Disusun Oleh :
NURUL HALIMAH ANGGI PRASETIA ARNATA
EKO BUDI LAKSONO ABI YAZID AL BASTOMI
PUTRI ANGGRAENI PERTIWI BAHRI MAHROJI
DESI RIASARI FENDY EFRATA
SANDI YUDHA SATYA ERVAN CANDRA TRISNANTO
VANDHIRA DWI ASTUTI DEVI MARTIANA
VIVI CANDRA FEBRIANTI
H. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1).Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di
ekresikan.
5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1).Kation berlebih di ruang intraseluler.
2).Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3).Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4).Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1).Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2).Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3).Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
4).Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,
dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
1). Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2). Membantu proses keseimbangan natrium.
3). Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4). Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1).Bagian dari bicarbonat buffer system.
2).Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3).Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1).Bagian dari fosfat buffer system.
2).Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3).Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan
kekerasan tulang.
4).Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
I. Kebutuhan Elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah sebagai berikut:
Natrium : 135-145 mEq/ L
Kalium : 3,5-5,3 mEq/ L
Kalsium : 4-5 mEq/ L
Magnesium : 1,5-2,5 mEq/ L
Klorida : 100-106 mEq/ L
Bikarbonat : 22-26 mEq/ L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/ 100 ml
K. Tindakan Keperawatan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-
pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF
stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa
in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus
dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya
dalam pemenuhan personal hygiene, dan membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1). Infiltrat :masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.
2). Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.
Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.
3). Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.
d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat
menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang
lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak
adekuat.
Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1). Posisi pemasangan
2). Posisi dan patency tube/selang
3). Tinggi botol infus
4). Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya :
1). Siapkan botol yang baru.
2). Klem selang.
3). Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4). Gantungkan botol.
5). Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6). Pasang label.
7). Catat tindakan yang dilakukan.
f.Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :
1). Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.
2). Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta
tutup klem.
3). Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4). Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5). Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti
tusukan yang baru. Langkah-langkahnya :
1). Tutup klem infus.
2). Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3). Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas
tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk
mencegah perdarahan.
4). Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5). Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan
yang tersisa dalam botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen
darah ke dalam sirkulasi vena.
Tujuannya yaitu untuk :
a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.
b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :
a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin
dengan tipe sama bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau
sensitivitas dari sel darah putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS,
dsb.
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Manajemen hipervelemia
(4170) hal.181
1. Menimbang berat badan
tiap hari dengan waktu
yang sama atau tetap dan
monitor kecenderungannya
Rasional :
Mengetahui status
kesehatan pasien :
ketidakseimbangan cairan
dalam tubuh
2. Menghindari penggunaan
cairan IV hipotonik
Rasional :
Mencegah terjadinya risiko
mengalami kelebihan
cairan yang berlebih
3. Memonitor edema perifer
Rasional :
Mengontrol edema yang
dialami pasien kelebihan
cairan
4. Menginstruksikan pasien
dan keluarga mengenai
intervensi yang
direncanakan untuk
menangani hipervolemia
Rasional :
Pasien dan keluarga
mengetahui tindakan apa
yang akan dilakukan
dalam menangani
kelebihan cairan pada
pasien tersebut
3. Kelebihan volume Keseimbangan elektrolit Manajemen elektrolit (2000)
cairan berhubungan (0606) hal 193 hal.166
dengan kelebihan Tujuan : 1. Mengkonsultasikan kepada
asupan natrium Mempertahankan dokter jika tanda-tanda dan
(domain 2, kelas 5, keseimbangan elektrolit gejala ketidakseimbangan
kode 00026 hal.195) Kriteria Hasil: cairan atau elektrolit
1. Tidak ada deviasi serum menetap atau memburuk
kalsium pada pasien Rasional :
dengan melakukan tes Mencegah terjadinya
laboratorium pada pasien kesalahan diagnose yang
2. Tidak ada deviasi serum dilakukan oleh perawat
magnesium pada pasien 2. Memonitor manifestasi
dengan melakukan tes ketidakseimbangan
laboratorium pada pasien elektrolit
3. Tidak ada deviasi serum Rasional :
klorida pada pasien Mengontrol setiap hari
dengan melakukan tes gejala dan perubahan pada
laboratorium pada pasien pasien yang mengalami
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
3. Memberikan suplemen
elektrolit sesuai resep dan
keperluan
Rasional :
Membantu pasien untuk
mengurangi akibat dari
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
4. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai jenis,
penyebab dan pengobatan
apabila terdapat
ketidakseimbangan
elektrolit yang sesuai
Rasional :
Keluarga dan pasien
tanggap terhadap gejala
ketidakseimbangan cairan
dan elektrlit agar pasien
dan keluarga mengetahui
penyebab dan mampu
melakukan pengobatan
mandiri apabila mengalami
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA