Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMOTHORAX

1. PENGERTIAN
Pneumothorax adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleural
visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 )
Pneumothorax terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya
jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat kalau
dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 )
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang memisahkan
pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan. Pneumothorak
dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis, emfisema. ( Hinchllift, 1999 : 343 )
Pneumothorax adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu
udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru. ( Corwin, 2009 : 550 )
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi spontan
atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 )

Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya pneumotorak


hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat ditemukan
pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso dalam Andra Saferi Wijaya dan Yessie
Mariza Putri, 2013).
Penumotorax hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura
(Silvia. A Price, 2006). Pneumotorak adalah keluarga udara dari paru yang
cederakedalam rongga pleura (Dieae C Baughman,2000).
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi
secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses patologis,
atau dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998 : 872).
Penumotorax hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura
(Silvia. A Price, 2006). Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di
dalam rongga paru pleura (Arif Mustaqqin, 2008).
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumothorak adalah keadaan
adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura. Rongga pleura adalah rongga
yang terletak diantara selaput yang melapisi paru – paru dan rongga dada.

2. ANATOMI FISIOLOGI
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya lebih kurang 90 m2. pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen
masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan).

Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra
superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang
bernama segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm.

Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada


kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral dan pleura parietal.
Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis.

Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan
terus-menerus.

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan
kematian. Kalau pasokan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia
serebialis.
Guna penapasan :

1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
3. ETIOLOGI
Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding dada, atau
meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui diafragma, hal ini akibat
tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang dikelompokan
berdasarkan penyebabnya :
a. Pneumothoraks Spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer terjadi
jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru. Pneumothoraks ini
diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi udara di dalam paru-paru yang
disebut bleb atau bulla. Pneumothorak spontan sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma,
fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
b. Pneumothoraks Traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan). Pneumothoraks
juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya
torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk, sering akan kita temukan
emfisema subkutan, karena pleura perietalnya juga mengalami kerusakan (robek).
c. Ketegangan Pneumothoraks
Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan intrapleural
ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus pernafasan dan menutup paru-
paru, pergeseran mediastinum, dan merusak vena kembali kejantung. Air terus
masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar.
d. Pneumothoraks Iatiogenik
Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic aspirasi,
thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi mekanik dan resusitasi
cardiopulmonari.
4. PATOFISIOLOGI (Pathway Terlampir)
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan dilatasi
alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya paru-paru).
Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan, udara yang
berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal.

Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat
terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman
penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan
streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent
akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.

Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang
selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak ditangani maka
hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran
mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran
vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan
cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya
“blebs”, semacam struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara
masuk ke dalam kavum pleura.

Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan kolaps paru dan


pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak sakit.
Pecahnya blebs Trauma / cedera Luka tembus dada IntervensiMedis
medis

Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik

Udara masuk ke dalam Sucking chest wound Pergeseran Mediastinum


kavum pleura

hipoksia
Penyumbatan aliran vena
Meningkatkan tekanan
kava superior dan inferior
intra pleura
Kehilangan kesadaran

Mengurangi Cardiac Preload


Kemampuan dilatasi
koma
alveoli menurun

Menurunkan cardiac output


atelektasis Intoleransi aktivitas

Hambatan Mobilitas Fisik


Sesak napas
kematian

Pola Napas tidak efektif


Nafsu makan Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas menurun
Napas tidak efektif
Gangguan pola tidur
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk
ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps. Gejalanya bisa
berupa :
 Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
 Sesak nafas
 Dada terasa sempit
 Mudah lelah
 Denyut jantung cepat
 Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur.

Gejala lain yang mungkin ditemukan :

 Hidung tampak kemerahan


 Cemas, stress, tegang
 Tekanan darah rendah (hipotensi)

6. KOMPLIKASI
Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya
pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat
terkena dampaknya.
Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian menjadi
akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.
Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan
tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy, trachea berubah.
Diagnose banding :
 Acute myocardial infarction
 Emphysema
7. PROGNOSIS
Spontaneus pneumothoraks mempengaruhi kira-kira 9.000 orang-orang setiap tahun
di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothoraks ini
adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada
pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok lebih ditunjukan meningkatkan resiko dari
pneumothoraks.

Hasil dari pneumothoraks tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothoraks
spontaneus. Pneumothoraks akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan.
Bahkan ketika kecil jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%.
Secondary pneumothoraks memerlukan perawatan darurat dan segera mempunyai satu
pneumothoraks meningkatkan resiko terulang kembali. Angka kekambuhannya adalah kira-
kira 40%. Kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya penurunan suara.
- Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
- Pemeriksaan EKG
- Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
- Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
- Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Hb :
mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
- Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
- Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Chest wound/sucking chest wound.
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan
dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang
steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga
digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah
terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar
udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang.
2) Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu
penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi
tekanan agar paru dapat mengembang kembali.
3) Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
4) Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi
tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan
pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan
segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik.
5) Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi
mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi.
Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
- Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
(Marilynn E. Doenges et al, 1998)
- Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
- Keluhan utama
Meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan keluhan susah
untuk melakukan pernapasan.
- Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama semakin
berat.Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih
nyeri pada gerakan pernapasan. Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma yang
mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang
menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan di dada yang mendadak
menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya
menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam langsung menembus
pleura.
- Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti Tb paru di
mana sering terjadi pada pneumotorak spontan.
- Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotorak seperti kanker paru, dan lain-lain
- Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya,
bagaiman cara mengatasinya, serta bagaimana prilaku kien pada tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.

2. Pengkajian Data Dasar


1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengn aktivitas atau istirahat
2) Sirkulasi
Tanda :
a. Takikardi
b. Frekuensi TAK teratur/ disritmia
c. S3/S4 atau irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap efusi)
d. Nadi apikal berpinah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan tegangan
pneumotorak)
e. Tanda hormon (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung,menunjukkan udara
dalamm mediatinum)
f. TD : hipotensi atau hipertensi
g. DVJ
3) Integritas EGO
Tanda : ketakutan,kegelisahan.
4) Maknanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV sena sentral atau infus tekanan
5) Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan,batuk
b. Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan pneumotorak spontan, tajam
dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebabkan
keleher, bahu, abdomen efusi pleura).
Tanda :
a. Berhati-hati pada area yang sakit
b. Perilaku distraksi
c. Mengkerutkan wajah
6) Pernapasan
Gejala :
a. Kesulitan bernafas
b. Bauk, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca
c. Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb sub pleural
Tanda :
a. Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea)
b. Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada leher,
retraksi iterkostal, ekspirasi abdominal kuat
c. Bunyi napas menurun atau tidak ada
d. Premitus menurun (sisi yang terlibat)
e. Perkusi pada ; Hipersonan di atas area bersih udara
f. Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak sama (pardoksik) bila trauma atau
kempes, penurunan pengembangan toraks
g. Kulit ;pucat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan
h. Mental ; ansietas, gelisah, bingung,pengsan
7) Keamanan
Gejala :
a. Adanya trauma dada
b. Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan
8) Pemeriksaan
Gejala :
a. GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi , gangguan
mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. P4CO2 mungkin normal atau
menurun, saturasi O2 biasanya menurun
b. Sinar X dada : Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada era pleura, dapat
menunjukkan penyimpanan struktur mediatinal jantung)
c. Torasentesis : menyatakan darah atau cairan sero anguinora (hemotorak)
d. HB : Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
e. (Marilyn E Doenges,2000)

3. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pneumotorak akan tampak hitam, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk
garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.Adakalanya paru yang
mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti masa yang berada di daerah hilus.Keadaan
ini menunjukkan kolpas paru yang luas sekali.Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan
dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung atau trakhea ke
arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotorak ventildengan tekanan
intrapleura yang tinggi.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi nyeri.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi,
berulangnya masalah.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan
ketahanan nyeri.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5. Intervensi
- Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi nyeri.
Intervensi : - Identifikasi etiologi / faktor penentu
R/ : Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang dada
yang tepat.
- Evaluasi fungsi pernapasan, observasi TTV
R/ : Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri.
- Awasi kesesuian pola napas
R/ : Kesulitan bernapas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan
jalan napas diduga memburuknya komplikasi.
- Kaji premitus
R/ : Suara ataau taktil premitus menurun pada jaringan yang terisi cairan
/ konsolidasi.
- Pertahankan posisi nyaman
R/ : Meningkatkan inspirasi maksimal
- Berikan oksigen kanul / masker sesuai indikasi
R/: Meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis.

- Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi,


berulangnya masalah.
Intervensi : - Kaji patologi masalah individu
R/ : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan
- Kaji ulang tanda dan gejala
R/ : Menurunkan / mencegah potensial komplikasi
- Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat,
latihan
R/: Mempertahankan kesehatan umum, meningkatkan penyembuhan dan
dapat mencegah kekambuhan.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan
ketahanan nyeri.
Intervensi : - Tingkatkan tirah baring atau duduk, jaga lingkungan tenang
R/ : meningkatkan istirahat dan ketenangan
- Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
R/ : Tirah baring lama nenurunkan kemampuan
- Bantu melakukan rentang gerak sendi pasif/aktif
R/ : Membantu meregangkan persendian
- Berikan obat sesuai indikasi, sedative, agen anti ansietas
R/ : Membantu dalam manajemen keterbukaan / kebutuhan tidur.

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


Intervensi : - Awasi perawatan diet. Beri makan sedikit tapi sering
R/ : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anorexia
- Berikan perawatan mulut sebelum makan
R/ : Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan
- anjurkan makan pada posisi tegak
R/ : Menurunkan rasa penuh pada abdomen
- Konsul dengan ahli diet, sesuai kebutuhan klien
R/ : Berguna untuk membuat program diet klien
- Berikan obat sesuai indikasi, antiemetik
R/ : Dapat menurunkan dan meningkatkan toleransi makanan
6. Evaluasi
 Ventilasi / oksigenasi adekuat dipertahankan
 Komplikasi dicegah/ diatasi
 Nyeri tak ada / terkontrol
 Proses penyakit / prognosis dan kebutuhan terapi dipahami
A.
 Menunjukan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam rentang normal
 Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia
B.
 Mengatakan pemahaman penyebab masalah
 Mengidentifikasi tanda /gejala yang memerlukan evaluasi medik
 Mengikuti program pengobatandan menunjukan perubahan pola hidup yang perlu
untuk mencegah terulangnya masalah
C.
 Menunjukan teknik atau perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas
 Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
D.
 Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/
mempertahankan berat badan yang sesuai
 Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda mal nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI

Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Barbara C long. 1996. Perawatan Medical Bedah.Pajajaran Bandung

Brunner & Suddarth.2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

David C, 1994. Buku Ilmu Bedah, Jakarta : EGC

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Kumala, Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.

Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan.


Jakarta:Salemba Medika

Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai