Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGATAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan tentang cacing

gelang atau Ascaris lumbricoides .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari

berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu

kami menyampaikan banyak terima kasih.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan sanggahan dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sistem perkemihan dan

manfaatnya untuk kesehatan sehingga dapat memberikan manfaat maupun isnpirasi

terhadap pembaca.

1
Daftar Pustaka

Kata pengantar ........................................................................................ 1

Daftar isi................................................................................................... 2

Bab I pendahuluan

1.1 Latar belakang .................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................ 4

Bab II Pembahasaan

2.1 Definisi Ascariasis ............................................................................. 5

2.2 Epidemiologi ..................................................................................... 6

2.3 Morfologi ........................................................................................... 7

2.4 Siklus Hidup ..................................................................................... 8

2.5 Cara penularan ............................................................................... 10

2.6 Aspek klinik ..................................................................................... 10


2.7 Pencegahan Dan Penanggulanagan ............................................... 12

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15

3.2 Saran ................................................................................................ 15

Daftar pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau
daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah
terkena infeksi cacing Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris
lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang yang penularannya dengan
perantaraan tanah (“Soil Transmited Helminths”). Infeksi yang disebabkan oleh
cacing ini disebut Ascariasis.
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang
dalam usushalus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan
keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat
sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia,
lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah
tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih
banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang
juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi Cacing dapat mempertahankan
posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di
lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan dengan
pergerakan peristaltik normal.
Cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu
mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari
hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi

3
cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi
(malnutrisi).
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu Definisi Ascariasis?

b. Bagaimana Epidemiologi Ascariasis?

c. Bagaiamana menjelaskan Morfologi Ascariasis?

d. Bagaimana Siklus Hidup Ascariasis?

e. Bagaianana Cara penularan Ascariasis?

f. Bagaiamana Aspek klinik?

g. Bagaiamana Pencegahan Dan Penanggulanagan?

1.3 Tujuan penulisan

a. Mengetahui Apa itu Definisi Ascariasis

b. Mengetahui Epidemiologi Ascariasis

c. Mengetahui Morfologi Ascariasis

d. Mengetahui Siklus Hidup Ascariasis

e. Mengetahui Cara penularan Ascariasis

f. Menegetahui Aspek klinik

g. Menegetauhi Pencegahan Dan Penanggulanagan

4
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Definisi Ascariasis

Ascariasis adalah infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing Ascaris

lumbricoides. Ascariasis sendiri termasuk penyakit cacing yang paling besar

prevalensinya diantara penyakit cacing lainnya yang menginfeksi tubuh manusia.

Manusia merupakan satu-satunya hospes untuk A.lumbricoides (Yamaguchi, 1981;

Sutanto dkk, 2008). Cacing A.lumbricoides merupakan golongan nematoda.

Nematoda berasal dari kata nematos yang berarti benang dan oidos yang berarti

bentuk, sehingga cacing ini sering disebut cacing gilik ataupun cacing gelang.

Nematoda itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis yakni nematoda usus dan nematoda

jaringan. Manusia merupakan hospes untuk beberapa nematoda usus yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Sutanto dkk, 2008).

Diantara nematoda usus yang ada terdapat beberapa spesies yang membutuhkan

tanah untuk pematangannya dari bentuk non infektif menjadi bentuk infektif yang

disebut Soil Transmitted Helminths (STH) (Natadisastra, 2012). Cacing yang

termasuk golongan STH adalah A.lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma

duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercoralis, dan beberapa spesies

Trichostrongylus (Sutanto dkk, 2008).

5
2.2 Epidemiologi

A.lumbricoides merupakan jenis cacing terbanyak yang menyebabkan infeksi

pada manusia. Angka kejadian infeksi A.lumbricoides ini cukup tinggi di negara

berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan negara maju (Rampengan, 2005).

Tingginya angka kejadian Ascariasis ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya

telur disertai dengan daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif.

Parasit ini lebih banyak ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi

dan suhu 25°- 30°C sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur

cacing A.lumbricoides tersebut (Sutanto dkk, 2008). Telur A. lumbricoides mudah

mati pada suhu diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin tidak mempengaruhinya

(Rampengan, 2005).

Telur cacing tersebut tahan terhadap desinfektan dan rendaman yang bersifat

sementara pada berbagai bahan kimiawi keras (Brown dkk, 1994). Infeksi A.

lumbricoides dapat terjadi pada semua usia, namun cacing ini terutama menyerang

anak usia 5-9 tahun dengan frekuensi kejadian sama antara laki-laki dan perempuan

(Natadisastra, 2012).

Bayi yang menderita Ascariasis kemungkinan terinfeksi telur Ascariasis dari

tangan ibunya yang telah tercemar oleh larva infektif . Prevalensi A. lumbricoides

ditemukan tinggi di beberapa pulau 8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas di

6
Indonesia yaitu di pulau Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa

Tenggara Barat (92%), dan Jawa Barat (90%) (Sutanto, 2008).

2.3 Morfologi

Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat

(conical), berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak

melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki lebar 3 - 6

mm.

Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya

12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mmjuga mempunyai warna yang sama dengan cacing

betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral.

Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan

mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikelpada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau

dipanjangkan untuk memasukkan makananPada potongan melintang cacing

mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan dengan hipodermis dan menonjol

kedalam rongga badan sebagai korda lateral.

Sel otot somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran

histologinya merupakan sifat tipe polymyarincoelomyarin. Alat reproduksi dan

saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua

7
buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing betina, vulva terbuka

pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah, bagian ini lebih kecil dan

dikenal sebagai cincin kopulasi.

Telur yang di buahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50

mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini

dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur

cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup

sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi

lagi oleh lapisan albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau berdungkul

(mamillation). Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat

kimia yang menghasilkan telurtanpa kulit (decorticated).

Didalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu.

Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong

dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna

coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.

2.4 Siklus Hidup

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika

tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan

melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati

yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya

melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama

sekitar 15 hari.

8
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanayak 2 kali, kemudian

keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke

bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan

melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk kedalam traktus digestivus.

Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi

menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira kira satu tahun, dan kemudian

keluar secara spontan.

Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan

sejak infeksipertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan

200.000 – 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4

minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini

merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan

diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III yang

bersifat infektif Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap

hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab.

Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus

sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan

menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama

beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana-mana, menyebar melalui tanah,

air, ataupun melalui binatang.

Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif

masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu

9
berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksitubuh

melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.

2.5 Cara penularan

Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui bebrapa jalan yaitu masuknya telur

yang infektif kedalammulut bersama makanan atau minuman yang tercemar,

tertelan telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu

udara dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian

atas, untuk kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah

2.6 Aspek klinik

Kelianan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat pengaruh

migrasi larva dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang kena infeksi

tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup besar

(hyperinfeksi) terutama pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi, selain

itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang menimbulkan reaksi

10
toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai dengan tanda

alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan bagian

atas.

Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti

obstruksi usus, perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke organ-

organ misalnya ke lambung, oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat

menyumbat pernapasan penderita.

Ada kalanya askariasis menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa

keadaansebagai berikut :

1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang

menyumbat rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.

2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam

apendiks, saluranempedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.

Bila cacing masuk ke dalam saluranempedu, terjadi kolik yang berat disusul

kolangitis supuratif dan abses multiple. Peradanganterjadi karena desintegrasi cacing

yang terjebak dan infeksi sekunder. Desintegrasi betinamenyebabkan dilepaskannya

telur dalam jumlah yang besar yang dapat dikenali dalampemeriksaan histologi.Untuk

menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja

ataumuntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai

dalam tinja atau didalam cairan empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik

(Soedarto, 1991).

11
2.7 Pencegahan Dan Penanggulanagan

Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya

pencegahannya dapatdilakukan sebagai berikut :

a. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga

dan hygiene pribadi seperti :

1. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

2. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci

terlebih dahuludengan menggunkan sabun.

3. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah

dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun,

pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang

dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik

ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.

2. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.

3. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup

cacing misalnya memakai jamban/WC.

4. Makan makanan yang dimasak saja.

5. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan

tinja sebagai pupuk.

12
b. Pengobatan penderita

Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban

cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik

dengan akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat

digunakan untuk mengobati Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun

pengobatan massal.

Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak

chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek

samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini

berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan

mudah pemakaiannya Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan

adalah :

1). Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang

baik. Diberikan satu tablet(100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat

umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi

ektopik.

2). Pirantel Pamoat.

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk

menyembuhkan kasus lebihdari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan

obat ini biasanya dapat diterima Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif

terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di

13
daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal

yang biasa.

3). Levamisol Hidroklorida.

Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang

menyebabkankelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis

tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan

<10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.

4). Garam Piperazin.

Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius

vermicularis,tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam

dosis tunggal sebesar 30 ml (5ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi

sampingan lebih sering daripada pirantelpamoat dan mebendazol. Ada kalanya

dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan

vertigo.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau
daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah
terkena infeksi cacing Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris
lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang yang penularannya dengan
perantaraan tanah (“Soil Transmited Helminths”).
Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut Ascariasis.Ascaris lumbricoides
merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usushalus. Adanya
cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi
yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan
peristaltik dan penyerapan makanan.
3.2 SARAN

Jagalah kesehatan dan kebersiahan agar kita dan sekeluarga terhindar dari penyakit

cacingan atau yang biasa disebut Ascaris lumbricoides

15
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/4863/2/pendahuluan-bab6pdf.pdf

https://www.academia.edu/5338853/MAKALAH_ZOONOSIS_ASCARIASIS

16

Anda mungkin juga menyukai