Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II B

Zulfi PujiSriastuti (2104045)


SuwarniSyam (2104039)
Nur Syahraeny Ramli (2104018)
SyahrulSyam (2104052)
Dian Wahyuningsih (2104047)
Sri Wahyuni Mansur (2104037)
Nurwahida (2104020)
Reni Anggriawan (2104050)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KE BUTUHAN DASAR MANUSIA: CAIRAN ELEKTROLIT

A. Konsep Dasar Cairan Elektrolit


1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan.

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana


pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Total jumlah volume cairan tubuh
( total body water-TWB) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat
badan wanita. 9 Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan
usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita
lebih banyak dari pada pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.
Usia juga berpengaruh pada TWB dimana makin tua usia makin sedikit kandungan
airnya.

2. Anatomi
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air  paling tinggi antara lain
adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau
jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-
sel jaringan seprti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi
kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1
kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total
jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan
kehilangan 2,5 liter cairan perharinya. Sekitar 1.5 liter cairan tubuh keluar melalui
urine, 500ml melalui keluarnya keringat, 400ml keluar dalam bentuk uap air melalui
proses respirasi ( pernasafan ) dan 100ml keluar bersama feses (tinja). Sehingga
berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas ( 1 gelas = 240 ml) biasanya
dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan perhariannya. Secara
prposional, wanita mengandung lebih banyak lemak dan sedikit otot dibandingkan
dengan laki-laki, sehingga kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dengan berat
badannya. Karena memang pada dasarnya lemak itu bebas air, maka makin sedikit.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
pendarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka
resiko penderita menjadi lebih besar.
a. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomelurus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1ml
/kg /bb /jam.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan
demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang 13 hilang sebagai respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalahn 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius.
b. Pengaturan keseimbangan cairan.
1. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentukdi hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari
hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus koligentes,dengan demikian dapat menghemat air
2. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjer adrenal yang bekerja pada tubulus
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosterone
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan system
angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
3. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek
ginjal pada ADH
4. Glukokortikoid
Meningkatkan resoprsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan
terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
5. Mekanisme rasa dahaga
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
3. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.

b. Cairan Ekstraseluler (CES)


Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar
20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu
(Abdul H, 2008).
1) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
2) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
3) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
4. Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan
yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal orang dewasa adalah 2500 cc perhari
sedangkan asupan cairan pada anak yang disarankan oleh ikatan Dokter Anak
Indonesia yaitu 800 ml atau sekitar 2-3 gelas ntuk anak usia 7-12 bln, 1,3 liter
atau sekita 4 gelas untuk anak usia 1-3 tahun, 1,7 liter atau 5 gelas untuk usia 4-8
tahun sedangkan 2,1-2,4 liter atau 8-10 gelas untuk anak di atas usia 9 tahun.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus.
Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah
hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh 10 dimana
asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah
b. Keseimbangan cairan
1) Intake cairan
Kebutuhan Intake cairan anak berdasarkan umur dan berat badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan
cairan
1 1 tahun 9,5 1150-1300
2 2-5 tahun 11,8 1350-1500
3 6-9 tahun 20 1800-2000
4 10-13 tahun 28,7 2000-2500
5 14-17 tahun 45,0 2200-2700
6 18 tahun(dewasa) 54,0 2200-2700
Sumber : ( Herliafifah, 2017)
2) Output cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
a) Urine.
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan di keluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran
cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus
dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urin
b) Keringat.
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu
yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan
ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi
kadar natrium dalam plasma.
c) Feses.
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses meruJika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh klien menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran melalui feses adalah 100 ml/hari.
d) IWL ( Insesiable Water Lose)
IWL terjadi melalui paru-Paru dan kulit. Melalui kelit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisaran 300-400 ml/hari. Tetapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL anak = (30-usia
(tahun)cc/kgBB/hari)
5. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Invisible Water Loss)


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme

difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.

c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

6. Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :


a. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.

b. Hipokalemia dan hiperkalemia


Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan
oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia
yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi,
kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat
transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.
Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas.

d. Hipokloremia dan hiperkloremia


Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini kerap
dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah
ginjal.

e. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia


Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi
fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun.

7. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :


a. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2
akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan peningkatan
[H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :

1) Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi


2) Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran, dan
disorientasi.
3) pH plasma <7,35; pH urine <6
4) PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
b. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :

1) Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)


2) Kelelahan (malaise)
3) Dis orientasi
4) Koma
5) pH plasma <3,5
6) PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
7) Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
c. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda dan
gejala klinisnya :

1) Penglihatan kabur
2) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
3) Kemampuan konsentrasi terganggu
4) Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
5) pH >7,45

d. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-asam
nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :

1) Apatis
2) Lemah
3) Gangguan mental
4) Kram
5) pusing

8. PATHWAY GANGGUAN NUTRISI


Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1
liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan
berat badan :

1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.

b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta
tingkat kesadaran.

c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:

1) Cairan oral : NGT dan oral


2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter

d. Pengukuran keluaran cairan


1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :

a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.

b. Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).

Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik : adanya hemokonsentrasi


Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

c. pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

d. Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.

Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l.


Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 –
85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :

kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.

Batasan Karakteristik :

a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.


b. Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal,
dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :

Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.

Batasan Karakteristik :

a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal


jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan
kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastetomi.
C. Intervensi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih
asupan cairan min. disukai klien dalam kooperatif.
2000ml/hari batas diet. b. Mempermudah
(kecuali terjadi b. Rencanakan target untuk memantauan
kontraindikasi). pemberian asupan kondisi klien.
b. Menjelaskan perlu- cairan untuk setiap c. Pemahaman tentang
nya meningkatkan sif, mis : siang 1000 alsan tsb membantu
asupan cairan pada ml, sore 800 ml dan klien dlm mengatasi
saat stress/cuaca malam 200 ml. gangguan.
panas. c. Kaji pemahaman d. Untuk mengontrol
c. Mempertahankan klien tentang alasan asupan klien.
berat jenis urine mempertahankan e. Untuk mengetahui
dalm batas normal. hidrasi yg adekuat. prkembangan status
d. Tidak menunjukan d. Catat asupan dan kesehatan klien.
tanda-tanda haluaran.
dehidrasi. e. Pantau asupan per
oral, min. 1500 ml/
24 jam.
f. Pantau haluaran
cairan 1000-1500ml
/24jam. Pantau berat
jenis urine.

2. Kelebihan volume cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.

Kriteria hasil Intervensi Rasional


a. Klien akan a. Kaji asupan diet a. Untuk mengontrol
menyebutkan faktor dan kebiasaan yg asupan klien.
penyebab & metode mendorong terjadi- b. Konsumsi garam yg
pencegahan edema. nya retensi cairan. berlebihan me-
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien ningktkan tekanan
penurunan edema. untuk menurunkan darah.
konsumsi garam. c. Makanan yg meng-
c. Anjurkan klien gunakan penyedap
untuk: rasa dan pengawet.
i.Menghindari d. Na+
makanan gurih, mengikat air, jadi
makanan kaleng & tubuh akan lebih
makanan beku. merasa lebih cepat
haus.
ii.Mengkonsumsi
mkann tnpa garam
dan menambahkan
bumbu aroma.

iii.Mggunakan cuka
pengganti garam
utk penyedap rasa
sop, rebusan dll.
e. Venostasis dapat
d. Kaji adanya tanda
mengakibatkan
venostasis dan
terhambatnya aliran
bendungan vena
darah.
pada bagian tubuh
19
yang mengantung.
e. Untuk drainase f. Guna
limfatik yang tidak memperlancar

adekuat: sirkulasi.

i.Tinggikan g. Perlukaan pada

ekstremitas dengan daerah yang sakit

mnggunakn bantal, menyebabkan

imobilitas, bidai/ kurang lancarnya

balutan yang kuat, sirkulasi peredaran

serta berdiri/duduk darah di daerah tsb.

dlm waktu yg lama

ii.Jngn memberikan
suntikan/infuse pd
lengan yang sakit.

iii.Ingatkan klien
h. Semua kegiataan
untuk menghindari
tersebut
detergen yang keras,
memperparah
membawa beban
keadaan klien
berat, memegang
rokok, mencabut
kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.

iv. Lindungi kulit yg


edema dari cidera.

i. Untuk mepercepat
perbaikan jaringan
tubuh.

D. Implementasi (Penatalaksanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore
800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat
Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila
memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban
berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera

E. Tindakan Keperawatan

1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral


a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien tertentu, misalnya
pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan
per oral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit.
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan
glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water (DSW) dan amigen, aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun
hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah
atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam pemenuhan
personal hygiene, membantu mobilitas.
c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1) Infiltrat : masukkannya cairan ke sub kutan.
Gejala : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.

2) Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.


Gejala : nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.

3) Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.


d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat menyebabkan
masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake
cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan :

1) Posisi pemasangan
2) Posisi dan patency tube/selang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan adanya infiltrat
e. Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Prosedurnya :
1) Siapkan botol yang baru.
2) Klem selang.
3) Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4) Gantungkan botol.
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :

1) Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.


2) Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup klem.
3) Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4) Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5) Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru.
Langkah-langkahnya :

1) Tutup klem infus.


2) Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3) Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan dengan kapas
beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan.
4) Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5) Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa dalam
botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam
sirkulasi vena.

Tujuannya yaitu untuk :

a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.


b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.
c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :
a. Hemofilik : terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe sama
bertemu.
b. Febris : karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas dari sel darah
putih.
c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.
Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.

F. Evaluasi tindakan keperawatan


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT

HARI/TANGGAL : Jumat, 29 Oktober 2021

JAM : 10.00 WITA

PENGKAJI : Kelompok II B

RUANGAN : Di Rumah Klien

1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Ny. D
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 54 tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan :-
g. Pendidikan Terakhir : SMA
h. Alamat : Jl Dr wahidin sudiro husodo
i. No. CM :-
j. Diagnostik Medis : Diare

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 52 tahun
c. Pekerjaan : PNS
d. Alamat : Jl Dr wahidin sudiro husodo

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama :
- Klien mengalami diare sejak satu hari yang lalu
- Klien mengatakan merasa demam
- Mengatakan merasa lemas setelah beberapa kali BAB
2) Keluhan tambahan :
- Klien mengatakan merasa nyeri.
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipelintir
R : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
S : Klien mengatakan nyeri skala 4
T : ± 4 – 5 menit hilang timbul
3) Kronologi penyakit saat ini
Pasien mengatakan awalnya dia hanya merasakan sakit perut setelah
mengomsumsi makanan pedas secara berlebihan sejak satu hari yang lalu.
Kemudian klien mengalami bab sebanyak 5 kali dalam sehari dengan tekstur cair
tidak memliliki ampas dan berwarna kuinng.
4) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena pasien merasa lemas dan pusing, dan
5) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan
Pasien berharap mendapat perawatan yang terbaik sehingga dapat segera sembuh
dari penyakitnya.

b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Genogram (minimal 3 generasi)

1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumlah keluarga?


Pasien tinggal bersama suami dan dan kedua anaknya
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
( Tidak Ada)
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?
( Tidak Ada)
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota?
Keluarga merasa sedih dan khawatir karena salah satu anggota keluarganya sakit

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS (Dikaji sebelum dan sesudah sakit) RASA AMAN


DAN NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri? ( Ada, pasien tampak meringis dan memegang area yang
nyeri) Di bagian mana ? (pada perut) jelaskan secara rinci: PQRST.
Klien mengatakan merasa nyeri.
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipelintir
R : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
S : Klien mengatakan skala 4
T : ± 4 – 5 menit hilang timbul
2) apakah ada mengganggu aktifitas? ( Ya, karena pasien merasa lemas dan sakit
perut)
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan nyeri? ( pasien
mengompres perut dengan air hangat)
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
( nyeri berkurang saat dikompres air hangat)
5) Apakah ada Riwayat pembedahan? ( Tidak Ada)

d. AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR


AKTIFITAS
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR? ( Tidak )
2) Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas? ( Tidak)
3) Apakah ada gangguan aktifitas? ( Tidak ada)
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?
( Klien merupakan IRT )
5) Apakah klien mempunyai keterampilan khusus? ( Tidak)
6) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini? ( Baik)

e. ISTIRAHAT
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat? ( klien beristirahatpada siang hari dan
dimalam hari, klien beristirahat setiap ada waktu luang )
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang? ( Mengobrol bersama keluarga dan
menonton Tv)
3) Apakah klien menyediakan waktu khusus untuk istirahat? ( iya)
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby? ( Iya)
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini? ( Baik )

f. TIDUR
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam,berapa lama, nyenyak/tidak?)
Pasien sebelum sakit tidur jam 8 malam, lamanya ± 8 jam, tidur pasien nyenyak,
selama sakit pasien kurang tidur hanya ± 6 jam karena selalu merasa mules dan
sakit perut
2) Apakah kondisi saat ini mengganggu klien? ( Iya)
3) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur? ( Tidak )
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur? ( Tidak Ada )
5) Bagaimana kebiasaan tidur? ( tidak ada )
6) Apakah klien sering terjaga saat tidur? ( Tidak )
7) Pernakah mengalamai gangguan tidur? Jenis nya? ( Tidak pernah)
8) Apa hal ditimbulkan akibat gangguan tersebut? ( Tidak ada)

g. CAIRAN
1) Berapabanyak klien minum perhari? Gelas?
( pasien meminum air mineral ±350 ml dalam sehari atau ± 10 gelas/hari)
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien? ( Air mineral)
3) Apakah ada minuman yang disukai/dipantang? ( Tidak ada)
4) Apakah klien terbiasa minum alkohol? ( Tidak )
5) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
( Sebelum sakit pasien selalu menyediakan minum di sekitarnya. Saat sakit pasien
sering merasa haus )
6) Ada program pembatasan cairan? ( Tidak ada )

h. NUTRISI
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hari? (Nasi, Lauk pauk, sayur mayur)
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari? (sebelum sakit
pasien biasa makan 3X/hari, tidak ada makanan pantangan dan selama sakit
pasien hanya makan kadang 2x/hari dan porsi tidak dihabiskan)
3) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang? (Pasien menyukai
semua jenis makanan)
4) Apakah ada Riwayat alergi terhadap makanan? ( Tidak ada)
5) Apakah ada kesulitan menelan? Menguyah? ( Tidak ada)
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus?
(Tidak ada)
7) Apakah ada yang meyebabkan gangguan pencernaan? ( ada, pasien diare setiap
mengomsumsi makanan pedas)
8) Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu? Kekuatan gigi?
(gigi pasien baik dan tidak memakai gigi palsu)
9) adakah Riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan system
pencernaan? ( Tidak ada)

i. ELIMINASI: URINE DAN FESES


Eliminasi Feses:
1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karateristik feses?
(Sebelum sakit klien BAB 1x/hari biasanya pada pagi hari, tapi saat sakit klien
bab 5x/hari)
2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar? ( tidak ada)
3) Apakah ada kesulitan? (Tidak ada)
4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah? (Tidak ada )
5) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk defeksi? (Tidak)
Eliminasi Urine:
1) Apakah BAK klien teratur? (tidak, sebelum sakit pasien bisa BAK 3-4x/hari,
setelah sakit klien BAK 2-3 x/hari)
2) usaha yang diakukan klien untuk megatasi masalah? (Tidak ada masalah)
3) bagaimana perubahan pola miksi klien? (Pasien paling sering BAK pada pagi hari
dengan frekuensi sedikit)
4) apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu dalam miksi?
(tidak ada)

j. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONIKSIDA


PERNAFASAN.
1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue? (Tidak ada)
2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masala? (Tidak ada)
3) Apakah klien menggunakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan apa jenisnya)
(Tidak ada)
4) Posisi yang nyaman bagi klien? (Sim)
5) Apakah klien terbiasa merokok? Obat - obatan untuk melancarkan pernafasan?
(Tidak)
6) Apakah ada elergi terhadap debu, obat - obatan dll? (Tidak)
7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan? (Tidak)
8) Apakah klien pernah punya Riwayat gangguan pernafasan dan mendapat
pengobatan? ( Ya, apa jenis obat, berapa lama pemberiannya? Kapan? (Tidak ada)

k. KARDIOVASKULAR
1) Apakah klien cepat Lelah (Tidak)
2) Apakah klien kluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang menyebar?Pusing? Rasa
berat didada? (Tidak)
3) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung? (Tidak)
4) Apakah klien dapat obat untuk mengatasi gangguan kardiovaskuler? (Tidak ada)
l. PERSONAL HYGIENE
1) Bgaimanakah pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi dll?
(Sebelum sakit pasien mandi dan gosok gigi 2x/hari, selama sakit pasien mandi
1x/hari)
2) Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
(Sebelum sakit setiap pasien mandi selalu mencuci rambut, selama sakit belum
pernah mencuci rambut)
3) Apakah klien melakukan bantuan dalam melakukan personal hygiene? (Tidak)

m. SEX
1) Apakah ada kesulitan dalam hubungan sexsual? (Tidak_
2) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/mengganggu fungsi seksual? (Tidak)
3) Jumlah anak. (2 (dua))

n. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL


 Psikologi
1) Status Emosi (Pasien nampak menerima kondisinya saat ini dengan baik)
2) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya? (Iya)
3) Bagaimana suasana hati klien? (Baik)
4) Bagaimana perasaan klien saat ini? (Pasien berharap dapat segera
diberikan kesembuhan)
5) Apa yang dilakukan bisa suasana hati sedih,marah,gembira? (Pasien tidak
marah dengan kondinya saat ini)
6) Konsep diri? (Baik)
7) Bagaimana klien memandang dirinya? (Sebagai seorang yang ramah)
8) Hal – hal apa yang disukai klien? (menonton Tv
9) Bagaimana klien memandang diri sendiri? (Bersyukur)
10) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan yang ada
pada dirinya? (Iya)
11) Hal – hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini? (Saat ini pasien tidak
melakukan aktivitas karena dianjurkan untuk beristirahat)

 Hubungan Sosial :
1) Apakah klien mempunyai teman dekat? (Iya)
2) Siapa yang dipercayai klien? (suami dan anak-anaknya)
3) Apakah klien ikut dalam kegiatanmasyarakat? (tidak)
4) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan? (Saat ini
pasien tidak bekerja)
 Spiritual :
a. Apakah klien menganut satu agama? (Iya)
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
(tidak)
c. Bagaimana hubugan antara manusia dan tuhan dalam agama klien?
(Habluminannas wa Habluminallah)

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) KU : Pasien tampak lemah
2) Tanda – tanda vital
TD: 90/70mmhg
N: 110x/menit
S: 38o c
P: 20x/menit

3) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.


BB :sebelum sakit 55 kg, setelah sakit 52 kg
TB : 159 cm
4) Keadaan kulit: Baik, tidak ada lesi. warna tekstur : Kuning lgasat, kelainan
kulit : tidak ada
b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a. Kepala
1) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambur.
(Kepala simetris tidak ada kelainan bentuk dan ukuran kepala, keadaan kulit
tidak ada lesi pada kulit kepala bersih, rambut sebagian beruban tidak ada
kerontokan pada rambut)
2) Mata,: kebersihan, penglihatan, pupil, rflek, sklera, konjungtiva
(Mata bersih tidak ada kotoran pada mata, pengelihatan kabur, pupil isokor,
sklera berwarna putih, dan konjungtiva berwarna merah muda)
3) Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
(Bentuk simetris kiri dan kanan, terdapat secret, fungsi pendengaran baik
tidak ada gangguan pendengaran serta tidak ada nyeri pada telinga)
4) Hidung: fungsi, polip, sekret, nyeri?
(Hidung bersih tidak terdapat secret, tidak ada polip, dan tidak ada nyeri tekan
pada daerah hidung)
5) Mulut: membrane mukosa tampak kering, tidak ada bau nafas, letak gigi rapi
kondisi gigi baik.
6) Leher
Bentuk, Gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP, Nyeri
telan?
(Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada gangguan fungsi menelan dan nyeri menelan)
b. Dada
1) Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan selama
pernafasan, jenis pernafasan?
(Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan bentuk dada. Tidak ada
retraksi otot dada dan pergerakan selama pernafasan normal)
2) Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal yang ditemuai
(Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar dengan baik. Tidak
terdapat suara abnormal)
3) Perkusi: batas jantung dan paru? Duliness
c. Abdomen
1) Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena ostomy (Abdomen rata tidak
buncit, warna kulit terang)
2) Auskultasi: Frekuensi dan intensittas peristaltic (Peristaltik usus 35x/menit)
3) Perkusi: Udara, Cairan, massa/tumor? (Tidak ada)
Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien?
(Tidak dikaji)
d. Genetelia, Anus dan rectum
1) Inspeksi: warana, terpasang alat bantu, kelainan genetal, simpisis?
(Tidak terpasang alat bantu, tidak ada kelainan genital)
2) Palpasi: teraba penumpukan urine? (Tidak teraba penumpukan urine)

e. Ekstremitas
1) Atas: Ektermitas lengkap, jari lengkap tidak ada kelainan
2) Bawah: Ekstremitas lengkap, jari lengkap, tidak terdapat varises
Tonus otot :5 5
5 5

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
5. TERAPI YANG DIBERIKAN
- Pemberian antidiare (loperamide)
-Pemberian Cairan RL 500mg/IV/8jam

KLASIFIKASI DATA

A. DATA SUBJEKTIF :
1) Klien mengatakan nyeri abdomen.
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipelintir
R : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
S : Klien mengatakan nyeri skala 4
T : ± 4 – 5 menit hilang timbul
2) Klien mengatakan merasa lemah
B. DATA OBJEKTIF :
1) Frekuensi peristaltic meninngkat yaitu 35x/menit
2) BAB 5x/hari
3) Tekstur feses cair tidak ada ampas
4) Bising usus hiperaktif
5) Frekuensi nadi meningkat 110 kali permenit
6) Nadi teraba lemah
7) Tekanan darah menurun 90/70 kali per menit
8) Turgor kulit menurun
9) Membrane mukosa kering
10) Nafsu makan menurun
11) Berat badan menurun dari 55kg menjadi 52 kgVolume urin menurun ± 400 ml
12) Klien tampak meringis
13) Sulit tidur
14) Klien tampak memegang area nyeri
15) TTV
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 20x menit
Suhu : 38 38 ℃

ANALISA DATA

N DATA MASALAH ETIOLOGI


O
1. DS: Diare berhubungan Infeksi bakteri/virus
1) Klien mengatakan dengan lingkungan
nyeri bagian abdomen (perubahan air dan
makanan) Saluran cerna
DO:
2) Feses 5 kali dalam
sehari Absorbsi terganggu
3) Tekstur feses cair dan
tidak berampas
4) Frekuensi peristaltik Volume usus meningkat
meningkat yaitu 35
kali permenit
5) Bising usus hiperaktif Peningkatan frekuensi BAB
6) Klien tampak meringis

2. DS: Hipovolemia Infeksi bakteri/virus


1) klien mengatakan berhubungan dengan
merasa lemah kehilangan cairan aktif
Saluran cerna
DO:
1) Frekuensi nadi
meningkat 110 kali Absorbsi terganggu
permenit
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah Volume usus meningkat
menurun 90/70 kali per
menit
4) Turgor kulit menurun Peningkatan frekuensi BAB
5) Membrane mukosa
kering Cairan dan elektrilit
6) Suhu tubuh 38 ℃ terbuang melalui feses
7) Berat badan menurun
dari 55kg menjadi 52 Hipovolemia
kg
8) Volume urin menurun
± 400 ml

3. DS : Nyeri akut berhubungan Diare


1) Klien mengatakan dengan agen pencedera
nyeri andomen fiologis (infeksi) Iritasi usus halus
2) P: nyeri hilang timbul
3) Q: nyeri seperti Pengeluaran mediator
dipelintir inflamasi
4) R: nyeri pada bagian
perut Nyeri akut
5) S: 4 (sedang) skala
NRS
6) T: ± 4 – 5 menit hilang
timbul
DO:
1) Klien tampak meringis
2) Frekuensinadi
meningkat 110x/menit
3) klien tampak gelisah
4) sulit tidur
5) Nafsu makan menurun

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA

1. Diare berhubungan dengan lingkungan (perubahan air dan makanan)


2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fiologis (infeksi)

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa TUJUAN DAN INTERVENSI


Keperawatan KRITERIA
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare:
dengan lingkungan keperawatan selama 1 X 24 Observasi:
(perubahan air dan jam diharapkan status  Identifikasi penyebab diare
makanan) eliminasi vekal membaik  Identifikasi riwayat
dengan kriteria hasil : pemberian makanan
1. Nyeri abdomen dari  Monitor warna, volume,
meningkat menjadi frekuensi, dan konsistensi
menurun tinja
2. Frekuensi BAB dari  Monitor jumlah pengeluaran
memburuk menjadi diare
membaik
3. Peristaltic usus dari Terapeutik:
memburuk menjadi  Berikan asupan cairan oral
membaik (mis. Larutan garam gula,
oralit)
 Berikan cairan IV (mis.
Ringer asetat atau ringer
laktat jika perlu)
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
 Ambil sampel feses untuk
kultur

Edukasi:
 Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa.

Kolaborasi:
 Pemberian obat
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia :
berhubungan dengan keperawatan selama 1 X 24 Observasi :
kehilangan cairan jam diharapkan status cairan  Periksa tanda dan gejala
aktif membaik dengan kriteria hipovelemia (mis. Frekuensi
hasil : nadi meningkat, nadi teraba
1. Kekuatan nadi dari lemah, tekanan darah
cukup menurun menjadi menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor kulit
2. Tekanan darah dari menurun, membrane mukosa
memburuk menjadi kering, haus, lemah)
membaik  Monitor intake dan output
3. Tekanan nadi dari cairan
memburuk menjadi
membaik Terapeutik :
4. Suhu tubuh dari menjadi  Hitung kebutuhan cairan
membaik  Berikan asupan cairan
5. Turgor kulit dari cukup oral
menurun menjadi
meningkat Edukasi:
6. Perasaan lemah dari  Anjurkan memperbanyak
cukup meningkat cairan oral
menjadi menurun  Anjurkan menghindari posisi
mendadak

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemeberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCL/RL)
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri:
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
agen pencedera jam diharapkan tingkat nyeri Observasi:
(inflamasi) pasien menurun dengan 1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, lokasi, durasi,
1. Keluhan nyeri dari frekuensi, kualitas dan
meningkat menjadi intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis dari 3. Identifikasi respons nyeri
meningkat menjadi non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah dari meningkat memperberat dan
menjadi menurun memperingan nyeri
4. Tekanan darah dari 5. Monitor efek samping
memburuk menjadi penggunaan analgetik
membaik
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Aromatherapy, kompres
hangat atau dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Teknik Nafas dalam)

Edukasi Teknik Napas:


1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
2. Sediakan materi dan
kemampuan menerima
informasi
3. Jelaskan tujuan dan manfaat
teknik napas
4. Jelaskan prosedur teknik
napas
5. Anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin
(mis. duduk, baring)
6. Anjurkan menutup mata
dan berkonsentrasi penuh
7. Ajarkan melakukan
inspirasi dengan menghirup
udara melalui hidung secara
perlahan
8. Ajarkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan udara
mulut mencucu secara
perlahan
9. Demonstrasikan menarik
napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2
detik dan menghembuskan
napas selama 8 detik

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
IMPLEMENTASI

HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI DAN HASIL

Selasa, 29 Diare berhubungan dengan  Mengidentifikasi penyebab diare


Oktober 2021 lingkungan (perubahan air Hasil :makanan yang di konsumsi Ny. D yaitu
dan makanan) makanan pedas dan mengandung zat
capsaicin sehingga mengakibatkan timbulnya
diare
 Mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan
Hasil : Makanan terpenuhi
 Memonitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
Hasil : warna : agak kemerahan, Frekuensi :
5xsehari, Konsistensi : Cair.
 Memonitor jumlah pengeluaran diare
Hasil :± 250 ml

Terapeutik:
 Memberikan asupan cairan oral (mis.
Larutan garam gula, oralit)
Hasil : Telah diberikan oralit
 Memberikan cairan IV (mis. Ringer asetat
atau ringer laktat jika perlu)
Hasil :Diberikan cairan RL 500mg/8jam

Edukasi:
 Menganjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa.
Hasil :Klien mengerti dan mengindarinya
Kolaborasi:
Pemberian obat : Antidiare (loperamide)

Selasa, 29 Hipovolemia berhubungan  Memeeriksa tanda dan gejala hipovelemia


Oktober 2021 dengan kehilangan cairan (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
aktif teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, haus,
lemah)
Hasil :
 KU : tampak lemah
 Nadi :110 x/menit
 TD : 90/70 mmHg
 Turgor Kulit : 6-8% (sedang)
 Mukosa tampak kering

 Memonitor intake dan output cairan


Input
Infus : 1500 cc
Minum : 3500 cc
Output
Urine :±250 ml
Feses :500cc
 Mengitung kebutuhan cairan
Hasil :500 x 20 = 10.000 = 20.8 (20 tpm)
8 x 60 480
 Memberikan asupan cairan oral
Hasil : Air mineral 3000 cc

 menganjurkan memperbanyak cairan oral


Hasil : Klien mengerti dan memperbanyak
minum
 Menganjurkan menghindari posisi
mendadak
Hasil : Klien mengerti dan tidak
melakukannya
 Mengkolaborasikan pemeberian cairan
IV isotonis (mis. NaCL/RL)
Hasil : Diberikan cairan RL 500mg/8jam

Selasa, 29 Nyeri akut berhubungan  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


Oktober 2021 dengan agen pencedera lokasi, durasi, frekuensi, kualitas dan
(inflamasi) intensitas nyeri
Hasil :
P : Klien mengatakan nyeri secara hilang
timbul
Q : Klien mengatakan nyeri seperti dipelintir
R : Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
S : Klien mengatakan nyeri skala 4
T : ± 4 – 5 menit hilang timbul
 Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 (sedang)
 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
Hasil : Klien tampak menunjukkan ekspresi
meringis

 Mengidentifikasifaktor yang memperberat


dan memperingan nyeri
Hasil :Klien mengatakan nyeri berkurang saat
tidak terlalu bergerak
 Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Hasil : Tidak ada efek samping yang timbul
pada klien

 Terapeutik:
 Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Aromatherapy, kompres hangat atau
dingin)
Hasil : Menganjurkan Kompres air hangat
atau dingin
 Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Hasil : Sudah dipertimbangkan

 Edukasi:
 Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil : Klien paham dengan yang dijelaskan
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Teknik
Nafas dalam)
Hasil : Sudah diberikan terapi nafas dalam
dan klien mengerti
 Kolaborasi:
 Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil : Sudah di kolaborasikan
EVALUASI

DIAGNOSA TANGGAL/JAM CATATAN PARAF


KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
Diare berhubungan Jumat 29 oct 2021 S : Pasien mengatakan
dengan lingkungan Jam : 20.00 masih mengalami diare.
(perubahan air dan O:
makanan)  Warna feses :
kemerahan
 Frekuensi 5x sehari
 Konsistensi : cair
 ±250 ml
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Hipovolemia Jumat 29 oct 2021 S : Pasien mengatakan
berhubungan dengan Jam : 20.00 masih merasa lemah
kehilangan cairan O:
aktif  Ku : tampak lemah
 Nadi : 110 x/menit
 Td : 90/70 mmhg
 Turgor kulit : 6-8 %
(sedang)
 Mukosa tampak
kering
 Urine : ± 250 ml
A : masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Nyeri akut Jumat 29 oct 2021 S : Klien masih mengeluh
berhubungan dengan Jam : 20.00 nyeri pada bagian perut
agen pencedera O:
(inflamasi)  Skala nyeri : 4
 Klien nampak
sesekali masih
meringis
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intevensi
DAFTAR PUSTAKA

Akper PPNI Solo. 2009. KonsepPengkajianNutrisidanCairan. http://askep-akper.

Blogspot.com/2009/06/konsep-pengkajian-nutrisi-=dan-cairan.html.

DewiChristyawati,Maria.2010.Modul KDM II

AsuhanKeperawatanPemenuhanKebutuhanNutrisi.Surakarta: Politeknik Kesehatan

Surakarta

Mubarak, dkk. 2008. Buku Ajar KDM. Jakarta: EKG

PPNI. 2016. StandarDiagnosisKeperawatan Indonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. StandarLuaranKeperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Potter and Perry.2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby

Tarwoto dan Wartowah. 2004. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.

Anda mungkin juga menyukai