Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG CACING GELANG

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ARDIANTO (20031024)
2. DELA SAVITRI (20031025
3. KHAIRUN NISA (20031027)

PRODI/SEMESTER: D4 TLM/SEMESTER 3

DOSEN PENGAMPU : KHAIRUL BARIYAH, M.Ked., Trop

POLITEKNIK ‘AISYIYAH PONTIANAK


PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
ASCARIS/CACING GELANG”. Pada penulisan makalah ini ditunjukkan untuk
memenuhi tugas dosen bidang parasitologi pada program studi Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Aisyiyah Pontianak.
Selama penulisan malah ini kami menyadari, makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cacing Gelang ........................................................ 3
B. Ciri-ciri Cacing Gelang ............................................................ 4
C. Siklus Hidup Cacing Gelang ..................................................... 5
D. Morfologi Cacing Gelang ......................................................... 6
E. Pengobatan Cacing Gelang ....................................................... 7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum
menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit
yang dalam kehidupannya mengalami siklus hidup yang kompleks yaitu telur,
larva, dan cacing dewasa. Siklus hidup cacing Ascaridia galli pada ayam
berlangsung selama 35 hari. Periode perpindahannya terjadi antara 10-17 hari
dalam perkembangannya. Cacing dewasa yang masuk ke dalam usus halus
akan merusak dinding usus inangnya. Cacing Ascaridia galli ini dapat hidup
optimal pada suhu 20-34°C (Murtidjo, 1992). Penyakit yang disebabkan oleh
hewan parasit merupakan penyakit yang sangat merugikan, karena dapat
menyerap sebagian zat-zat makanan yang seharusnya untuk kebutuhan tubuh
dan proses pertumbuhan, sehingga dengan terserapnya sebagian zat-zat
makanan tersebut akan mengalami hambatan pertambahan berat badan, kurus
dan akhirnya akan mengalami kematian. Hewan parasit umumnya menyerang
hewan yang masih muda, hal ini yang menjadi permasalahan dan banyak
dikeluhkan peternak ayam yang berdampak pada kerugian karena banyak
ayam yang mati disebabkan pada tubuh ayam salah satunya adalah penyakit
yang ditimbulkan oleh parasit. Penyakit parasitik pada ternak dapat
mengganggu kesehatan pada manusia, karena manusia merupakan konsumen
yang memudahkan cacing parasit masuk kedalam tubuh manusia. Ascariasis
merupakan salah satu penyakit yang 2 disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris.
Selain dapat menyerang pada manusia, penyakit ini dapat menyerang
berbagai macam ternak, ternak yang dapat diserang antara lain ayam, kuda,
kambing, domba, babi, dan sapi. Menurut Prastowo (1997) pada ayam, cacing
nematoda yang paling banyak ditemukan dengan jumlah 333 ekor cacing,
yang diikuti trematoda 172 ekor cacing yang paling sedikit 137 ekor.
Persentase ayam yang terinfeksi cacing parasit dari keempat jenis ayam yang
paling banyak terinfeksi cacing adalah ayam kampung 100%, ayam Bangkok
91%, ayam jenis persilangan 83% dan ayam lurik 75%. Cacing gelang

1
Ascaridia galli termasuk dalam kelas nematoda yang hidup sebagai parasit
pada saluran pencernaan yang banyak dijumpai pada ayam. Ayam merupakan
hospes definitif dari Ascaridia galli. Cara penularan cacing ini terjadi secara
langsung jika ayam menelan telur cacing yang infektif. Proses penyebaran
cacing Ascaridia galli sangat cepat karena masyarakat kebanyakan
pemeliharaan ayam dalam jumlah atau skala yang besar. Penularan cacing
parasit seringkali masuk melalui makanan atau minuman yang dimakan oleh
hospes definitif dari Ascaridia galli yaitu ayam.
Ayam yang terdapat cacing parasit di dalam tubuhnya biasanya akan
terlihat kurus dan selera makan akan berkurang. Penanggulangan cacing
parasit pada ayam umumnya menggunakan obat cacing sintetik yaitu
albendazol, obat cacing ini memilki senyawa hypromellose yaitu senyawa
yang berfungsi menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga
produksi ATP sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidup cacing
berkurang, hal ini mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi
untuk mempertahankan hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian cacing gelang
2. Ciri-ciri cacing gelang
3. Siklus hidup cacing gelang
4. Morfologi cacing gelang
5. Pembunuh cacing gelang

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari cacing gelang
2. Dapat mengetahui ciri-ciri dari cacing gelang
3. Dapat mengetahui bagaimana siklus hidup dari cacing gelang
4. Dapat mengetahui morfologi cacing gelang
5. Dapat mengetahui bagaimana cara pengobatan cacing gelang

2
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian cacing gelang

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : A. lumbricoides

Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris


lumbricoides atau biasa disebut dengan cacing gelang. Cacing ini dapat hidup
dan berkembang biak di dalam usus manusia serta menimbulkan gangguan
kesehatan yang bisa menyebabkan komplikasi. Ascariasis terjadi ketika cacing
gelang masuk ke dalam tubuh manusia. Cacing penyebab penyakit ini dapat
menginfeksi paru-paru atau usus. Jika dibiarkan tidak terobati, cacing ini akan
terus berkembang biak dan menginfeksi organ lain, seperti hati dan pankreas.

3
1. Penyebab ascariasis:

Telur cacing gelang bisa ditemukan di tanah yang terkontaminasi


oleh tinja manusia. Oleh sebab itu, seseorang dapat terserang ascariasis
akibat kontak dengan tanah yang terkontaminasi tersebut, misalnya
karena:

a. Mengonsumsi bahan makanan yang tumbuh di tanah yang


terkontaminasi
b. Menyentuh mulut dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu
setelah menyentuh tanah

Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi
larva. Selanjutnya, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau
aliran getah bening. Setelah berada di paru-paru selama 10–14 hari, larva
akan menuju ke tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga
larva tersebut keluar atau bisa juga tertelan lagi dan kembali ke usus. Larva
yang kembali ke usus akan tumbuh menjadi cacing jantan atau betina,
kemudian berkembang biak. Cacing betina dapat tumbuh sepanjang 40 cm
dengan diameter 6 mm dan bisa menghasilkan 200.000 telur cacing per hari.

Sebagian telur cacing akan keluar melalui feses dan mengontaminasi


tanah Sedangkan, sebagian lagi akan menetas kemudian pindah ke paru-paru
dan menjadi cacing dewasa di usus. Seluruh siklus tersebut bisa memakan
waktu sekitar 2–3 bulan. Jika tidak ditangani, cacing dewasa dapat bertahan
hidup dan berkembang biak di dalam tubuh manusia selama 1–2 tahun.
Artinya, selama itu akan ada telur baru dan cacing dewasa yang baru pula
sehingga ascariasis bisa berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

B. Ciri-ciri cacing gelang


1. Ciri-ciri telur Ascaris lumbricoides fertil:
a. Berbentuk oval.

4
b. Dinding 3 lapis: lapisan luar yang tebal berkelok-kelok (lapisan
albumin), lapisan kedua dan ketiga relatif halus (lapisan hialin dan
vitelin).
c. Telur berisi embrio.
d. Berwarna kuning kecoklatan.
2. Ciri-ciri telur Ascaris lumbriocoides infertil:
a. Bentuk oval memanjang (kedua ujungnya agak datar).
b. Dinding 2 lapis: lapisan luar yang tebal berkelok-kelok sangat
kasar/tidak teratur (lapisan albumin0, lapisan kedua relatif halus
(lapisan hialin).
c. Telur berwarna granula refraktil.
d. Berwarna kuning kecoklatan.
3. Ciri-ciri cacing dewasa:
a. Berbentuk silindris.
b. Ujung anterior tumpul sedangkan posterior runcing.
c. Pada ujung anterior terdapat 3 buah bibir yang tersusun dari: satu
bibir terletak dorso medial dan dua bibir terletak di sebelah ventro
lateral, ditengahnya terdapat vacum bucalis yang berbentuk segitiga.
d. Pada tiap-tiap sisi terdapat garis-garis melintang menyelubungi
tubuhnya (transversal lines).
e. Ukuran cacing betina: panjang tubuh 20-40 cm dan diameter 0,3-0,6
cm.
f. Ukuran cacing jantan: panjang tubuh 15-30 cm dan diameter 0,2-0,5
cm.
g. Bagian posterior cacing betina lurus sedangkan bagian posterior
cacing jantan melengkung ke ventral dengan sepasang spicula.

C. Siklus hidup cacing gelang

Siklus hidup A. lumbricoides dimulai dari keluarnya telur bersama


dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur ini akan menjadi
bentuk infektif dengan lingkungan yang mendukung, seperti kelembaban

5
yang tinggi dan suhu yang hangat. Telur bentuk infektif ini akan menginfeksi
manusia jika tanpa sengaja tertelan manusia. Telur akan masuk ke saluran
pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus
usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem
peredaran darah, dimulai dari pembuluh darah vena, vena portal, vena cava
inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-paru.

Pada paru-paru akan terjadi siklus paru di mana cacing akan


merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian
di laring dan memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva akan tertelan
kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing
dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur.
Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan
terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada
tempatnya.

D. Morfologi cacing gelang


Cacing nematoda ini adalah cacing berukuran besar, berwarna putih
kecoklatan atau kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara 10-31
cm, sedangkan cacing betina panjang badannya antara 22- 35 cm. kutikula
yang halus bergaris-garis tipis menutupi seluruh permukaan badan cacing.
Ascaris lumbricoides mempunyai mulut dengan tiga buah bibir, yang terletak
sebuah di bagian dorsal dan dua bibir lainnya terletak subventral. Selain
ukurannya lebih kecil daripada cacing betina, cacing jantan mempunyai ujung
posterior yang runcing, dengan ekor melengkung ke arah ventral. Di bagian
posterior ini terdapat 2 buah spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm,
sedangkan di bagian ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil-papil
yang berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat (conical) dengan
ukuran badan lebih besar dan lebih panjang daripada cacing jantan dan bagian
ekor yang lurus, tidak melengkung.

6
E. Pengobatan cacing gelang
Obat-obat yang digunakan untuk terapi Ascariasis adalah:
1. Pirantel pamoat Derivat pirimidin ini berkhasiat terhadap Ascaris,
Oxyuris, dan cacing tambang, tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pelumpuhan cacing dengan jalan
menghambat penerusan impuls neuromuskular. Lalu parasitdikeluarkan
oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksans. Efek sampingnya ringan
berupa gangguan saluran cerna dan kadang sakit kepala. Dosis yang
diberikan pada cacing kremi dan gelang adalah 2-3 tablet dari 250 mg,
anak-anak 1½-2 tablet sesuai usia (10mg/kg). Pada cacing cambuk
dosisnya sama selama 3 hari.
2. Mebendazol Ester-metil dari benzimidazol ini adalah antihelmintikum
berspektrum luas yang sangat efektif terhadap cacing kermi, gelang, pita,
cambuk dan tambang. Mekanisme kerjanya melalui perintangan
pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada
cacing. Tidak perlu diberikan laksans. Efek sampingnya jarang terjadi
dan berupa gangguan saluran cerna seperti sakit perut dan diare. Dosis
dewasa dan anak- anak sama,yakni pada infeksi cacing gelang, tambang,
benang, pita dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu diulang
setelah 3 minggu.
3. Albendazol Derivat karbamat dari benzimidazol ini berspektrum luas
terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia,Ancylostoma, Strongyloides dan
Trichiuris. Efek sampingnya berupa gangguan lambung-usus, 12 demam,
dan rontok rambut. Dosis pada ascariasis, enterobiasis, ancylostomiasis,
trichuriasis anak dan dewasa single dose 400 mg d.c, pada
strongyloidiasis 1 dd 400 mg d.c selama 3 hari.
4. Piperazin Zat basa ini sangat efektif terhadap Oxyuris dan
Ascarisberdasarkan perintangan penerusan-impuls neuromuskuler,
hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh
gerakan peristaltik usus. Efek sampingnya jarang terjadi, pada overdose
timbul gatal-gatal (urticaria), kesemutan (paresthesia) dan gejala

7
neurotoksis (rasa kantuk, pikiran kacau konvulsi, dll). Dosis terhadap
Ascaris 75 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 g selama 2 hari.
5. Levamisol Derivat-imidazol ini sangat efektif untuk Ascaris dan cacing
tambang dengan jalan melumpuhkannya. Khasiat lainnya yang penting
adalah stimulasi sistem-imunologi tubuh. Efek sampingnya jarang terjadi,
yakni reaksi alergi (rash), granulocytopenia dan kelainan darah lainnya.
Dosis untuk Ascariasis pada orang dewasa dengan berat badan lebih dari
40 kg adalah 150 mg d.c (garam HCl), anak-anak 10-19 kg: 50 mg, 20-39
kg: 100 mg/kg.
6. PraziquantelObat ini digunakan sebagai obat satu-satunya pada
schistosomiasis dan juga dianjurkan pada taeniasis. Khasiatnya
berdasarkan pemicuan kontraksi cepat pada cacing dan desintegrasi
kulitnya, untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh. Dosis 600 mg setelah
makan malam. Untuk taeniasis dosis tunggal 10 mg/kg.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prevalensi infeksi cacing tularan tanah yaitu Ascaris lumbricoides
(cacing gelang), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing
tambang) lebih rendah pada dataran tinggi daripada dataran rendah,
sedangkan prevalensi infeksi cacing tularan tanah yaitu Trichuris trichiura
(cacing cambuk), lebih rendah pada dataran tinggi daripada dataran rendah

B. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada perbaikan
kesehatan dari subjek penelitian setelah diadakan penyuluhan, dengan cara
pemeriksaan telur cacing tularan tanah dalam tinja, sehingga dapat diketahui
apakah prevalensi infeksi cacing tularan tanah menurun. Pada pemeriksaan
selanjutnya juga lebih baik dilakukan pemeriksaan pada tinja secara 3 kali,
dengan biaya yang lebih memadai

9
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/26699/2/jiptummpp-gdl-bakhtiardw-33097-2-babI.pdf

http://repository.unimus.ac.id/3120/4/BAB%20II%20%281%29.pdf.

https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Askariasis

https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/G0012056_bab2.pdf

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/274/1/PDF%20ICHSAN.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai