Anda di halaman 1dari 7

Jika tension pneumothorax terjadi, hal pertama yang harus dilakukan tim medis adalah melakukan

needle thoracocentesis. Itu adalah tindakan memasukkan jarum bernomor besar, sekitar 14 atau 16,
ke bagian dada, tepatnya pada interkostal dua lurus dari mid klavikula. 

’’Sekitar dua tulang rusuk,’’ kata Henry. Hal tersebut dilakukan supaya udara yang terjebak di dalam
rongga dada bisa keluar. ’’Rasanya seperti melepas pentil ban sepeda, udaranya akan keluar,’’ terang
Henry.

Dengan begitu, udara itu tidak lagi menekan paru-paru dan organ di dada lainnya. Aliran darah bisa
segera kembali normal. Jika dalam keadaan genting dan tak ada jarum, pasien bisa ditusuk dengan
ujung bolpoin atau benda lain yang menyerupai jarum. ’’Infeksi urusan belakangan. Yang penting dia
tertolong dulu,” terang Henry.

Sering kali pasien tidak bisa diselamatkan karena tidak segera mendapatkan pertolongan pertama
tersebut. Henry menegaskan bahwa needle thoracocentesis bisa dilakukan siapa pun asalkan dia
mengetahui prosedurnya. ’’Tidak harus dokter. Perawat atau ahli medis lain yang berjaga di IGD
harus tahu prosedurnya dan berani melakukannya,’’ ucap Henry.

Setelah needle thoracocentesis, dilakukan pemasangan slang dada (chest tube) di sela tulang iga
kelima di antara garis aksilaris anterior dan midaksilaris. Pemasangan slang juga dilakukan pada
pasien pneumothorax akibat trauma. Selagi menjalani pemulihan, pemberian oksigen melalui
masker dilakukan jika pasien mengalami kesulitan bernapas.

Lapisan paru-paru atau pleura bisa sembuh. ’’Kita tunggu sampai sekitar sepuluh hari. Jika vistol atau
lubangnya tidak menutup, dilakukan evaluasi untuk memeriksa penyebabnya. Misalnya, melalui CT
scan,’’ ungkap Henry. Jika ukurannya terlalu lebar, dokter biasanya melakukan tindakan operasi.

Berikut adalah Tanda Tension Pneumotoraks

1. Pasien pneumotoraks memang biasa mengalami sesak napas. Namun, dalam kondisi tension
pneumotoraks, sesak napas terjadi lebih parah karena paru-paru tertekan oleh udara di rongga
dada. Pasien akan sangat gelisah hingga meronta karena sulit bernapas.

2. Wajah pucat karena jantung yang bertugas memompa darah tertekan udara dan kesadaran diri
pasien menurun.

3. Vena di leher membengkak dan kondisi itu bisa terlihat jelas.

4. Jika diperiksa dengan stetoskop, suara napas terdengar menghilang pada sisi dada yang sakit. Hal
itu terjadi pada pasien tension pneumotoraks. Bagi pasien pneumotoraks biasa, suara napas hanya
menurun.

6. Dada yang sakit menggembung karena udara terjebak di rongga dada. Sesak napas semakin lama
semakin berat. Biasanya, tak sampai 5 menit kemudian, pasien mengalami henti napas.(*)

https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/09/11/2017/pertolongan-pertama-tension-
pneumothorax-keluarkan-udara/?amp
Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di antara
paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di dinding dada
atau robekan di jaringan paru-paru. Dampaknya, paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan tidak bisa
mengembang.

Berdasarkan penyebabnya, pneumothorax dibagi dua, yaitu pneumothorax trauma dan


pneumothorax nontrauma. Pneumothorax trauma bisa terjadi akibat cedera pada paru-paru atau
dinding dada, sedangkan pneumotorax nontrauma bisa terjadi dengan atau tanpa didahului penyakit
paru-paru.

Jika dilihat dari tingkat keparahannya, pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi:

 Simple pneumothorax
Pada simple pneumothorax, hanya sebagian paru-paru yang kolaps, tetapi bisa
menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan sesak napas. Simple
pneumothorax bukan kondisi darurat, tetapi tetap perlu dipantau.

 Tension pneumothorax
Pada tension pneumothorax, seluruh bagian paru-paru kolaps sehingga menyebabkan
penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain. Tension pneumothorax dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera ditangani.

Diagnosis Pneumothorax

Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu dengan
mendengarkan suara di dada pasien menggunakan stetoskop. Kemudian, untuk memastikan
diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan:

 Analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah pasien

 Pemindaian dengan USG, Rontgen dada, atau CT scan, untuk mendapatkan gambar kondisi
paru-paru pasien

Pengobatan Pneumothorax

Pengobatan pneumothorax bertujuan untuk mengurangi tekanan di paru-paru agar paru-paru bisa
mengembang dengan baik dan untuk mencegah kambuhnya penyakit ini. Metode penanganan yang
akan dipilih dokter tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi pasien.

Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang dapat digunakan untuk menangani
pneumothorax:

1. Observasi

Jika hanya sebagian kecil paru-paru pasien yang kolaps dan tidak ada gangguan pernapasan berat,
dokter mungkin hanya akan memantau kondisi pasien.

Pemantauan dilakukan dengan menjalankan foto Rontgen secara berkala sampai paru-paru pasien
bisa mengembang kembali. Dokter juga akan memberikan oksigen jika pasien sulit bernapas atau
kadar oksigen di dalam tubuhnya menurun.

Selama masa pemantauan, dokter akan meminta pasien tidak melakukan aktivitas berat atau
bepergian menggunakan pesawat terbang sampai paru-paru pulih.

2. Aspirasi jarum atau pemasangan selang dada


Jika sebagian besar paru-paru sudah kolaps, dokter harus mengeluarkan kumpulan udara di rongga
pleura. Untuk melakukannya, dokter dapat menggunakan metode-metode berikut ini:

 Aspirasi jarum, yaitu dengan menusukkan jarum ke dalam dada pasien

 Pemasangan selang dada, yaitu dengan memasukkan selang melalui sayatan di sela-sela
tulang dada, sehingga udara bisa keluar melalui selang ini

3. Tindakan nonbedah

Jika paru-paru masih belum mengembang setelah ditangani dengan prosedur di atas, dokter akan
melakukan tindakan nonbedah, seperti:

 Mengiritasi pleura agar pleura melekat ke dinding dada, sehingga udara tidak bisa masuk lagi
ke rongga pleura

 Mengambil darah dari lengan pasien dan memasukkannya ke selang dada untuk menyumbat
kebocoran udara

 Memasang katup satu arah di saluran napas melalui selang kecil (bronkoskop) yang
dimasukkan melalui tenggorokan, sehingga paru-paru dapat mengembang dengan baik dan
tidak ada lagi udara yang bocor ke rongga pleura

4. Tindakan bedah

Bedah dilakukan jika metode penanganan lain tidak efektif atau pneumothorax kembali kambuh.
Operasi dilakukan untuk memperbaiki bagian paru-paru yang bocor.

Pada kasus yang parah, dokter akan melakukan lobektomi, yaitu pengangkatan bagian (lobus) paru-
paru yang kolaps.

Komplikasi Pneumothorax

Pneumothorax yang berat merupakan kondisi berbahaya. Jika dibiarkan, penderita bisa mengalami
komplikasi berupa:

 Edema paru, yaitu terkumpulnya cairan di kantong paru-paru

 Pneumomediastinum, yaitu terkumpulnya udara di tengah-tengah dada

 Empiema, yaitu terkumpulnya nanah di rongga pleura

 Hemopneumothorax, yaitu terkumpulnya udara dan darah di rongga pleura

 Pneumopericardium, yaitu terkumpulnya udara di antara lapisan jantung

 Hipoksemia, yaitu kekurangan oksigen di dalam darah akibat gagal napas

 Henti jantung

 Emfisema subkutis

Pencegahan Pneumothorax

Belum diketahui bagaimana cara mencegah pneumothorax. Namun, bila Anda memiliki riwayat
pneumothorax, ikutilah anjuran di bawah ini untuk mencegah kambuhnya kondisi ini:

 Hentikan kebiasaan merokok.


 Periksakan kondisi Anda ke dokter secara berkala.

 Hentikan kegiatan fisik yang berat untuk paru-paru, seperti menyelam.

https://www.alodokter.com/pneumothorax

Penatalaksanaan Pneumothorax Traumatik

Penatalaksanaan pneumothorax traumatik meliputi pertolongan pertama dengan


penilaian Airway, Breathing and Circulation, terapi  dan pemasangan kateter intercostal.

Pertolongan Awal

Patensi jalan napas harus adekuat dengan penilaian integritas dinding dada dan status sirkulasi
karena tamponade jantung dapat memiliki gejala mirip pneumothorax tension. Posisi duduk tegak
bermanfaat kecuali jika terdapat kontraindikasi seperti cedera spinal. Luka tusuk membutuhkan
penutupan luka segera yang tertutup atau perban kedap udara. Pasang perban oklusif steril untuk
menutupi luka terbuka, (misalnya menggunakan plastik wrap atau petrolatum gauze) dengan
menempelkan perekat pada ketiga sisi. Tindakan ini dapat mencegah udara ruang memasuki rongga
pleura tetapi udara dapat keluar dari rongga pleura ke ruangan saat proses ekspirasi melalui tepi
yang tidak ditempel perekat.[5]

Observasi ketat seluruh pasien pneumothorax apalagi pneumothorax terbuka karena tension


pneumothorax atau keadaan emergensi pernapasan yang mengancam jiwa dapat terjadi.
Hemothorax dapat terjadi pada pneumothorax traumatik sehingga perlu dipasang akses intravena
dengan kanul yang besar untuk resusitasi cairan jika pasien mengalami perburukan menjadi syok.
Selain akibat perdarahan, syok obstruktif dapat timbul akibat pergeseran mediastinum ke sisi
kontralateral, menekan paru kontralateral dan menurunkan aliran balik vena.[4,5]

Airway:

Saat memeriksa jalan napas, perhatikan apakah terdapat sumbatan jalan napas seperti adanya bunyi
napas tambahan seperti gargling yang mengindikasikan adanya perdarahan di saluran napas, atau
stridor yang mengindikasikan adanya obstruksi saluran napas atas.

Breathing:

Saat menilai usaha bernapas (breathing) yang diperhatikan adalah ekspansi dada, laju pernapasan,
saturasi oksigen perifer. Ekspansi dada yang tidak simetris dengan laju pernapasan cepat dapat
ditemukan pada pneumothorax. Pada pneumothorax traumatik, lakukan juga penilaian terhadap
tanda trauma pada dada, seperti memar, luka, atau emfisema subkutan.

Circulation:

Kegagalan sirkulasi dengan ditemukannya tanda syok seperti hipotensi, takikardia, akral dingin atau
sianosis menunjukan kemungkinan terjadinya pneumothorax tension ataupun

tamponade jantung.

Terapi Oksigen

Segera berikan oksigen 100% dan pertahankan pemberian oksigen selama masa perawatan.


Pemberian suplementasi oksigen aliran tinggi mempercepat absorpsi udara pleural secara klinis.
Dengan menghirup oksigen 100% dibandingkan udara bebas, tekanan alveolar nitrogen akan
menurun dan nitrogen secara bertahap akan bersih dari jaringan dan oksigen akan masuk ke sistem
vaskular. Dengan suplementasi oksigen konsentrasi tinggi, normalnya 1,2% volume akan terserap
dalam 24 jam, 10% akan diabsorpsi dalam 8 hari dan 20% dalam 16 hari berikutnya. Perbedaan
gradien nitrogen yang terjadi antara jaringan kapiler dan ruang pneumothorax akan meningkatkan
absorpsi rongga pleural 4 kali lipat.[1,4]

Aspirasi Sederhana

Titik untuk aspirasi adalah pada sela iga 2 di linea midklavikula. Dapat juga dilakukan di sela iga 5
linea aksilaris anterior untuk mencegah perdarahan yang mengancam nyawa. American College of
Chest Physician (ACP) dan British Thoracic Society (BTC) mengatakan aspirasi jarum dan/atau insersi
kanul intravena efektif, nyaman, aman, dan ekonomis pada beberapa pasien.[4]

Selang Torakostomi/Kateter Interkostal

Prosedur ini dianjurkan jika aspirasi sederhana tidak efektif dan torakoskopi tidak tersedia. Titik
pemasangan kateter/selang sama dengan titik pemasangan jarum aspirasi sederhana. Prosedur ini
menyebabkan ekspansi paru yang cepat sehingga lama perawatan akan berkurang. Risiko dari
reekspansi paru yaitu edema paru akan lebih besar jika reekspansi terjadi terlalu cepat sehingga
pemasangan water-seal dianjurkan pada 24 jam pertama. Saat ini pemasangan kateter lebih banyak
diganti dengan selang plastik (18-24 Fr) dibandingkan dengan trokar metal karena risiko cedera.
Letak selang yang tepat dapat terlihat dari adanya gelembung saat ekspirasi dan saat batuk serta
kenaikan level air pada water seal pada saat inspirasi.[4]

Flail Chest

Flail chest adalah area toraks yang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel
berturutan = 3 iga, dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap ignya. Flail chest adalah
diagnosis anatomi klinis dicatat pada pasien trauma tumpul dengan gerakan paradoksal atau
kebalikan dari segmen dinding dada saat bernapas spontan.

Akibat adanya terbentuk area “flail” yang akan bergerak paradoksial (kebalikan) dari gerakan
mekanik pernapasan dinding dada area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak
kaluar saat ekspirasi

Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan
keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih
tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktir. Adanya semen flail chest (segmen mengembang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru dibawahnya
terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius.
Kesulitan utama pada kelainan flail chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi
(kontusio paru). Walaupun ketidaksetabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari
dinding dada pada ins[pirasi dan ekspirasi, efek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia.
Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan
gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya.

Flail chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding
dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak bergerak secara asimetris dan tidak
terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan
membantu diagnosisi. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang
multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochonral tidak akan terlihat. Pemeriksaan analisis gas
darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga membantu dalam diagnosis flail
chest. Terapi awal yang di berikan termasuk memberian ventilasi adekuat, oksigen yang
dilembabkan dan resusitasi cairan

Bila tidak ditemukan syok maka pemberian cairan kristaloid intervena harus lebih berhati-
hati untuk mencegah kelebihan pemberian cairan. Bila da kerusakan parenkim paru pada flail chest,
makan akan sangat sensitif terhadap kekurangan ataupun kelebihan resusitasi cairan. Pengukuran
yang lebih spesifik harus dilakukan agar pemberian cairan benar-benar optimal. Terapi definitif
ditunjukan untuk mengembangkan paru0paru dan barupa oksigenasi yang cukup serta pemberian
cairan dan analgesia untuk memperbaiki ventilasi. Tidak semua penderita membutuhkan
penggunaan ventilator. Pencegahan hipoksia merupakan hal penting pada penderita trauma, dan
intubasi serta ventilasi perlu diberikan untuk waktu singkat sampai diagnosis dan pola trauma yang
terjadi pada penderita tersebut dtemukan secara lengkap. Penilaian hati-hati dari frekuensi
pernafasan, tekanan oksigen arterial dan penilaian kinerja pernafasan akan memberikan suatu
indikasi timing/waktu untuk melakukan intubasi dan ventilasi.

Penatalaksaan

Sebaiknya psien dirawat inseftif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalan pernafasan atau karena
ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan tekipneu pain
control.

Stabilasasi area flail chest (memasukan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi). Broncial toilet
fisioterapi agresif tindakan bronkoskopi untuk brincial toilet.

Tindak stabilisasi yang bersifat sementara terhadap dinding dada akan sengat menolong penderita,
yaitu dengan menggunakan towl-wlip traction atau dengan menyatukan fragmen-fragmen yabg
terpisah dangan pembedahan, takipnea, hipoksia, dan hiperkarbia merupakan indikasi untuk
intubasi endotrakeal dan ventilasi dengan tekanan positif.

Epidimologi

Flail chest adalah cedera yang cukup jarang yang disertai dengan cedera parenkim paru yang
signifikan dan dapat menjadi cedara dada yang mengancam jiwa. Pengelolaannya sering dipersulit
oleh cedera lain dengan yang sering dikaitan.

Insiden yang tepat dari flail chest tidak diketahui secara pasti. Hasil studi lebih dari
80.000 pasien dengan trauma berat didokumentasikan sekitar 75 pasien dengan cedera flail chest .
dari 1971-1982 didokumentasikan 62 pasien. Kemudian pada tahun 1995 ahmed dan Mohyuddin
mendokumentasikan terdapat 64 kasus selama periode 10 tahun. Data dari National Trauma
Registry mencatat terdapat 262 pasien flail chest dari 11.966 kasusu cedera toraks antara tahun
1998-2003.

Angka kejadian sebenarnya dari flail chest mungkin bahkan lebih tinggi daripada
yang disebutkan di atas, berdasarkan modaritas diagnostikyang lebih baru dan prosedur termasuk
MSCT scan dada. Berdasarkan data dari america college of surgeons (ACS) tercatat terdapat sekitar
1-2 kasus per bulan.

Etiologi
Trauma tumpul penyebab flail chest. Berikut trauma yang dapat mengakibatkan flail chest.

Kecelakaan kendaraan motor

Terjun(terjun dari ketinggian)

Kompresi langsung oleh benda berat

Kecelakaan kerja pada pekerja industri

https://id.scribd.com/doc/306808370/Flail-Chest

https://www.academia.edu/39784945/FLAIL_CHEST_1_

Anda mungkin juga menyukai