Oleh :
Hendra Sulistiawan
2210.1490.1386
DISUSUN OLEH
HENDRA SULISTIAWAN
2210.1490.1386
Disetujui Oleh :
(Ika Arum Dewi.S, S.Kep., Ns., M.Biomed) (Eva Brasiska, S. Kep., Ns)
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH
HENDRA SULISTIAWAN
2210.1490.1386
Disetujui Oleh :
(Ika Arum Dewi.S, S.Kep., Ns., M.Biomed) (Eva Brasiska, S. Kep., Ns)
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml- 3.500ml/hari, biasanya pengaturan
cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler.
B. Pengaturan Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari jumlah cairan yang masuk
dikurangi dengan jumlah cairan yang keluar. Catatan asupan dan haluaran yang akurat
serta berat badan harian sangat penting untuk merawat klien yang mengalami
kekurangan atau kelebihan cairan.
1. Asupan Cairan
Asupan merujuk pada air dan cairan lain yang masuk kedalam tubuh setiap
hari. Air diperoleh dari dua sumber yaitu : asupan cairan (melalui mulut atau metode
lain seperti IV), dan sebagai hasil metabolisme makanan. Pengaturan mekanisme
keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung akan menurun, menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah.
G. Regulasi Elektrolit
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1. Bagian dari bicarbonat buffer system.
2. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dansuasana garam
untuk menurunkan PH.
3. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
H. Gangguan
1. Masalah Keseimbangan Cairan
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemia. Mekanisme
kompensasi pada hipovolemia adalah peningkatan rangsang saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa haus,
pelepasan hormon ADH dan aldosteron. Gejalanya antara lain: pusing, lemah, mual,
muntah, rasa haus, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, temperatur
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering,
penurunan berat badan, mata cekung, dan pengosongan vena jugularis.
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
c. Perdarahan.
Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairandan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapatterjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan
tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volumecairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.
b. Hipervolemia
Hipervolemia adalah penambahan atau kelebihan volume cairan ekstraseluler dapat
terjadi pada saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma. Gejalanya antara lain: sesak nafas,
peningkatan dan penurunan tekanan darah nadi kuat asites edema adanya suara
nafas tambahan ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan Irama gallop.
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natriumdan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler
dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan
pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit,
keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya
pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
b. preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
c. Infark miokard.
d. Gagal jantung kongestif.
e. Gagal jantung kiri.
f. Penyakit katup.
g. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid
plasma rendah, etensi natrium.
h. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan arus
balik vena.
i. Varikose vena.
j. Penyakit vaskuler perifer.
k. Flebitis kronis
2. Pengkajian fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko
terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan
dapat dideteksi lebih dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.
c. Intake dan output cairan Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan
parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan
seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine
d. Mata:
Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
dema periorbital, papiledema
e. Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
f. Sistem kardiovaskular:
Inspeksi:
Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
Central venus pressure (CVP) abnormal
Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
- Palpasi:
Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
Pengisian kapiler
Auskultasi:
Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat perbedaannya,
stabil, meningkat, atau menurun.
Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
g. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
h. Sistem gastro intestinal:
Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
i. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
j. Sistem neuromuskular :
Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
Perkusi: reflex tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
k. Kulit:
Suhu tubuh: meningkat/menurun
Inspeksi: kering, kemerahan
Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering
diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon
dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat
memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan
olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang
berat jenis urine normal antara 1,003-1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
f. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen dalam
darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh
oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.