A. PENGERTIAN
Pneumothorax adalah udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi
secara spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses patologis, atau
dimasukkan dengan sengaja.
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura
(DR. Dr. Aru W. Sudoyo,Sp.PD, KHOM, 2006).
a. Pneumothorak iatrogonik
Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini dibedakan menjadi
dua yaitu:
2. Pneumotoraks spontan dapat dibagi lagi menjadi primer (tanpa adanya penyakit yang
mendasarinya) ataupun sekunder (komplikasi dari penyakit paru akut atau kronik)
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :
Isi :
1. Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya.
2. Mediatinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya meliputi
jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus
torasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar
kelenjar limfe (Pearce, E.C., 1995).
C. ETIOLOGI
2. Trauma dada
3. Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia
5. Keganasan/metastasis paru
1. Pasien mengeluh nyeri dada pluritik akut mendadak yang terlokalisasi pada paru
yang sakit
2. Nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak nafas, peningkatan kerja pernapasan dan
dispnea
3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat
E. PATOFISIOLOGI
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk
kearah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam
alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan fibrosis
di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan
pneumothoraks.
PNEUMOTORAKS
Tension pneumothoraks
-Ringan kurang 300 cc ---- di punksi
-Sedang 300 - 800 cc ------ di pasang drain
Tek. Pleura meningkat terus -Berat lebih 800 cc ------ torakotomi
WSD/Bullow Drainage
1. Tension Penumototrax
2. Penumotoraks Bilateral
3. Emfiema
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan EKG
Pneumothorax primer paru kiri sering menimbulkan perubahan sksis QRS dan
gelombang T Prekordial pada rekaman EKG ditafsirkan sebagai IMA.
3. Pemeriksaan Radiologi
H. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara:
3. Pencabutan drain
2. Penatalaksanaan Tambahan
b. Istirahat total
Klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat barang), batuk, bersin terlalu keras
dan mengejan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN PRIMER
1. B1 (Breathing)
a. Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Gerakan pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada
sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih cembung disisi yang sakit).
Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung
terdorong ke sisi yang sehat.
b. Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu, pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit,
ruang antar iga bisa saja normal atau melebar.
c. Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani. Batas jantung terdorong
ke arah thoraks yang sehat apabila tekanan intrapleura tinggi.
d. Auskultasi
2. B2 (Blood)
3. B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan
GCS, apakah compos mentis, samnolen atau koma.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitor adanya oliguri yang merupakan tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan muntah, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan otot dan jaringan lunak
dada sehingga meningkatkan risiko infeksi. Klien sering dijumpai mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan dan
keletihan fisik secara umum.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
Kriteria hasil :
INTERVENSI :
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
Kriteria hasil :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasif.
2. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
5. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
6. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik. Observasi tingkat nyeri,
dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk
mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan
selama 1 - 2 hari.
Kriteria hasil :
INTERVENSI :
Kriteria hasil:
INTERVENSI :
1. Kaji warna kulit/ suhu dan pengisisan kapiler pada area operasi dan tandur
kulit.
2. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi 30-45 derajat. Awasi edema wajah
(biasanya meningkat pada hari ketiga -kelimapascaoperasi).
3. Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berikan
bantal/ gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala/ leher selama
aktivitas.
4. Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein. Ukur drainase
dari hemovak (bila digunakan).
5. Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu.
6. Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan.
7. Bersihkan insisi dengan air garam faal steril dan peroksida setelah balutan
diangkat.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme sekunder terhadap trauma
Kriteria hasil:
INTERVENSI :
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Kumala, Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.
Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC