Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Disusun untuk memenuhi tugas laporan Individu praktek profesi ners
department keperawatan dasar
Di ruang Teratai RSI Malang Unisma

Oleh :
Hendra Sulistiawan
2210.1490.1386

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “P” DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG TERATAI RSI MALANG UNISMA

DISUSUN OLEH
HENDRA SULISTIAWAN
2210.1490.1386

Disetujui Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing wahana praktik

(Ika Arum Dewi.S, S.Kep., Ns., M.Biomed) (Eva Brasiska, S. Kep., Ns)
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “R” DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI
DI RUANG TERATAI RSI MALANG UNISMA

DISUSUN OLEH
HENDRA SULISTIAWAN
2210.1490.1386

Disetujui Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing wahana praktik

(Ika Arum Dewi.S, S.Kep., Ns., M.Biomed) (Eva Brasiska, S. Kep., Ns)
A. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml- 3.500ml/hari, biasanya pengaturan
cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada diluar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler.
B. Pengaturan Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari jumlah cairan yang masuk
dikurangi dengan jumlah cairan yang keluar. Catatan asupan dan haluaran yang akurat
serta berat badan harian sangat penting untuk merawat klien yang mengalami
kekurangan atau kelebihan cairan.
1. Asupan Cairan
Asupan merujuk pada air dan cairan lain yang masuk kedalam tubuh setiap
hari. Air diperoleh dari dua sumber yaitu : asupan cairan (melalui mulut atau metode
lain seperti IV), dan sebagai hasil metabolisme makanan. Pengaturan mekanisme
keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung akan menurun, menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan darah.

Umur Kebutuhan air


Jumlah air dalam 24 jam mL/kg Berat Badan
3 hari 250 - 300 80 -100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 - 60
18 tahun 2200 – 2700 40 - 50
Dewasa 2400 - 2600 20 - 30
2. Pengeluaran Cairan
Banyak faktor memengaruhi kehilangan cairan. Individu yang sakit
membutuhkan lebih banyak cairan karena mengalami drainase berlebihan dari luka,
muntah atau perdarahan. Demam dapat menyebabkan individu menggunakan
sekitar empat kali lipat jumlah cairan yang ia biasanya ia butuhkan. Masing-masing
bentuk kehilangan cairan juga akan mengubah konsentrasi elektrolit tubuh (Rosdahl
dkk, 2014). Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan
kecepatan pernafasan, keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan
berlebihan adalah muntah secara terus menerus (Alimul Hidayat, 2006).
C. Nilai-Nilai Normal dan Cara Perhitungannya
Menurut Haswita dan Reni, 2017 Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar
75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. Komposisi cairan pada tubuh
dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50% BB. Sisanya
adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain-lain. Air tersimpan dalam
dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:
a. Cairan intraseluler (CIS) Cairan intraseluler merupakan Cairan yang berada di dalam sel
tubuh dan berfungsi sebagai media tempat aktivitas kimia sel berlangsung. Cairan ini
merupakan 70% dari total cairan tubuh (total body water). Pada individu dewasa CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari berat tubuh (total body water).
b. Cairan ekstraseluler (CES) Cairan ekstraseluler merupakan Cairan yang berada di luar
sel dan menyusun 30% dari total body water. 20% dari berat tubuh merupakan cairan
ekstraseluler. Cairan ini terdiri atas : 1) Cairan plasma (cairan intravaskular) sebanyak
5% 2) Cairan interstisial sebanyak 10 - 15% 3) Cairan transeluler sebanyak 1 - 3%
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan di dalam dan di luar sel
tubuh. Mineral tersebut didapatkan dari cairan dan makanan yang kita konsumsi.
Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran untuk
menjaga level yang diharapkan agar fungsi tubuh optimal. (Bennita W, 2013
D. Cara pengeluaran
Cara Pengeluaran Cairan dan Elekrolit Pengeluaran cairan melalui organ organ
seperti :
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama Keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari
d. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat.
b. Rangsangan kelenjar keringat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan
yang meningkat, dan demam.
c. Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15 sampai dengan 20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan
kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap hari 100 - 200 ml.
b. Perhitungan iwl secara keseluruhan adalah 10 sampai dengan 15 cc/kgBB/ 24 jam
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.

E. Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera
hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan
tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss) IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit. d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

F. Pergerakan Cairan dan Elektrlit Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport:


1. Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur
larutan.
2. Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur
cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang
memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
3. Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari
konsentrasi 1 ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4. Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati
semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

G. Regulasi Elektrolit

1. Kation, terdiri dari :


a. Sodium (Na+) :
1. Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2. Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3. Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4. Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada
ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan.
5. Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1. Kation berlebih di ruang intraseluler.
2. Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3. Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4. Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1. Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang
dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2. Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3. Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan prosespengaktifan
protrombin dan trombin.
4. Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-) :
1. Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2. Membantu proses keseimbangan natrium.
3. Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4. Sumber : garam dapur

b. Bicarbonat (HCO3-) :
1. Bagian dari bicarbonat buffer system.
2. Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dansuasana garam
untuk menurunkan PH.
3. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.

c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :


1. Bagian dari fosfat buffer system.
2. Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3. Bersama denganion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang.
4. Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

H. Gangguan
1. Masalah Keseimbangan Cairan
a. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemia. Mekanisme
kompensasi pada hipovolemia adalah peningkatan rangsang saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa haus,
pelepasan hormon ADH dan aldosteron. Gejalanya antara lain: pusing, lemah, mual,
muntah, rasa haus, konstipasi dan oliguria, penurunan tekanan darah, temperatur
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering,
penurunan berat badan, mata cekung, dan pengosongan vena jugularis.

Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
c. Perdarahan.

Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairandan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut
juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu,
seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapatterjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem
syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan
tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.

Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volumecairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.

b. Hipervolemia
Hipervolemia adalah penambahan atau kelebihan volume cairan ekstraseluler dapat
terjadi pada saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma. Gejalanya antara lain: sesak nafas,
peningkatan dan penurunan tekanan darah nadi kuat asites edema adanya suara
nafas tambahan ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan Irama gallop.

Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natriumdan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.

Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler
dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload
cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan.

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan
pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit,
keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya
pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler

Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
b. preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
c. Infark miokard.
d. Gagal jantung kongestif.
e. Gagal jantung kiri.
f. Penyakit katup.
g. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid
plasma rendah, etensi natrium.
h. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan arus
balik vena.
i. Varikose vena.
j. Penyakit vaskuler perifer.
k. Flebitis kronis

c. Masalah Keseimbangan Elektolit


a. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah, normalnya kadar natrium 135 mEq/I - 145 mEq/I. Tanda seseorang
kekurangan kadar natrium adalah: rasa haus yang berlebihan, rasa cemas, takut dan
bingung, kejang perut, denyut nadi cepat, hipotensi, dan membran mukosa kering
b. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan kelebihan natrium dalam plasma darah,
normalnya kadar natrium 135 mEq/I - 145 mEq/I. Tanda seseorang kelebihan
natrium adalah: mukosa kering, rasa haus, Turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak.
c. Hipokalemia
Hipokalemia adalah Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah,
normalnya kadar kalium 3,5 mEq/I - 5 mEq/I. Tanda seseorang kekurangan kalium
adalah: denyut nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak nafsu makan, muntah-
muntah, perut kembung denyut jantung tidak beraturan, dan penurunan bising
usus.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah suatu keadaan kelebihan kadar kalium dalam darah,
normalnya kadar kalium 3,5 mEq/I - 5 mEq/I. Tanda seseorang kelebihan kalium:
mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, dan
diare.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu keadaan kekurangan kalsium dalam plasma darah,
normalnya kadar kalsium 4,3 mEq/I. Tanda seseorang kekurangan kalsium: Kram
otot dan perut, dan kejang.
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah suatu keadaan kelebihan kalsium dalam plasma darah,
normalnya kadar kalsium 4,3 mEq/I. Dapat dijumpai pada pasien yang mengalami
kelenjar gondok dan makan vitamin D yang berlebihan.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia adalah suatu keadaan kekurangan magnesium dalam plasma
darah, normalnya kadar magnesium 1,3 - 2,5 mEq/I. Tanda seseorang kekurangan
magnesium: Tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi dan
disorientasi.
h. Hipermagnesia
Hipermagnesia adalah keadaan kelebihan magnesium dalam plasma darah,
normalnya kadar magnesium 1,3 - 2,5 mEq/I. Tanda seseorang kekurangan
magnesium adalah gangguan penafasan.
I. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
Menurut Harnanto & Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan dasar cairan dan
elektrolit adalah:
a. Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan elektrolit, dan asam basa:
 usia: sangat muda, sangat tua
 Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal
 jantung kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK,
penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
 Trauma: cedera akibat kecelakaan
 cedera kepala, combostio.
 Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
 Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
b. Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
c. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat
anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam
jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine,
apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? Bila ya ! melalui apa? Muntah,
diare, berkeringat

2. Pengkajian fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a. Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b. Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko
terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan
dapat dideteksi lebih dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan di dalam tubuh
sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.
c. Intake dan output cairan Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan
parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan
seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine
d. Mata:
 Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
 dema periorbital, papiledema
e. Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
f. Sistem kardiovaskular:
 Inspeksi:
 Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi
 Central venus pressure (CVP) abnormal
 Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat
- Palpasi:
 Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki)
 Denyut nadi: frekuensi, kekuatan
 Pengisian kapiler
 Auskultasi:
 Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat perbedaannya,
stabil, meningkat, atau menurun.
 Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan
g. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
h. Sistem gastro intestinal:
 Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare
 Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
i. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
j. Sistem neuromuskular :
 Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
 Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
 Perkusi: reflex tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
k. Kulit:
 Suhu tubuh: meningkat/menurun
 Inspeksi: kering, kemerahan
 Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering
diukur mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon
dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit
dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi
sebagai respons terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat
memengaruhi status oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan
dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan
olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang
berat jenis urine normal antara 1,003-1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
f. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen dalam
darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh
oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.

J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) diagnosa keperawatan yang berkaitan
dengan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah:
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan,
kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek agen farmakologis
(kortikosteroid).
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi,
peningkatan permeabilitas kapiler, kekurangan intake cairan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d muntah , dehidrasi
K. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Mencatat asupan intake output secara akurat
gagguan mekanisme keperawatan selama 3 x 24 jam R/ haluaran urine kurang dari 400 ml/24 jam menandakan
regulasi, kelebihan diharapkan hypervolemia teratasi gagal ginjal akut. Intake dan output diperlukan untuk
asupan cairan, dengan kriteria hasil: menentukan penggantian kebutuhan cairan dan mengurangi
kelebihan asupan 1. Asupan cairan menurun resiko kelebihan cairan.
natrium, gangguan 2. Haluaran urin meningkat 400- 2. Menimbang berat badan setiap pagi dan sore
aliran balik vena, efek 2000 ml/hari R/ penambahan BB lebih dari 0,5 kg/hari menunjukkan
agen farmakologis 3. Membran mukosa lembab retensi cairan
(kortikosteroid) 4. Tidak ada edema 3. Observasi adanya edema pada kulit, wajah dan area
5. Tidak ada dehidrasi dependen
6. Tekanan darah membaik R/ edema menunjukkan adanya penumpukan cairan
120/80 mmHg 4. Kolaborasi dengan dokter pemberian diuretic seperti
7. Mata tidak cekung furesemid atau manitol
8. Turgor kulit elastis R/ Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam,
termasuk natrium dan klorida, di ginjal. Kadar garam juga
mempengaruhi kadar air yang diserap atau dikeluarkan oleh
ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang
dari tubuh melalui pengeluaran urine.
2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Meningkatkan asupan oral, misalnya sediakan sedotan beri
kehilangan carian keperawatan selama 3x24 jam cairan/minum diantara waktu makan yaitu susu, air putih
aktif, kegagalan diharapkan hypovolemia teratasi tetapi yang tidak memperburuk kondisi dan berikan cairan
mekanisme regulasi, dengan kriteria hasil: sesuai kebutuhan.
peningkatan 1. Frekuensi nadi dalam batas R/ meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah
permeabilitas kapiler, normal (70-120x/menit) komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau yang
kekurangan intake 2. Suhu tubuh dalam batas tidak diharapkan
cairan. 2. Pantau status hidrasi yaitu kelembaban kulit dan membrane
normal (36,5-37,5 C) mukosa, keadekuatan nadi
3. Elastisitas turgor kulit R/mencegah dehidrasi
membaik 3. Pemantauan cairan (pantau warna, jumlah, dan frekuensi
4. Intake cairan membaik (8- kehilangan cairan, identifikasi faktor pengaruh terhadap
8,5cc/kgBB/hari) bertambah buruknya dehidrasi misalnya karena obat-
5. Membrane mukosa lembab obatan, atau stress serta keadaan cemas)
6. Tidak ada rasa haus yang R/ mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
berlebihan mengatur keseimbangan cairan
4. Manajemen nutrisi (lakukan hignine oral sesuai kebutuhan,
tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung
asupan yang diinginkan sepanjang shif pagi, sore atau
malam)
R/ membantu atau menyediakan asupan makanan dan
cairan dalam diet seimbang
5. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan
keseimbangan cairan misalnya kadar hematokrit, BUN,
albumin, protein total, serta berat jenis urin (laporkan
abnormalitas elektrolit)
R/ mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan
kadar cairan dan elektrolit
6. Berikan terapi IV (intravena) sesuai program dengan
kebutuhan
R/ memberikan dan memantau cairan dan obat intravena

Anda mungkin juga menyukai