Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

ILMU BEDAH
TENSION PNEUMOTHORAX

Oleh :
BRILIANTY RESTA PRATIWI HARIONO
201510330311065

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pernafasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh
manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernafasan
akan mempengaruhi semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas
manusia. Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola
hidup yang kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya
yaitu gangguan sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini
akan menimbulkan berbagai penyakit primer yang mengenai sistem bronkopulmoner
seperti hemoptisis masif, pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak
berat. Sedangkan gangguan fungsi paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain
seperti keracunan obat yang menimbulkan depresi pusat pernafasan. Di Amerika
didapatkan 180.000 orang meninggal akibat gangguan fungsi paru seperti trauma
thorak, baik karena trauma thorak langsung maupun tidak langsung.
Trauma torak dapat mengakibatkan terjadinya robekan pada pleura dimana
dengan adanya robekan ini dapat menjadi celah masuknya udara ke dalam rongga
tersebut sehingga menjadi Pneumotoraks. Dari pneumotoraks ini dapat menjadi
tension pneumotoraks jika tidak ditangani dengan baik. Tension Pneumotoraks
merupakan suatu kegawat daruratan medis, dimana akumulasi udara dalam rongga
pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks
mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari
sisi paru yang mengalami tekanan. (Alagaff, Hood, 2005) .
Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin dapat
ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency Medical
Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi jarum/
thoraco sintesis segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang
non-spesifik. Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1 di
Amerika Serikat menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi jarum
torakostomi, meskipun pada jumlah tersebut tidak semua pasien menderita kondisi
tension pneumotoraks.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi Tension pneumothorax
b. Mengetahui etiologi Tension pneumothorax
c. Mengetahui diagnosis Tension pneumothorax
d. Mengetahui tata laksana Tension pneumothorax
e. Mengetahui komplikasi Tension pneumothorax
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam ruang pleura secara
progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk masuk
ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan didalam rongga pleura.
Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara
dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan
intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah
berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. (Alagaff, Hood, 2005)
Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi
udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan
intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah
berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan (Manjoer, 2000).
2.2 Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena
iatrogenik atau berhubungan dengan trauma yaitu, sebagai berikut:
1. Trauma benda tumpul atau tajam, meliputi gangguan salah satu pleura visceral
atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak
menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)
2. Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
3. Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke
Tension Pneumotoraks
4. Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks
sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.
5. Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks
(Corwin, 2009)..
Tension pneumotoraks terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada udara dalam paru sebelahnya.Udara memasuki
rongga pleura dari tempat ruptur pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Udara
dapat memasuki rongga pleura pada saat inspirasi tetapi tidak bisa keluar lagi karena
tempat ruptur tersebut akan menutup pada saat ekspirasi.
Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan
tekanan udara mulai melampaui tekanan barometrik. Peningkatan tekanan udara akan
mendorong paru yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi atelektasis kompresi.
Udara juga menekan mediastinum sehingga terjadi kompresi serta pergeseran jantung
dan pembuluh darah besar. Udara tidak bisa keluar dan tekanan yang semakin
meningkat akibat penumpukan udara ini menyebabkan kolaps paru. Ketika udara
terus menumpuk dan tekanan intrapleura terus meningkat, mediastinum akan tergeser
dari sisi yang terkena dan aliran balik vena menurun. Keadaan ini mendorong
jantung, trakea, esofagus dan pembuluh darah besar berpindah ke sisi yang sehat
sehingga terjadi penekanan pada jantung serta paru ke sisi kontralateral yang sehat
(Sudoyo, 2009).
Padaa keadaan normal, pleura parietalis dan visceralis seharusnya dapat
dipertahankan tetap berkontak karena ada gabungan antara tekanan intrapleura yang
negatif dan tarikan kapiler oleh sejumlah kecil cairan pleura. Ketika udara masuk ke
ruang pleura factor-faktor ini akan hilang dan paru di sisi cedera mulai kolaps, dan
oksigenasi menjadi terganggu. Jika lebih banyak udara yang memasuki ruang pleura
pada saat inspirasi di bandingkan dengan yang keluar pada saat ekspirasi akan
tercipta efek bola katup dan tekanan pleura terus meningkat sekalipun paru sudah
kolaps total dan akhirnya tekanan ini menjadi demikian tinggi sehingga
mendiastinum terdorong ke sisi berlawanan dan paru sebelah juga terkompresi dan
dapat menyebabkan hipoksia yang berat dapat timbul dan ketika tekanan pleura
meninggi dan kedua paru tertekan, aliran darah yang melalui sirkulasi sentral akan
menurun secara signifikan yang mengakibatkan hipotensi arterial dan syok.
(Kowalak, 2011).
Gambar 2.1 Patofisiologi Tension pneumothorax
2.3 Diagnosis
Diagnosa tension pneumothorax merupakan diagnosa  dari klinis, bukan dari
radiologi. Tanda-tanda klasik dari tension pneumotoraks adalah adanya distress nafas,
takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral, distensi
vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya. Gelaja klinis dari
tension pneumothorax ini mungkin mirip dengan gejala klinis dari cardiac
tamponade, tetapi angka kejadian tension pneumotorax ini lebih besar dari cardiac
tamponade. Selain itu untuk membedakannya juga bisa dilakukan dengan mengetahui
bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian dada ipsilateral.
Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
A. Inspeksi :
1. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)
2. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
3. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
B. Palpasi :
1. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
2. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
3. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
C. Perkusi :
1. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
2. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi
D. Auskultasi :
1. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
2.4 Tatalaksana
Tension pnumothorax membutuhkan tatalaksana dekompresi yang segera.
Dekompresi ini dapat dilakukan dengan memasukkan jarum ke ruang intercostal ke
dua pada garin midclavicular pada sisi dada yang terkena. Terapi definitifnya
biasanya membutuhkan insersi chest tube ke dalam ruang pleural melalui ruang
intercostal ke lima (setinggi puting susu) dibagian depan di garis midclavicular.
Prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah :
1. menjaga jalan nafas agar tetap terbuka
2. menjaga kualitas ventilasi
3. menghilangkan penyebab trauma
4. menghilangkan udara di ruang pleura
Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari hilangnya udara bebas
pada ruang interpleural dan pencegahan pada kekambuhan atau recurensi.
Pada kasus tension pneumotoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat
dilakukan untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumotoraks
adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika
diagnosis tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda penanganan
meskipun diagnosis belum ditegakkan.
1. Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan pernafasan pasien dengan
100% oksigen.
2. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut seharusnya sudah
dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.
Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothoraks
yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi
tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan
udara luar dengan cara :
 Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
 Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil
3. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan untuk melakukan
torakostomi tube.
4. Lakukan penilaian ulang pada pasien, perhatikan ABCs (Airway, breathing,
cirvulation) pasien.
5. Lakukan penilaian ulang foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari
torakostomi dan untuk memperbaiki adanya deviasi mediastinum.
6. Pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan.
7. Tindakan bedah
Dengan, pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang
yang menyebabkan pneumothoraks kemudian dijahit. Pada pembedahan, apabila
ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bisa mengembang,
maka dapat dilakukan dekortikasi. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru
yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak. Pleurodesis.
Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura
dilekatkan satu sama lain.
2.5 Komplikasi
Komplikasi dari disentri dapat berupa:
1. Gagal napas akut (3-5%)
2. Komplikasi tube torakostomi lesi pada nervus interkostales
3. Henti jantung-paru
4. Infeksi sekunder dari penggunaan WSD
5. Kematian timbul cairan intra pleura, misalnya Pneumothoraks disertai efusi
pleura : eksudat, pus. Pneumothoraks disertai darah : hemathotoraks.
6. Syok (Alagaff, 2005)
7. Kolaps pembuluh darah, akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan
darah menurun. Paru sehat juga dapat terkena dampaknya.
8. Hipoksia dan dispnea berat.
9. Kematian (Corwin, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Aru W.Sudoyo,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed V. Jakarta:
Interna Publishing.
Kowalak, Jennifer P, Dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi: Sistem
PernapasanPneumothoraks. Jakarta: EGC.
Manson, J. Robert. 2010. Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 5/e.
Saunders. Philadelphia.
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai