dan biasanya seluruh

anggota keluarga akan mengalami gejala yang sama.

Diagnosa dari pemeriksaan fisik skabies adanya papula pruritus yang intens,

vesikel atau bentukan terowongan di sela jari, pergelangan tangan, payudara, ketiak,

perut, atau alat kelamin. Pada anak-anak, lesi dapat berada di lokasi mana pun

termasuk kepala, leher, atau kaki.(1)

Diagnosa dari pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menemukan

tungau atau telur secara mikroskopis. Untuk melakukan ini, bentukan terowongan

harus ditemukan lebih dulu, dan tindakan ini biasanya membutuhkan keahlian. Harus

dalam keadaan cahaya yang baik, biasanya dapat ditemukan ditangan dan kaki, Kaca

pembesar atau dermatoskop akan sangat membantu. Setelah bentukan terowongan

yang dicurigai sudah ditemukan, bentukan terowongan tersebut harus dikerok dengan

lembut menggunakan ujung pisau bedah. Kemudian kerokan diletakkan pada gelas

11
objek mikroskop dengan diberikan beberapa tetes kalium hidroksida 10%,

selanjutnya ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Adanya

tungau, telur atau bahkan cangkang telur akan mengkonfirmasi diagnosis (Gambar

6.3). Jangan mencoba untuk melakukan kerokan lesi pada penis.(5)

1.11 Diagnosa Banding

Gambar Diagnosa Banding Keterangan

Dermatitis atopik Presentasi adanya

skuama, papula, krusta

pruritik, dan plak pada

wajah, biasanya pasien

dengan riwayat atopi

pribadi atau keluarga.

Skabies sulit dibedakan

pada pasien yang

memiliki dematitis

12
atopik sedang hingga

berat.

Body and pubic lice Adanya pruritus, dan

ditemukannya kutu

ditubuh ataupun

dikemaluan

Other arthropoda bites Tidak menunjukkan

adanya bentukan

terowongan

Dermatitis herpetiformis Adanya lesi yang sangat

mirip dengan skabies

pada siku, lutut, dan

punggung bagian

bawah(1)

13
1.12 Penatalaksanaan

Menjelaskan kepada pasien cara menggunakan pengobatan, dan semua anggota

keluarga yang sering berkontak fisik (termasuk penderita yang hiposensitisasi) harus

dilakukan pengobatan juga. Pemberian agen topikal harus dioleskan mulai dari leher

sampai ujung kaki kemudian didiamkan terlebih dahulu sebelum dibersihkan. Gatal

tidak segera sembuh setelah perawatan tetapi akan membaik secara bertahap selama

2-3 minggu.(5)

Skabisida digunakan untuk mengobati skabies. Permethrin 5% cream adalah

pengobatan yang paling efektif, menurut Cochrane, memiliki ulasan terbesar

intervensi untuk mengobati skabies. Krim harus diaplikasikan pada waktu sebelum

tidur dan dioleskan secara menyeluruh mulai dari leher sampai ujung kaki, termasuk

di bawah kuku dan kuku, pada anak di bawah dua tahun, krim permetrin juga harus

dioleskan ke kepala dan leher dan dianjurkan memakai sarung tangan atau kaus kaki

untuk menghindari krim teroleskan ke mata. Krim didiamkan selama 8 sampai 14

jam kemudian dibersihkan dengan mandi. Kemudian Oral ivermectin, meskipun

tidak disetujui oleh Federal Food and Drug Administration (FDA) untuk perawatan

skabies, sebenarnya lebih mudah digunakan dan mungkin bisa meningkatkan

kepatuhan pengobatan. Dua dosis dari ivermectin setara dengan satu aplikasi krim

permethrin. Skabies berkrusta membutuhkan pengobatan yang lebih agresif, dengan

kombinasi 5% permetrin setiap 2 hingga 3 hari selama 2 minggu dan ivermectin oral

3 hingga 7 dosis selama kurang lebih 1 hingga 4 minggu, kemudian diturunkan

bergantung pada keparahan infeksi.(1)

14
Nama obat Pelaksanaan Kategori Usia Kerugian Ulasan

dan Kehamilan

Permetrin krim Oleskan mulai dari Diperbolehkan Rasa seperti terbakar Pengobatan

5% leher ke ujung kaki pada bayi usia > sementara pilihan,diulang

(termasuk kepala 2 satu minggu


(Elimete,Acticin)
dan leher pada bayi bulan,Kehamilan setelah

dan anak kecil), Kategori B pengaplikasian

lipatan kulit (bukan pertama.

membran mukosa)

dan di bawah kuku.

Cuci bersih dalam

8-14 jam

Lindan losion Oleskan secara tipis Bayi, anak-anak, peringatan untuk risiko Dianggap

atau krim 1% dari leher ke ujung orang lanjut usia kejang dan kematian sebagai terapi

kaki, atauyang dengan penggunaan lini kedua atau


(Kwell)
biarkansemalaman beratnya <110 berulang.Kontraindikasi ketiga

kemudian cuci memiliki risiko pada pasien dengan luka

bersih lebih besar untuk atau kulit inflamasi di

keracunan. area yang diaplikasikan

15
Kehamilan

kategori C

Krotamiton krim Oleskan selama 24 Untuk orang Aman,tidakada masalah Kegagalan

dan losion 10% jam, bilas, dan dewasa. tertentu pengobatan

kemudian gunakan Kehamilan sering


(Eurax)
kembali untuk 24 kategori C dilaporkan

jam kemudian

Ivermektin tablet Dosis tunggal 200 Tidak disetujui Toksisitas dilaporkan Dua dosis

3 mg mg / kg secara oral, FDA. saatpengobatan parasit diperlukan

Dosis yang tepat Keselamatan filaria untuk


(Stromektol)
untuk bb pasien 50 pada anak-anak mencapai

kg adalah 10 mg. bb <15 kg dan tingkat

Total 2 dosis pada wanita kesembuhan

digunakan 7 hari, hamil belum yang setara

diminum dengan air dibuktikan dengan aplikasi

saat perut kosong. Kategori tunggal

Kehamilan C permetrin

Pengobatan pada bayi

Karena terowongan yang disebabkan tungau bisa terdapat dikepala dan leher,

perlu memperluas pengaplikasian terapi topikal untuk area ini. Pengobatan

pilihannya adalah permethrin

Benzylbenzoate tidak direkomendasikan digunakan pada bayi

16
Pengobatan pada ibu hamil

Pada sakabisida terdapat efek toksik pada janin jika digunakan saat kehamilan,

meskipun dengan penggunaan yang tepat tidak menjamin terhindar dari efek bahaya

tersebut, pilihan yang aman adalah dengan menggunakan malathion atau

permethrin.(1)

1.13 Komplikasi

Komplikasi dari skabies umumnya ringan, termasuk infeksi bakteri sekunder yang

menyebabkan terganggunya integritas kulit, nyeri, dan terkadang kelemahan yang

berhubungan dengan keterbatasan gerakan sekunder karena nyerinya.(6)

Infeksi sekunder bisa terjadi karena disebabkan oleh Stapylokokkuus aureus atau

Streptokokkus pyogenes. Penggunaan antibiotik harus dipertimbangkan sesuai

indikasi.(3)

1.14 Preventif

Upaya preventif dengan memberi edukasi kepada pasien tentang penyakit skabies,

perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau skabies, tidak hanya pada

teknik aplikasi obat antiparasit tetapi juga harus menjaga higienitas lingkungan,

karena tungau dapat hidup hingga 3 hari pada benda mati. Rasa gatal terkadang tetap

berlangsung walaupun kulit sudah bersih.(2)(3)

1.15 Prognosis

Pasien dengan infeksi skabies memiliki prognosis yang sangat baik dengan

pengobatan yang tepat. Pruritus dapat bertahan selama berminggu-minggu setelah

17
pengobatan. Pasien yang diobati dengan benar harus mulai menunjukkan

peningkatan yang stabil dengan berukarangnya pruritus setelah sekitar 2 sampai 3

minggu.(3)

18
BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. I

Usia : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswa

Pendidikan : Sekolah Dasar

Alamat : Nginden Kota III No 41

Status Perkawinan : Belum Menikah

No.RM : 869232

Tanggal pemeriksaan : 14 Juni 2019

19
2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Gatal di Kaki Kanan dan Kiri serta tangan Kiri

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji, Surabaya pada

tanggal 14 juni 2019 dengan keluhan gatal dikaki kanan dan kiri serta

tangan kanan, merasa gatal berlebihan pada malam hari sehingga pasien

terganggu saat tidur. Awalnya hanya terdapat papul dan vesikel, karena

sangat gatal kemudia pasien menggaruknya hingga lesi tersebut pecah dan

menjadi krusta. Sebelum mengalami keluhan setiap hari pasien bermain

dengan temannya yang dicurigai mengalami gejala yang sama.

Pasien memiliki alergi terhadap ayam dan telur, namun

menyangkal mengkonsumsinya sebelum keluhan saat ini dirasakan.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat 2

minggu yang lalu pasien menderita dengan keluhan gatal diseluruh badan

dan kulit kepala sampai berbekas hitam disertai gigi berlubang. Dengan

diagnosa dermatitis kronis

20
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama

seperti pasien . Namun teman mainnya dicurigai memiliki gejala yang

sama

2.2.5 Riwayat Alergi

Pasien alergi terhadap ayam dan telur.

2.2.6 Riwayat Pengobatan

Pasien sudah menggunakan obat untuk keluhan sebelumnya yaitu :

 interizin 2x1 ,

 methyl prednisolone 1-1-0 (5 hari)

1-0-0 (5 hari)

 atopiclair krim

 L Biosaset 1x

2.2.7 Riwayat Sosial & Kebiasaan

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, sebelum menderita

keluhan saat ini pasien bermain dengan teman temanya setiap hari.

2.3 Pemeriksaan Fisik

2.3.1. Status General

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran / GCS : Compos Mentis/ 4 5 6

21
Kepala dan Leher : Dalam Batas Normal

Thorax : Dalam Batas Normal

Pulmo : Dalam Batas Normal

Abdomen : Dalam Batas Normal

Ekstremitas : Dilihat Status Dermatologis

Genetalia dan Anus : Tidak dievaluasi

2.3.2. Status Dermatologis

Lokasi : Kaki kanan dan kir, serta Tangan kiri

Efloresensi : Bentukan berkelok-kelok berwarna putih keabu-abuan,

disertai pustula, ekskoriasi dan krusta

2.3.3. Pemeriksaan Penunjang

- planning

2.4 Resume

Pasien An. I, usia 9 tahun datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin, RSU Haji,

Surabaya tanggal 14 Juni 2019 dengan keluhan gatal pada kaki kanan dan kiri serta

tangan kiri, merasakan gatal terlebih saat malam hari. Awalnya berupa lesi papul

dan vesikel kemudian digaruk sehingga lesi tersebut pecah dan menjadi krusta,

Dalam 1-2 minggu terakhir pasien sering bermain dengan temannya.

Lokasi pada kaki kanan dan kiri, serta Tangan kiri dengan gambaran bentukan

berkelok-kelok berwarna putiih keabu-abuan disertai pustula, ekskoriasi dan krusta.

22
2.5 Diagnosis

Suspect Skabies

2.6 Diagnosis Banding

Dermatitis

Prurigo Von Hebra

Pediculus corporis

2.7 Planning

2.7.1 Diagnosa :-

2.7.2 Terapi :

a. Medikamentosa :

 Scabimite Cream (Permethrine Cream 0,5 %)

b. Non medikamentosa :

 Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian

 Tidak berbagi tempat tidur dengan penderita

 Sebelum mencuci pakaian direndam terlebih dahulu dengan

air panas sebelum dicuci

 Menjaga kebersihan

2.7.3 Edukasi :

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab penyakit ini adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Skabiei

menyebabkan rasa gatal

23
Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian

Menjaga sanitasi dan hygenitas serta kesehatan.

Merendam pakaian, sprei tempat tidur, handuk dll dengan air

panas terlebih dahulu sebelum dicuci

Memberikan pengobatan keluarga yang berada dirumah, bagi

yang sudah terinfeksi maupun belum, dengan mengoleskan

skabimite mulai dari leher sampai ujung kaki dan didiamkan 8-14

jam.

2.8 Prognosis

Dubia ad bonam dengan penggunaan skabimite krim yang dilakukan satu minggu

sekali dengan dioleskan diseluruh tubuh mulai dari leher sampai kaki dan

didiamkan selama 8-14 jam dapat menyebabkan kematian tungau sarkoptes

skabiei var hominis

24
FOTO KASUS

25
26
DAFTAR PUSTAKA

1. Cindy Firkkins Smith. 2013. Scabies on infestation and Bites of Clinical

Dermatology 1st edition. Chapter 13 ; pg 104-108.

2. Siti Aisah B dan Ronny P. Handoko. 2018. Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal

137-140.

3. Melissa. 2015. Scabies on Infestations, Stings, and Bites of Dermatology for

Advanced Practice Clinicians 1st edition. Chapter 13; pg 196-199.

4. K. Wolff, Richard A. Johnson, Arturo P. Saavedra, and Ellen K. Roh. 2017.

Scabies on Fitzpatrick’s Color and Synopsis of Clinical Dermatology 8th edition.

Section 28; pg 732-738.

5. R. Graham Brown, Karen H, Graham J. 2017. Scabies on Ectoparasite infections

of Dermatology Lecture Notes 7th edition. Chapter 6; pg 44-48.

6. Amy S. Paller and Anthony J. Mancini. 2017. Scabies on Infestations, Bites, and

Stings of Clinical Pediatric Dermatology 5th edition. Chapter 18; pg 428-432.

27

Anda mungkin juga menyukai