270–275
JNK
JURNAL NERS DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY)
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk
270
Sari, Suminar, Pengaruh Terapi Komplementer “Meditasi” terhadap ... 271
Correspondence Address:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X
Email: tinasari.levi@gmail.com E-ISSN : 2548-3811
DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p270–275
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Tabel 1 Karakteristik Reponden (n=20) Hasil dari Tabel 3 membuktikan bahwa sesudah
dilakukan terapi komplementer “meditasi”
Karakteristik f % responden menjadi tidak nyeri premenstrual sindrom
Usia (tahun) sebanyak 65%.
- 16 tahun 4 20
- 17 tahun 6 30
Tabel 3 Nilai distribusi numeric dan paired sample t-
- 18 tahun 10 50
test (n=20)
Aktivitas fisik
- Setiap hari 5 25 N Mean t Asymp.sig (2tailed)
- Seminggu sekali 7 35
- Tidak pernah 8 40 Sebelum 2 5.850
16.797 0.0001
Pertama kali menstruasi: Sesudah 0 0.500
- < 12 tahun 13 65
- 12 tahun 7 35
- > 12 tahun 0 0 Hasil diatas membuktikan bahwa terdapat
Menstrual history: kenaikan mean antara sebelum dan sesudah sebesar
- Regular 17 85 5 poin, dan value=0.0001 < 0.05 maka terdapat
- Iregular 3 15 pengaruh terapi komplementer “meditasi” terhadap
Saat PMS aktitas terhambat penurunan intensitas nyeri pre menstrual sindrom.
- Ya 20 100
- tidak 0 0 PEMBAHASAN
Intensitas Nyeri Pre Menstrual Sindrom sebe-
Data Khusus lum Perlakuan Terapi Komplementer “Medi-
tasi”
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Nyeri Pre Menstrual Seorang wanita dengan sindrom pre menstruasi
Sindrom sebelum Dilakukan Terapi Komple- (PMS) menunjukkan beberapa gejala salah satunya
menter “Meditasi” (n=20)
nyeri area perut, gejala akan semakin besar pada
Kategori f % fase luteal. (Brukman et al, 2012). Nyeri pada saat
premenstrual sindrom akan sangat mengganggu
Tidak nyeri 0 0
aktivitas remaja wanita yang notebene nya mem-
Nyeri ringan 3 15
Nyeri sedang 13 65
punyai jadwal rutin setiap senin-sabtu terdapat
Nyeri parah 4 20 kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar
65% remaja putri mengalami nyeri sedang dan 20%
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa sekitar 65% mengalami nyeri hebat, sehingga 100% remaja putri
remaja putri mengalami nyeri sedang saat menjelang yang mengalami nyeri premenstrual sindrom ter-
menstruasi. hambat aktivitasnya, bahkan menurut hasil observasi
peneliti mereka sampai izin masuk kelas.
Hal ini diperkuat oleh penelitian dari kurniawati
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Nyeri Pre Menstrual
Sindrom sesudah Dilakukan Terapi Komple- (2008), bahwa siswa peempuan di SMK 1 Batik
menter “Meditasi” (n=20) Surakarta pernah mengalami nyeri dismenorhea dan
meminta izin untuk pulang karena tidak tahan
Kategori f % terhadap nyeri yang dirasakan dan sebanyak 52%
tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Tidak nyeri 15 75
Dari data demografi penelitian menunjukkan
Nyeri ringan 5 25
bahwa 40% responden tidak pernah melakukan
Nyeri sedang 0 0
Nyeri parah 0 0 aktivitas fisik dan hanya 35% melakukan aktivitas
fisik seminggu sekali. Hal ini sesuai dengan penelitan
Total 20 100
dari Sari (2018), bahwa sebanyak 75% responden
melakukan aktivitas fisik yang tidak teratur sehingga
55% mengalami dismenorhea pada kategori nyeri
274 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 270–275
sedang. Salah satu penyebab terkena nyeri perut an otot perut akan meningkatkan pasokan oksigen
saat premenstrual sindrome disebabkan oleh ku- sehingga meningkatkan energi dalam tubuh.
rangnya aktivitas fisik. Hal ini disebabkan karena
aktifitas fisik seperti olah raga akan melepaskan hor- Analisis Terapi Komplementer “Meditasi”
mon endorphine, endorhphine sejenis opioid peptida terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Premen-
endogen yang berfungsi sebagai neurotransmitter strual Sindrom
dan memiliki struktur yang sama dengan morphine Nyeri premenstrual sindrom terjadi akibat
sehingga dapat menghilangkan rasa sakit. (Rokade, penurunan hormon progesteron dan labilisasi mem-
2011). Menurut penelitian dari Woodyard (2011) bran lisosom sehingga melepaskan enzim fosfolipase
bahwa responden yang melakukan aktivitas fisik A2. Enzim fosfolipase A2 akan menghidrolisis
yaitu yoga (latihan fsik dan meditasi) akan senyawa fosfolipid yang ada di emmbran sel endo-
meningkatkan kualitas hidup mereka dikarenakan metrium dan menghasilkan asam arakhidonat, maka
terjadi penurunan dari gejala PMS. Ditambahkan akan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGE2á
dari penelitian Viandini et al (2018), bahwa terjadi yang dapat mengakibatkan munculna rasa nyeri.
pengaruh yang signifikan sesudah diberikan meditasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
terhadap nyeri premenstrual syndrom. pengaruh antara meditasi dengan penurunan inten-
sitas nyeri premenstrual sindrom, hal ini disebabkan
Intensitas Nyeri Pre Menstrual Sindrom sesu- karena responden tampak menikmati terapi
dah Perlakuan Terapi Komplementer “Medi- komplementer “meditasi” yang dilakukannya itu, dan
tasi” tidak mengeluh sesudah dilakukan terapi komple-
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap sen- menter “meditasi” dan responden mengatakan
sitifitas pada nyeri, hal ini disebabkan karena faktor rileks serta segar setelah melakukan terapi komple-
biokimia dan fisiologi serta terjadi perubahan menter “meditasi” tersebut.
biokimia dalam jalur somatosensorik yang terlibat Respon tubuh terhadap pengolahan nafas dan
dalam pengolahan dan persepsi nyeri (Nasriati e al, manajemen pikiran yang berlandaskan spiritual
2016). Dalam penelitian kriteria responden berusia sehingga dapat mengurangi respon stres tubuh, kerja
remaja yaitu 16-18 tahun, mempunyai nyeri pre- kelenjar adrenal menurun maka terjadi pengurangan
menstrual sindrome dengan intensitas nyeri sedang kortisol yang mengakibatkan konstruksi pembuluh
sebanyak 65%. Kemudian remaja tersebut diberikan darah berkurang. Konstruksi dan dilatasi pembuluh
perlakuan dengan terapi komplementer “meditasi” darah juga diatur saaf simpatis dan parasimpatis.
dimana terapi meditasi diberikan selama 6x dalam Selain itu menurut Sormin (2014), bahwa dalam ke-
waktu 2 minggu. Maka hasil yang diperoleh bahwa adaan yang nyaman, akan merangsag hormon
75% responden pada katagori tidak nyeri. endorphin dimana hormon tersebut bertindak seba-
Pernyataan tersebut ditunjang oleh penelitian gai analgesik alami, kemudian hormon endorphin
dari Haruyama (2013), bahwa dalam proses meditasi akan mengontrol pembuluh dalah dalam kondisi
terdapat tahap relaksasi dimana tehnik relaksasi normal dan menjaga aliran darah mengalir tanpa
dapat membuat menjadi dominan di sistem saraf hamabatan.
pusat. Jika sistem safar pusat berosilasi dengan ge- Penelitian dari Nasriati (2016), tentang terapi
lombang alfa, maka menstimulasi dan mengeluarkan meditasi dzikir meningkatkan adaptasi nyeri pasien
hormon beta endorphin. Hormon beta endhorphin pasca fraktur, membuktikan terjadi perbedaan yang
ini sebagai morphin alami yaitu hormon kebahagiaan. signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok
Faktor lain yang membuat terapi meditasi ini kontrol (<0,05). Begitu juga dari penelitian Perlman
berhasil dikarenakan suasana yang nyaman, terdapat et al (2010), membuktikan bahwa responden yang
alunan musik mozart sebagai pengiring dari terapi melakukan latihan meditasi memiliki ketidaknyaman-
meditasi. Sehingga responden merasa nyaman dan an nyeri yang lebih rendah, meditasi dilakukan dua
menjadi rileks. Selain itu, tehnik meditasi pun mudah kali per minggu sehingga dapat meningkatkan
dipelajari hanya pengaturan nafas secara teratur dan toleransi nyeri pada tes sensasi dingin.
selama 60 menit sehingga menjaga keseimbangan Pada dasarnya pemberian terapi meditasi ini
antara otot pernapasan diagframa dan otot perut. dapat memberikan kondisi yang rileks dan nyaman
Menurut Sari (2018), bahwa menjaga keseimbang- dimana pada kondisi tersebut semua system tubuh
akan bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan,
Sari, Suminar, Pengaruh Terapi Komplementer “Meditasi” terhadap ... 275
hipotalamus akan terstimulasi dan terjadinya penurun Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan.
anaktifitas sistem saraf simpatis yang dapat mening- Erlangga.
katkan aktifitas sistem parasimpatis. Efek fisiologis Kurniawati, D., (2008). Pengaruh Dismenore terhadap
dan gejala maupun tandanya akan terputus dan stres Aktifitas pada Siswi SMK Batik 1 Surakarta. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamma-
psikologis akan berkurang. Terapi meditasi dapat
diyah Surakarta. Surakarta.
digunakan bagi wanita yang terkena nyeri pre- Matteson M.T. Ivancevich, John M, Konopaske. R.
menstrual sindrom. Cara melakukan meditasi ini pun (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jilid 1.
sangat mudah dipelajari yaitu dengan duduk bersila Alih Bahasa: Gina Gania. Penerjemah Wibi Pro-
badan tegap, mengatur pola pernafasan sesuai verawati dan Misaroh (2009). Menarche Menstruasi
irama dan pada keadaan yang tenang, meditasi juga Pertama Penuh Makna.Yogyakarta: Nuha Medika.
dapat digunakan setiap hari pada suasana yang Maulana, Razi. (2008). Hubungan Karakteristik Wanita
nyaman dan tenang. Usia Produktif Dengan Premenstrual Syndrome
(PMS). Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.3. no.1, hh:1-
KESIMPULAN 5.
Nasriati. R, Suryani.L, Afandi.M.(2016). Kombinasi
Terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum Edukasi Nyeri dan Meditasi Dzikir Meningkatkan
dan sesudah perlakuan, maka terjadi pengaruh terapi Adaptasi Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur.
komplementer “meditasi” terhadap penurunan Muhammadiyah Journa of Nursing. Vol.3, No.1.
intensitas nyeri pre menstrual sindrom. Terapi kom- hh:59-68
plementer “meditasi” dapat dilakukan oleh wanita Proverawati dan Misaroh. (2009). Menarche Menstruasi
yang terkena nyeri premenstrual sindrom Pertama Penuh Makna.Yogyakarta:Nuha Medika.
Ramadani, M. (2012.) Premenstrual syndrome (PMS).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.7, No. 1. Diakses
SARAN
dari http://download.portalgaruda. org/article.
Terapi komplementer “meditasi” tidak hanya ph p?a r t i cl e=284274&va l = 7056&t i t
dapat dilakukan oleh wanita yang terkena pre le=PREMENSTRUAL%20SYNDROME%20 (PMS)
menstrual sindrom baik gangguan psikologi maupun Retissu, R., Sanusi, S., Muhaimin, A., & Rujito, L. (2010).
dismenorhea. Hal ini dikarenakan terapi komple- Hubungan indeks massa tubuh dengan sindroma
menter “meditasi” menimbulkan perasaan yang premenstruasi. Majalah Kedokteran FK UKI. 27(1):
1–6. Diakses dari http:// www.majalahfk.uki.ac.id/
nyaman yang dapat merangsang hormon endorphin
assets/majalahfile/ artikel/2010-01-artikel-01.pdf.
yaitu hormon kebahagiaan. Terapi meditasi dilaku- Rokade PB. (2011). Release of endomorphin hormone
kan bisa setiap hari di jam senggang dengan situasi and its effects on our body admoods: a review.
yang tenang, bahkan dapat ditambahkan instru- International Conference on Chemical, Biological
mental music dan tidak mempunyai efek samping. dan Enviroment Sciences; 2011 Dec; Bangkok:
ICCEBS
DAFTAR PUSTAKA Sari, L.T. (2018). Effectiveness Of Yoga Movement
Suryanamaskar Of Dismenorhea Pain Reduction
Ardiana, F (2018). Korelasi Tingkat Stres dengan Kejadian
Of Adolecent. Jurnal Ners dan Kebidanan. Vol.5.
Sindrom Premenstruasi pada Mahasiswi. Journal
No.1.hh.69-73
of Health Science and Prevention, Vol.2 hal.1
Sari, WP., Harahap, DH., Saleh, MI (2018). Prevalensi
Bock SJ, Boyette M. (1995). Awet Muda Bersama
Penggunaan Obat Anti-Inflamasion-Streroids
Melatonin: Dabara Publishers, Solo
(OAINS) Pereda Dismenore di Fakultas Kedokteran
Burkman RT. Berek & Novak’s. (2012). JAMA
Universitas Sriwijaya Palembang. Majalah
Gynecology; Vol.308. No.5. hh:516-7.
Kedokteran Sriwijaya, N0.3 (Juli), hh: 154-165
Deasylawati P (2010). Tetap Happy Saat Menstruasi.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004).Clinical
Surakarta: Afra
nursing skills: Basic to advancedskills. New Jersey:
Fajri, A., & Khairani, M. (2011). Hubungan Antara
Pearson Prentice Hall.
Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan Mengha-
Widyastuti. (2008). Terapi Komplementer dalam
dapi Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi
Keperawaan. Jurnal Keperawatan Indonesia.
SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal Psiko-
Vol.12 no.1 (Maret) hh:53-57
logi Undip, II.
Woodyard C. Exploring the therapeutic effects of yoga
Haedani dan Bimo Adi, S.Psi : Penerbit Erlangga.
and its ability to increase quality of life. Int J Yoga.
Haruyama, S. (2013). The Miracle Of Endorphin.
2011;4(2):49- 54. doi:10.4103/0973-6131.85485.
Bandung: Mizan Pustaka