Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernapasan merupakan salah satu sistem organ terpenting yang khususnya
melibatkan paru-paru sehingga bila terjadi gangguan pernapasan dapat mengakibatkan gagal
napas. Salah satu penyakit paru-paru yang menyebabkan gagal napas adalah pneumothorax.
Pneumothorax lebih sering ditemukan pada hemithoraks kanan dari pada hemithoraks kiri.
Pneumothorax bilateral kira-kira 2% dari seluruh pneumothorax spontan. Insiden dan
pravalensi pneumothorax ventil 3% sampai dengan 5% dari pneumothorax spontan.
Kemungkinan berulangnya pneumothorax ialah 20% untuk kedua kali dan 50% untuk ketiga
kali (Alsagaff and Mukty, 2015).
Karakteristik tanda dan gejala pneumothorax tergantung dari penyebab, jenis, dan
luasnya. Mycrobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyakit tuberculosis yang
menyebabkan penurunan sistem imun. Bakteri yang menyerang paru akan menyebabkan
tuberculosis paru dimana menyebabkan berbagai penyakit paru seperti
pneumothorax.Pneumothorak menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun keseluruhan
yang menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke sisi lain. Gejala sesak nafas progressif
sampai sianosis gejala syok (Aulia, 2016).
Menurut Boone (2019) memperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4 –
17,8 per 100.000 per tahun. Kasus pneumotoraks lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Penelitian Khan dkk pada tahun 2009 di Pakistan kasus
pneumotoraks laki-laki 63,58% dan perempuan 36,42%, sesuai penelitian didapatkan kasus
pneumotoraks laki-laki 64,10% dan perempuan 35,90% dengan rata-rata umur 49 tahun.
Peran perawat dalam menangani klien pneumothorax adalah menyampaikan informasi
tentang penyakit dan Pendidikan Kesehatan terhadap keluarga dan klien untuk merawat
membersihkan luka post op secara streril pada saat dirumah guna mecegah resiko infeksi,
membimbing klien dan keluarga untuk Latihan ROM pasif guna mencegah kekauan otot
dan sendi, cara preventif dengan menyediakan tabung oksigen dan alat bantu nafas jenis
nonrebreathing mask. Cara kuratif dengan membawa klien ke rumah sakit terdekat dan
dilakukan pemasangan WSD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang
berada antara paru-paru dan thoraks. Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan pada
orang tanpa kondisi paru-paru kronis (pneumothoraks primer) dan orang dengan penyakit
paru-paru (pneumothoraks sekunder) selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumothoraks
yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau komplikasi dari
berbagai pengobatan (Irianto, 2017).
Udara dapat keluar dari patu-paru ke rongga pleura saat kantug udara di paru-
paru, atau bulla, meledak. Latihan fisik secara berlebihan dapat mendorong terjadinya
pneumothoraks. Komplikasi kondisi paru-paru seperti asma dan chronic obstructive
pulmonary disease juga dapat memicu kondisi ini (Irianto, 2017).
2. Etiologi
Pneumothoraks dapat disebabkan oleh pecahnya kista atau kantong kecil pada
permukaan paru. Pneumotoraks mungkin juga terjadi setelah luka pada dinding dada
seperti tulang rusuk yang patah, luka yang menembus dada, invasi operasi dari dada, atau
yang diinduksi dengan bebas dalam rangka untuk mengempiskan paru. Pneumothoraks
dapat juga berkembang sebagai akibat dari penyakit-penyakit paru yang mendasari,
termasuk cystic fibrosis, chronic obstructive pulmonary disease, knker paru, asma, dan
infeksi-infeksi dari paru-paru (Irianto, 2017).
Etiologi pneumothoraks dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (Morton: 2012):
a. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada orang-
orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi dalam ketiadaan cedera
traumatis dada atau paru-paru
b. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru,
emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis (TB), Sarkoidosis,
cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis paru
c. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi thoracentesis,
trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan, ventilasi mekanik tekanan
positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
d. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax, disebabkan oleh
trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera tumpul atau menembus.
3. Klasifikasi
Efusi pleura diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu (Irianto, 2017):
a. Primary pneumothorax (Spontaneus pneumothorax)
Terjadi pada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya.
b. Secondary pneumothorax
Terjadi sebagai akibat ari kondisi atau kejadian yang mendasari misalnya disebabkan
benturan dada yang keras.
4. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan
dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya paru-
paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan, udara
yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali
normal. Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat
terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman
penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan
streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent,
purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang
selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak ditangani
maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran
mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran
vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan
cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya
“blebs”, semacam struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan
udara masuk ke dalam kavum pleura. Robekan pada percabangan trakeobronkial
menyebabkan kolaps paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak sakit (Peate,
2015).
5. Manefestasi Klinis
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada (seperti ditusuk)
c. Napas pendek dan cepat
d. Denyut jantung cepat
e. Batuk
f. Kelelahan
g. Sianosis
(Irianto, 2017)
6. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya
pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat
terkena dampaknya. Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat.
Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat. Gambaran
ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension
pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy, trachea berubah (Peate, 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya penurunan suara
b. Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
c. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis pneumothoraks, yang hasilnya menunjukkan adanya udara.
d. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan udara dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
e. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran udara (Judith, 2009).
8. Penatalaksanaan
a. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat
kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang steril
merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga
digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.
b. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi
tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
c. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
d. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi
tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan
pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan
segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
e. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi
mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi.
Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)
(Judith, 2009).
9. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan sistem atau metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi lima tahap yaitu pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
a. Identitas klien : nama, umur, pekerjaan, status perkawainan, pendidikan, alamat,
diagnosis medis, tanggal masuk rumah sakit
b. Keluhann utama : Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
pneumothoraks didapatkan keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada, Napas pendek
dan cepat, Denyut jantung cepat, dan Batuk.
c. Riwayat penyakit dahulu : tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita
penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d. Riwayat penyakit keluarga : Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumothoraks.
e. Kesehatan fungsional/ 11 pola-pola gordon : nutrisi, eliminasi, aktivitas,
istirahat/tidur, persepsi, pola tolerensi, pola hubungan peran, kognitif, konsep diri,
reproduksi, keyakinan
f. Pemeriksaan fisik dan penunjang
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas,
hipersekresi jalan nafas, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan nafas,
proses infeksi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler
c. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme
d. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi,
agen pencedera fisik
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
3. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif
efektif berhubungan dengan (L.01001) (I.01006)
(D. 0001) : Ekspektasi : Meningkat 1. Monitor pola nafas dan
- Spasme jalan nafas Kriteria Hasil : bunyi nafas tambahan
- Hipersekresi jalan nafas - Batuk efektif meningkat 2. Identifikasi kemampuan
- Sekresi yang tertahan - Produksi sputum batuk
- Hiperplasia dinding jalan menurun 3. Monitor sputum
nafas - Suara nafas tambahan 4. Atur posisi semifowler
- Proses infeksi menurun dan fowler
- Frekuensi nafas 5. Ajarkan batuk efektif
membaik 6. Lakukan penghisapan
- Pola nafas membaik lendir kurang dari 15
detik
7. Kolaborasi pemberian
btonkodilator, mukolitik
atau ekspektoran
Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas (L.01003) Terapi Oksigen (I.01026)
berhubungan dengan (D. Ekspektasi : Meningkat 1. Monitor kecepatan aliran
0003) : Kriteria Hasil : oksigen secara periodik
- Ketidakseimbangan - Tingkat kesadaran dan pastikan fraksi yang
ventilasi-perfusi meningkat diberikan cukup
- Perubahan membran - Dispnea menurun 2. Monitor tanda-tanda
alveolus-kapiler - PCO2 membaik hipoventilasi
- PO2 membaik 3. Pertahankan kepatenan
- PH membaik jalan nafas
- Takikardi membaik 4. Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin
5. Ajarkan klien dan
keluarga cara teknik
nafas dalam dengan
benar
6. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen,
brokodilator
Risiko defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen gangguan
berhubungan dengan Ekspektasi : Membaik makan (I.03111)
(D.0032) : Kriteria Hasil : 1. Monitor asupan makan
- Ketidakmampuan - Porsi makan yang 2. Timbang berat badan
menelan makanan dihabiskan meningkat secara rutin
- Ketidakmampuan - Kekuatan otot 3. Ajarkan pengaturan diet
mencerna makanan pengunyah meningkat yang tepat
- Ketidakmampuan - Nyeri abdomen 4. Ajarkan keterampilan
mengabsorbsi makanan menurun koping untuk
- Peningkatan kebutuhan - Berat badan membaik penyelesaian masalah
metabolisme - IMT membaik perilaku makan
- Nafsu makan membaik 5. Kolaborasi dengan ahli
- Membran mukosa gizi tentang berat badan,
membaik kebutuhan kalori dan
pemilihan makanan
Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
dengan (D.0077) : Ekspektasi : Menurun (I.082338)
- Agen pencedera fisiologis Kriteria Hasil: 1. Identifikasi lokasi,
- Agen pencedera kimiawi - Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
- Agen pencedera fisik menurun frekuensi, kualitas dan
- Meringis menurun intensitas nyeri
- Kesulitan tidur 2. Ajarkan teknik non-
menurun farmakologi untuk
- Frekuensi nadi mengurangi nyeri
membaik 3. Jelaskan informasi pada
- Tekanan darah klien dan keluarga
membaik terkait penyebab nyeri
4. Kolaborasi dengan
dokter terkait pemberian
analgetik
Risiko infeksi berhubungan Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi
dengan (D.0142) : Ekspektasi : Menurun (I.14539)
- Penyakit kronis Kriteria Hasil : 1. Monitor tanda dan gejala
- Efek prosedur invasif - Kebersihan tangan infeksi lokal dan
- Malnutrisi meningkat sistemik
- Peningkatan paparan - Kebersihan badan 2. Pertahankan teknik
organisme patogen menigkat aseptik pada klien
lingkungan - Demam menurun 3. Jelaskan tanda dan
- Kemerahan menurun gejala infeksi kepada
- Bengkak menurun klien dan keluarga
- Kadar sel darah putih 4. Ajarkan cara mencuci
membaik tangan dengan benar
kepada klien dan
keluarga
5. Kolaborasi dengan
dokter terkait pemberian
antibiotik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang
diharapkan oleh karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
pelaksaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
(Nursalam,2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
yang sudah berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan
dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2017). Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN UMUM
Tanggal Pengkajia : Senin, 20 Februari 2023
Jam Pengkajian : 11.30 WIB
Oleh :
Sumber Data : Klien, Keluarga Klien, Rekam Medik, Tenaga Kesehatan
Metode : Observasi, wawancara, pengkajian fisik dan studi
Pengumpulan Data dokumen

1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. U
Tempat/Tgl.Lahir : Salatiga, 16 Agustus 1954 (67 tahun)
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pengurus Masjid
Alamat : Demak
Dx. Medis : Post thoracotomy eksplorasi ec pneumothorax dengan
fistula bronkopleural riwayat TB paru
Nomor RM : 2013xx
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 13 Februari 2023
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Demak
Hubungan dengan Klien : Istri

PENGKAJIAN DATA DASAR


1. Primary Assessment
Airway : Terdapat sekret pada jalan nafas klien yang
mengharuskan dilakukan suction berkala
Breathing : Terpasang ETT dengan ventilator SIMV FiO2 :
100% PEEP: 8 VT: 500 RR: 11 x/menit SpO2: 99%
, tidak terdapat retraksi dinding dada dan tidak
terlihat menggunakan otot bantu napas berlebih
Circulation : TD: 86/52 mmHg, MAP: 63 mmHg HR: 115
x/menit, RR: 11 x/menit, SpO2: 99% akral hangat,
CRT < 2 detik
Disability : GCS : 7 (E3, VETT, M4), Kesadaran Somnolen pupil
2mm/2mm (isokor), Reaksi cahaya +/+
Eksposure : Suhu 36.0 ͦ C, terpasang infus di tangan kanan NaCl
dengan aminophylline 16 tpm perban hipavik
disekitar infus tampak kotor, tampak bengkak dan
kemerahan. Di tangan kiri infus pump NaCl 30 tpm,
syring pump dobutamin 20 mcg, syring pump vascon
0.20 mcg, terpasang DC kateter, terpasang WSD di
thorax sebelah kiri (200 cc) perban hipavik di daerah
WSD tampak kotor, tampak luka post operasi
thoracotomy disebelah kiri, perban hipavik tambak
bersih tidak ada rembesan.

2. Fokus Assessment
Keadaan Umum : Klien tampak lemah
BB : 50 kg
TB : 150 cm
IMT : 22,2 kg/m2 (normal)
Klien tirah baring, klien post thoracotomy hari ke-0.
Terpasang WSD di thorax sebelah kiri.
Tingkat : E3 VETT M4 (Somnolen)
Kesadaran
Keluhan Utama : Terdapat sekret pada jalan napasnya

3. Sekunder Assessment
Riwayat Penyakit : Klien dengan riwayat effusi pleura dirawat sebulan
Dahulu yang lalu di RS NU Demak, pernah dipasang WSD
saat dirawat. 2 hari setelah dirawat sesak kambuh
dan kembali di rawat inap serta di pasang WSD
kedua. Klien dinyatakan TBC serta memulai OAT
3 minggu yang lalu (1x3 FDC). Riwayat batuk
sudah lama sekitar 2 bulan.
Riwayat Penyakit : Sesak nafas tak kunjung membaik, keluarga klien
Sekarang meminta rujukan dari puskesmas ke RSPAW,
kemudian klien masuk IGD dan dipindahkan di
bangsal Dahlia rawat inap selama 8 hari. Tanggal
20 Februari 2023 klien dilakukan operasi
thoracotomy dan dipindahkan di ICU Paru.
Riwayat : Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya
Kesehatan tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
Keluarga dengan klien. Tidak mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti DM, Asma dan Hipertensi

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : a. Kepala mesochepal, rambut hitam dan beruban,
kulit kepala tampak bersih
b. Konjungtiva tampak anemis, pupil isokor
2mm/2mm, Reaksi cahaya +/+
c. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip.
d. Telinga : Tidak ada serumen
e. Mulut : Mukosa bibir kering, klien sudah tidak
punya gigi, klien terpasang ETT dengan
ventilator SIMV
Vertebra : Tak ada pembesaran kelenjar limpha, tidak ada
Servikalis Dan peningkatan JVP.
Leher
Thoraks : a. Paru – paru
- Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan dada
simetris kanan = kiri, tidak tampak
penggunaan otot pernafasan, terpasang WSD
di thorax sebelah kiri perban hipavik di
daerah WSD tampak kotor, tampak luka post
thoracotomy yang dibalut dengan perban
hipavix
- Palpasi : Ekspansi dada simetris
- Perkusi : Sonor
- Auskltasi : Suara nafas tambahan ronkhi
b. Jantung
- Inspeksi : Dada tampak simetris
- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi : Terdengar suara dall/redup
- Auskultasi : Reguler (S1 lub dan S2 dub)
Abdomen : a. Inpeksi : Datar dan simetris, tidak ada bekas
luka jahitan, warna kulit sawo matang.
b. Auskultasi: Bising usus (+), 13 x/menit
c. Perkusi : Terdengar suara timpani
d. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perineum / : Genetalia normal, tampak bersih, terpasang DC dan
Rektum / Vagina terpasang pempers
Muskuloskeletal : a. Atas: akral teraba hangat , sianosis (-)
b. Bawah: akral teraba hangat , sianosis (-)
Adanya krepitasi di ekstermitas atas sampai
ekstermitas bawah

5. Terapi
Nama Obat Dosis Cara Pemberian
NaCl 09,% + aminophylline 16 tpm Intravena
Dobutamin 20 mcg Intravena
Vascon 0.20 mcg Intravena
Ceftriaxone 2 x 1 gr Intravena
Ketorolac 2 x 30 mg Intravena
Lanzoprazole 2 x 30 mg Intravena
Methyl Prednisolone 2 x 125 mg Intravena
Paracetamol 3 x 1 gr Intravena
Metamizol 3 x 1 gr Intra Muskuler
Curcuma 2 x 20 mg Per-oral
Channa 3 x 500 mg Per-oral

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
21 Februari 2023 Post phoracotomy eksplorasi ec
pneumothorax dengan fistula
bronkopleural

b. Laboratorium
Tanggal : 20 Februari 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 9.4 L gr/dL 13.0 - 18.0
Hematokrit 27.5 L % 40.0 - 54.0
Eritrosit 3.01 L 10^6/Ul 4.50 - 6.50
MCV 91.4 fL 76.0 - 96.0
MCH 31.2 pg 27.0 - 32.0
MCHC 34.2 g/dL 31.0 - 37.0
Leukosit 8.00 10^3/uL 4.00 - 11.0
Trombosit 144 L 10^3/uL 150 - 450
Kimia Klinik
Fungsi Hati
SGOT 69 H U/L < 31
SGPT 30 U/L < 42
Protein Total 4.4 L gr/dL 6.6 - 8.7
Albumin 2.2 L gr/dL 3.5 -4.2
Faal Ginjal
Ureum 38.9 mg/dL 15.0 - 45.0
Creatinin 1.07 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 H mmol/L 135 -145
Kalium 3.5 mmol/L 3.5 - 5.1
Clorida 112 mmol/L 95 - 115
Analisa Gas Darah
pH 7.47 H - 7.35 - 7.45
pCO2 32 mmHg 32 - 45
pO2 229 H mmHg 83 – 108
HCO3 22.7 mmol/L 22 – 28

Interprestasi hasil AGD


- pH di atas normal
- PCO2 normal
- PO2 di atas normal
- HCO3 di normal
Sehingga interprestasi hasil AGD di atas adalah klien mengalami
gangguan Alkalosis Respiratorik

ANALISA DATA
DATA MASALAH PENYEBAB
DO: Gangguan Perubahan
- Tingkat Kesadaran : Somnolen Pertukaran Gas Membran
(E3 VETT M4) (SDKI, 2017 Alveolus-Kapiler
- Klien terpasang alat bantuan D.0003)
nafas ventilator SIMV
- Klien terpasang ETT
- FiO2 : 100%
- PEEP: 8
- VT: 500
- RR: 11 x/menit
- HR : 115 x/menit
- TD : 86/52 mmHg
- pH : 7.47 , PO2 : 229
- AGD : Alkalosis Respiratorik
DS:-
DO: Bersihan Jalan Hipersekeresi Jalan
- Terdapat sekret pada jalan Nafas Tidak Napas
nafas Efektif
- SpO2: 99 % (SDKI, 2017
- RR: 11 x/menit D.0149)
- Terdengar suara nafas
tambahan ronkhi
DS:-
DO: Risiko Infeksi Efek Prosedur
- Terpasang infus di tangan (SDKI, 2017 Invasif
kanan NaCl dengan D.0142)
aminophylline 16 tpm, perban
hipavik disekitar infus tampak
kotor, tampak bengkak dan
kemerahan
- Terpasang infus di tangan kiri
infus pump NaCl 30 tpm,
syring pump dobutamin 20
mcg, syring pump vascon 0.20
mcg
- Terpasang DC kateter
- Terpasang WSD di thorax
sebelah kiri, perban hipavik di
daerah WSD tampak kotor
- Tampak luka post operasi
thoracotomy disebelah kiri,
perban hipavik tampak bersih
tidak ada rembesan
DS:-

B. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
ditandai dengan :
- Tingkat Kesadaran : Somnolen (E3 VETT M4)
- Klien terpasang alat bantuan nafas ventilator SIMV
- Klien terpasang ETT
- FiO2 : 100%
- PEEP: 8
- VT: 500
- RR: 11 x/menit
- HR : 115 x/menit
- TD : 86/52 mmHg
- pH : 7.47 , PO2 : 229
- AGD : Alkalosis Respiratorik
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekeresi jalan napas ditandai
dengan :
- Terdapat sekret pada jalan nafas
- SpO2: 99 %
- RR: 11 x/menit
- Terdengar suara nafas tambahan ronkhi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif ditandai dengan :
- Terpasang infus di tangan kanan NaCl dengan aminophylline 16 tpm, perban hipavik
disekitar infus tampak kotor, tampak bengkak dan kemerahan
- Terpasang infus di tangan kiri infus pump NaCl 30 tpm, syring pump dobutamin 20
mcg, syring pump vascon 0.20 mcg
- Terpasang DC kateter
- Terpasang WSD di thorax sebelah kiri, perban hipavik di daerah WSD tampak kotor
- Tampak luka post operasi thoracotomy disebelah kiri, perban hipavik tampak bersih
tidak ada rembesan
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosis Keperawatan 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
SLKI SIKI RASIONAL
Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi (I.01014)
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Memantau kondisi pernafasan klien
keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor nilai AGD 2. Mempertahankan pH yang normal
pertukaran gas meningkat dengan 3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman 3. Agar klien lebih rileks dan tenang
kriteria hasil : mungkin
1. Tingkat kesadaran meningkat Terapi Oksigen (I.01026)
dari somnolen ke 1. Monitor aliran oksigen secara periodik 1. Mempertahankan oksigenasi klien yang
composmentis dan pastikan fraksi yang diberikan cukup efektif
2. Dyspnea menurun (respirasi : 2. Pertahankan kepatenan jelan nafas 2. Mencegah terjadinya sputum dan
12-20 x/menit) 3. Ajarkan dan libatkan keluarga sumbatan jalan nafas
3. Takikardi membaik (HR : 60- melakukan teknik relaksasi nafas dalam 3. Melatih kemandirian klien dan keluarga
100 x/menit) 4. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 4. Kolaborasi yang tepat dapat menurunkan
jika perlu keluhan klien
Perawat Pera
wat
2. Diagnosis Keperawatan 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekeresi jalan napas
SLKI SIKI RASIONAL
Bersihan Jalan Nafas (L.01001) Manajemen Jalan Nafas (I.01012)
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola nafas 1. Mempertahankan pola nafas efektif pada
keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor bunyi nafas tambahan klien
bersihan jalan nafas meningkat 2. Mengetahui dan mencegah adanya nafas
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum tambahan seperti (whezing, ronchi)
1. Batuk efektif meningkat 4. Posisikan semi fowler atau fowler 3. Mengetahui jumlah, warna sputum
2. Produksi sputum menurun 4. Mempertahankan kenyamanan dan membuat
3. Suara nafas tambahan ronkhi 5. Ajarkan batuk efektif oksigen dalam paru-paru meningkat
menurun menjadi suara vesikuler 6. Lakukan penghisapan lendir 5. Memudahkan untuk mengeluarkan dahak
4. Frekuensi nafas membaik kurang dari 15 detik 6. Mempertahankan jalan nafas yang efektif
(respirasi : 12-20 x/menit) 7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, 7. Kolaborasi yang teapat dapat menurunkan
mukolitik, jika perlu keluhan klien
Per Perawat
awat
3. Diagnosis Keperawatan 3 : Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
SLKI SIKI RASIONAL
Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Tanda gejala infeksi menjadi acuan
selama 2x24 jam, tingkat infeksi lokal dan sistemik dalam menentukan tindakan
menurun dengan kriteria hasil: 2. Pertahankan teknik aseptik pada 2. Teknik aseptik mencegah masuknya
- Kemerahan pada tusukan infus klien mikroorganisme ke dalam tubuh
menurun 3. Informasi kesehatan yang tepat dapat
- Bengkak pada daerah tusukan infus 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi meningkatkan pengetahuan klien dan
menurun kepada klien dan keluarga keluarga tentang tanda dan gejala
- Kadar sel darah putih membaik infeksi
dalam rentang (4.50 – 11.50 10^3/uL) 4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan 4. Cuci tangan dengan benar dapat
benar kepada klien dan keluarga meminimalisir terjadinya risiko infeksi.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait 5. Terapi farmakologi antibiotik yang tepat
pemberian antibiotik ceftriaxone 2x1 dapat menurunkan terjadinya risiko
gr infeksi
Perawat Perawat

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Diagnosis Keperawatan 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi proses Evaluasi hasil
Senin, 20 Jam : 11.00 Jam : 11.15 Jam : 14.00
Februari Membantu S:- S:-
2023 memasang O: O:
ETT dan - Kesadaran : Somnolen (E3 VETT M4) - Tingkat Kesadaran : Somnolen (E3 VETT M4)
Ventilator - Klien terpasang alat bantuan nafas - Klien terpasang alat bantuan nafas ventilator
ventilator SIMV SIMV
Perawat - Klien terpasang ETT - Klien terpasang ETT
- FiO2 : 100% - FiO2 : 100%
- PEEP: 8 - PEEP: 8
- VT: 500 - VT: 500
- RR: 11 x/menit - pH : 7.47, PO2 : 229
- HR : 115 x/menit - AGD : Alkalosis Respiratorik
- TD : 86/52 mmHg - Terpasang syring pump dobutamin 20 mcg dan
- pH : 7.47, PO2 : 229 vascon 0.20 mcg
- AGD : Alkalosis Respiratorik - Posisi tidur klien semifowler
Per - Klien tampak tenang
awat - RR : 14 x/menit
Jam : 11.20 Jam : 11.30 - SpO2 : 100%
Memberikan S:- - HR : 105 x/menit
terapi obat O: - TD : 108/63 mmHg
Terpasang syring pump dobutamin 20 mcg - S : 36.5OC
Perawat dan vascon 0.20 mcg A : Gangguan pertukaran gas teratasi sebagian
Perawat P:
Jam : 11.35 Jam : 11.40 Lanjutkan Intervensi
Mengatur S:- 1. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
posisi O: pastikan fraksi yang diberikan cukup
semifowler - Posisi tidur klien semifowler 2. Fasilitasi mengubah posisi senyaman
- Klien tampak tenang mungkin
Perawat P 3. Ajarkan dan libatkan keluarga melakukan
erawat teknik relaksasi nafas dalam
Jam : 13.00 Jam : 13.10 Perawat
Mengevaluasi S:-
oksigenasi O:
- RR : 14 x/menit , SpO2 : 100%
Perawat - HR : 105 x/menit
- TD : 108/63 mmHg, S : 36.5OC
Perawat
Selasa, 21 Jam : 07.30 Jam : 07.45 Jam :14.00
Februari Memonitor S:- S:
2023 aliran oksigen O: - Klien mengatakan lega setelah di ekstubasi
secara periodik - Tingkat Kesadaran : Composmentis (E4 - Klien mengatakan sesak nafas berkurang
VETT M6) setelah melakukan latihan nafas dalam
P - Klien terpasang alat bantuan nafas O:
erawat ventilator SIMV - Ku : Sedang, Kesadaran Composmentis
- Klien terpasang ETT - Terpasang NRM 12 lpm
- FiO2 : 60% - RR : 20 x/menit
- PEEP: 5 - SpO2 : 100%
- VT: 500 - HR : 88 x/menit
- RR: 18 x/menit - TD : 142/70 mmHg
- SpO2 : 100% - Terpasang syring pump dobutamin 20 mcg dan
- HR : 88 x/menit vascon 0.05 mcg
- TD : 142/70 mmHg - Klien mampu mempraktekkan teknik nafas
- Terpasang syring pump dobutamin 20 dalam dengan benar
mcg dan vascon 0.05 mcg A : Gangguan pertukaran gas teratasi sebagian
Perawat P:
Jam :10.00 Jam :10.15 Lanjutkan Intervensi
Melakukan S : klien mengatakan lega setelah di 1. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
ekstubasi ekstubasi pastikan fraksi yang diberikan cukup
O: 2. Fasilitasi mengubah posisi senyaman
Perawat - Ku : Sedang, Kesadaran Composmentis mungkin
- Terpasang NRM 12 lpm 3. Evauasi respon klien
- RR : 20 x/menit Perawat
- SpO2 : 100%
Perawat
Jam : 10.20 Jam : 10.30
Mengajarkan S : klien mengatakan sesak nafas berkurang
teknik nafas setelah melakukan latihan nafas dalam
dalam O:
Klien mampu mempraktekkan teknik nafas
Perawat dalam dengan benar
P
erawat

Diagnosis Keperawatan 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekeresi jalan napas
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi proses Evaluasi hasil
Senin, 20 Jam : 12.00 Jam : 12.10 Jam : 14.15
Februari Memonitor S :- S :-
2023 pola nafas dan O: O:
bunyi nafas - Terdapat sekret pada jalan nafas - Terdapat sekret pada jalan nafas
tambahan - SpO2: 99 % RR: 12 x/menit - Sudah dilakukan suction
- Terdengar suara nafas tambahan ronkhi - Lendir berwarna kecoklatan 5 cc
Perawat Perawat - SpO2: 98 %
Jam : 12.30 Jam : 12.45 - RR: 14 x/menit
Melakukan S :- - Terdengar suara nafas tambahan ronkhi
section O: berkurang
- Sudah dilakukan suction A : Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
Perawat - Lendir berwarna kecoklatan 5 cc sebagian
- SpO2: 98 % P:
- RR: 14 x/menit Lanjutkan intervensi
- Terdengar suara nafas tambahan ronkhi 1. Monitor pola nafas dan bunyi nafas tambahan
berkurang 2. Monitor sputum
P 3. Posisikan semi fowler atau fowler
erawat 4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
Perawat
Selasa, 21 Jam : 09.00 Jam : 09.10 Jam : 14.15
Memonitor S : Klien mengatakan masih ada sedikit S:
Februari sputum dan dahak - Klien mengatakan masih ada sedikit dahak
2023 bunyi nafas O: - Kien mengatakan lega setelah minum air putih
tambahan - Sputum berkurang hangat
- SpO2: 100 % - Klien mengatakan nyaman dengan posisi
Perawat - RR: 22 x/menit setengah duduk
- Terdengar suara nafas vesikuler - Klien mengatakan paham dan mengerti terkait
Perawat teknik batuk efektif sesuai dengan
Jam : 12.00 Jam : 12.10 kemampuannya
Memberikan S :Kien mengatakan lega setelah minum air O:
minum air putih hangat - Sputum berkurang
putih hangat O: - SpO2: 100 %
- Klien minum air hangat 20 cc setelah - RR: 22 x/menit
Perawat ekstubasi - Terdengar suara nafas vesikuler, masih sedikit
- Terdengar suara nafas vesikuler, masih terdengar ronkhi
sedikit terdengar ronkhi - Klien minum air hangat 20 cc setelah ekstubasi
Perawat - Sputum berkurang
Jam : 12.30 Jam : 12.40 - Posisi tidur klien semifowler
Memberikan S : klien mengatakan nyaman dengan posisi - Klien tampak tenang
posisi nyaman setengah duduk - Klien mampu mempraktekkan teknik batuk
semifowler O: efektif dengan benar sesuai kemampuan
- Posisi tidur klien semifowler A : Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
Perawat - Klien tampak tenang sebagian
Perawat P:
Jam : 13.30 Jam :13.45 Lanjutkan intervensi
Mengajarkan S : Klien mengatakan paham dan mengerti 1. Monitor pola nafas dan bunyi nafas tambahan
teknik batuk terkait teknik batuk efektif sesuai dengan 2. Anjurkan minum air putih hangat
efektif kemampuannya 3. Evalasi respon klien
O: Perawat
Perawat Klien mampu mempraktekkan teknik batuk
efektif dengan benar sesuai kemampuan
Perawat

Diagnosis Keperawatan 3 : Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Proses Evaluasi Hasil
Senin, 20 Jam : 13.20 Jam :13.30 Jam : 14.30
Februari Memonitor S:- S:-
2023 tanda dan O: O:
gejala infeksi - Terpasang infus di tangan kanan NaCl - Terpasang infus di tangan kiri infus pump
dengan aminophylline 16 tpm, perban NaCl 30 tpm, syring pump dobutamin 20
Perawat hipavik disekitar infus tampak kotor, mcg, syring pump vascon 0.20 mcg
Tampak sedikit bengkak dan kemerahan - Terpasang DC kateter
- Terpasang infus di tangan kiri infus - Terpasang WSD di thorax sebelah kiri,
pump NaCl 30 tpm, syring pump perban hipavik di daerah WSD tampak kotor
dobutamin 20 mcg, syring pump vascon - Tampak luka post operasi thoracotomy
0.20 mcg disebelah kiri, perban hipavik tampak bersih
- Terpasang DC kateter tidak ada rembesan
- Terpasang WSD di thorax sebelah kiri, - Terpasang infus di tangan kanan NaCl dengan
perban hipavik di daerah WSD tampak aminophylline 16 tpm, perban daerah hipavik
kotor tampak bersih, tidak ada rembesan, tidak ada
- Tampak luka post operasi thoracotomy tanda-tanda plebitis, tidak ada kemerahan dan
disebelah kiri, perban hipavik tampak tidak bengkak pada daerah tusukan infus
bersih tidak ada rembesan A : Risiko Infeksi teratasi sebagian
Perawat P:
Jam : 13.45 Jam : 13.55 Lanjutkan intervensi
Melakukan aff S :- 1. Pertahankan teknik aseptik pada klien
infus dan O: 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi kepada klien
memasang Perban daerah hipavik tampak bersih, tidak dan keluarga
yang baru ada rembesan, tidak ada tanda-tanda 3. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
plebitis, tidak ada kemerahan dan tidak kepada klien dan keluarga
Perawat bengkak pada daerah tusukan infus di 4. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
tangan kanan antibiotik
Perawat P
erawat
Selasa, 21 Jam : 08.00 Jam : 08.15 Jam : 14.30
Februari memberikan S : klien mengatakan sedikit sakit saat S:
2023 terapi obat diberikan obat - Klien mengatakan sedikit sakit saat diberikan
O: obat
Perawat Obat antibiotik ceftriaxone 1 gr masuk - Klien mengatakan sakit saat diambil darah
melalui IV dengan benar vena
P - Keluarga klien mengatakan paham dan
erawat mengerti cuci tangan 6 langkah dengan benar
Jam : 11.00 Jam : 11.10 O:
Mengambil S : klien mengatakan sakit saat diambil - Obat antibiotik ceftriaxone 1 gr dan MP 125
darah rutin darah vena mg masuk melalui IV dengan benar
dengan teknik O: - Darah vena terambil 2 cc masuk ke tabung
aseptik - Darah vena terambil 2 cc masuk ke ungu untuk pemeriksaan darah rutin
tabung ungu untuk pemeriksaan darah - Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah
Perawat rutin tusukan jarum
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada - Keluarga klien tampak mengangguk saat
daerah tusukan jarum diberikan penjelasan
P - Keluarga klien mampu mempraktekkan cuci
erawat tangan 6 langkah dengan benar
Jam : 11.45 Jam : 11.50 A : Risiko Infeksi teratasi sebagian
Mengajari S : keluarga klien mengatakan paham dan P:
teknik cuci mengerti cuci tangan 6 langkah dengan Lanjutkan intervensi
tangan dengan benar - Pertahankan teknik aseptik pada klien
benar pada O: - Jelaskan tanda dan gejala infeksi kepada
keluarga - Keluarga klien tampak mengangguk keluarga
pasien saat diberikan penjelasan - Lacak hasil lab
Perawat - Keluarga klien mampu mempraktekkan - Evaluasi respon klien
cuci tangan 6 langkah dengan benar Pera
Per wat
awat
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian kepada klien atas nama Tn. U dengan diagnosis post thoracotomy
eksplorasi ec pneumothorax dengan fistula bronkopleural didapatkan tiga diagnosis
keperawatan:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
belum teratasi penuh dikarenakan klien masih mengeluh sesak nafas dan masih terpasang
NRM 12 lpm
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekeresi jalan napas belum
teratasi penuh dikarenakan masih ada dahak, frekuensi nafas belum stabil masih diatas
rentang normal
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif belum teratasi penuh dikarenakan
klien masih terpasang alat invasif seperti infus, DC kateter, terpasang WSD dan luka post
operasi belum kering

Pada hari rabu tanggal 23 Februari pukul 10.00 klien di pindahkan ke bangsal Dahlia.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H dan Mukty.H.Abdul.(2015).Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.Airlangga University


Press, Surabaya.
Amanda, A. P., & Wijayanti, O. (2015). Pneumotoraks pada Tuberkulosis. Indonesian Journal of
Nursing Research, 2(4), 191–194
Aulia W, Khairsyaf O, Basyar M. (2016).Secondary Spontaneous pneumothorax at Pulmonary
Departement and Respiratory Medicine Dr. M. Djamil Hospital : A Five Years
Experience. Proceeding RESPINA: Jakarta
Boone, P. M. (2019). The Genetics of Pneumothorax. AJRCCM Articles, 10(116), 15–50
Irianto, K. (2017). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.
Irianto, Koes. (2017). Anatomi dan Fisiologis. Bandung: Penerbit Alfabeta
Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Maharani, S. W.(2015). Pneumothorax. Jurnal Kedokteran: Jakarta
Morton dkk. (2016). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Pahlawi, Riza dan Farhani, Nida.(2021).Pengaruh Breathing Exercise Dan Stretching Terhadap
Penurunan Sesak Pada Kasus Pneumothorax Bilateral The Effect Of Breathing
Exercise And Stretching For Decrease Breathing Difficulties In Bilateral
Pneumothorax. Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia Volume 1 No. 1, Mei-Oktober
2021
Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta: Bumi Medika.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakata: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Priscilla, L. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Gangguan Respirasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Yuningsih. (2017).Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pada
Klien Terpasang Water Seal Drainage(WSD) di RSUD Kabupaten Tangerang. Jurnal
Keperawatan Komprehensif Vol.3 No. 2

Anda mungkin juga menyukai