Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMOTHORAX

DI RUANG 12 RUMAH SAKIT


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH:
ZAKARIA
2019.04.085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMOTHORAX DI RUANG 12


RUMAH SAKIT Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Telah di setujui pada tanggal :………………………………..

Oleh

(ZAKARIA)

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

(……………………………………..) (…………………………………...)

Mengetahui,

KEPALA RUANGAN

(……………………………………………)
LAPORAN
PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2. pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra
superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan
yang bernama segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang
banyak disebut duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.
Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral dan pleura
parietal. Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura
ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis. Proses
terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi. Bernapas
berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus-
menerus. Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa
menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau
pikiran , anoksia serebialis
Guna penapasan :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel- selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
B. Pengertian
Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleural
visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )
Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya jaringan
paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat kalau
dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 )
Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang memisahkan
pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan. Pneumothorak
dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis, emfisema. ( Hinchllift, 1999 :
343 )
C. Etiologi
Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding dada, atau
meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui diafragma, hal ini akibat
tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang dikelompokan
berdasarkan penyebabnya
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer terjadi
jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru. Pneumothoraks ini
diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi udara di dalam paru-paru yang
disebut bleb atau bulla. Pneumothorak spontan sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma,
fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan).
Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk, sering akan kita
temukan emfisema subkutan, karena pleura perietalnya juga mengalami
kerusakan (robek).
a. Ketegangan Pneumothoraks
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan
intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus pernafasan
dan menutup paru- paru, pergeseran mediastinum, dan merusak vena
kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak
dapat keluar.
b. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic
aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi mekanik
dan resusitasi cardiopulmonari.
D. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan
dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya
paru-paru). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan,
udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura
akan kembali normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman
dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis
kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium
Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat
pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot
fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus.
Yang selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak
ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya
pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan
penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac
preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks
makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”,

semacam struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan


udara masuk ke dalam kavum pleura.
Pneumothorak

PATHWAY

Pecahnya blebs Trauma cedera Luka tembus dada Intervensi medis

Robekan pleura

Akumulasi udara Terputusnya kontinuitas


Penurunan ekspansi paru dalam kavum pleura tulang dan jaringan

Diskontinuitas
KETIDAKEFEKTIFAN jaringan
POLA NAFAS

RESIKO INFEKSI

KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT Merangsang Merangsang
reseptor nyeri pada reseptor nyeri pada
pleura viseralis dan periver kulit
parietalis

NYERI AKUT
E. Tanda dan gejala
Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang
masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps. Gejalanya
bisa berupa :
 Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
 Sesak nafas
 Dada terasa sempit
 Mudah lelah
 Denyut jantung cepat
 Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur. Gejala lain yang
mungkin ditemukan :
 Hidung tampak kemerahan
 Cemas, stress, tegang
 Tekanan darah rendah (hipotensi)

F. Komplikasi
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya
pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat
terkena dampaknya. Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat.
Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension
pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy, trachea berubah.
Diagnose banding :
 Acute myocardial infarction
 Emphysema
G. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya
penurunan suara
 Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
 Pemeriksaan EKG
 Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
 Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
 Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.
Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
 Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
 Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %
H. Penatalaksanaan Medis
1. Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan
dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang
steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat
juga digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka
untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru
akan mengembang.
a. Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi
tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
b. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
c. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk
mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika
keadaan pasien makin memburuk. Perawatan medis lebihlanjut dan evaluasi sangat
dianjurkan segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
d. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi
mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi.
Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
I. Konsep Askep Pneumotorak
1.      Pengkajian
Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur , jenis
kelamin, alamt rumah, agama tau kepercayaan, suku bangsa, bangsa yang dipakai,
status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi keseahtan Keluhan utama meliputi
sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan keluhan susah untuk melakukan
pernapasan
Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan
terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat
trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru,
ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan di dada
yang mendadak menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu
lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti Tb paru di
mana sering terjadi pada pneumotorak spontan
Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotorak seperti kanker paru, dan lain-
lain
Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya,
bagaiman cara mengatasinya, serta bagaimana prilaku kien pada tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
Pengkajian Data Dasar
1)      Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengn aktivitas atau istirahat
2)      Sirkulasi
Tanda :
a. Takikardi
b. Frekuensi TAK teratur/ disritmia
c. S3/S4 atau irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap efusi)
d. Nadi apikal berpinah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
tegangan pneumotorak)
e. Tanda hormon (bunyi renyah sehubungan dengan denyut
jantung,menunjukkan udara dalamm mediatinum)
f. TD : hipotensi atau hipertensi
g. DVJ
3)      Integritas EGO
Tanda : ketakutan,kegelisahan.
4)      Maknanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV sena sentral atau infus tekanan
5)      Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
a.       Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan,batuk
b.      Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan pneumotorak
spontan, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebabkan keleher, bahu, abdomen efusi pleura).
Tanda :
a.       Berhati-hati pada area yang sakit
b.      Perilaku distraksi
c.       Mengkerutkan wajah
6)      Pernapasan
Gejala :
a.       Kesulitan bernafas
b.      Bauk, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca
c.       Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb sub
pleural
Tanda :
a.       Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea)
b.      Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada
dada leher, retraksi iterkostal, ekspirasi abdominal kuat
c.       Bunyi napas menurun atau tidak ada
d.      Premitus menurun (sisi yang terlibat)
e.       Perkusi pada ; Hipersonan di atas area bersih udara
f.       Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak sama (pardoksik) bila
trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks
g.      Kulit ;pucat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan
h.      Mental ; ansietas, gelisah, bingung,pengsan

7)      Keamanan
Gejala :
a.       Adanya trauma dada
b.      Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan
8)      Pemeriksaan
Gejala :
a.       GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi ,
gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
P4CO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun
b.      Sinar X dada : Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada era pleura,
dapat menunjukkan penyimpanan struktur mediatinal jantung)
c.       Torasentesis : menyatakan darah atau cairan sero anguinora (hemotorak)
d.      HB : Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
(Marilyn E Doenges,2000)

2.      Pemeriksaan Fisik


a.       B1 (Breathing)
         Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu
pernapasan. Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada
tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih
cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang
purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
         Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada
sisi yang sakit, ruang antar –iga bisa saja normal atau melebar.
         Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung
terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
         Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit.
b.      B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status kardiovaskular
yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan
pengisian kapiler/CRT.
c.       B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga
pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
d.      B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat
perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
e.       B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
f.       B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan
jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering
dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma cedera
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi nyeri.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

No Tujuan Kriteria hasil Intervensi rasional


1 Setelah dilakukan 1. nyeri berkurang / 1. Kaji ulang lokasi, 1. Mengetahui karakteristik
tindakan keperawatan terkontrol intensitas dan tipe nyeri nyeri
diharapkan nyeri 2. ekspresi wajah 2. Pertahankan imobilisasi 2. Untuk mengurangi nyeri
berkurang/menurun rileks bagian yang sakit dengan 3. Untuk menambahkan rasa
3. ttv dalam batas tirah baring nyaman
normal 3. Berikan lingkungan yang 4. Untuk mengurangi nyeri
tenang dan berikan 5. Untuk mengurangi sensasi
dorongan untuk melakukan nyeri
aktivitas hiburan 6. Untuk mengetahui keadaan
4. Ganti posisi dengan umum klien
bantuan bila ditoleransi 7. Untuk mengurangi
5. Dorong menggunakan
tehnik manajemen stress,
contoh : relasksasi, latihan
nafas dalam, imajinasi
visualisasi, sentuhan
6. Observasi tanda-tanda vital
7. Kolaborasi : pemberian
analgetik
2 Setelah dilakukan 1. Pola nafas efektif 1. Kaji status pernafasan 1. Pemakaian o2 nasal canul
tindakan keperawatan 2. Perbaikan fungsi 2. Ajarkan pasien pernafasan membantu pola nafas klien
diharapkan pola nafas respiratoris diafragmatik dan pernafasan 2. Membantu memperpanjang
kembali efektif 3. Tidak memakai otot mulut waktu ekspirasi dengan
bantu pernafasan 3. Pertahankan posisi semi teknik ini pasien akan
fowler bernafas lebih efektif
4. Beritahukan pasien untuk 3. Penurunan tekanan pada
melakukan nafas dalam diafragma dan
5. Kolaborasi dengan tim medis memungkinkan ekspansi
penggunaan otot bantu paru lebih besar
pernafasan 4. Menarik nafas dalam akan
membantu saluran nafas
5. Menguatkan dan
mengkondisikan otot-otot
pernafasan

2 Setelah dilakukan 1. Tidak ada tanda 1. Pantau suhu dengan teliti 1. Monitor tanda dan gejala
tindakan keperawatan tanda infeksi 2. Anjurkan semua infeksi lokal atau sistemik
diharapkan tidak 2. Klien pengunjung dan staff 2. Cuci tangan sebelum dan
terjadi infeksi memperlihatkan rumah sakit untuk sesudah kontak dengan
perilaku penjagaan pasien dan lingkungan
menggunakan teknik
daerah luka pasien
mencuci tangan dengan 3. Bersihkan jaringan nekrotik
baik 4. Pertahankan teknik steril saat
3. Gunakan teknik aseptik melakukan perawatan luka
yang cermat untuk semua 5. Jelaskan tanda dan gejala
prosedur invasive infeksi
4. Berikan antibiotik sesuai 6. Pemberian antibiotik
ketentuan

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC Doenges,
Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Hinchliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai