Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR SISTEM KEBUTUHAN

CAIRAN

OLEH:

NADILA OCTAVIA PUTRI


2111040050

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
I. Konsep Kebutuhan Cairan
1.1. Definisi Kebutuhan Cairan
1.1.1 Cain tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
1.1.2. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
1.1.3 Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500 ml-3.500 ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
1.1.4. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
1.2. Fisiologi Sistem/Fungsi Normal Sistem Eliminasi
1.2.1 Distribusi dan komposisi cairan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring
dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan
menurun.

1.2.2 Komposisi cairan utama


a. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh
atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi
50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
b. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar
20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu
(Abdul H, 2008) : a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem
vaskuler. b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel. c. Cairan
transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Guna mempertahankan keseimbangan
kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan yaitu:anion dan kation.
1.2.3 Keseimbangan cairan

1.2.4 Asupan cairan


Air diperoleh dari 3 cara yaitu: minum, yang dikendalikan rasa haus dari
hipotalamus. Makanan yang mengandung air, dan oksidasi makanan dari mulut.
1.2.5 Kehilangan air
a. Sebagai urin; sekitar 1,5 l/hari bervariasi dengan asupan air dan air hilang
melalui rute lain seperti keringat.
b. Dalam udara ekspirasi seperti paru-paru sekitar 400 ml/hari
c. Dalam feses sekitar 100 cc/hari
d. Melalui kulit sebagai keringat atau penguapan tak terlihat yang jumlahnya
bervariasi tergantung dengan suhu, kelembapan udara, jumlah pakaian yang
dikenakan, dan aktivitas yang dilakukan.
e. Paling utama melalui ginjal yang dikendalikan oleh hormon ADHD yang
dihasilkan oleh hipotalamus dan dialirkan menuju kelenjar hipofisis dan
dikeluarkan jika dibutuhkan.
1.2.6 pH
pH merupakan penunjuk konsetrasi ion H dalam larutan dengan menunjukan
derajat kesamaan pH . Normalnya adalah 7,36-7,44. Jika pH dibawah 7,3 maka
disebut asidemia. Jika pH diatas 7,5 maka disebut alkalemia. Asidosis dan
alkalosis merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan asidemia
dan alkalemia

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
1.3.1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
1.3.2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
1.3.3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
1.3.4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
1.3.5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh
melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Invisible Water Loss)


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
1.4. Macam-macam Gangguan Yang Terjadi Pada Sistem Eliminasi
1.4.1 Hipovolemia
a. Pengertian hipovolemia
Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan) Kekurangan Volume cairan (FVD)
terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka
berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air
tetap sama (Brunner & suddarth, 2002).
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia dapat disebabkan oleh:
a) Penurunan pemasukan (input cairan)
b) Kehilangan cairan abnormal melalui kulit, gastro instetinal, ginjal abnormal,
dan lain-lain
c) Perdarahan
c. Patofisiologi hipovolemia
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini
disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan ,
perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu,
kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan,
dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
d. Tanda dan gejala hipovolemia
Manifestasi hipovolemia adalah pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak
seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.
e. Komplikasi hipovolemia adalah dehidrasi (ringan, sedang berat), Renjatan
hipovolemik, Kejang pada dehidrasi hipertonik.
1.4.2. Hipervolemia
a. Penyebab hipervolemia
a) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d) Perpindahan interstisial ke plasma.
b. Patofisiologi hipervolemia
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir
selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis
pada proses regulasi keseimbangan cairan.
c. Tanda gejala hipervolemia
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
d. Komplikasi hipovolemia
Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung. Infark miokard, gagal
jantung kongestif, gagal jantung kiri, penyakit katup, takikardi/aritmia
berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah,
etensi natrium. Penyakit hepar: sirosis, asites, kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena. Varikose vena. Penyakit vaskuler perifer. Flebitis
kronis.
1.4.3. Gangguan ketidakseimbangan elektrolit lainnya
a. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pada cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan
sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat
mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi.
b. Hipokalemia dan hyperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga
potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel
maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu
kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun
ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi
impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari tulang.
Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas.
d. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan
masalah ginjal.
e. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan
peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal
atau saat kadar hormon paratiroid menurun
1.4.4. Gangguan ketidakseimbangan asam basa
a. Asidosis Respiratorik: gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh
retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui
paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Tanda gejala : napas dangkal, gangguan pernapasan yang
menyebabkan hipoventilasi, Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat,
gangguan kesadaran, dan disorientasi, pH plasma <6, PCO2 tinggi (>45 mm Hg).
b. Asidosis Metabolik: gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan
disebabkan oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh.
Tanda gejala: Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam), kelelahan
(malaise), disorientasi, koma, dan pH plasma <3,5, PCO2 normal/rendah sudah
terjadi kompensasi, kadar bikarbonat rendah (anak <20 mEq/l, dewasa <21
mEq/l)
c. Alkalosis respiratorik: dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat
hiperventilasi.
Tanda gejala: penglihatan kabur, baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan
kaki , kemampuan konsentrasi terganggu, tetani, kejang, aritmia jantung (pada
kasus yang gawat), pH >7,45.
d. Alkalosis Metabolik: penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi
relatif asamasam nonkarbonat.
Tanda gejala: apatis, lemah, gangguan mental, kram, pusing
1.4.5 Peta konsep masalah kebutuhan cairan

I. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Berat badan
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran
1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan
dengan berat badan : 1) Ringan : ± 2%, 2) Sedang : ± 5%, 3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran
c. Asupan cairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
f. Pemeriksaan fisik integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan
otot, tetani dan sensasi rasa.
g. Pemeriksaan fisik kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
h. Pemeriksaan fisik mata: cekung, air mata kering.
i. Pemeriksaan fisik neurology: reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran
j. Pemeriksaan fisik gastroinstetinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntahmuntah dan.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urin
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3 - , PCO2,dan saturasi O2. Nilai
normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3 - : 25 – 29 mEq/l.
Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60
– 85 %).
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.1 Hipovolemia
a. Definisi: penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
b. Batasan karakteristik:
Mayor
Subjektif Objektif
- Frekuensi nadi meningkat
Nadi teraba lemah
Tekanan darah menurun
Tekanan nadi menyempit
Turgor kulit menurun
Membran mukosa kering
Volume urin menurun
Hematokrit meningkat

Minor
Subjektif Objektif
Merasa lemah Pengisian vena menurun
Mengeluh haus Status mental berubah
Suhu tubuh meningkat
Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba-tiba
c. Faktor yang berhubungan
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
2.2.2 Hipervolemia
a. Definisi: peningkatan volume cairan intravaskular, interstial, dan/atau intraseluler
b. Batasan karakteristik:
Mayor
Subjektif Objektif
Ortopnea Edema anakarsa atau edema perifer
Dispnea Berat badan meningkat dalam waktu singkat
Jugular Venous Pressure (JVP)/ Central Venous
Proxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Pressure (CVP)
Refleks hepatojugular positif

Minor
- Distensi vena jugularis
Terdengar suara nafas tambahan
Hepatomegali
Kadar Hb/Ht turun
Oliguria
Intake lebih banyak dari output (balance cairan +)
Kongesti paru
c. Faktor yang berhubungan:
a) Gangguan mekanisme regulasi
b) Kelebihan asupan cairan
c) Kelebihan asupan natrium
d) Gangguan aliran balik vena
e) Efek agen farmakologis (misal kortikosteroid, chlopropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarmabazepine)
2.2.3 Risiko hipovolemia
a. Definisi: berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstial, atau
intraseluler
b. Batasan karakteristik : penyakit addison, trauma/perdarahan, luka bakar, AIDS,
penyakit crohn, muntah, diare, kolitis ulseratif
c. Faktor yang berhubungan:
a) Kehilangan cairan secara aktif
b) Gangguan absorsi cairan
c) Usia lanjut
d) Kelebihan berat badan
e) Status hipermetabolik
f) Kegagalan mekanisme regulasi
g) Evaporasi
h) Kekurangan intake cairan
i) Efek agen farmakologis
2.2.4 Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi: berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Batasan karakteristik: gagal ginjal, anoreksia nervosa, diabetes melitus, penyakit
chron, gastroenteritis, pankreatitis, cedera kepala, kanker, trauma multiple, luka
bakar, anemia sel sabit.
c. Faktor yang berhubungan:
a) Ketidakseimbangan cairan (mis: dehidrasi dan intoleransi air)
b) Kelebihan volume cairan
c) Gangguan mekanisme regulasi (misal: diabetes)
d) Efek samping prosedur (misal: pembedahan)
e) Diare
f) Muntah
g) Disfungsi ginjal
h) Disfungsi regulasi endokrin
2.2.5 Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
a. Definisi: risiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang normal
b. Batasan karakteristik: diabetes melitus, ketoasidosis diabetik, hipoglikemia,
diabetes gestational, penggunaan kortikosteroid, nutrisi penetral total (PTN).
c. Faktor yang berhubungan:
a) Kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes
b) Ketidaktepatan pemantauan glukosa darah
c) Kurang patuh pada rencana manajemen diabetes
d) Manajemen medikasi tidak terkontrol
e) Kehamilan
f) Stress berlebihan
g) Penambahan berat badan
h) Kurang dapat menerima diagnosis
2.3 Perencanaan (Intervensi)
2.3.1 Hipovolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI : Status cairan SIKI: Manjemen hipovolemia
Frekuensi nadi membaik O: pemeriksaan tanda dan gejala
Tekanan darah membaik hipovolemia (frekuensi nadi meningkat dan
Tekanan nadi membaik teraba lemah, TD menurun dan menyempit,
JVP membaik turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume menurun, HT meningkat,
haus, lemah), monitor intake dan output
cairan
N: hitung kebutuhan cairan, berikan posisi
modified trendelburg, berikan asupan oral.
E: Anjurkan perbanyak asupan cairan oral,
anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak.
C: Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
(NaCl, RL), kolaborasi cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, NaCl 0,4%), kolaborasi
pemberian cairan koloid, kolaborasi
pemberian produk darah

2.3.2 Hipervolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI: Keseimbangan cairan SIKI: Manajemen hipervolemia
Asupan cairan meningkat. O: periksa tanda gejala hipervolemia
Keluaran urin meningkat. (ortopnea, dispnea, edema, JVP,CVP,
Kelembaban membran mukosa meningkat, refleks hepatojugularpositif, suara
meningkat. nafas tambahan), identifikasi penyebab
Edema menurun. hipervolemia, monitor status hemodinamik
Dehidrasi menurun. (frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP,
TD membaik. PAP, PCWP, CO, CI), monitor output cairan,
Denyut nadi radial membaik. monitor hemodekonsetrasi (Na, BUN, HT,
Tekanan arteri rata-rata membaik. berat jenis urin), monitor tanda peningkatan
Membran mukosa membaik. tekanan onkotik plasma (protein dan albumin
Mata cekung membaik. meningkat)monitor kec infus ketat, monitor
Turgor kulit membaik. efek samping diuretik.
N: timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama, batasi asupan garam,
tinggikan tempat tidur 30-40°
E: anjurkan melapor jika haluaran urin 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam, anjurkan melapor jika
BB bertambah >1 kg dalam sehari, ajarkan
cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan, ajarkan membatasi cairan
C: kolaborasi pemberian diuretik, kolaborasi
penggantian kehilangan kalium akibat
deuretik, kolaborasi pemberian continous
renal replacement therapy (CRRT) jika perlu.
2.3.3 Risiko hipovolemia
Kriteria hasil Intervensi
SLKI : Status cairan SIKI: Manjemen hipovolemia
Frekuensi nadi membaik O: pemeriksaan tanda dan gejala
Tekanan darah membaik hipovolemia (frekuensi nadi meningkat dan
Tekanan nadi membaik teraba lemah, TD menurun dan menyempit,
JVP membaik turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume menurun, HT meningkat,
haus, lemah), monitor intake dan output
cairan
N: hitung kebutuhan cairan, berikan posisi
modified trendelburg, berikan asupan oral.
E: Anjurkan perbanyak asupan cairan oral,
anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak.
C: Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
(NaCl, RL), kolaborasi cairan IV hipotonis
(glukosa 2,5%, NaCl 0,4%), kolaborasi
pemberian cairan koloid, kolaborasi
pemberian produk darah

2.3.4 Risiko ketidakseimbangan elektrolit


Kriteria hasil Intervensi
SLKI: Keseimbangan cairan SIKI: Manajemen Cairan
Asupan cairan meningkat. O: Monitor status hidrasi (frekuensi nadi,
Keluaran urin meningkat. akral, pengisian kapiler, kelembapan
Kelembaban membran mukosa mukosa, turgor kulit, tekanan darah),
meningkat. Monitor BB harian, Monitor BB sebelum dan
Edema menurun. sesudah dianalisis, monitor hasil lab (HT, Na,
Dehidrasi menurun. K, Cl, berat jenis urin, BUN), Monitor status
TD membaik. dinamik (MAP, CVP, PAP, PCWP, jika
Denyut nadi radial membaik. tersedia)
Tekanan arteri rata-rata membaik. N: Catat intake output dan hitung balance
Membran mukosa membaik. cairan 24 jam, berikan asupan cairan sesuai
Mata cekung membaik. kebutuhan, berikan IV jika perlu
Turgor kulit membaik. C: Kolaborasi pemberian siuretik jika perlu

2.3.5 Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah


Kriteria hasil Intervensi
SLKI: Ketidakseimbangan cairan SIKI: Manajemen Hiperglikemia
Asupan cairan meningkat. O: Identifikasi penyebab hiperglikemia,
Keluaran urin meningkat. identifikasi penyebab kebutuhan insulin,
Kelembaban membran mukosa monitor kadar glukosa, monitor tanda gejala
meningkat. hiperglikemia (misal: poliuria, polidipsia,
Edema menurun. polifagia, kelemahan, malaise, mata kabur,
Dehidrasi menurun. sakit kepala), monitor intake dan output
TD membaik. cairan, monitor keton urin dan AGD
Denyut nadi radial membaik. N: berikan asupan cairan oral, konsultasi
Tekanan arteri rata-rata membaik. dengan medis jika ada tanda gejala
Membran mukosa membaik. hiperglikemia memburuk, fasilitasi ambulans
Mata cekung membaik. orostatik
Turgor kulit membaik. E: anjurkan menghindari olahraga saat kadar
gula lebih dari 250 mg/dL, anjurkan monitor
kadar gula mandiri, anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga, ajarkan pengelolaan diabetes
C: Kolaborasi pemberian insulin, cairan IV,
dan K jika diperlukan

III. DAFTAR PUSTAKA


Faqih, Moh. Ubaidillah.2009.”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”,
(http://www.scribd.com/ diakses 25 april 2010)
Jhon Gibson. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul.2008.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Tim POKJA SDKI PPNI. 2018. Standa Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
TIM POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai