Anda di halaman 1dari 38

HYDROPNEUMOTHORAK

Mochamad Reza Ikhwanuddin

110.2010.168

Pembimbing:

dr. H. Edi Kurniawan, Sp.P

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Paru


Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
RSUD Arjawinangun
Desember 2017
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PARU

Paru merupakan salah satu pasangan organ respirasi, satu pada kanan dan lainnya

pada toraks kiri, yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh jantung dan

struktur mediastinum. Paru kanan terdiri atas lobus superior, medius, dan inferior

dan pada paru kiri terdiri atas lobus superior dan inferior.
Gambar 2.1 Sistem Respirasi.(A) Sistem respirasi traktus atas

dan bawah (anterior view). (B) Gambar Mikroskopik alveoli

dan kapiler pulmonal.


Gambar 1.2 Paru-paru (anterior view)
Gambar 1.3 Arteri dan vena pulmonalis
Gambar 1.4 Segmenta brochopulmonum

Gambar 1.5 :Alveolus


DEFINISI
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di
dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa
juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan
piopneumotoraks. Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana
hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan kolaps jaringan
paru.
KLASIFIKASI
Hidropneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
Berdasarkan kejadian :

Pneumotoraks spontan primer


Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks artifisialis
Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
(c) Pneumotoraks basalis (1) Pneumotoraks totalis
(2) Pneumotoraks parsialis

Berdasarka Fistel
Pneumotoraks ventil
Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks tertutup
EPIDEMIOLOGI

Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilakukan,


namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk
per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada
pula peneliti yang mendapatkan 8:1. Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks
kanan dari pada hemitoraks kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh
pneumotoraks spontan. Insiden dan prevalensi pneumotoraks ventil 3 — 5% dari
pneumotoraks spontan. Kemungkinan berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy
20% untuk kedua kali,dan 50% untuk yang ketiga kali. Insiden empiema di bagian Paru
RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 1987 dirawat 3,4% dari 2.192 penderita rawat
inap. Dengan perbandingan pria:wanita = 3,4:1
ETIOLOGI
Hidropneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau
kista kecil yang diameternya tidak lebih dari 1-2 cm yang berada di
bawah permukaan pleura viseralis, dan sering ditemukan di daerah
apeks lobus superior dan inferior. Terbentuknya bleb ini oleh karena
adanya perembesan udara dari alveoli yang dindingnya ruptur melalui
jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di bawah pleura
viseralis.
Faktor infeksi atau radang paru.

Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau


mengejan.

Robeknya pleura Visceralis

Robeknya dinding dada dan pleura parietalis


PATOFISIOLOGI
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Diantara pleura
parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit
cairan serous jaringan.Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan
negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2
tahap : Fase inspirasi dan fase eksprasi. Padafase inspirasi tekanan intrapleura - 9 s/d -
12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: - 3 s/d - 6 cmH2O.
dinding alveolus dan PECAH
Pneumotorak spontan pleura visceralis Melemah.

Fistel, udara masuk ke


cavum pleura
Pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura
yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang. Pengembangan paru
menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada
pneumotorak spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum
pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada
saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini
dikenal dengan mediastinal flutter.
Tanda danMANIFESTASI KLINIStergantung pada besarnya kerusakan
gejala yang timbul pada Pneumotoraks
yang terjadi pada sub pleura dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru.

Gejala yang utama adalah berupa rasa sakit yang tiba - tiba bersifat
unilateral diikuti sesak napas.
Aktivitas
berat
suara melemah, nyeri menusuk pada dada waktu inspirasi,
kelemahan fisik.
Gejala Berat

Penderita gelisah sekali, trakea dan mediastinum dapat mendorong kesisi kontralateral.
Gerakan pernafasan tertinggi pada sisi yang sakit fungsi respirasi menurun, sianosis
disertai syok oleh karena aliran darah yang terganggu akibat penekanan oleh udara, dan
curah jantung menurun
AnamnesisDIAGNOSIS
Ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai sesak
nafas dan kadang-kadang disertai dengan batukbatuk

Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat.

Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk se tempat pada sisi paru
yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula.
Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk.
Pemeriksaan fisik

 Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk,


sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
 Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau
tergeser ke arah yang sehat.
 Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
 Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Pemeriksaan Diagnostik

 Foto Rontgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus
hidropneumotoraks
 Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.
 CT-scan thorax. CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
bullosa dengan pneumotoraks.
Penatalaksanaan Medik

Tindakan pengobatan hidropneumotoraks tergantung dari luasnya


permukaan hidropneumotoraks.

Tujuan dari penatalaksanaan ini yaitu untuk mengeluarkan udara dari


rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali mengembang.

Pada hidropneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan


pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang
serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap.
Observasi dan pemberian tambahan oksigen.

Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau
tanpa pleurodesis.

Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang


luasnya>15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara drongga pleura
(dekompresi).Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga
tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui saluran kontra ventil, yaitu dengan :
a) Jarum infuse set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura, kemudian
ujung pipa plastik dipangkal saringan tetesan dipotong dan dimasukkan ke dalam
botol berisi air kemudian klem dibuka, maka akan timbul gelembung-gelembung
udara didalam botol.
b) Jarum abbakoth no 14 ditusukkan ke rongga pleura dan setelah mandarin di cabut,
dihubungkan dengan pipa infuse set, selanjutnya.
c) Water sealed drainage (WSD)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Cengkoak, kab. Cirebon
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Penjual ikan bakar
Tanggal Masuk RS : 7-12-2017
Tanggal Pemeriksaan : 8-12-2017
I. ANAMNESIS
Pada pasien dilakukan autoanamnesis pada tanggal 8 Desember 2017

Keluhan Utama
Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Paru RSUD ARJAWINANGUN dengan keluhan sesak. Sesak
yang di derita pasien dimulai sejak 4 bulan yang lalu SMRS. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak yang sudah dialami sejak 15 hari yang lalu, mual tanpa
disertai muntah dan rasa panas disertai nyeri pada dada serta epigastrium.

Batuk berdahak disertai dengan darah disangkal pasien, BAB cair disangkal pasien, nafsu
makan menurun disangkal pasien, dan riwayat Tekandan Darah tinggi,
Pasien mengakui pernah menjalani pengobatan sebelumnya, namun dalam 4 bulan terakhir
ini, gejala penyakit yang dulu dialami pasien timbul kembali. Pasien merupakan penjual ikan
bakar. Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dan merokok yang sudah lama ±20 tahun
dan sehari bisa lebih dari 2 bungkus.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menjalani penyakit serupa
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Kebiasaan
Pasien sering merokok dan minum kopi.
Sosial & Ekonomi
Pasien seorang pedagang ikan bakar
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, tampak lemah


Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
TD  110/70 mmHg
Nadi  74x/menit
RR  26x/menit
Suhu  36,5 Oc
Kepala : Normocephal, massa (-)
Mata : Sklera Ikterik (-/-)
Konjungtiva Anemis (+/+)
Eksoftalmus (-/-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung, epitaksis (-)
Mulut : Bibir kering (-), tidak pucat.
Leher : KGB tidak membesar
Thorax

Inspeksi : terpasang WSD (water sealed drainage) di thorax dextra, tertampung cairan
dibotol +/- 100-200 cc, warna cairan kuning keruh, bentuk dada asimetris thorax sinistra
lebih tinggi, pergerakan thorax dextra tertinggal. tampak pelebaran sela iga (-/-), masa (-)
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan. fremitus taktil dan fokal pada paru dextra menurun.
Perkusi : Hipersonor pada paru bagian atas lobus media dextra dan redup pada paru dextra
lobus media mid linea axilaris. sonor disemua lobus paru sinistra.
Auskultasi: Vesikuler pada lobus media dan inferior paru dextra menurun dan terdapat ronki
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak di linea axilaris anterior ICS V

Palpasi : Ictus cordis teraba di linea axilaris anterior ICS V

Perkusi : Pekak, batas jantung kanan linea parasternalis dextra, batas

jantung kiri linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I/II murni regular, Bising (-)


Abdomen
Inspeksi: datar, distensi (-), kulit sawo matang,
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, nyeri tekan (+), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba, undulasi
(-)
Perkusi: timpani pada seluruh abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat: +|+
+|+
Edema: -|-
-|-
Darah Rutin 07-12-2017

PEMERIKSAAN
Jenis Pemeriksaan Hasil PENUNJANG
Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.0 gr/dL 13.0-18
Hematokrit 30.5 % 39,0-54,0
Lekosit 8.76 10^3/uL 4000-11000
Trombosit 449 10^3/uL 150000-450000
Eritrosit 3,58 Mm3 4,4-6,0

MCV 85.1 Fl 79-99


MCH 27.6 Pg 27-31
MCHC 32.5 g/dL 33-37
RDW 15.5 fL 11.5-14.5
MPV 8.1 fL 6.7-9.6
PDW 47.0 fL 39.3-64.7
GDS 78 mg/dL 70-140
Radiologi 27 November 2017

Thoraks:

Tampak lesi lusent tanpa corakan paru di


hemithorax dextra, dengan gambaran air
fluid level(+)

Tampak perselubungan semiopaque di


suprahiler dextra, batas tegas

Trakea terdeviasi ke dextra

Sinus costophrenicus lancip diafragma licin

Cor: CTR tak valid diukur

Sistema tulang yang tervisualisasi intact

KESAN:

1. Hydropneumothorax dextra dengan


collaps paru dextra
2. Besar cor tak valid dinilai.
I. DIAGNOSIS KERJA
HYDROPNEUMOTHORAK DEXTRA
I. PENATALAKSANAAN
Infus RL : aminofluid , 2:1 , 20 tpm
Meptin / 8 jam
Ambroxol 3x1
Ceftriaxon 2x1
WSD hari ini 8/12/2017
I. PROGNOSIS
 ad vitam : dubia ad bonam
 ad sanationam : dubia ad bonam
 ad fungsionam : dubia ad bonam
RESUME
Pasien laki-laki 56 Tahun datang ke RSUD ARJAWINANGUN dengan keluhan sesak nafas +/- 4
bulan SMRS. Keluhan disertai dengan batuk berdahak +/- 15 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan mual tanpa muntah dan rasa nyeri terbakar di dada dan epigastrium. Tidak terdapat
trauma dan keluhan lainnya disangkal. Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dan merokok.
Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan, pergerakan thorax dextra tertinggal. Pada hasil Palpasi
fremitus taktil dan fokal pada paru dextra menurun. Saat perkusi didapatkan redup pada paru
bagian lobus media dextra dan timpatihipersonor pada paru dextra lobus media mid linea axilaris.
Pada auskultasi didapatkan vesikuler pada lobus media dan inferior paru dextra menurun dan
terdapat ronki. Pada hasil pemeriksaan radiologi; Hydropneumothorax dextra dengan collaps
paru dextra. Hasil WSD tertampung cairan dibotol 100–200 cc, warna cairan kuning keruh.
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
08/12/2017 S/ Nyeri pada luka tindakan (+) Sesak P/
14:30 WIB (+) namun sudah berkurang. Nyeri -Infus RL
TD : 110/70 mmHg dada (+). Mual (-) muntah (-) demam -02
Nadi : 74x/menit (-) bengkak kedua extremitas (-) -Meptin /8jam

RR : 32x/menit O/ -Ambroxol

Suhu : 36,5 oC Thorax:


Inspeksi : terpasang WSD (water
sealed drainage) di thorax dextra,
tertampung cairan dibotol 100–200 cc,
warna cairan kuning keruh, bentuk
dada asimetris thorax sinistra lebih
tinggi, pergerakan thorax dextra
tertinggal.

Perkusi hipersonor pada lapang paru


atas dan ditemukan redup pada lapang
paru bawah
Auskultasi : Vesikuler pada lapang
paru bagian atas lalu melemah dan
menjadi redup pada kapang paru
bagian bawah
DISKUSI

Teori Kasus
Gejala Klinis Pneumonia Pada pasien ini dijumpai
-Nyeri dada terjadi tiba-tiba - Sesak Nafas
-Nafas pendek ANALISA- KASUS
Batuk
-Nafas yang cepat -Nyeri pada dada
-Batuk
-Lemas

a)Inspeksi, mungkin terlihat sesak Pemeriksaan perkusi pada pasien ini


nafas, pergerakan dada berkurang, didapatkan hipersonor pada bagian
batuk. apex paru dan redup di bagian basal
b)Palpasi, mungkin dijumpai spatium paru
interkostalis yang melebar
Stemfremitus melemah, trakea
tergeser ke arah yang sehat dan iktus
kordis tidak teraba atau tergeser ke
arah yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor,
hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara
nafas yang melemah, sampai
menghilang
DISKUSI

Teori Kasus
Pemeriksaan Penunjang Rontgen
Ro: Tampak lesi lusent tanpa corakan
• Bagian hidropneumotoraks akan
ANALISA KASUS
tampak lusen, rata dan paru paru di hemithorax dextra,
yang kolaps akan tampak garis dengan gambaran air fluid
yang merupakan tepi paru. level(+)
Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler
sesuai dengan lobus paru.

Terapi: • Infus RL : aminofluid , 2:1 , 20 tpm


• Observasi dan pemberian tambahan
• Meptin / 8 jam
oksigen.
• Aspirasi sederhana dengan jarum • Ambroxol 3x1
dan pemasangan tube torakostomi • Ceftriaxon 2x1
dengan atau tanpa pleurodesis.
• WSD hari ini 8/12/2017

Anda mungkin juga menyukai