Anda di halaman 1dari 26

TRAUMA THORAX

By. PARMONO
09073

ATRO Nusantara Jakarta


2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma thorax sering ditemukan sekitar
25% dari penderita multi-trauma ada
komponen trauma toraks.90% dari penderita
dengan trauma thorax ini dapat diatasi
dengan tindakan yang sederhana oleh dokter
di Rumah Sakit (atau paramedic di lapangan),
sehingga hanya 10% yang memerlukan
operasi.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam pembahasan
makalah ini adalah :
1. Anatomi
2. Fisiologi
3. Pemeriksaan fisik paru
4. Airway
5. Trauma Thorax
1.3 Tujuan
A. Tujuan Instruksionil Umum :
Setelah selesai membaca bab ini peserta
diharapkan mengetahui serta dapat
mendemon trasikan penatalaksanaan
penderita trauma thorax
B. Tujan Instruksionil Khusus :
1. Dapat melakukan pemeriksaan fisik thorax pada
penderita trauma thorax.
2. Dapat mengenali keadaan yang harus dikenali pada
penderita trauma thorax
3. Dapat mengenali keadaan-keadaan yang harus dikenali
pada secondary survey penderita trauma thorax.
 Dapat melakukan resusitasi dan penatalaksanaan
penderita trauma thorax
BAB II
TRAUMA THORAKS
2.1 Anatomi
a. Dinding Dada
Dinding dada merupakan bungkus untuk
organ di dalamnya, yang terbesar adalah
jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga
(kesta 1-12) bersama dengan otot
interkostal, serta diafragma pada bagian
caudal membentuk rongga thorax
b. Pleura

Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri


dan kanan). Sedangkan pleura viseralis melapisi
seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura
parietals dengan viseralis ada tekanan negative
(“menghisap”), sehingga pleura parietals da
viseralis sering bersinggungan. Ruangan antara
kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada
hubungan antara udara luar (tekanan 1 atm).
Dengan rongga pleura, misalnya karena
luka tusuk, maka tekanan positif akan
memasuki rongga pleura, sehingga terjadi
“open pneumo-thorax”. Tentu saja paru
(bersama pleura viseralis) akan kuncup
(collaps).
c. Paru-Paru
Terdapat dua masing-masing di kiri dan
kanan. Dari pangkal paru (hilus) keluar
bronkus utama kiri dan kanan yang bersatu
membentuk trakea
d. Mediasinum

Antara kedua paru (dan pleura viseralis)


terdapat antara lain jantung dan pembuluh
darah besar. Apabila ada tension
pneumothorax maka mediastinum terdorong
ke sisi yang sehat, sehingga ada gangguan
arus balik darah melalui cava. Keadaan ini
akan menimbulkan syok, karena jantung
tidak maksimal mencurahkan darah.
2.2 Fisiologi
1. Pernapasan
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas)
dan kespirasi (mengeluarkan napas)
Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-
20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24
kali/menit dikenal sebagai tachypnoe (taghi-pe-
nu).
Apabila pernafasan buatan dibuat lebih dari 24
kali/menit, maka dikenal sebagai hiperventilasi.
2. Hipoksia dan hiperkapnia
Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk
memasukan oksigen ke dalam tubuh, yang
Kemudian akan berdifusi dalam darah.
Gangguan pernafasan akan mengakibatkan
gangguan oksigenasi ( kadar O2 rendah ) yang
dikenal sebagai hipoksia. Apabila gangguan
pernafasan disertai dengan penimbunan CO2
dalam darah, maka akan timbul hiperkapnia.
Pada umumnya hipoksia akan bermanifestasi
sebagai dyspnoe (dis-pe-nu) sedangkan
hiperkapnia yang berat akan bermanifestasi
sebagai sianosis.
2.3 Pemeriksaan Fisik Paru
a. Infeksi
Pemeriksaan paru dilakukan dengan melihat
peranjakan ke-2 sisi anda simetris atau tidak.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan ke-2 tangan
memegang ke-2 sisi dada. Dinilai peranjakan
kedua sisi ada (simetris atau tidak) dan bila ada
suara penderita, apakah teraba simetris atau
tidak oleh ke-2 tangan pemeriksa
c. Perkusi
Dengan mengetukan jari tengah terhadap
jari tengah yang lain yang diletakan
mendatar di atas dada. Pada daerah paru
berbunyi sonor, pada daerah jantung
berbunyi redup (dull), sedangkan di atas
lambung (dan usus) berbunyi timpani.
Pada keadaan pneumothorax akan berbunyi
hipersonor, berbeda dengan Bagian paru
yang lain. Pada keadaan hemothorax, akan
berbunyi redup (dull).
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada 4 tempat yakni
bawah ke-2 klavikula, pada garis mid-
klavikularis, dan pada kedua aksila.
Bunyi nafas harus sama kiri-kanan.

2.4 Airway
Pengelolaan airway merupakan hal utama
yang harus diperhatikan lebih dahulu
2.5 Trauma Thorax
1. Ada 2 keadaan yang harus dikenal pada survey
primer :
a. Open pneumo-thorax
Dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian
rupa, sehingga ada hubungan udara luar dengan
rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup.
Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada
dinding dada yang mengisap pada setiap
inspirasi (sucking chest wound)
Dengan demikian maka yang harus dilakukan
adalah :
- Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan
plester pada 3 sisinya, sedangkan pada sisi yang
atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi
zalf/sofratulle pada sisi dalamnya supaya kedap
udara)
- Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila
dilakukan cara ini maka harus sering dilakukan
evaluasi paru. Apabila ternyata timbul tanda
tension pneumothorax, maka kasa harus dibuka
pada luka yang sangat besar, maka dapat dipakai
palastik infuse yang digunting sesuai ukuran.
b. Tension Pneumothorax
Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada
paru, maka udara akan semakin banyak pada satu
sisi rongga pleura, akibatnya adalah
- Paru sebelahnya akan tertekan, dengan akibat
sesak yang berat
- Mediastinum akan terdorong, dengan akibat timbul
syok Apabila keadaan berat, maka paramedic
harus mengambil tindakan dengan melakukan
tindakan dengan melakukan “needle
thoracosynthesis”, yakni menusukan dengan
jarum besar pada ruang interkostal 2, pada garis
mid-klavikuler.
d. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari 2 iga,
sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut
pada pernafasan. Pada ekspirasi, segmen akan menonjol
keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam, ini
dikenal sebagai pernafasan paradoksal.
Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun yang lebih
diwaspadai adalah adanya kontusio paru yang terjadi.
Sesak berat yang mungkin terjadi harus dibantu dengan
oksigenasi dan mungkin diperlukan ventilasi tambahan.
Di RS penderita akan dipasang pada respirator, Apabila
analisis gas darah menunjukan pO2 yang rendah atau
pCO2 yang tinggi.
2. Beberapa keadaan yang dapat
dikenali pada survei sekunder
a. Fraktur Iga
Fraktur iga sering ditemukan, gejalanya adalah
nyeri pada pernafasan, ketakutan akan nyeri
pada gejala ini menyebabkan pernafasan
menjadi dangkal, serta takut batuk keadaan ini
dapat menyebabkan komplikasi pada paru
sehingga kadang-kadang memerlukan blok pada
nerfus interkostalis di Rumah Sakit.
Patah tulang iga sendiri tidak berbahaya, dan di
pra-RS tidak memerlukan tindakan apa-apa,
yang harus diwaspadai adalah timbulnya
pneumo/hemato-thorax
b. Kontusi paru
Pemadatan paru karena trauma, timbulnya
agak lambat, sehingga pada fase pra-RS
tidak menimbulkan masalah.
c. Keadaan lain seperti reptur aorta, rupture
diafragma, perforasi esophagus dan
sebagainya tidak mungkin dapat dikenal
pada fase pra-RS
BAB III
KESIMPULAN
Trauma thorax dapat timbul karena trauma
tajam, sedemikian rupa sehingga ada
hubungan udara luar dan dengan rongga
pleura, sehingga paru menjadi kuncup,
Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada
dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi/sucking chost woundl
Trauma thorax sering ditemukan, sekitar
25% dari penderita multi-trauma ada
komponen ada komponen trauma thorax,
90% dari penderita dengan trauma thorax ini
dapat diatasi dengan tindakan yang
sederhana oleh dokter di Rumah sakit /
paramedic di lapangan, sehingga hanya
10% yang memerlukan operasi.

Anda mungkin juga menyukai