PNEUMOTHORAKS
DISUSUN OLEH:
1. PENGERTIAN PNEUMOTHORAX
Pneumothorax adalah kondisi medis darurat ketika udara terperangkap
di rongga pleura antara paru-paru kiri dan kanan. seluruh bagian dari paru-
paru dapat kolaps sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi jantung dan
organ tubuh lain. Kondisi ini akan sangat berbahaya ketika udara terus
menerus masuk ke dalam rongga pleura akan dapat menekan paru-paru dan
jantung sehingga dapat menyebabkan henti jantung (Malik, 2020).
Pneumotoraks adalah akumulasi udara ekstrapulmoner dalam rongga dada. Biasanya
pneumotoraks merupakan hasil dari kebocoran udara dari dalam paru-paru. (Winni GB,
2017).
Pneumotoraks adalah kumpulan udara atau gas yang abnormal di ruang pleura yang
memisahkan paru-paru dan dinding dada. Dibedakan tingkat keparahan berdasarkan jenis,
lokasi dan penyebab. Pneumotoraks menimbulkan beberapa dampak yang dialami
penderita, ialah dampak fisiologi, fisik serta ekonomi. Setiap dampak tersebut memilki
permasalahan yang berbeda. (Darmawan, 2015).
2. KLASIFIKASI PNEUMOTORAKS
3. ETIOLOGI PNEUMOTORAKS
Adapun etiologi Tension Pneumothoraks, antara lain:
a. Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya terjadi pada
orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru parenchymal atau terjadi dalam
ketiadaan cedera traumatis dada atau paru-paru
b. Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran penyakit paru-paru,
emfisema terutama, tetapi juga dapat terjadi dengan tuberkulosis (TB),
Sarkoidosis, cystic fibrosis, keganasan, dan fibrosis paru
c. Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti terapi thoracentesis,
trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena sentral penyisipan, ventilasi mekanik
tekanan positif, sengaja intubasi bronkus kanan mainstem
d. Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan hemothorax,
disebabkan oleh trauma dada terbuka atau tertutup terkait dengan cedera
tumpul atau menembus. (Siswanto, Chanyaningtyas: 2020).
4. PATOFISIOLOGI PNEUMOTORAKS
Tension pneumothorax terjadi apabila udara dalam rongga pleura memiliki
tekanan yang lebih tinggi daripada udara dalam paru disebelahnya. Dari tempat ruptur
pleura udara dapat masuk ke rongga pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Pada
saat inspirasi udara memasuki rongga pleura namun tidak dapat dikeluarkan pada saat
ekspirasi dikarenakan tertutup oleh tempat yang ruptur. Tekanan udara akan melampaui
udara birometrik dikarenakan saat inspirasi akan terdapat lebih banyak lagi udara yang
masuk. Peningkatkan udara ini menyebabkan atelectasis kompresi karena udara akan
mendorong paru dalam keadaan recoiling.
a. Udara yang menekan mediastinum akan mengakibatkan kompresi dan
pergesaran jantung dan pembuluh darah besar. Udara yang semakin menumpuk
dan tekanan yang meningkat dapat mengakibatkan kolaps paru. Pada foto polos
thorax akan tampak adanya lesi diparenkim paru yang normal, yang dibatasi
oleh membrane fibrous yang tipis dan irregular. Pada keadaan infeksi selain
terdapat udara juga dapat berisi cairan. Udara yang terus menumpuk dan
tekanan intrapleura terus meningkat, mediastinum akan tergeser dari sisi yang
tertekan dan aliran balik vena menurun. Selain dapat mengakibatkan obstruksi
pada jaringan pulmo yang berdekatan juga dapat mengakibatkan tekanan pada
pulmo kontralateral serta jantung, trakea, esophagus, dan pembuluh darah besar
berpindah ke sisi yang sehat sehingga dapat mengganggu fungsinya. . (Aziz,
2017).
5. PATHWAY
Pneumothoraks
p. tertutup p. p. terbuka
tension
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penujang pada Tension Peumotoraks, antara lain:
a. Foto Toraks PA :
pleural line / garis pleura (+)
hiperlusens
jantung dan mediastinum terdorong ke arah paru sehat
diafragma terdorong ke bawah
b. Analisa Gas Darah
c. Pemeriksaan Computed Tomografi (CT-scan)
d. Pemeriksaan Endoskopi (torakostomi), pemeriksaan enoskopi ini dibagi
menjadi 4 derajat, yaitu:
• DERAJAT I
• DERAJAT II
• DERAJAT III
• DERAJAT IV
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya
penurunan suara
Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
Pemeriksaan EKG
Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural,
dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa
Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU
Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %
b. Penatalaksanaan Medis
Chest wound/sucking chest wound
Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik
bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik, namun
plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita
selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk
memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk
mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan
terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru akan
mengembang.
Blast injury or tention
Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan
jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus
dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat
mengembang kembali.
c. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage )
d. Perawatan Per-hospital
Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi tekanan
intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin
memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan.
Termasuk dukungan ventilasi mekanik. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi
poskerolateral dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi,
subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic
Surgery (VATS). (Farly, 2019).
BAB III
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
Biodata pasien yang meliputi :
1) Identitas pasien
- Nama
- Umur
- Jenis Kelamin
- Agama
- Status perkawinan
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Tanggal Masuk
- No. Register
- Diagnosa medis
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan,
dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah
da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus
dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam paru meningkat,
kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada atau
tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
2) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB
paru dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker
paru, asma, TB paru, dan lain-lain.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2) Sirkulasi
Tanda :
- Takikardia.
- Frekuensi tak teratur/disritmia.
- Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
- Tanda Homman.
- TD: hipertensi/ hipotensi.
- DVJ
3) Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
4) Makanan/Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
- Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
- Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak
spontan).
- Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda :
- Berhati-hati pada area yang sakit.
- Perilaku distraksi.
- Mengkerutkan wajah.
6) Pernapasan
Gejala :
- Kesulitan bernapas, lapar napas.
- Batuk (mungkin gejala yang ada).
- Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi paru
(empiema/effusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.
- Pneumothorak spontan sebelumnya.
Tanda :
- Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.
- Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan
leher, retraksi interkotal, ekspirasi abdominal kuat.
- Bunyi napas menurun atau tidak ada.
- Fremitus menurun.
- Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak), bunyi
pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks).
- Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma atau kempes, penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).
- Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
- Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
- Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.
7) Keamanan
Gejala :
- Adanya trauma dada.
- Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
- Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.
- Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
- Bukti kegagalan membaik
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan denagan menurunnya ekspansi paru
sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2. Resiko infeksi dan trauma pernapasan b/d tindakan invasif sekunder
pemasangan selang WSD
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (neoplasma)
4. Intoleransi akitivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pola nafas tidak Setelah perawatan 1x2 jam 1. Manajemen Jalan Napas
efektif yang diharapkan pola napas membaik Observasi:
berhubungan dengan kriteria hasil:
- Monitor pola napas (frekuensi,
dengan - Dyspnea menurun kedalaman, usaha napas)
menurunnya dengan nilai 3 - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
ekspansi paru - Penggunaan otot bantu Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
sekunder terhadap napas menurun dengan kering)
peningkatan nilai 3 - Monitor sputum (jumlah, warna,
tekanan dalam - Pemanjangan fase aroma)
rongga pleura. ekspirasi dengan nilai 3
Terapeutik:
- Frekuensi napas menurun
dengan nilai 3 - Pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi:
Kolaborasi:
2. Pemantauan Respirasi
Observasi:
Terapeutik:
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, AH. 2017. Bab II Tinjaun Pustaka Dokumentasi Keperawatan. Diakses tanggal 1
Oktober 2020.
Winnie GB. Pneumothorax. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson
textbook of pediatric. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders elsevier; 2007.1835-37.
Darmawan, A. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Pneumotoraks Di Ruang.
Intensive Care Unit Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Tulis Ilmiah, 1(1).