Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

VOLUME CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG


LAWU RSUD ABDOER RAHEM SITUBONDO

NAMA : NUR ANISA MUTAMIMAH


NIM : 23101084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.1Pengertian

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2018). Kebutuhan cairan
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (
Wartonah & Tartowo, 2018).

Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana


pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya
pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.(Koizer & dkk,2021).

1.2 Kebutuhan Fisiologis

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (Wartonah & Tartowo, 2018):

1. Cairan Intraseluler (CIS)


Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2018). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total
body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel
(Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau
⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50%
cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar
20% berat tubuh. CES terdiri dari tiga kelompok yaitu (Abdul H, 2018):
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran
dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan
kation.

1.3 Faktor yang mempengaruhi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi


keseimbangan cairan dan eleketrolit adalah sebagai berikut :

1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme dan berat badan.
Anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibandingkan usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan angguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stres dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glikogen otot. Mekanisme`ini dapat meningkatkan natrium dan
retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit misalnya:
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
b. Penyakit ginjal dan kariovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan ellektrolit tubuh
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri
6. Tindakan medis
Banyak tindakan medis dan berpengaruh pada kesimbangan cairan pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tub uh karena kehilangan darah selama
pembedahan

1.4. Manifestasi klinik

Tanda dan gejala dari hipovolemia SDKI (2016) adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi nadi meningkat


b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun

Tanda dan gejala dari hipervolemia SDKI (2016) adalah sebagai berikut :

a. Edema anasarka atau edema perifer


b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. Refleks hepatojugular positif
d. Distensi vena jugularis
e. Hepatomegali
f. Kadar hb/ht turun
g. Oliguria
h. Balance cairan positif

1.5 Patofisiologi

Patofisiologi syok hipovolemik terjadi akibat kegagalan perfusi jaringan sebagai


imbas dari kehilangan volume cairan dalam jumlah besar yang tidak mampu ditangani
melalui mekanisme kompensasi tubuh. Beberapa perubahan hemodinamik yang terjadi
pada kondisi syok hipovolemik adalah penurunan kardiak output, penurunan tekanan
darah, peningkatan resistensi vaskular sistemik, dan penurunan tekanan vena sentra.
Abdul.H. (2018).

Patofisiologi hipervolemia terjadi bila natrium dan air tertahan dengan proporsi
yang kira kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada
hipervolemia maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstisial sehingga
menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang berlebihan.
Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium
dalam serum.

1.6 Pemerikaan penunjang


a. Tes darah dapat mengukur kadar elektrolit dalam tubuh. Dan memeriksa fungsi
jantung
b. Jika gangguan elektrolit disebabkan oleh jumlah natrium yang terlalu tinggi
(hipernatremia) dilakukan melakukan tes cubit untuk mendeteksi dehidrasi.
c. dapat menguji refleks, karena kadar elektrolit yang meningkat dan berkurang
dapat memengaruhi refleks tubuh kita.
d. Tes urin untuk mengukur kadar pada beberapa jenis elektrolit seperti
kalsium ,klorida ,potassiumdan sodium
1.7 Komplikaasi
Hipovolemia dapat menimbulkan beragam komplikasi, Abdul.H. (2018)
a) Kegagalan berbagai fungsi organ tubuh berupa gagal ginjal,
b) Kerusakan otak, ( kejang, koma pembengkakan otak atau edema serebri )
c) Kematian jaringan tubuh (gangren),
d) Gagal jantung,
e) Kematian
f) Demam
1.8 Penatalaksanaan medis dan keperawatan atau farmakologi dan non
farmakologi
a. Memberian cairan infus yang mengandung klorida untuk mengembalikan cairan
tubuh dan kadar elektrolit yang menurun.
b. Pemberian obat obatan melalui vena untuk meningkatkan kadar elektrolit
daalam darah seperti kalsium atau kalium.
c. Pemberian obat obatan atau suplemen untuk mengatasi gangguan elektrolit yang
bersifat kronis
1.9 Konsep Keperawatan
1.9.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan
cairan yang berhubungan dengan berat badan:
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental: termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan
saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg;
HCO3-: 25 – 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan
oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh
darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).
1.10 Masalah/Diagnosa Cairan dan Elektrolit
a. Hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan Kekurangan Volume cairan
ditandai dengan suhu tubuh meningkat, frekuensi nadi meningkat dan nadi
taraba lemah
b. Hipervolemia (D.0022) berhubunga dengan kelebihan Volume Cairan
ditandai dengan intake lebih banyak dari output
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1. Hipovolemik Setelah dilakukan tidakan Manajemen
( D.0023) keperawatan selama 2 x 24 jam, hipovolemia (I.
kekurangan volume cairan 4120)
teratasi Tindakan
Status cairan ( L.03028) O:
Kritera hasil : - Periksa tanda dan
Kriteria Hasil SA ST gejala hipovolemia
Turgor kulit 1 4 (misalnya frekuensi
Output urin 1 4 nadi
Frekuensi nadi 1 4 meningakat ,nadi
Tekanan darah 1 4 teraba
Suhu 1 4 lemah ,tekanan
darah turun, turgor
Keretangan : kulit menurun ,
1. Menurun / meningkat membrane mukosa
2. Cukup menurun / kering, volume urin
meningkat menurun, haus ,
3. Sedang lemah)
- Monitor output input
cairan
T:
- Berikan asupan
cairan oral
E:
- Anjurkan
memperbanyak
cairan oral
K:
- Kolaborasikan
pemberian cairan IV
- Kolaborasikan
pemberian produksi
darah
2. Hipervolemi Setelah dilakukan tidakan Manajemen
a(D.0022) keperawatan selama 2 x 24 jam, hipervolemi
kekurangan volume cairan (I.03114)
teratasi Tindakan
keseimbangan cairan (I.5020) O:
Kriteria hasil : - Pemeriksaan tanda
Kriteria Hasil SA ST dan gejala
Asupan cairan 1 4 hypervolemia
Edema 4 1 (edema dan
Tekanan darah 1 5 dyspnea)
Edema 5 1 - Monitor
Mata cekung 1 5 TTV( frekuensi
nadi dan tekanan
darah )
Keretangan : - monitor intake dan
1. Menurun / meningkat output cairan
2. Cukup menurun / T:
meningkat - Timbang berat
3. Sedang badan setiap hari
pada waktu yang
sama
- Batasi asupan cairan
dan garam
- Tinggikan tempat
tidur 30- 40 derajat .
E:
- Ajarkan cara
membatasi cairan
- Anjurkan jika BB
bertambah > 1 kg
dalam sehari
K:
- Kolaborasikan
pemberian diuretik
DAFTAR PUSTAKA
Abdul.H. (2018). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Koizer, & dkk. (2021). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Pranata, A. E. ( 2018). Manajemen Cairan & Elektrolit . Yogyakarta: Nuha Medika.

Siregar, P. (2018). Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna publishing.

T Heather Herdman, S. K. (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai