Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat
inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan
menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,
maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari
luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral.
Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar
melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.
PENYEBAB
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:
1.
Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru.
Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paruparu yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggikurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru
(misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2.
Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk,
peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).
3.
Pneumotoraks karena tekanan
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru
mengalami kolaps.
Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif
sehingga terjadi syok.
GEJALA
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan
luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau
terbatuk
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey secondary survey)
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray,
portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan
memindahkan pasien dari ruang emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan
masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan
prosedur penanganan trauma.
Primary Survey
Airway
Assessment :
perhatikan patensi airway
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang
menghalangi jalan napas
Breathing
Assesment
Periksa frekwensi napas
Palpasi toraks
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open pneumotoraks,
hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
Management
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada.
1.
1.
Traumatik
Trauma tumpul.
1.
2.
Neoplasma.
komplikasi antikoagulan.
Bullous emphysema.
Tuberculosis.
Nontraumatik / spontan
Catamenial
2.3 PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosayang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah
ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah
seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,
kolaps terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer
pembuluh darah paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka
di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan
syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea
berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai
dengan penurunan curah jantung.
1.
Pemeriksaan diagnostik.
2.
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
3.
GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
4.
5.
Kecemasan
Kegelisahan
Kelelahan
Sesak nafas
2.5 KOMPLIKASI
1.
1.
Kegagalan pernafasan
2.
Kematian
3.
4.
Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di
dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam
rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di
rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau
bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).
1.
a.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah
sekitar 10%
1.
b.
1.
c.
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah
kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk
pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
1.
d.
2.7 Prognosis
Apabila dibiarkan tidak dirawat, akumulasi darah akan sampai pada titik dimana mulai
menekan mediastinum dan trakea
1.
a.
2.9 DIAGNOSIS
Inspeksi
: ketinggalan gerak
Perkusi
: redup di bagian basal karena darah mencapai tempat yang paling rendah
Auskultasi : vesikuler
Tachypnea
Jika kehilangan darah sistemik substansial akan terjadi hipotensi dan takikardia.
2.10
1.
Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan untuk pasien hemotoraks traumatik. Diperlukan untuk analisis
dari efusi yang mengandung darah dengan penyebab nontraumatik. Dalam kasus ini, efusi
pleura dengan hematokrit lebih dari 50% dari hematokrit sirkulasi mengindikasikan
kemungkinan kemotoraks
Chest X-ray
USG
CT-scan
2.11
Diagnosis banding
KONDISI
PENILAIAN
Deviasi Tracheal
Distensi vena leher
Tension pneumothorax
Hipersonor
Massive hemothorax
Deviasi Tracheal
Vena leher kolaps
Perkusi : dullness
2.12
PENANGANAN
1.
2.
Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang
cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube
kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai
dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga
memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur
diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi
WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.
1.
1.
Pemasangan WSD :
Setinggi SIC 5 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang sakit .
1)
2)
Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang sela iga yang
3)
4)
5)
Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk menghindari
6)
Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi pleura dan
perlebar lubangnya
7)
Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan dimasukkan ke dalam
kulit
8)
Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi dengan satu
jahitan.
9)
yang berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut nanti. Tutup dengan selembar
kasa hubungkan selang tersebut dengan sistem drainage tertutup air
1.
3.
Thoracotomy.
1.
Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar penderita
tersebut membutuhkan torakotomi segera.
2.
b.
Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi
c.
d.
Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau
Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2
sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu
inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan
konsentrasi protein 1 g/dl.