Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH

NAMA : IKA NOVIKA

NIM : D.2210009

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Fisiologi Cairan tubuh
1. Distribusi dan komposisi cairan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase
cairan tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi
seseorang. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah
cairan terhadap berat badan menurun.

Distribusi cairan Laki-laki dewasa Perempuan dewasa bayi


Total air tubuh (%) 60 50 75
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
Plasma 5 5 5
Intersisial 15 15 30
Tabel 1. Distribusi Cairan

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2


kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.

1. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.
2. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan
bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga dari volume total pada
dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial dan cairan
intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk
cairan yang terkandung diantara rongga tubuh(transseluler)seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi
saluran pencernaan. Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan
yang terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma darah

Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu
elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit

Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion


positif (kation) dan ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan
ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam
cairan intraselular adalah potasium (K+).
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular
adalah ion fosfat (PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan
cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma
mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler3,5.

Kation mEq/L Anion mEq/L


Na+ 142 HCO3- 24
K+ 5 C1- 105
Ca++ 5 HPO4 = 2
Mg++ 1 SO4 = 1
Asam Org 6
Protein 16
Total 154 Total 154
Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler
Kation mEq/L Anion mEq/L
Na+ 15 HCO3- 10
K+ 150 CL- 1
Ca++ 2 HPO4 = 100
Mg++ 27 SO4 = 20
Protein 63
Total 194 Total 194
Tabel 3. Komposisi elektrolit intraseluler

b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea,
kreatinin, dan bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
B. Konsep Dasar Cairan Dan Elektrolit
1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan saling bergantung satu dengan yang lainnya.jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di
dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler.Cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan intraseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna (Hidayat, 2008).
2. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Menurut Brunner & Suddart, 2000 di dalam tubuh seorang yang sehat
volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada
dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan
sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan
cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine), ekresi pada proses metabolisme.
a) Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang, seorang dewasa
minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh
kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari
diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
Rata-rata cairan perhari
(1) Air minum : 1500-2500 ml.
(2) Air dari makanan : 750 ml.
(3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme : 200 ml.
b) Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
(1)Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml
per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
(2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
(3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
(4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml
per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
C. Cara menghitung balance cairan :
1. Balance cairan = intake cairan – output cairan
2. Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Keterangan :
 Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan
dalam makanan Klien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang
di drip, albumin dll.
 Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika Klien dipasang kateter maka
hitung dalam ukuran di urinbag, jika tidak terpasang maka Klien harus
menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan
ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
 IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan
sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas. Berikut cara menghitung
IWL.
Cara menghitung IWL pada orang dewasa :
1) Teknik menghitung IWL pada orang dewasa :
IWL = (15 x BB)
24 jam
2) Rumus IWL dalam kenaikan suhu :
[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam

Keterangan :
CM = Cairan masuk
(Smeltzer& Bare, 2001).
a) Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh menurut syaifuddin, 2006 antara lain :
1) Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
Tabel 1.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700

(2)Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
(3)Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.
(4)Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
(5)Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
c. Klien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
D. Masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurut
A.Aziz Alimul Hidayat, 2008 yaitu :
1) Hipovolemik atau dehidrasi
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Gejalanya antara lain: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa
haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan
kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan
akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya
penurunan jumlah air mata.
2) Hipervolemik atau overhidrasi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
(1)Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
(2)Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
(3)Kelebihan pemberian cairan. \Perpindahan cairan interstisial ke
plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites,
adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher.
b) Hiponatremia
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/l,
jika 8 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini
dapat diseabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik),
hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses,
diuretika), hipervolemia (Sirosis, nefrosis). Koreksi hiponatremia yang
sudah berlangsung lama dilakukan secaraperlahan-lahan, sedangkan
untuk hiponatremia akut lebih agresifF.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan kadar elektrolit : Kadar elektrolit serum di ukur untuk
menentukan statushidrasi, konsentrasi elektrolit pada plasma darah
2. Darah lengkap: Suatu penetapan jumlah dan tipe sel darah putih da sel
darah merah permililiter kubik darah.
3. Berat jenis urin: Mengukur derajat konsentrasi urine
4. Kadar BUN: Pemeriksaan masa perdarahan ini ditunjukkan pada kadar
trombosit,hemoglobin, eritrosit, limfosit, dan lain-lain
5. Kadar kreatinin darah : Bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjalModis
F. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/ berat
2. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberiandidasarkan keparahan,kekurangan dan
responcairankemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika diet natrium tidak cukup untuk mengurangi
odema denganmencegah reabsorpsi natrium tidak cukup untuk
mengurangi odema dengan mencegahnatrium dan air oleh ginjal.
G. Komplikasi gangguan elektronik
1. Demam tinggi
2. Pembengkakan
3. Kejang
4. Koma
H. Cara menjaga keseimbangan Ph Tubuh
1. Mengurangi komsumsi Alkhol
2. Menghentikan kebiasaan merokok
3. Menjaga berat badan ideal
4. Mencukupi kebutuhan cairan
5. Menrepakan pola makan yang sehat
I. Cara mengatasi gangguan elektrolit
1. Cairan infus
2. Konsumsi obat-obatan
3. Tindakan medis

Anda mungkin juga menyukai