Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

R (XX th)

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR KESEIMBANGAN


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Dosen Pembimbing :

Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :

Nurlena

(402021003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI

NERS UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. R DENGAN MASALAH
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Cairan dan Elektrolit Tubuh
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul H,2008). Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karenametabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam beresponterhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto
& Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-
3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan
mekanisme haus. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari
total berat badan berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam
dua kompertemen utama, yaitu CIS dan CES.
a. Cairan Intraseluler (CIS) CIS merupakan cairan yang terdapat dalam
sel tubuh dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kima sel
berlangsung. Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
total body water (TBW) dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat
tubuh atau 2/3 TBW.
b. Cairan Ekstraseluler (CES) CES merupakan cairan yang terdapat
diluar sel dan menyusun 30% dari TWB atau sekitar 20% dari berat
tubuh. CES terdiri atas cairan intravasikuler, cairan interstisial, dan
cairan transeluler. Cairan intravasikuler atau plasma menyusun 5%
dari total berat badan, sedangkan cairan interstisial menyusun 10%-
15% total berat badan.
c. Didalam cairan tubuh terdapat elektrolit. Elektrolit tersebut tersusun
atas ion elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan positif disebut kation, contohnya natrium (Na+ ), kalium
(K+ ), Kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan
negative disebut anion, contohnya klorida (Cl- ), sulfat (SO4 2-),
fosfat (PO4 3-), dan bikarbonat (HCO3).
Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia, keseimbangan elektrolit,
dan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini.
(Lyndon Saputra, 2013).
2. Fisiologi/Pengaturan Cairan dan Elektrolit
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai
filtrasi cairan, pembentukan urin, pengatur keseimbangan keluaran air
dan urin, keseimbangan asam-basa, pengatur konsentrasi garam dalam
darah dan lain sebagainya.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait
dengan dengan proses pengaturan panas. Proses pelepasan panas
lainnya dilakukan melalui cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya
dilakukan melalui cara pemancaran yaiu dengan melepaskan panas ke
udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu
pengalihan panas kebenda yang disentuh, dan cara konveksi yaitu
dengan mengalirkan udara yang telah panas kepermukaan yang lebih
dingin.
c. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan
Insensible Water Loss (IWL) ±400ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respon akibat perubahan terhadap upaya kemampuan
bernapas.
d. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
sistem ini sekitar 100-200 ml/hari
e. Sistem endokrin
1) ADH Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi
air, sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
posterior yang yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dalam menurunkan cairan ekstrasel.
2) Aldosteron Disekresi oleh korteks adrenal, meningkatkan
reabsorpsi natrium dan sekresi kalium.
3) Prostaglandin Prostaglandin merupakan asam lemak yang ada
pada jaringan yang berfungsi merespon radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal.
4) Glukokortikoid merupakan hormon yang berfungsi mengatur
peningkatan reabsorpsi Na dan H2O yang menyebabkan volume
darah meningkat, sehingga terjadi retensi Na.
5) Mekanisme rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat
menimbulkan produksi angiotensi II, sehingga merangsang
hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal
darikondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon
dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volumedarah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelahminum sebelum proses absorbs
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairantubuh melalui empat rute
(proses) yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama.
Dalam kondisi normaloutputurine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jampada orang dewasa. Pada orang
yang sehat kemungkinan produksi urinebervariasi dalam setiap
harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkatmaka produksi
urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanismedifusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan
tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi
bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, responini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.
d) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar (kolon).
3. Nilai Normal dan Cara Perhitungan
a. Perkiraan kebutuhan tubuh berdasarkan usia
Usia Berat Badan (kg) Kebutuhan (ml)/24
jam
3 hari 3,0 250 – 300
1 tahun 9,5 1150 – 1300
2 tahun 11,8 1350 – 1500
6 tahun 18,7 1800 – 2000
10 tahun 20,0 2000 – 2500
14 tahun 45,0 2200 – 2700
18 tahun (dewasa) 54,0 2200 – 2700

b. Besar IWL menurut usia


Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)
Baru Lahir 30
Bayi 50 – 60
Anak – anak 40
Remaja 30
Dewasa 20

c. Rumus perhitungan cairan dan elektrolit


1) Rumus Menghitung Keseimbangan Cairan

Intake (cairan masuk) – output (cairan keluar)

2) Rumus Perhitungan IWL

IWL = BB x 10

24
3) Rumus Perhitungan IWL dengan kenaikan suhu

IWL= (suhu actual-37) (40 X 10%) + (BB X 10)

24
4) Rumus perhitungan cairan infus
Faktor tetesan x volume
cairan

Ket :
Set. Makro : 10-20 tetes
Set. Mikro : 60 tetes
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa
mempengaruhi proses metabolism dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan
mempercepat proses, memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari
makanan dengan benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau
menyebabkan tubuh kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013
dalam Valentine, 2017).
a. Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ
(missal jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa secara efisien juga terpengaruh.
Dikarenakan usia merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol,
sehingga menjadikannya semakin penting untuk mengatur faktor
terkontrol yang telah disebutkan sebelumnya untuk individu yang
sangat muda dan sangat tua.
b. Temperature lingkungan panas yang berlebihan menyebabkan
keringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak
15-30 gram/hari.
c. Diet. Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energy, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari
intersisial ke intraseluler.
d. Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit. Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan
jantung, gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan
(Tarwoto dan Wartonah, 2011).
5. Jenis gangguan cairan
a. Hipovolemia
Hipovolemia atau Kekurangan Volume Cairan atau ( fluid volume
defisit/ FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang padaproporsi yang
sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio
elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2013),
pengertian hipovolemia yaitu sebagai suatu kondisi akibat kekurangan
volume cairan ekstraseluler (CES).
Secara umum kondisi defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3 yaitu :
1) Dehidrasi isotonic : terjadi bila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah
130-150 mEq/l.
2) Dehidrasi hipertonik : terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih
besar daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam
plasma 130-150 mEq/l.
3) Dehidrasi hipotonik : terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+ dalam
plasma adalah 130mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya
antara lain:
1) Dehidrasi ringan : kondisi dimana tubuh kehilangan cairan mencapai
5% dari berat tubuh.
2) Dehidrasi sedang : kondisi dimana tubuh kehilangan cairan mencapai
5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar
152-158 mEq/l. salah satu gejalanya adalah mata cekung.
3) Dehidrasi berat : kondisi dimana tubuh kehilangan cairan mencapai
4- 6 liter. Kadar natrium serum berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi
ini penderita dapat mengalami hipotensi.
b. Hipervolemia (Kelebihan Volume Cairan) atau (Fluid Volume
Eccess/ FVE)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu
mengalamiatau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interstisial (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada
perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan
natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi
sesudah ada peningkatankandungan natrium tubuh total, yang pada
akhirnya menyebabkanpeningkatan air tubuh total. (Brunner &
Suddarth. 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat. Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan
elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui
jumlah pemasukan secara oral, parental, atau enteral. Jumlah
pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah
atau pengeluaran lainnya. Faktor yang berhubungan meliputi faktor-
faktor yang memengaruhi masalah kebutuhan cairan, seperti, diet,
lingkungan, usia perkembangan, dan penggunaan obat.
c. Pengukuran klinik
Berat badan. Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan:
+/- 2% ringan
+/- 5% sedang
+/- 10% berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
d. Keadaan umum. Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah,
nadi, pernafasan dan tingkat kesadaran.
e. Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral: NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung megandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
f. Pengukuran pengeluaran cairann
1) Urine: volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses: jumlah dan konsentrasi
3) Muntah
4) Tube drainase
5) IWL
g. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar +/- 200
CC.
h. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan
elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani, dan sensasi rasa
2) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung
3) Mata: cekung, air mata kering
4) Neurologi: reflek, ganguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntahmuntah, dan bising usus.
i. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel
darah merah hemoglobin (HB),dan hematrokit (HT).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
Ht turun : adanya perdarahan akut,massif dan reaksi hemilitik,
Hb naik : adanya hemokonsentrasi.
Hb turun :adanya perdarahan hebat,reaksi hemolitik.
2) Pemeriksaan elektrolit serum :pemeriksaan ini di lakukan untuk
mengetahui kadar natrium,kalium,klorida,ion bikarbonat.
3) Ph dan berat jenis urine :berat jenis menunjukkan kemampuan
ginjal untuk mengatur konsentrasi urine,normalnya Ph urine adalah
4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah : Biasanya yang di periksa adalah
pH,PO,HCO,PC0, dan saturasi 02. nilai PCO2 normal : 35-
40mmHg; PO2 normal : 80-100Hg; HCO3- normal : 25-29 mEq/1;
sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah,normalnya
di arteri (95%-98%) dan vena (60%- 85%).
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Kelebihan volume cairan (Hipervolemia)
b. Defisit volume cairan (Hipovolemia)
c. Intoleransi aktivitas
3. Rencana Keperawatan (Intervensi)
Intervensi Rasional
Manajenem Manajenem
hipervolemia Observasi : hipervolemia Observasi :
1. Periksa tanda gejala hipervolemia 1. Dasar pengkajian kardiovaskuler dan
(ortopnea, dispnea, edema, respon terhadap penyakit
peningkatan JVP, suara nafas 2. Mengetahui penyebab hipervolemia
tambahan) akan menentukan intervensi
2. Identifikasi penyebab hypervolemia selanjutnya, sehingga masalah dapat
3. Monitor status hemodinamik (HR, diatasi langsung dari penyebabnya
TD, MAP) 3. Membantu dalam menganalisa
4. Monitor intake output cairan dan keseimbangan cairan dan derajat
monitor tanda hemokonsentrasi kekurangan cairan
(kadar Natrium, BUN, hematocrit, 4. Tetesan infus yang tidak tepat akan
berat jenis urine) memperburuk keadaan pasien dengan
5. Monitor efek samping diuretic. hypervolemia
5. Diuretik dapat menyebabkan pusing,
sakit kepala, kram perut, kram otot.
Terapeutik : Terapeutik :
1. Timbang berat bada setiap hari pada 1. Mengetahui kenaikan dan penuruna BB
waktu yang sama pasien setiap hari dapat menjadi salah
2. Batasi asupan cairan dan garam 3 satu indicator apakah cairan berkurang
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 atau tidak.
derajat 2. Konsumsi cairan dan natrium yang
berlebih dapat mengakibatkan retensi,
sehingga akan memperbarah kelebihan
volume cairan
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika haluaran urine 1. Keluaran urine 1Kg menunjukkan
1 kg dalam sehari. terjadi penambahan volume cairan yang
2. Ajarkan cara mengukur dan mencatat cukup banyak.
asupan dan haluaran cairan 2. Mengajarkan cara membatasi cairan,
3. Ajarkan cara membatasi cairan mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan dapat membantu
perawat untuk mengetahui
perkembangan pasien
Kolaborasi : Edukasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretic. 1. Diuretik dapat mengeluarkan cairan
Kolaborasi penggantian kehilangan dalam tubuh dengan efektif apabila
kalium akibat diuretik diberikan dalam dosis yang tepat
Intervensi Rasional
Manajemen Manajemen
hipovolemia Obsevasi hipovolemia Obsevasi
1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui status
hipovolemia (mis. frekuensi nadi hipovolemia pasien apakah membaik
meningkat, nadi teraba lemah, atau menurun
tekanan darah menurun, tekanan 2. Menentukan kehilangan dan
nadi menyempit,turgor kulit kebutuhan cairan
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus dan
lemah)
2. Monitor intake dan output cairan.
Terapeutik : Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan 1. Perhitungan kebutuhan cairan yang
2. Berikan posisi modified tepat dapat memperbaiki keadaan
trendelenburg hipovolemia yang dialami pasien
3. Berikan asupan cairan oral secara tepat.
3. Asupan cairan oral membantu
meningkatkan cairan dalam tubuh
pasien selain dari infuse yang
diberikan.
Edukasi :
Edukasi :
1. Asupan cairan oral membantu
1. Anjurkan memperbanyak asupan meningkatkan cairan dalam tubuh
cairan oral pasien selain dari infuse yang
2. Anjurkan menghindari perubahan diberikan.
posisi mendadak 2. Peruabahan posisi yang mendadak
dapat mengakibatkan perpindahan
cairan dari intravascular, interstisial
dan/atau intraselular ke intravascular,
interstisial dan/atau intraselular. Hal
tersebut dapat memperburuk keadaan
pasien
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Membantu menggantikan cairan dan
issotonis (mis. cairan NaCl, RL) elektrolit yang hilang akibat
2. Kolaborasi pemberian cairan IV penyakit, sehingga keseimbangan
hipotonis (mis. glukosa 2,5%, cairan dapat terjadi
NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
Intervensi Rasional
plasmanate).
Manajemen energi Manajemen energi
Observasi : Observasi :
1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Mengetahui bagian tubuh yang
tubuh yang mengakibatkan terganggu dapat mengoptimalkann
kelelahan pemeberian intervensi
2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Untuk mengetahui penyebab
emosional kelahan
3. Monitor pola dan jam tidur 3. Pola tidur yang kurang dapat
meningkatkan lelah berlebih

Terapeutik : Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan 1. Suasana yang hening dapat
rendah stimulus (mis. Cahaya, memberikan ketenangan dalam
suara, kunjungan ) proses istirahat
2. Lakukan latihan rentang gerak 2. Kegiatan untuk mencegak kekakuan
pasif atau aktif pada persendian akibat minim
3. Berikan aktivitas distraksi yang mobilisasi
menenangkan 3. Agar memudahkan mobilisasi
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat pasien
tidur

Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring 1. Tirah baring dapat mengoptimalkan
2. Anjurkan melakukan aktivitas proses pernafasan dan pertukaran o2
secara bertahap 2. Terapi mobilisasi secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat kekuatan otot dan energy dalam otot
jika tanda dan gejala kelelahan 3. Untuk menganalisis tindakan
tidak berkurang selanjutnya
4. Ajarkan strategi koping untuk 4. Strategi koping yang baik dapat
mengurangi kelelahan. manghasilkan self managemen yang
baik pula
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Asupan makanan baik dapat
tentang cara meningkatkan asupan menghasilkan energy yang cukup
makanan. sehingga mengurangi rasa lelah.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC.
NANDA International.2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi
2015-2017, edisi 10. Jakarta : EGC
Nilam, Hasry Munandar. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak D yang
Mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Masalah Keperawatan
Kekurangan Volume Cairan di Rumah Sakit Khusus Derah Ibu dan Anak
Pertiwi. [online, 25 Oktober 2021].
Putri, Tika Ganisa. 2019. Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Demam
Hemorhagic Fever (Dhf) Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. [online, 25 Oktober 2021].
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: SalembaMedika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Utami, Nurfitriana. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan


Dan Elektrolit. [online, 25 Oktober 2021].

Anda mungkin juga menyukai