Anda di halaman 1dari 10

KEGAWATDARURATAN PADA TRAUMA THORAK ( JENIS

DAN PENATALAKSANAAN TRAUMA THORAK )

OLEH :
IDA AYU PUTU MIRAH ADI ANGGRAENI (193223123)
B12-B

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
PEMBAHASAN

A. JENIS TRAUMA THORAK YANG MENGANCAM NYAWA


Trauma thoraks bisa terbagi dua yaitu :
a) Trauma thoraks yang langsung dapat mengancam jiwa
1. Tension pneumothoraks
Terjadi karena adanya one way valve (fenomena pentil) dimana
kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau dari luar melalui
dinding dada, masuk kedalam rongga pleura dan tidak dapat keluar
lagi. Sehingga tekanan intra pleura meninggi, paru-paru menjadi
kolaps, mediastinum terdorong ke kontralateral dan menghambat
pengembalian darah vena ke jantung, dan akan menekan paru
kontralateral.
2. Pericardial tamponade
Sering disebabkan oleh luka tembus, namun cedera tumpul juga
dapat menyebabkan perikardium terisi darah, baik dari jantung,
pembuluh darah besar maupun dari pembuluh darah perikard.
3. Open Pneumothoraks (Pneumothoraks Terbuka)
Defek atau luka yang besar pada dinding dada akan menyebabkan
pneumothoraks terbuka. Tekanan intrapleura akan sama dengan
tekanan atmosfer. Jika defek pada dinding dada lebih besar dari 2/3
diameter trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui
defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil
dibandingkan dengan trachea. Akibatnya ventilasi terganggu
sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia.
4. Hemothoraks masif
Terjadi bila terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500cc di
dalam rongga pleura. Sering disebabkan oleh luka tembus yang
merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus
paru.
5. Flail chest
Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Terjadi bila adanya
fraktur iga yang multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua
atau lebih garis fraktur (Oakley, 1998).
b) Trauma thoraks yang potensial dapat mengancam jiwa
1. Ruptur aorta
Sering menyebabkan kematian segera setelah kecelakaan mobil
dengan tabrakan frontal atau jatuh dari ketinggian. Untuk penderita
yang selamat sesampainya dirumah sakit kemungkinan sering
dapat diselamatkan bila ruptur aorta dapat diidentifikasi dan
secepatnya dilakukan operasi (Williams, 2004).
2. Cedera tracheobronkial
Sering disebabkan oleh cedera tumpul dan terjadi pada 1 inci dari
karantina. Sering ditemukan hemoptisis, emfisema subkutis dan
tension pneumothoraks dengan pergeseran mediastinum. Adanya
pneumothoraks dengan gelembung udara yang banyak pada WSD
setelah dipasang selang dada harus dicurigai adanya cedera trakeo
bronchial.
3. Cedera tumpul jantung
Dapat menyebabkan kontusio otot jantung, ruptur atrium atau
ventrikel ataupun kebocoran katup.
4. Cedera diafragma
Ruptur diafragma traumatik lebih sering terdiagnosa pada sisi kiri
karena obliterasi hepar pada sisi kanan atau adanya hepar pada sisi
kanan sehingga mengurangi kemungkinan terdiagnosisnya ataupun
terjadinya ruptur diafragma kanan.
5. Kontusio paru
Merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada pada
golongan potentially lethal chest injury. Kegagalan bernafas dapat
timbul perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung
terjadi setelah kejadian.
B. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAK
YANG MENGANCAM NYAWA
a. Tension pneumothoraks
Penatalaksanaan pada kasus tension pneumotoraks tergantung pada
beberapa faktor, dan mungkin berbeda dari penatalaksanaan awal hingga
dekompresi jarum atau pemasukan dari selang dada. Penanganan kasus ini
ditentukan dari derajat keparahan dari gejala dan indikasi dari gangguan akut,
adanya gambaran penyakit paru yang mendasari, ukuran tension
pneumotoraks yang terlihat pada foto toraks, dan pada kasus tertentu perlu
diperhatikan dari karakteristik individu yang terlibat. Pada kasus tension
pneumotoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat dilakukan untuk
menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumotoraks adalah kondisi
yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika diagnosis
tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda penanganan meskipun
diagnosis belum ditegakkan.
Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan pernafasan
pasien dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal
tersebut seharusnya sudah dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit
untuk pengobatan lebih lanjut. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah
persiapan untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian
ulang pada pasien, perhatikan ABCs (Airway, breathing, cirvulation) pasien.
Lakukan penilaian ulang foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari
torakostomi dan untuk memperbaiki adanya deviasi mediastinum.
Selanjutnya, pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan.
b. Pericardial tamponade
Tamponade jantung merupakan sebuah kondisi gawat darurat yang
membutuhkan perawatan segera. Sebagai langkah awal, penderita tamponade
jantung akan diberikan oksigen tambahan, dan obat-obatan untuk
meringankan beban kerja jantung serta meningkatkan tekanan darah. Ada 2
tujuan pengobatan terhadap tamponade jantung, yaitu mengurangi tekanan
pada jantung dan mengobati penyebabnya. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan dokter untuk mengurangi tekanan pada jantung,
yaitu:
 Pericardiocentesis (punksi perikardium), yaitu prosedur yang dilakukan
untuk mengeluarkan cairan dari ruang perikardium dengan menggunakan
jarum.
 Pericardiectomy, yaitu prosedur operasi dengan memotong dan
menghilangkan sebagian perikardium yang melapisi jantung. Prosedur ini
dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan pada jantung.
 Pericardiodesis, yaitu pemberian obat-obatan langsung ke dalam ruang
perikardium untuk menempelkan perikardium dengan otot jantung.
Prosedur ini biasa dilakukan bila terjadi penumpukan cairan di ruang
perikardium (efusi perikardium) secara berulang.
 Torakotomi, yaitu prosedur invasif yang dilakukan dokter untuk
mengeluarkan gumpalan darah akibat cedera dengan membuka dinding
dada.
c. Open Pneumothoraks (Pneumothoraks Terbuka)
Apabila lubang ini lebih besar daripada 2/3 diameter trachea, maka
pada inspirasi udara mungkin lebih mudah melewati lubang pada dinding dada
disbanding melewati mulut, sehingga terjadi sesak yang hebat. Dengan
demikian maka pada open pneumothorak, usaha pertama adalah menutup
lubang pada dinding dada ini sehinggaopen pneumothorak menjadi close
pneumothorak (tertutup). Harus segara ditambahkan bahwa apabila selain
lubangpada dinding dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha menutup
lbang ini secara total (occlusive dressing) dapat mengakibatkan terjadinya
tension pneumothorak. Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah:
1. Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plester pada 3 sisinya,
sedangkan pada sisi atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi
zalf/soffratule pada sisi dalamnya supaya kedap udara
2. Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila diakukan cara ini maka harus
sering dilakukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbu tanda tension
pnneumothorak maka kasa harus dibuka
3. Pada luka yang sangat besar maka dapat dipakai plastik infus yang
diguntingsesuai ukuran
d. Hematothorak Masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada (lebih
1500 cc). Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus/tumpul yang merusak
pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah
pada hilus paru. Diagnosis hematothorak ditegakkan dengan adanya syok
yang disertai dengan suara napas yang menghilang dan perkusi pekak pada
sisi dada yang mengalami trauma. Perdarahan yang banyak dan cepat akan
lebih mempercepat timbulnya hipotensi dan syok. Terkumpulnya darah dan
cairan di slah satu henithorak dapat menyebabkan gangguan usaha bernafas
akibat penekanan paru-paru dan menghambat ventilasi yang adekuat.
Tidak banyak yang dapat dilakukan pra rumah sakit pada keadaan ini.
Satu-satunya cara adalah membawa penderita secepat mungkin ke rumah
sakit dengan harapan masih dapat terselamatkan dengan tindakan operatif.
Terapi awal adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan
bersama dengan dekompresi rongga pleura dan keputusan torakotomi diambil
bila didapatkan kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan
terus-menerus 200 cc/jam dalam waktu 2-4 jam.
e. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari 2 iga, sehingga ada satu
segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernapasan. Pada ekspirasi, segmen
akan menonjol keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam. Ini dikenal
sebagai pernapasan paradoksal. Kelainan ini akan mengganggu ventilasi,
namun lebih diwaspadai adalah adanya kontusio paru. Sesak berat yang
mungkin terjadi harus dibantu dengan oksigenasi dan mungkin diperluka
ventilasi tambahan. Di rumah sakit penderita akan dipasang pada respirator,
apabila analisis gas darah menunjukkan pO2 yang rendah atau pCO2 yang
tinggi.
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAK
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik : Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi : Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive : Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga
pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband
2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup
bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka
tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1) Penetapan slang: Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang
yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien,
sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
2) Pergantian posisi badan: Usahakan agar pasien dapat merasa enak
dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan
pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh
sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan
atas yang cedera.
b. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2) Latihan napas dalam.
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
c. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang,
perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
d. Suction harus berjalan efektif :
1) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
2) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien,
warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
3) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai
petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien
dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi
miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya
misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok
atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru
e. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa
cairan yang keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan
adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara
masuk yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan
kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas
botol dan slang harus tetap steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-
sendiri, dengan memakai sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll
f. Dinyatakan berhasil, bila :
2) Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan
radiologi.
3) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
4) Tidak ada pus dari selang WSD.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Rsup Sanglah Denpasar, 2011, Pelatihan Trauma Live
Support .Denpasar
TIM PUSBANKES 118 BAKER-PGDM PERSI DIJ. 2008. Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) Basic Life Support Plus. Yogyakarta
American College Of Surgeons Committee On Trauma, Student Course Manual
7th Edition : advanced Trauma Life Support for Doctors : Bab 5 Trauma
Thoraks: 111-127.
De jong W., Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W. Prasetyono T.O, Rudiman R. :
Buku Ajar Ilmu Bedah; Bab 28: 498-513
Sharma A, Jindal P : Priciples of diagnosis and management of traumatic
pneumothorax. 2008 ; 34 – 40
Idress M.M, Ingleby A.M, Wali S.O : Evalution and Managemet of
Pneumothorax. Saudi Med J 2003; vol.24(5):447 – 452
Jain D.G, Gosari S.N, Jain D.D : Understanding and Managing Tension
Pneumothorax. JIACN 2008; 9(1) : 42 – 50

Anda mungkin juga menyukai