Anda di halaman 1dari 19

PEMBIMBING :

dr. Rony Oktarizal, Sp.B


DISUSUN OLEH :
Eka Kartika Mandalawati
Adib Priyogo
Inka Fitricia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


BANDAR LAMPUNG
Tahun 2020
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya
udara atau gas di dalam pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru yang terkena
PERITONITIS

JENIS FISTUL LUASNYA PENYEBAB

1. Pneumotoraks Tertutup
(Simple Pneumothorax)
PARSIAL TOTALIS TRAUMATI SPONTAN
2. Pneumotoraks Terbuka
(Open Pneumothorax) K
3. Pneumotoraks Ventil
(Tension Pneumothorax)
1. Pneumotoraks spontan yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara
tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke dalam
dua jenis, yaitu :
 Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara
tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.
 Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi
dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki
sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis
(PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya
pleura, dinding dada maupun paru.
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan
dunia luar.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga
pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar
(terdapat luka terbuka pada dada).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif
dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di
pleura viseralis yang bersifat ventil.
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks
yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50%
volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks
yang mengenai sebagian besar paru (> 50%
volume paru).
MANIFESTASI KLINIS :
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah :
• Sesak napas, didapatkan hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
• Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada
sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak
pernapasan.
• Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
• Denyut jantung meningkat.
• Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
• Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
PEMERIKSAAN FISIK:
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan :
• Inspeksi :
 Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)
 Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
 Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
• Palpasi :
 Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
 Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
 Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
• Perkusi :
 Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar
 Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi
• Auskultasi :
 Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
 Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif
• PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Foto Rontgen : Gambaran radiologis yang tampak pada
foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain :
 Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
 Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa
radio opaque yang berada di daerah hilus.
 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan
tertekan ke bawah.
 Foto Ro pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan
anak panah merupakan bagian paru yang kolaps
2. Analisa Gas Darah : Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran
hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien
dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar
10%.
3. CT-scan thorax : CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra
dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
dan sekunder.
 Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari
rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya,
penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan Pemberian O2 : Apabila fistula yang menghubungkan alveoli
dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga
pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila
diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto
toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari . Tindakan ini terutama
ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.
2. Tindakan dekompresi : Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada
kasus pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan
untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara
rongga pleura dengan udara luar
3. Torakoskopi : Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga
toraks dengan alat bantu torakoskop.
4. Torakotomi
5. Tindakan bedah
 Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari
lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
 Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan
dekortikasi.
 Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan
atau terdapat fistel dari paru yang rusak
 Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,
kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
• Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan
tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis
dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan
bronkodilator .
• Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
• Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan
bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi
komplikasi, seperti emfisema .
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai