Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2023


UNIVERSITAS HALU OLEO

TENSION PNEUMOTHORAX

Oleh:
Wa Ode Dzayumrih
K1B1 22 023

Pembimbing:
dr. Edwin

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Wa Ode Dzayumrih, S.Ked.
Stambuk : K1B1 22 023
Judul Referat : Tension Pneumothorax

Telah menyelesaikan tugas Referat dengan judul Tension Pneumothorx dalam


rangka Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas
Halu Oleo.

Kendari, 10 Mei 2023


Mengetahui :
Pembimbing,

dr. Muhammad Rustam HN, M.Kes., Sp.OT


BAB I
PENDAHULUAN

Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh

akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau

cedera. Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/

rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk

dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada

rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4

cm H2O.

Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumotoraks dan non-tension

pneumotoraks. Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana

akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas.

Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum

secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Non-

tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara

tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam rongga dada

juga tidak meningkat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency

dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap

kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan

bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan

dari sisi paru yang mengalami tekanan.2

Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/

penimbunan udara di ikuti peningkatan tekanan di dalam rongga

pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga paru terluka,

Sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar

secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya

insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya,

kematian jika tidak dikenali dan ditangani. Hasil yang baik

memerlukan diagnosa mendesak dan penanganan dengan segera.

Tension pneumothoraks adalah diagnosa klinis yang sekarang lebih

siap dikenali karena perbaikan di pelayanan-pelayanan darurat

medis dan tersebarnya penggunaan sinar-x dada.

B. EPIDEMIOLOGI

Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak

mungkin dapat ditentukan. Revisi oleh Department of

Transportation (DOT) Emergency Medical Treatment (EMT)


Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi jarum

segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang

non-spesifik. Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma

tingkat 1 di Amerika Serikat menerima tindakan pra rumah sakit

berupa dekompresi jarum torakostomi, meskipun pada jumlah

tersebut tidak semua pasien menderita kondisi tension

pneumotoraks.

Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat

Darurat (UGD) tidak diketahui. Literatir-literatur medis hanya

menyediakan gambaran singkat mengenai frekuensi pnemotoraks

desak. Sejak tahun 2000, insidensi yang dilaporkan kepada

Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17 pasien yang

diduga menderita pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis

sebagai tension pneumotoraks. Pada tinjauan yang lebih lanjut,

angka kematian prajurit militer dari trauma dada menunjukan

hingga 5% dari korban pertempuran dengan adanya trauma dada

mempunyai tension pneumotoraks pada saat waktu kematiannya.3,4

C. PATOFISIOLOGI

Tension pneumotoraks terjadi akibat kerusakan yang

menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara

tersebut tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena

ventil (one-way-valve). Akibat udara terjebak di dalam rongga

pleura sehingga menyebabkan tekanan intrapleura meningkat yang


mengakibatkan terjadinya kolaps pada paru –paru, hingga

menggeser mediastinum ke bagian paru – paru kontralateral,

penekanan pada aliran vena balik sehingga terjadi hipoksia. Adanya

pergeseran pada mediastinum juga dapat menyebabkan penekanan

pada vena kava anterior dan superior. Hipoksia yang memburuk

menyebabkan terjadinya resitensi terhadap vascular dari paru – paru

yang diakibatkan oleh vasokonstriksi. Jika gejala hipoksia tidak

ditangani secepatnya, hipoksia ini akan mengarah pada keadaan

asidosis, kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output

sampai akhirnya terjadi keadaan henti jantung yang dapat

menyebabkan kematian.3,5

Tension pneumotoraks terjadi akibat udara terperangkap di

rongga pleura karena pleura berfungsi seperti katup satu arah,

sehingga udara bisa masuk, namun yang di dalam tidak dapat

keluar. Peningkatan tekanan ini akan menyebabkan paru kolaps

pada sisi yang terkena. Akibat peningkatan tekanan intrathorax,

mediastinum dan trachea akan bergeser kea rah paru yang normal

dan menyebabkan gangguan venous return dan curah jantung. Hal

ini menyebabkan penurunan cardiac output dan hipotensi berat3,5

D. DIAGNOSIS

Diagnosa tension pneumothorax merupakan diagnosa dari

klinis, bukan dari radiologi.Tanda-tanda klasik dari tension

pneumotoraks adalah adanya distress nafas, takikardi, hiporensi,


adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral, distensi

vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya.

Gelaja klinis dari tension pneumothorax ini mungkin mirip dengan

gejala klinis dari cardiac tamponade, tetapi angka kejadian tension

pneumotorax ini lebih besar dari cardiac tamponade. Selain itu

untuk membedakannya juga bisa dilakukan dengan mengetahui

bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian

dada ipsilateral,6

Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :

1. Inspeksi :

a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper

ekspansi dinding dada)

b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya

tertinggal

c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

2. Palpasi :

a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau

melebar

b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang

sakit

3. Perkusi :

a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani


b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan

intrapleura tinggi

4. Auskultasi :

a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada:

1. Foto Röntgen

Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus

pneumotoraks antara lain6:

a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang

kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-

kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi

berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio

opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan

kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu

berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium

intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.

Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang

sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan

tekanan intra pleura yang tinggi.


Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan

anak panah merupakan bagian paru yang kolaps

2. Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi

meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada

pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan

mortalitas sebesar 10%.

3. CT-scan thorax

CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema

bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra

dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks

spontan primer dan sekunder.


4. USG

Pneumotoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga

pleura ditampilkan pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak

seperti udara intrapulmoner, pantulan gelombang tidak bergerak saat

respirasi. Bagaimanapun juga, luas pneumotoraks ditentukan dengan

radiologis dada1.

Menggunakan Linear array transducer (Small parts/high frequency

probe) dengan pasien dalam posisi supinasi, scan dipermukaan anterior

dinding dada menarik garis sagital (longitudinal). Scan mulai dari

anterior axillary line ke para sternal line

Tension pneumotoraks dapat berkembang (memburuk) dengan

sendirinya, terutama pada pasien dengan ventilasi tekanan positif. Hal

ini bisa segera terjadi atau dalam beberapa jam ke depan. Sebuah

takikardi hipotensi, dijelaskan dan peningkatan tekanan udara sangat

progresif dari tekanan yang semakin meningkat.


 Deviasi trakhea menjauh dari sisi dada yang terkena tension.

 Pergeseran mediastinum.

 Depresi dari diafragma-hemiselulosa. 7, 8

Dengan derajat tension pneumotoraks, tidak sulit untuk menilai

bagaimana fungsi kardiovaskuler dapat terganggu akibat tension, karena

terdapat adanya obstruksi pada vena yang kembali ke jantung. Masif

tension pneumotoraks memang seharusnya sudah dapat dideteksi secara

klinis dan, dalam menghadapi kolaps hemodinamik, telah tatalaksana

dengan cara emergency thoracostomy - needle atau sebaliknya. 6, 7, 8.


Tension pneumotoraks kiri

Sebuah tension pneumotoraks mungkin berkembang saat pasien

menjalani pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan (gambar di bawah) atau

operasi. kalaupun ada penurunan oksigenasi pasien atau status ventilasi,

dada harus kembali diperiksa. 7

CT dari tension pneumotoraks

Adanya (chest tube) bukan berarti pasien tidak bisa berkembang

menjadi tension pneumotoraks. Pasien di bawah ini memiliki ketegangan

sisi kanan meskipun adanya sebuah chest tube. Sangat mudah untuk

menilai bagaimana hal ini dapat terjadi pada gambar CT yang


menunjukkan chest tube dalam fisura oblique. Chest tube disini akan

ditempatkan bagian belakang dada, sehingga akan di pertahankan tetap

disana ketika paru-paru didepannya menekan ke arah atas-belakang. Chest

tube pada pasien trauma terlentang harus ditempatkan secara posterior

untuk menghindari komplikasi ini. Komplikasi lain dari tension

pneumothorax lainnya seperti haemothoraks masih akan di-drainase

asalkan paru-paru telah mengembang sepenuhnya. 7, 8

CT scan juga menunjukkan mengapa tension pneumotoraks tidak

terlihat pada X-ray dada polos paru yang dikompresi belakang tetapi

meluas keluar ke tepi dinding dada, sehingga tanda-tanda paru-paru

terlihat di seluruh bidang paru-paru. Namun ada pergeseran garis tengah

dibandingkan dengan film sebelumnya. 7, 8.

Foto dada awal


Setelah insersi chest tube dalam ruang mediastinum

Dada bagian atas menunjukkan posisi chest tube

Tension pneumotoraks kanan


Tension pneumotoraks juga dapat bertahan jika ada cedera pada jalan

napas besar, mengakibatkan fistula bronkhopleura. Dalam hal ini sebuah

tabung dada tidak dapat mengatasi kebocoran udara utama. Dalam kasus ini

thorakotomi biasanya ditunjukkan untuk memperbaiki saluran udara dan paru-

paru yang rusak. 7, 8.

Hati-hati juga pasien dengan tension pneumotoraks bilateral. Trakea

merupakan central, ketika perkusi dan suara nafas yang sama di kedua sisi.

Pasien-pasien ini biasanya secara haemodinamika terancam atau dalam

traumatik arrest. Gawat darurat dekompresi dada bilateral dapat menjadi

bagian dari prosedur untuk traumatik arrest dimana hal ini dimungkinkan.

ketegangan Bilateral pneumothoraces


E. TATALAKSANA

Needle Thoracostomy

Tension pnumothorax membutuhkan dekompresi yang segera.

Dekompresi ini dapa dilakukan dengan memasukkan jarum ke

ruang intercostal ke dua pada garin midclavicular pada sisi dada

yang terkena. Terapi definitifnya biasanya membutuhkan insersi

chest tube ke dalam ruang pleural melalui ruang intercostal ke lima

(setinggi puting susu) dibagian depan di garis midclavicular.6

Prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah menjaga

jalan nafas agar tetap terbuka, menjaga kualitas ventilasi,

oksigenasi, menghilangkan penyebab traumanya dan

menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol ventilasi.


4
Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari

hilangnya udara bebas pada ruang interpleural dan pencegahan

pada kekambuhan atau recurensi.3.

Pada kasus tension pneumotoraks, tidak ada pengobatan

non-invasif yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi yang

mengancam nyawa ini. Pneumotoraks adalah kondisi yang

mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika

diagnosis tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda

penanganan meskipun diagnosis belum ditegakkan.

Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan

pernafasan pasien dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi


jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut seharusnya sudah dilakukan

sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk pengobatan lebih

lanjut. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan

untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian

ulang pada pasien, perhatikan ABCs (Airway, breathing,

cirvulation) pasien. Lakukan penilaian ulang foto toraks untuk

menilai ekspansi paru, posisi dari torakostomi dan untuk

memperbaiki adanya deviasi mediastinum. Selanjutnya,

pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan.

Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada

kasus pneumothoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan

ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan

membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan

cara :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga

pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga

pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar

melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

1) Dapat memakai infus set

Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura,

kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan

tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem


penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari

ujung infus set yang berada di dalam botol.

2) Jarum abbocath

Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum

dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di

dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut

dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan

dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya

dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat

dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung

infuse set yang berada di dalam botol.

3) Pipa water sealed drainage (WSD)

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang

menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari

cavum pleura (rongga pleura)

Tujuan :

• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura

untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif

dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.6


1. Tindakan bedah

a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian

dicari lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian

dijahit

b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang

menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat

dilakukan dekortikasi.
c. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami

robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak

d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,

kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain.


Skema gambar dari seseorang dengan chest tube di rongga

dada kiri. Yang terhubung ke segel air.

F. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien

pneumotoraks) dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pio-

pneumotoraks, hidro-pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti

jantung paru dan kematian (sangat jarang terjadi);

pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat

komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya

bronkus, sehingga kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya

sekitar 1%), pneumotoraks simultan bilateral (insidensinya sekitar

2%), pneumotoraks kronik (insidensinya sekitar 5 %), bila tetap ada

selama waktu lebih dari 3 bulan7.

Prognosis baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan

pengobatan intensif, terutama yang mengenai penderita muda yang

sehat. Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya

akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi

maupun setelah pemasangan tube toracostomy. Kekambuhan

jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan

torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang penatalaksanaannya cukup

baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien pneumotoraks

spontan sekunder prognosisnya tergantung penyakit paru yang

mendasari.4
Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal

yang sama di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang

setelah terapi yang berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya

dalam satu tahun setelah pneumothorax teratasi yang dilakukan

melalui pengambilan x-ray setiap tiga bulan.3


DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Penyakit Paru. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Paru. Surabaya: FK UNAIR – RSD dr.Soetomo.
2. Airlangga University. 2008. Pedoman Teknik Operasi “OPTEK”,
Teknik Operasi Sistema Kardiothorax, P:130-148. Surabaya:
Airlangga University.
3. Jain, Dhruv, Et.All. 2008. Understanding And Managing Tension
Pneumothorax. New Delhi. Journal Indian Academy Of Clinical
Medicine.
4. Daley, Brian James, Et.All. 2013. Pneumothorax. Tennesse.
Department Of Surgery Division Of Trauma And Critical Care
University Of Tennesse Health Science Center College Og
Medicine: Emedicine.Mescape.Com.
5. Sharma, Anita. Jindad, Parul. 2008. Principles Of Diagnosis And
Management Of Traumatic Pneumothorax. Uttarakhand: Journal
Of Emergencies.
6. Comittee Of Trauma. Advance Trauma Life Support Chapter 4:
Thoracic Trauma P:111-126. United States Og America: American
College Of Surgeons.
7. Daley, Brian James, Et.All. 2013. Pneumothorax. Tennesse.
Department Of Surgery Division Of Trauma And Critical Care
University Of Tennesse Health Science Center College Og
Medicine: Emedicine.Mescape.Com.
8. Al-Hameed, Farhan. 2013. Pneumothorax Imaging. Saudi Arabia.
Intensive Care Department Of King Abdulaziz Medical City:
Emedicine.Medscape.Com

Anda mungkin juga menyukai