Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Oleh :
NURUL HALIMAH ANGGI PRASETIA ARNATA
EKO BUDI LAKSONO ABI YAZID AL BASTOMI
PUTRI ANGGRAENI PERTIWI BAHRI MAHROJI
DESI RIASARI FENDY EFRATA
SANDI YUDHA SATYA ERVAN CANDRA TRISNANTO
VANDHIRA DWI ASTUTI DEVI MARTIANA
VIVI CANDRA FEBRIANTI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.

B. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intra Seluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS
25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan
intraseluler.
2. Cairan Ekstra Seluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun
sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986). Menurut Abdul
(2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh
serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu :
anion dan kation.

C. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Menurut Aziz Alimul .H 2006, pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh manusia diatur oleh:
a. Ginjal

Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan cairan diawali oleh


kempuan bagian ginjal seperti gromerulus, dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap 1 L darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir
melalui glomerulus, 10% darinya disaring keluar. Cairan yang tersaring
kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 mL/ Kg/
BB/ jam.
b. Kulit

Keringan merupakan sekresi aktif yang dihasilkan oleh kelenjar


keringat yang terdapat pada lapisan kulit dan dikendalikan oleh saraf
simpatis. Melalui kelenjar ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air
yang dapat dilepaskan, ± ½ L/ hari.
c. Paru

Organ paru mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water


lost ± 400 ml/ hari dengan proses pengeluaran cairan yang terkait
dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.
d. Gastrointestinal

Melalui proses pengerapan dan pengeluaran airlah sistem


gastrointestinal berperan. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang
dalam sistem ini sekitar 100/ 200 ml/ hari.

D. Kebutuhan Cairan Tubuh bagi Manusia


Menurut Behrman, RE, dkk pada tahun 1996 kebutuhan air bedasarkan
umur dan berat badan adalah
Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air/ 24 jam (ml) ml/ Kg Berat Badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2700 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
E. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan (intake cairan)

Kondisi normal: ±2500 cc/ hari.


Pengaturannya menggunakan mekanisme haus yang diatur oleh
hipotalamus dan apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan
tubuh dimana asupan cairan kurang/ adanya perdarahan, maka curah
jantung menurun dan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah.
b. Pengeluaran Cairan (output cairan)

Kondisi normal: ±2300 cc/ hari.


Jumlah air yang banyak keluar adalah dari sekresi ginjal (±1500cc/
hari), dan dapat pula melalui kulit (keringat) dan saluran pencernaan
(feses).

F. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5L/hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan
volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai
respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi
oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute
(proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh
susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).

G. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport
yaitu :
1). Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur larutan.
2). Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi
penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini
memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter
180 liter/hari.
3). Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya
(gerakan partikel dari konsentrasi 1 ke konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya.
4). Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat
melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya
berubah.

H. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1).Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di
ekresikan.
5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1).Kation berlebih di ruang intraseluler.
2).Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3).Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4).Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1).Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di
dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2).Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3).Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses
pengaktifan protrombin dan trombin.
4).Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,
dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
1). Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2). Membantu proses keseimbangan natrium.
3). Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4). Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1).Bagian dari bicarbonat buffer system.
2).Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan PH.
3).Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1).Bagian dari fosfat buffer system.
2).Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3).Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan
kekerasan tulang.
4).Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
I. Kebutuhan Elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah sebagai berikut:
Natrium : 135-145 mEq/ L
Kalium : 3,5-5,3 mEq/ L
Kalsium : 4-5 mEq/ L
Magnesium : 1,5-2,5 mEq/ L
Klorida : 100-106 mEq/ L
Bikarbonat : 22-26 mEq/ L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/ 100 ml

J. Gangguan Volume Cairan


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume Cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit
hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh
normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner
dan suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume
cairan ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler
(CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro
intestinal, ginjal abnormal, dll.
c. Perdarahan.
Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada
kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi
jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama
menimbulkn gagal ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat
mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
2. Hipervolemia (Kelebihan Volume Cairan)
Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau
interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada
perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan
natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana
mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah
ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner dan Suddarth. 2002).
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya
retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien
dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan
Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi
dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit,
keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai
hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi
kardiovaskuler.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan
peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta,
tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan
dengan kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
Sedangkan gangguan lainya meliputi :
Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
1). Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya
terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari
extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan
hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga
tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel
keluar maka sel mengalami dehidrasi.
2). Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan
sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH
plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium
pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls
jantung dan menyebabkan serangan jantung.
3). Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan
mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar
calcium pada cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas.
4). Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi
ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan. Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam
serum, kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
5). Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus,
peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk
tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam
serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat
kadar hormon paratiroid menurun.

K. Tindakan Keperawatan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien-
pasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF
stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.
c. Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan
minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1). Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.
2). Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air,
misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa
in water (DSW), amigen, dan aminovel.
2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik,
hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu
normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium
bicarbonat.
4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus
dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya
dalam pemenuhan personal hygiene, dan membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1). Infiltrat :masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.
2). Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.
Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.
3). Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.
d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat
menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang
lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak
adekuat.
Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1). Posisi pemasangan
2). Posisi dan patency tube/selang
3). Tinggi botol infus
4). Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya :
1). Siapkan botol yang baru.
2). Klem selang.
3). Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4). Gantungkan botol.
5). Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6). Pasang label.
7). Catat tindakan yang dilakukan.
f.Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :
1). Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.
2). Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta
tutup klem.
3). Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4). Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5). Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti
tusukan yang baru. Langkah-langkahnya :
1). Tutup klem infus.
2). Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3). Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas
tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk
mencegah perdarahan.
4). Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5). Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan
yang tersisa dalam botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen
darah ke dalam sirkulasi vena.
Tujuannya yaitu untuk :
a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.
b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :
a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin
dengan tipe sama bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau
sensitivitas dari sel darah putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS,
dsb.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
1). Ringan : ± 2%
2). Sedang : ± 5%
3). Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1). Cairan oral : NGT dan oral
2). Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3). Makanan yang cenderung mengandung air
4). Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1). Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah
4). Tube drainage dan IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (Domain 2, kelas 5, kode 00027 hal.193)
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
(domain 2, kelas 5, kode 00026 hal.195)
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
(domain 2, kelas 5, kode 00026 hal.195)
C. Intervensi (perencanaan)

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Kekurangan volume NOC : NIC :


cairan berhubungan
dengan kehilangan Keseimbangan cairanManajemen Cairan (4120)
cairan aktif (0601) hal.192 hal.157
(Domain 2, kelas 5, Tujuan : 1. Menimbang berat badan
kode 00027 hal.193) Menyeimbangkan volume setiap hari dan monitor
cairan sesuai dengan status pasien
Definisi : kebutuhan tubuh Rasional :
Penurunan cairan Kriteria Hasil: Mengetahui status
intravaskuler, 1 Tekanan darah kembali kesehatan pasien :
interstisial, dan/atau dalam keadaan normal ketidakseimbangan cairan
intraseluler. Ini 2 Denyut nadi radial dalam dalam tubuh
mengacu pada keadaan normal 2. Jaga intake/asupan yang
dehidrasi, kehilangan 3 Keseimbangan intake dan akurat dan catat output
cairan saja tanpa output selama 24 jam pasien
perubahan pada 4 Berat badan stabil Rasional :
natrium. Mengetahui adanya
Hidrasi (0602) hal.102 ketidakseimbangan cairan
Tujuan : dalam tubuh
Ketersediaan cairan yang 3. Memonitor tanda-tanda
cukup bagi tubuh vital pasien
Kriteria Hasil: Rasional :
1. Turgor kulit klien Mengetahui tekanan darah,
membaik suhu, denyut nadi dan
2 Membran mukosa lembab status pernapasan agar
status kesehatan :
ketidakseimbangan cairan
pada pasien terkontrol
4. Mendukung pasien dan
keluarga untuk membantu
dalam pemberian makan
dengan baik
Rasional :
Supaya pasien dan
keluarga mengetahui
makanan yang baik baik
dikonsumsi oleh pasien
yang mengalami
ketidakseimbangan cairan
5. Mendistribusikan asupan
cairan
Rasional :
Memenuhi kebutuhan
asupan cairan kepada
pasien
2. Kelebihan volume Keseimbangan cairan Menajemen cairan (4120)
cairan berhubungan (0601) 192 hal.157
dengan kelebihan Tujuan : 1. Memonitor tanda-tanda
asupan cairan Menyeimbangkan volume vital pasien
(domain 2, kelas 5, cairan sesuai dengan Rasional :
kode 00026 hal.195) kebutuhan tubuh Mengetahui tekanan darah,
Kriteria Hasil: suhu, denyut nadi dan
Definisi: 1. Tekanan darah kembali status pernapasan agar
Peningkatan retensi dalam keadaan normal status kesehatan :
cairan isotonik 2. Denyut nadi radial dalam ketidakseimbangan cairan
keadaan normal pada pasien terkontrol
3. Keseimbangan intake dan 2. Mengkonsultasikan
output selama 24 jam dengan dokter jika tanda-
4. Berat badan stabil tanda dan gejala kelebihan
volume cairan menetap
Keparahan cairan berlebih atau memburuk
(0603) hal.127 Rasional :
Tujuan : Mengetahui kejelasan
Mengetahui tanda dan gejala tanda dan gejala pasien
kelebihan cairan yang mengalami kelebihan
Kriteria Hasil: cairan
1. Tidak adanya edema 3. Mengkaji lokasi dan
menyeluruh pada pasien luasnya edema, jika ada
2. Tidak terjadinya Rasional :
peningkatan berat badan Mengetahui lokasi
pada pasien terjadinya edema dan
3. Tidak terjadi penurunan seberapa luas edema agar
urine output pada pasien perawat mengetahui
seberapa parah pasien
mengalami kelebihan
cairan

Manajemen hipervelemia
(4170) hal.181
1. Menimbang berat badan
tiap hari dengan waktu
yang sama atau tetap dan
monitor kecenderungannya
Rasional :
Mengetahui status
kesehatan pasien :
ketidakseimbangan cairan
dalam tubuh
2. Menghindari penggunaan
cairan IV hipotonik
Rasional :
Mencegah terjadinya risiko
mengalami kelebihan
cairan yang berlebih
3. Memonitor edema perifer
Rasional :
Mengontrol edema yang
dialami pasien kelebihan
cairan
4. Menginstruksikan pasien
dan keluarga mengenai
intervensi yang
direncanakan untuk
menangani hipervolemia
Rasional :
Pasien dan keluarga
mengetahui tindakan apa
yang akan dilakukan
dalam menangani
kelebihan cairan pada
pasien tersebut
3. Kelebihan volume Keseimbangan elektrolit Manajemen elektrolit (2000)
cairan berhubungan (0606) hal 193 hal.166
dengan kelebihan Tujuan : 1. Mengkonsultasikan kepada
asupan natrium Mempertahankan dokter jika tanda-tanda dan
(domain 2, kelas 5, keseimbangan elektrolit gejala ketidakseimbangan
kode 00026 hal.195) Kriteria Hasil: cairan atau elektrolit
1. Tidak ada deviasi serum menetap atau memburuk
kalsium pada pasien Rasional :
dengan melakukan tes Mencegah terjadinya
laboratorium pada pasien kesalahan diagnose yang
2. Tidak ada deviasi serum dilakukan oleh perawat
magnesium pada pasien 2. Memonitor manifestasi
dengan melakukan tes ketidakseimbangan
laboratorium pada pasien elektrolit
3. Tidak ada deviasi serum Rasional :
klorida pada pasien Mengontrol setiap hari
dengan melakukan tes gejala dan perubahan pada
laboratorium pada pasien pasien yang mengalami
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
3. Memberikan suplemen
elektrolit sesuai resep dan
keperluan
Rasional :
Membantu pasien untuk
mengurangi akibat dari
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
4. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai jenis,
penyebab dan pengobatan
apabila terdapat
ketidakseimbangan
elektrolit yang sesuai
Rasional :
Keluarga dan pasien
tanggap terhadap gejala
ketidakseimbangan cairan
dan elektrlit agar pasien
dan keluarga mengetahui
penyebab dan mampu
melakukan pengobatan
mandiri apabila mengalami
ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Bulechek, Gloria M.,et.al.2013 . Nursing Intervention Classification (NIC), Edisi
6 Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mocomedia
Carpenito, Lynda Juall. (2006).”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC.
Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Kliegman, Beherman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., et.al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 5
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mocomedia
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). ”Kebutuhan Dasar Manusia”.
Jakarta : EGC.
NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”.
Obet. (2010). Kebutuhan Cairan dalam Tubuh
Potter & Perry. (2010). Fundamental of nursing: Fundamental Keperawatan, Edisi
7 Buku 3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai