Oleh :
Nama : Fitriani Rahmadani, S. Kep
NPM : 1814901210148
PENGERTIAN ETIOLOGI
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks 1.traumatik misalnya luka tusuk
yang dapat menyebabkan tamponade jantung, 2 infeksi saluran napas
perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks. 3 penyakit inflamasi paru akut dan
Pneumothorak adalah keadaan dimana terdapat udara kronis (TB paru, abses paru, kanker,
ekstrapulmoner dalam rongga pleura. Keadaan normal tumor metastase dan fibrosis paru).
tidak ada udara dalam rongga dada. Hematotorax adalah
tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru
terdesak dan terjadinya perdarahan. (Nurarif, 2015) TANDA DAN GEJALA
1. pasien mengeluh awitan mendadak
PEMERIKSAAN PENUNJANG nyeri dada pleuritik akut yang
1. Photo thorak terlokalisasi pada paru yang sakit
2. Laboratorium (darah lengkap dan astrup) 2.nyeri dada pleuritik biasanya
disertai sesak napas,peningkatan
KOMPLIKASI kerja pernapasan dan dispnea
3.gerakan dinding dada mungkin
1. Tension pneumothorak
tidak sama karena sisi yang sakit
2. Pneumothorak bilateral
tidak mengembang seperti sisi
3. Emfiema
yang sehat
4. suara napas jauh atau tidak ada
Pengkajian 5.perkusi dada mengahasilkan suara
1. Riwayat Keperawatan hipersonan
- Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun 6. takikardi sering terjadi
- Alergi terhadap obat, makanan tertentu
- Pengobatan terakhir.
- Pengalaman pembedahan. PENATALAKSANAAN
- Riwayat penyakit dahulu. Bullow Drainage /WSD dalam
- Riwayat penyakit sekarang. trauma thorak dapat berarti
- Keluhan. diagnostic,terapi atau preventive.
2. Pemeriksaan Fisik:
Data fokus: Jika ditemui dengan kondisi
Data subjektif : kesadaran yang mengalami
- klien mengatakan nyeri pada bagian dada penurunan / tidak sadar maka
Data Objektif : tindakan tanggap darurat yang dapat
Klien terlihat: dilakukan yaitu dengan
- Sesak napas memperhatikan :
- Nyeri, batuk-batuk. a. Pemeriksaan dan Pembebasan
- Terdapat retraksi klavikula/dada. Jalan Napas (Air-Way)
- Pengambangan paru tidak simetris. b. Pemeriksaan dan Penanganan
- Fremitus menurun dibandingkan dg sisi lain. Masalah Usaha Napas
- Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/ (Breathing)
hipersonor/timpani, hematotraks (redup) c. Pemeriksaan dan Penanganan
- Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas Masalah Siskulasi (Circulation)
yang berkurang/menghilang. d. Tindakan Kolaboratif
- Pekak dg batas seperti garis miring/tidak jelas. Pemeriksaan Penunjang
- Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
1. Sinar X dada : menyatakan
- Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
- Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan akumulasi udara/cairan pada area
batuk. pleural.
- Takhikardia, lemah 2. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
- Pucat, Hb turun /normal. 3. Pa O2 normal / menurun.
- Hipotensi. 4. Saturasi O2 menurun (biasanya).
- Kemampuan sendi terbatas dan terdapat 5. Hb mungkin menurun
kelemahan.
(kehilangan darah).
- Ada luka bekas tusukan benda tajam.
- Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya 6. Toraksentesis : menyatakan
kripitasi sub kutan. darah/cairan.
- Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Pathway
Trauma Thorax
Terjadi perdarahan :
Karena tekanan negative intrapleura (perdarahan jaringan intersititium,
Maka udara luar akan terhisap masuk perdarahan intraalveolar diikuti
ke rongga pleura (sucking wound) kolaps kapiler kecil-kecil dan
-open pneumothorak alektasi)
-close pneumothorak tahanan perifer pembuluh paru naik
-tension pneumothorak (aliran darah turun)
ringan kurang 300 cc di punksi
Tek. Pleura meningkat sedang 300 - 800 cc
di pasang drain
-sesak napas progresif berat lebih 800 cc torakotomi
(sukar bernapas/ bernapas berat)
-nyeri bernapas Tek. Pleura meningkat terus
(adanya jejas/trauma) mendesak paru-paru
- bising napas berkurang/hilang (kompresi dan dekompresi)
(pekak dengan jelas/tidak jelas)
-bunyi napas sonor/hipersonor pertukaran gas berkurang
(nadi cepat/lemah)
- poto toraks gambaran udara lebih ¼
anemis / pucat dari rongga thorak
WSD/Bullow Drainage
Intervensi Rasional
Pengkajian
pantau adanya pucat dan sianosis Menandakan kurangnya O2
dalam jaringan
pemantauan pernapasan: Perubahan karakteristik
- pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan menandakan trauma
pernapasan dada sehingga O2 maupun
- perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, ventilasi di paru bisa kurang
penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot sehingga diperlukan
supraklavikuler dan interkosta pemantauan pernapassan.
- pentau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur
- pantau pola pernapasan
- perhatikan lokasi trakea
- auskultasi suara napas
- pantau peningkatan kegelisahan
- catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir tidal dan
nila GDA jika perlu
aktivitas kolaboratif
berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola napas Nyeri dapat memperbera
kecepatan napas
aktivitas lain
tenangkan pasien selama periode gawat napas Pasien yang tenang dapat
mengurangi gejala ansietas yang
dapat membuat sesak
anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat Pemasukan O2 adekuat
napas
Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal, masker Alat bantu pernapasan untuk
atau sungkup mempertahankan kepatenan
jalan napas
Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan Posisi semifowler membantu
optimalisasi pola napas
Intervensi Rasional
Pengkajian
Manajemen nyeri: Mengetahui tingkat nyeri sehingga
- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi dapat menyesuaikan interensi yang
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, akan dilakukan selanjutnya
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
- Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Aktivitas kolaboratif
Gunakan pereda nyeri konsultasikan dengan tenaga medis Golongan analgetik dapat
mengurangi nyeri hingga beberapa
jam
Daftar Pustaka
Preseptor Akademik,