A. Definisi
Pneumothoraks adalah keadaan dimana udara mengisi ruang antara bagian
luar paru dan bagian dalam dinding dada. Pneumothoraks ialah kondisi
dimana terdapatnya udara atau terjebaknya udara di dalam rongga pleura,
yang menyebabkan paru-paru terjadi kolaps dan gagal napas.
Pneumothoraks merupakan suatu kondisi gawat darurat yang disebabkan
terdapatnya akumulasi udara di dalam rongga pleura yang biasanya
disebabkan oleh proses suatu penyakit ataupun cedera (British Lung
Foundation, 2019).
Pada kondisi yang normal, rongga pleura dipenuhi dengan paru-paru yang
mengembang saat inspirasi yang disebabkan karena tegangan permukaan
(bertekanan negative) antara kedua permukaan pleura. Terdapatnya udara
pada rongga potensial antara pleura visceral dan pleura parietal akan
mengakibatkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang
masuk ke dalam rongga pleura. Semakin banyak udara yang terperangkap
dalam rongga pleura maka akan mengakibatkan paru-paru kolaps karena
terjadi peningkatan tekanan pada intrapleura (Utama, 2018).
B. Etiologi
Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang diklasifikasikan berdasarkan
penyebabnya dan mekanisme terjadinya, antara lain :
a) Pneumothoraks berdasarkan penyebabnya :
1) Pneumothoraks spontan
Pneumothorax ini terjadi secara spontan tanpa adanya kecelakaan
atau trauma. Pneumothorax spontan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Primary Spontaneous Pneumothorax (Pneumothoraks Spontan
Primer). Pneumothorax jenis ini biasanya disebabkan oleh
pecahnya bleb pada paru-paru yang biasanya terjadi pada orang
sehat tanpa didahului oleh suatu penyakit paru.
b. Secondary Spontaneus Pneumothorax (Pneumothoraks Spontan
Sekunder). Pneumothorax jenis ini seringkali sebagai akibat
dari komplikasi beberapa penyakit paru-paru seperti Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD), infeksi yang
disebabkan oleh bakteri pneumocity carinii, cystic fibrosis,
interstitial lung disease, dan lain sebagainya (Papagiannis et al.,
2015).
2) Pneumothoraks trauma
Pneumothoraks ini merupakan jenis pneumothorax yang disebabkan
b) Perubahan metabolisme
c) Ketidakbugaran fisik
d) Penurunan kendali otot
e) Penurunan massa otot
f) Penurunan kekuatan otot
g) Keterlambatan perkembangan
h) Kekakuan sendi
i) Kontraktur
j) Malnutrisi
k) Gangguan muskuloskeletal
l) Gangguan neuromuskular
m) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
n) Efek agen farmakologis
o) Program pembatasan gerak
p) Nyeri
q) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
r) Kecemasan
s) Gangguan kognitif
t) Keengganan melakukan pergerakan
u) Gangguan sensoripersepsi
Ansietas
1. Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
2. Faktor Penyebab
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
j) Penyalahgunaan zal
k) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-
lain)
l) Kurang terpapar informasi
3. Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
b) Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
4. Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
c) Objektif
1) napas meningkat
2) Frekuensi Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Getaran
5) Muka tampak pucat
6) Suara bergetar
7) Kontak mata buruk
J. Konsep Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan memebrikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga dan orang terdekat kilen untuk merumuskan rencana kepearwatan
guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan
suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
Tindakan keperawatan yang dilakuakn terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Tahap perencanaan
dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab
perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan
yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan,
dan siapa yang akan melakukan Tindakan keperawatan untuk klien,
keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
Diagnosa SLKI SDKI
Keperawatan
Gangguan Pertukaran Pertukaran gas menigkat(L.01003) Pemantauan respirasi (I.01014)
Gas (D.0003) 1. Dispnea menurun (5)
Observasi
2. Bunyi napas tambahan
menurun (5) 1. Monitor frekuensi,
3. Takikardia menurun(5) irama, kedalaman dan
4. PCO2 membaik (5) upaya napas
5. PO2 membaik (5) 2. Monitor pola napas
6. pH arteri membaik (5) (seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas
darah
10. Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pola Napas Tidak Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan nafas (I.01011)
Efektif (D.0005) 1. Dispnea menurun (5)
Observasi
2. Penggunaan otot bantu napas
menurun (5) 1. Monitor pola napas
3. Pemanjangan fase ekspirasi (frekuensi, kedalaman,
menurun (5) usaha napas)
4. Frekuensi napas membaik (5) 2. Monitor bunyi napas
5. Kedalaman napas membaik (5) tambahan (misalnya:
gurgling, mengi,
wheezing, ronchi kering)
3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw
thrust jika curiga trauma
fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Terapeutik
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap Bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
K. Konsep Implementasi
Hijriah, A., Nugraha, A., Tri, K. A., Chairullah, W., Hafidhuddin, D., Kingson,
H., Merry, B., Hakim, N., Putri, N. U., Mayang, P., Rini, S., Sindi, K.,
Utami, M., Hidayah, T., & Hartini, T. (n.d.). A S U H A N K E P E R A W
A T A N P A D A T N. S D E N G A N G A N G G U Oleh.