Anda di halaman 1dari 12

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASKARIASIS”
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Tropis II
Dosen Pengampu : Ns. Risti Mariati S.Kep

Disusun oleh :
Ni Kadek Yolanda Dewi (102081806)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan Askariasis. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.Penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Tropis II dalam pembahasan materi Asuhan Keperawatan
Askariasis.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kpenulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana,15 Mei 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori........................................................................................ 2
1. Definisi..................................................................................... 2
2. Etiologi..................................................................................... 2
3. Manifestasi Klinik.................................................................... 2
4. Patofisiologi.............................................................................. 3
5. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 4
6. Penatalaksanaan........................................................................ 4
7. Komplikasi................................................................................ 4
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 5
1. Pengkajian................................................................................. 5
2. Diagnosa................................................................................... 5
3. Intervensi.................................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk keluarga
nematoda,
saluran cerna penularan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1. Infeksi langsung
2. Larva yang menembus kulit.
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke
mulut tanpa pernah berkembamg dulu ditanah. Cara ini terjadi pada cacing kremi (
oxyuris vermikularis ) dan trikuriasis ( trichuris trichiura ). Selain itu penularan
langsung dapat pula terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah
kemudian telur tertelan. melalui tangan atau makanan yang tercemar.
Cara ini terjadi seperti pada infeksi ascarias lumbricoides ( cacing gelang )
dan toxocara canis. Penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang/
ankilostomiasis dan strongiloidiasis di mana telur terlebih dahulu menetas di tanah
baru kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut definisi penyakit askariasis dan asuhan
keperawatan kepada pasien penderita penyakit askariasis.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui dan menambah pengetahuan bagi pembaca
maupun penulis tentang penyakit askariasis dan asuhan
keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk lebih mengetahui konsep penyakit askariasis
b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan askariasis

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing
Ascaris Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513). Hal senada
juga terdapat dalam Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).
Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris lumbricoides, yang
di temukan dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare,
khususnya pada anak-anak. Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke
paru yang menyebabkan pneumonitis, dan kemudian ke trakea, esofagus,
dan usus, untuk tumbuh menjadi dewasa. Bila cacing-cacing dewasa
berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat menyebabkan obstruksi usus.

2. Etiologi
Etiologi askariasis adalah ascaris lumbricoides, manusia
merupakan satu-satunya hospes.
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk
Genus Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing
gelang (Garcia, 1996: 138).
Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus
terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan
jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6
bulan.

3. Manifestasi Klinik
Hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala klinis, sebagian
besar asymtomatis.
1. Larva pada paru menimbulkan sindroma Loeffler, dari yang ringan
seperti batuk sampai yang berat seperti sesak nafas.
2. Cacing dewasa
a. gangguan usus ringan

2
b. infeksi berat : malabsorbsi yang memperberat malnutrisi, ileus,
infeksi ektopik ke empedu, appendiks atau bronkus
Ditemukannya telur askaris lumbricoides dalam tinja atau keluarnya
cacing dewasa lewat muntah atau tinja pasien.
Gejala di sebabkan oleh larva maupun cacing dewasa, adanya larva dalam
tubuh akan menimbulkan batuk, demam, eosinofilia, dan gambaran infiltrat
pada poto toraks yang akan menghilang dalam waktu 3 minggu, dikenal
sebagai sindrom loffler. Gejala yang di timbulkan oleh cacing dewasa adalah
mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. Pada keadaan berat
dapat mengakibatkan malabsorpsi dan obstruksi usus. Cacing dewasa yang
mengembara ke organ-organ lain akan menimbulkan gangguan tersendiri,
misalnya ke saluran empedu, apendiks atau bronkus.

a. Batuk
b. Demam
c. Eosinofilia
d. Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu)
e. Mual
f. Nafsu makan berkurang
g. Diare atau konstipasi
h. Malnutrisi
i. Malabsorpsi
j. Obstruksi usus (ileum)

4. Patofisiologi
Telur Askaris yang infektif di dalam tanah tertelan lewat makanan yang
terkontaminasi, Masuk ke lambung dan duodenum kemudian menetas, Larva
menembus dinding usus, Via sirkulasi portal ke jantung kanan, Sirkulasi
pulmonal ke paru-paru Melepas antigen askaris Reaksi alergi, Tembus kapiler
masuk alveoli dan bronchi, Pelepasan histamin. Secara ascenden ke trakhea,
faring, epiglottis, esofagus peningkatan permiabilitas kapiler dan sensasi
gatal.

3
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari
askariasis. Diagnosa askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses
pasien dimana dijumpai telur cacing askaris. Setiap satu ekor cacing
askaris mampu memproduksi jumlah telur yang banyak, sehingga
biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.
Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan
dengan eosinophilia dan ditemui gambaran infitrat pada foto dada.
Bahkan pada kasus obstruksi tidak jarang diperlukan foto polos
abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya.
Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris
dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.

6. Penatalaksanaan
Obat-obat untuk infestasi cacing :
Jenis infeksi Obat Dosis
Askaris ü  Pirantel pamoat ü  10 mg/kgBB, Maksimum 1g, dosis
tunggal.
ü  Mebendazol ü  2 x 100 mg, Selama 3 hari.
ü  Piperazin sitrat ü  25 mg/kgBB, Maksimum dosis pada
dewasa 3,5 g.
ü  Albendazol ü  400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi
berat dapat di berikan 2-3 hari.
ü  Nitazoksanid ü  2 x 500 mg untuk dewasa.

7. Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya
reaksi alergi yang berat dan pneumonitis, dan bahkan dapat
menyebabkan timbulnya pneumonia.

4
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak
tidur semalam karena diare
Tanda : Merasa gelisah dan ansietas.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi {respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi dan nyeri.)
c. Nutrisi / Cairan
Gejala: Mual, muntah, anoreksia.
Tanda : Hipoglikemia, perut buncit, dehidrasi, berat badan turun.
d. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urine.
e. Nyeri
Gejala : Nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, colik.
f. Integritas Ego
Gejala : Ansietas.
Tanda : Gelisah, ketakutan.
g. Keamanan
Tanda : Kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder
terhadap diare. (Carpenito, 2000: 104).
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan kriteria tidak ditemukannya tanda-tanda dehidrasi dan klien
mampu memperlihatkan tanda-tanda rehidrasi dan pemeliharaan
hidrasi yang adekuat.

5
Intervensi :
a. Monitor intake dan out put cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi (hipertermi, turgor kulit turun,
membran mukosa kering).
c. Berikan oral rehidrasi solution sedikit demi sedikit membantu
hidrasi yang adekuat.
d. Observsasi tanda-tanda dehidrasi.
e. Observasi pemberian cairan intra vena.

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos


sekunder akibat migrasi parasit di lambung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan hilang
atau berkurang dengan kriteria klien tidak menunjukkan kesakitan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
b. Beri kompres hangat di perut.
c. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut.
d. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
e. Kolaburasi untuk pemberian analgesik.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia dan muntah (Carpenito, 2000: 260).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan nafsu
makan meningkat, berat badan sesuai usia.
Intervensi:
a. Beri diit makanan yang adekuat, nutrisi yang bergizi.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
d. Pertahankan kebersihan mulut yang baik.

6
d. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi (Carpenito, 2000 ; 21)
Tujuan : Mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak
terdapatnya tanda-tanda dan gejala hipertermia, seperti tachicardia,
kulit kemerahan, suhu dan tekanan darah normal.
Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya masukan adekuat.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor suhu dan tanda vital
d. Lakukan kompres.

e. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara


dermal – epidermal sekunder akibat cacing gelang (Carpenito, 2000 ;
300)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas
kulit teratasi dengan kriteria tidak terjadi lecet dan kemerahan.
Intervensi :
a. Beri bedak antiseptik.
b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri / personal hygiene.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk .
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang meresap keringat.

BAB III
PENUTUP

7
A. Kesimpulan
Penyakit askariasis ini di sebabkan oleh investasi cacing askaris
lumbricoides atau cacing gelang. Cacing ini berbentuk bulat besar dan hidup
dalam usus manusia. Cacing ini terutam tumbuh dan berkembang pada
penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang
buruk. Di indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak.
Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah
dengan tinja di sekitar rumah. Cacing betina akan mengeluarkan telur yang
kemudian akan menjadi matang dan invektif, dengan tumbuhnya larva pada
telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.
Infeksi pada manusia terjadi karna larva cacing ini mengkontaminasi
makanan dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar
menembus dinding usus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limpe
menuju paru. Setelah itu larva cacing ini akan bermigrassi ke bronkus, faring
dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus. Lama perjalanan sampai
menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari, panjang cacing dewasa 20-40 cm
dan hidup di dalam usus halus manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak
telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur di perlukan waktu kurang
lebih 2 bulan.

B. Saran
Demikian materi yang penulis paparkan, penulis harap bagi pembaca
dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit askariasis harus
mampu menjaga kebersihan lingkingan dan menerapkan pola hidup sehat.
Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat mungkin
guna mencapai kesehatan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

8
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran
(terjemahan), EGC, Jakarta.
Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 1996, Diagnostik Parasitologi Kedokteran
(terjemahan), EGC, Jakarta
Noer, S., 1996, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai