CAIRAN
OLEH:
Minor
Subjektif Objektif
Merasa lemah Pengisian vena menurun
Mengeluh haus Status mental berubah
Suhu tubuh meningkat
Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba-tiba
c. Faktor yang berhubungan
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
2.2.2 Hipervolemia
a. Definisi: peningkatan volume cairan intravaskular, interstial, dan/atau intraseluler
b. Batasan karakteristik:
Mayor
Subjektif Objektif
Ortopnea Edema anakarsa atau edema perifer
Dispnea Berat badan meningkat dalam waktu singkat
Jugular Venous Pressure (JVP)/ Central Venous
Proxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Pressure (CVP)
Refleks hepatojugular positif
Minor
- Distensi vena jugularis
Terdengar suara nafas tambahan
Hepatomegali
Kadar Hb/Ht turun
Oliguria
Intake lebih banyak dari output (balance cairan +)
Kongesti paru
c. Faktor yang berhubungan:
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (misal kortikosteroid, chlopropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarmabazepine)
2.2.3 Risiko hipovolemia
a. Definisi: berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstial, atau
intraseluler
b. Batasan karakteristik : penyakit addison, trauma/perdarahan, luka bakar, AIDS,
penyakit crohn, muntah, diare, kolitis ulseratif
c. Faktor yang berhubungan:
a) Kehilangan cairan secara aktif
b) Gangguan absorsi cairan
c) Usia lanjut
d) Kelebihan berat badan
e) Status hipermetabolik
f) Kegagalan mekanisme regulasi
g) Evaporasi
h) Kekurangan intake cairan
i) Efek agen farmakologis
2.2.4 Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi: berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Batasan karakteristik: gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes melitus, penyakit
chron, gastroenteritis, pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka
bakar, anemia sel sabit.
c. Faktor yang berhubungan:
a) Ketidakseimbangan cairan (mis: dehidrasi dan intoleransi air)
b) Kelebihan volume cairan
c) Gangguan mekanisme regulasi (misal: diabetes)
d) Efek samping prosedur (misal: pembedahan)
e) Diare
f) Muntah
g) Disfungsi ginjal
h) Disfungsi regulasi endokrin
2.2.5 Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
a. Definisi: risiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang normal
b. Batasan karakteristik: diabetes melitus, ketoasidosis diabetik, hipoglikemia,
diabetes gestational, penggunaan kortikosteroid, nutrisi penetral total (PTN).
c. Faktor yang berhubungan:
a) Kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes
b) Ketidaktepatan pemantauan glukosa darah
c) Kurang patuh pada rencana manajemen diabetes
d) Manajemen medikasi tidak terkontrol
e) Kehamilan
f) Stress berlebihan
g) Penambahan berat badan
h) Kurang dapat menerima diagnosis
2.3 Perencanaan (Intervensi)
2.3.1 Hipovolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI : Status cairan SIKI: Manjemen hipovolemia
Frekuensi nadi membaik O: pemeriksaan tanda dan gejala
Tekanan darah membaik hipovolemia (frekuensi nadi meningkat dan
Tekanan nadi membaik teraba lemah, TD menurun dan menyempit,
JVP membaik turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume menurun, HT meningkat,
haus, lemah), monitor intake dan output
cairan
N: hitung kebutuhan cairan, berikan posisi
modified trendelburg, berikan asupan oral.
E: Anjurkan perbanyak asupan cairan oral,
anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak.
C: Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
(NaCl, RL), kolaborasi cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, NaCl 0,4%), kolaborasi
pemberian cairan koloid, kolaborasi
pemberian produk darah
2.3.2 Hipervolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI: Keseimbangan cairan SIKI: Manajemen hipervolemia
Asupan cairan meningkat. O: periksa tanda gejala hipervolemia
Keluaran urin meningkat. (ortopnea, dispnea, edema, JVP,CVP,
Kelembaban membran mukosa meningkat, refleks hepatojugularpositif, suara
meningkat. nafas tambahan), identifikasi penyebab
Edema menurun. hipervolemia, monitor status hemodinamik
Dehidrasi menurun. (frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP,
TD membaik. PAP, PCWP, CO, CI), monitor output cairan,
Denyut nadi radial membaik. monitor hemodekonsetrasi (Na, BUN, HT,
Tekanan arteri rata-rata membaik. berat jenis urin), monitor tanda peningkatan
Membran mukosa membaik. tekanan onkotik plasma (protein dan albumin
Mata cekung membaik. meningkat)monitor kec infus ketat, monitor
Turgor kulit membaik. efek samping diuretik.
N: timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama, batasi asupan garam,
tinggikan tempat tidur 30-40°
E: anjurkan melapor jika haluaran urin 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam, anjurkan melapor jika
BB bertambah >1 kg dalam sehari, ajarkan
cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan, ajarkan membatasi cairan
C: kolaborasi pemberian diuretik, kolaborasi
penggantian kehilangan kalium akibat
deuretik, kolaborasi pemberian continous
renal replacement therapy (CRRT) jika perlu.
2.3.3 Risiko hipovolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI : Status cairan SIKI: Manjemen hipovolemia
Frekuensi nadi membaik O: pemeriksaan tanda dan gejala
Tekanan darah membaik hipovolemia (frekuensi nadi meningkat dan
Tekanan nadi membaik teraba lemah, TD menurun dan menyempit,
JVP membaik turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume menurun, HT meningkat,
haus, lemah), monitor intake dan output
cairan
N: hitung kebutuhan cairan, berikan posisi
modified trendelburg, berikan asupan oral.
E: Anjurkan perbanyak asupan cairan oral,
anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak.
C: Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
(NaCl, RL), kolaborasi cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, NaCl 0,4%), kolaborasi
pemberian cairan koloid, kolaborasi
pemberian produk darah