Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA PNEUMOTHORAKS DIRUANG LAWU RSUD


ABDOER RAHEM SITUBONDO

Disusun oleh :
Nur Anisa Mutamimah
23101084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023/2024

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura,
akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan
cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ).
( Tambayong, 2000). Pneumotoraks, atau collaps paru-paru, adalah
pengumpulan udara dalam ruang di sekitar paru-paru. Penumpukan udara
menempatkan tekanan pada paru-paru, sehingga tidak dapat memperluas
sebanyak biasanya. (Matt Vera, 2012)
Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang
memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru
tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis
kronis, emfisema. ( Hinchllift, 1999 : 343 )
Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang
terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi
paru. ( Corwin, 2009 : 550 )
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi
spontan atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 )
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah
pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas
yang dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Pneumotoraks didefinisikan sebagai kehadiran udara antara rongga
pleura parietalis dan mendalam. Ketegangan Pneumotoraks merupakan
akumulasi dari udara di bawah tekanan dalam ruang pleura. Kondisi ini
berkembang ketika jaringan terluka bentuk 1-arah katup, memungkinkan
udara untuk masuk ke dalam ruang pleura dan mencegah udara dari

2
melarikan diri secara alami. Kondisi ini dengan cepat berkembang ke
insufisiensi pernapasan, runtuhnya kardiovaskular dan akhirnya kematian
jika, tidak dikenal dan tidak diobati. Pasien memerlukan diagnosis mendesak
dan manajemen segera

2. Etiologi
a. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi
pada orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi
dalam ketiadaan cedera traumatis dada atau paru-paru
b. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-
paru, emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis
(TB), Sarkoidosis, cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis paru
c. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi
thoracentesis, trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan,
ventilasi mekanik tekanan positif, sengaja intubasi bronkus kanan
mainstem
d. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax,
disebabkan oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera
tumpul atau menembus. (Matt Vera: 2012)

3. Insiden
Kejadian sebenarnya di luar suasana rumah sakit mustahil untuk
menentukan. Dalam sebuah studi besar di Israel, spontan pneumothoraces
terjadi pada tahun 723 (60.3%) dari kasus 1199; ini, 218 utama dan 505
sekunder. Pneumotoraks traumatis terjadi di 403 pasien (33,6%), 73 (18.1%)
di antaranya telah iatrogenik Pneumotoraks. [ 6]

Dalam studi baru, 12% pasien dengan luka tusukan asimtomatik dada
memiliki tertunda Pneumotoraks atau hemothorax. [3]
Morbiditas: Pneumotoraks spontan primer mempengaruhi 9.000 orang per
tahun dan lebih umum pada laki-laki yang tinggi, tipis antara usia 20 dan 40
tahun.
Tingkat kekambuhan: sekitar 40% untuk Pneumotoraks spontan primer dan
sekunder, terjadi dalam interval 1,5 hingga 2 tahun.
Angka kematian: Tingkat adalah 15% bagi mereka dengan Pneumotoraks
sekunder. (Matt Vera: 2012)

4. Anatomi dan Fisiologi

3
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m 2. pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan
karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus
pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun
oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian
lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah
rongga dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru
atau hilus. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi
dua, pleura viseral dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis.
Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi
dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen
berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.
Guna penapasan :
a. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.

4
b. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
c. Menghangatkan dan melembabkan udara.

5. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan
kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan
atelektasis (layuhnya paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup
dan klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap
hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru,
kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi
pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F
nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang
akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan
serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka
tembus. Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada
menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan
kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah
berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena
kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan
menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin
berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur
gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke
dalam kavum pleura.

5
Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak
sakit.

6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara
yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami
kolaps.
a. Gejalanya bisa berupa :
1) Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
2) Sesak nafas
3) Dada terasa sempit
4) Mudah lelah
5) Denyut jantung cepat
6) Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

b. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.


Gejala lain yang mungkin ditemukan :
1) Hidung tampak kemerahan
2) Cemas, stress, tegang
3) Tekanan darah rendah (hipotensi)

7. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps,
akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru
yang sehat juga dapat terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat.
Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan

6
cepat. Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu
pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy,
trachea berubah.

8. Prognosis
Spontaneus pneumothoraks mempengaruhi kira-kira 9.000 orang-orang
setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru.
Tipe dari pneumothoraks ini adalah paling umum pada pria-pria yang
berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan
kurus. Merokok lebih ditunjukan meningkatkan resiko dari pneumothoraks.
Hasil dari pneumothoraks tergantung pada luasnya dan tipe dari
pneumothoraks spontaneus. Pneumothoraks akan umumnya hilang dengan
sendirinya tanpa perawatan. Bahkan ketika kecil jauh lebih serius dan
membawa angka kematian sebesar 15%. Secondary pneumothoraks
memerlukan perawatan darurat dan segera mempunyai satu pneumothoraks
meningkatkan resiko terulang kembali. Angka kekambuhannya adalah kira-
kira 40%. Kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun.

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya
penurunan suara
b. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
c. Pemeriksaan EKG
d. Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
e. Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
f. Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
g. Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU

7
h. Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

10. Penatalaksanaan Medis


a. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik
bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik, namun
plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita
selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk
mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan
terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru akan
mengembang.
b. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus
dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali.
c. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
d. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis
untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat
segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis
lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan. Termasuk
dukungan ventilasi mekanik.
e. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan
skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi,
subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video
Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop.
Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi.
c. Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas
d. Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk,
tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan. Tajam dan nyeri,
menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, dan
mengerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, lapar napas
Batuk
Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paru
Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOM
Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak ada
Peningkatan kerja napas
Fremitus menurun
Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan)
Gerakan dada tidak sama
Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan
Terapi PEEP

9
g. Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada
Radiasi / kemoterapi untuk keganasan
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor risiko keluarga : TBC, Kanker
Bukti kegagalan membaik

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


a. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
c. Gangguan Mobilitas Fisik(D.0054)

3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Latihan Pernafasan (I.01007)
(D.0005) keoerawatan diharapkan pola nafas Observasi :
membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi indikasi
Pola Napas (L.01004) dilakukan latihan
Indikator Skala pernafasan
Awal Akhir - Monitor frekuensi , irama,
Dispnea 1 5 dan kedalaman napas
Penggunaan 1 5 sebelum dan sesudah
otot bantu latihan.
napas
Terapeutik
Pernafasan 1 5
- Sediakan tempat yang
cuping hidung
tenang
Frekuens napas 1 5
- Posisikan pasien nyaman
Ortopnea 1 5

10
dan rilexs
- Tempatkan satu tangan
didada dan satu tangan
diperut
- Pastikan tangan didada
mundur kebelakang dan
telapak tangan diperut maju
kedepan saat menarik nafas
- Ambil nafas dalam secara
perlahan melalui hidung
dan tahan selama tujuh
hitungan
- Hitungan kedelapan
hembuskan nafas melalui
mulut dengan perlahan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan pernafasan
- Anjurkan mengulangi
latihan 4-5 kali

2. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen (I.01026)


(D.0003) perawatan , diharapkan gangguan Observasi
pertukaran gas meningkat dengan - Monitor kecepatan oksigen
kriteria hasil : - Monitor aliran oksigen
Pertukaran Gas (L.01003) secara periodik dan pastikan
Indikator Skala dan fraksi yang diberikn
Awal Akhir cukup

11
Dispnea 1 5 - Monitor efektifitas terapi
Bunyi napas 1 5 oksigen(mis.
tambahan Oksimetri,analisa gas
Takikardia 1 5 darah)
PO2 1 5
Terapeutik
Gelisah 1 5
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen

Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah

Edukasi
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas atau
tidur

3. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Edukasi Mobilisasi (I.12394)


perawatan , diharapkan nyeri Observasi
berkurang dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi ,
Kontrol Nyeri (L.08063) karakteristik,
Indikator Skala durasi.,frekuensi,
Awal Akhir kualitas,intensitas nyeri
Kemampuan 1 5 - Identifikasi skala nyeri
mengenali onset - Identifikasi faktor yang
nyeri memperberat dan

12
Kemampuan 1 5 memperingan yeri
mengenali - Monitor efek samping
penyebab nyeri penggunaan analgetik
Kemampuan 1 5
Terapeutik
menggunakan
- Berikan teknik non
teknik non
farmakologis untuk
farmakologis
mengurangi rasa nyeri
Keluhan nyeri 1 5
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri

Edukasi
- Jelaskan prosedur, periode
dan pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

13

Anda mungkin juga menyukai