Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN TENSION PNEUMOTHORAX

Oleh :

1. Ni Putu Wulan Meidiantari (C1116011)


2. Ni Kadek Sintya Devitasari (C1116017)
3. Ni Kadek Ema Sri Wijayanti (C11160190
4. Sayu Mirah Cahya Dewi (C1116029)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

MANGUPURA

2019

1
A. KONSEP DASAR PEYAKIT

1. Definisi
Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam ruangan pleura
secara progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara
untuk masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan
didalam rongga pleura.
Tension pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi
udara dalam rongga pleura akan bertambah setiapkali bernafas. Peningkat
tekanan intratoraks meningkatkan bergersernya organ mediastinum secara matif
ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan.
Tension pneumotoraks (pneumotoraks ventil) adalah pneumotoraks
dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar
karena ada fistel dipleura viseralis yang bersifat ventil. Pada saat inspirasi udara
masuk melalui trakea, brankus serta percabangannya dan selanutnya terus
menuu pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rngga
pleura tidak dapat keluuar. Akibatnya tekanan didalam rngga pleura makin lama
makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rngga
pleura ini dapat menekan paru ehingga sering menimbulkan gagal nafas.

2. Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena
iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut :
1. Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura
visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang
rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension
Pneumotoraks).
2. Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya
vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
3. Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke
Tension Pneumotoraks.

2
4. Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.
5. Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks

3. Epidemiologi
Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin
dapat ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency
Medical Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan
dekompresi jarum segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala
yang non-spesifik. Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1
di Amerika Serikat menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi
jarum torakostomi, meskipun pada jumlah tersebut tidak semua pasien menderita
kondisi tension pneumotoraks.
Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat

(UGD) tidak diketahui. Literatir-literatur medis hanya menyediakan gambaran

singkat mengenai frekuensi pnemotoraks desak. Sejak tahun 2000, insidensi

yang dilaporkan kepada Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17

pasien yang diduga menderita pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis

sebagai tension pneumotoraks. Pada tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian

prajurit militer dari trauma dada menunjukan hingga 5% dari korban

pertempuran dengan adanya trauma dada mempunyai tension pneumotoraks

pada saat waktu kematiannya.

4. Patofisiologi
Tension pneumothoraks atau pneumotoraks ventil teradi karena
mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga
pleura tetapi pada saat ekspirasi udara dari rngga pleura tidak dapat keluar.
Semakin lama tekanan udara didalam rngga pleura akan meningkatkan dan

3
melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rngga pleura ini dapat
menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas. Tekanan dalam rongga
pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastiunum tergeser
kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar
tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah kontrateral dan diafragma
tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat
mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus segera ditanani
kalau tidak akan berakibat fatal.

1. Pathway

2. Klasifikasi

3. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi,
hipersonor dinding dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
2. Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju ke
sisi kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena
jugularis (tidak ada jika pasien sangat hipotensi) dan sianosis (Boshwick,
1997).
3. Terjadi sesak napas yang progresif dan berat.
4. Terdapat kolaps dengan pulsus kecil dan hipotensi berat sebagai akibat
gangguan pada jantung dan terhalangnya aliran balik vena ke jantung.

4
5. Tanda-tanda pergesaran mediastinum jelas terlihat.
6. Perkusi biasanya timpani, mungkin pula redup karena pengurangan getaran
pada dinding toraks .
7. Apabila pneumotoraks meluas, atau apabila yang terjadi adalah tension
pneumothoraks dan udara menumpuk di ruang pleura, jantung dan pembuluh
darah besar dapat bergeser ke paru yang sehat sehingga dada tampak
asimetris (Corwin, 2009)

4. Pemeriksaan Fisik

5. Pemeriksaan Diagnostik

6. Penatalaksanaan Farmakologi

7. Komplikasi
Misdiagnosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari
dekompresi jarum. Jika pneumotoraks tetapi bukan tipe terjadi yang terjadi,
dekompresi jarum akan mengubah pneumotoraks menjadi tension
pneumotoraks. Jika tidak terdapat pneumotoraks, pasien akan mengalami
kondisi pneumotoraks setelah dekompresi jarum dilakukan. Sebagai tambahan
jarum akan melukai jaringan paru, yang mungkin pada kasus langka dapat
menyebabkan cedera paru atau hemotoraks. Jika jarum yang ditempatkan terlalu
dekat ke arah tulang sternum, dekompresi jarum dapat menyebabkan hemotoraks
karena laserasi dari pembuluh darah intercosta.
Penempatan torakostomi tube dapat menyebabkan kerusakan pada

jaringan saraf intercostae dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim

paru, terutama jika menggunakan trokar untuk penempatannya.

8. Prognosis

5
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi

Daftar Pustaka

6
7

Anda mungkin juga menyukai