Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan tentang cacing
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan sanggahan dari pembaca
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sistem perkemihan dan
terhadap pembaca.
1
Daftar Pustaka
Daftar isi................................................................................................... 2
Bab I pendahuluan
Bab II Pembahasaan
Daftar pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi
(malnutrisi).
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAAN
Nematoda berasal dari kata nematos yang berarti benang dan oidos yang berarti
bentuk, sehingga cacing ini sering disebut cacing gilik ataupun cacing gelang.
Nematoda itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis yakni nematoda usus dan nematoda
jaringan. Manusia merupakan hospes untuk beberapa nematoda usus yang dapat
Diantara nematoda usus yang ada terdapat beberapa spesies yang membutuhkan
tanah untuk pematangannya dari bentuk non infektif menjadi bentuk infektif yang
5
2.2 Epidemiologi
pada manusia. Angka kejadian infeksi A.lumbricoides ini cukup tinggi di negara
Tingginya angka kejadian Ascariasis ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya
telur disertai dengan daya tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif.
Parasit ini lebih banyak ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi
dan suhu 25°- 30°C sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur
mati pada suhu diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin tidak mempengaruhinya
(Rampengan, 2005).
Telur cacing tersebut tahan terhadap desinfektan dan rendaman yang bersifat
sementara pada berbagai bahan kimiawi keras (Brown dkk, 1994). Infeksi A.
lumbricoides dapat terjadi pada semua usia, namun cacing ini terutama menyerang
anak usia 5-9 tahun dengan frekuensi kejadian sama antara laki-laki dan perempuan
(Natadisastra, 2012).
tangan ibunya yang telah tercemar oleh larva infektif . Prevalensi A. lumbricoides
6
Indonesia yaitu di pulau Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa
2.3 Morfologi
mm.
Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya
Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan
mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikelpada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau
Sel otot somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran
saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua
7
buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing betina, vulva terbuka
pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah, bagian ini lebih kecil dan
Telur yang di buahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50
mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini
dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur
sampai satu tahun. Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi
lagi oleh lapisan albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau berdungkul
(mamillation). Lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat
Didalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu.
Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong
dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna
coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.
tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan
melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati
yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya
sekitar 15 hari.
8
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanayak 2 kali, kemudian
keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke
bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan
melalui saliva atau merayap melalui epiglotis masuk kedalam traktus digestivus.
Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi
menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira kira satu tahun, dan kemudian
Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan
200.000 – 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4
minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini
merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan
diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III yang
bersifat infektif Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap
sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan
menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama
beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana-mana, menyebar melalui tanah,
Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif
masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu
9
berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksitubuh
melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.
Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui bebrapa jalan yaitu masuknya telur
tertelan telur melalui tangan yang kotor dan terhirupnya telur infektif bersama debu
udara dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian
atas, untuk kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah
migrasi larva dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang kena infeksi
tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup besar
itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang menimbulkan reaksi
10
toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai dengan tanda
alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan bagian
atas.
obstruksi usus, perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke organ-
Ada kalanya askariasis menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa
keadaansebagai berikut :
Bila cacing masuk ke dalam saluranempedu, terjadi kolik yang berat disusul
telur dalam jumlah yang besar yang dapat dikenali dalampemeriksaan histologi.Untuk
ataumuntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai
dalam tinja atau didalam cairan empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik
(Soedarto, 1991).
11
2.7 Pencegahan Dan Penanggulanagan
Berdasarkan kepada siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya
a. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga
Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun,
pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik adalah sulit. Adapun upaya yang
3. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup
12
b. Pengobatan penderita
Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban
cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik
dengan akibat yang membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat
pengobatan massal.
Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak
chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek
samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini
berspektrum luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan
mudah pemakaiannya Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan
adalah :
1). Mebendazol.
Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang
baik. Diberikan satu tablet(100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat
umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi
ektopik.
menyembuhkan kasus lebihdari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan
obat ini biasanya dapat diterima Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif
terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di
13
daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal
yang biasa.
Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang
tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan
<10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.
Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius
dosis tunggal sebesar 30 ml (5ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi
dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan
vertigo.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jagalah kesehatan dan kebersiahan agar kita dan sekeluarga terhindar dari penyakit
15
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/4863/2/pendahuluan-bab6pdf.pdf
https://www.academia.edu/5338853/MAKALAH_ZOONOSIS_ASCARIASIS
16