Anda di halaman 1dari 5

1.

Penilaian Status Gizi


a. Secara Langsung
1) Antropometri
Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai
ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia. Standar Antropometri
Anak adalah kumpulan data tentang ukuran, proporsi, komposisi tubuh
sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan anak
(MENKES, 2020). Dalam pengukuran antropometri, ukuran yang umum
digunakan antara lain:
a) Umur
Batasan umur yang digunakan biasanya adalah tahun umur penuh
atau completed year dan untuk anak yang berusia 0-2 tahun
menggunakan bulan umur penuh atau completed month.
b) Berat Badan
Berat badan digunakan sebagai indikator tunggal yang paling tepat
untuk keadaan gizi, dan keadaan tumbuh.
c) Tinggi Badan
Alat pengukur tinggi badan untuk balita yang sudah bisa berdiri
dengan tegak yaitu mikrotoa atau microtoise dengan menggunakan
ketelitian 0,1 (Flora, 2021).

Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu berat badan


menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut umur (BB/TB).

a) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
b) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
c) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan
yang dicapai. (Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan
dengan baku pertumbuhan WHO).
d) Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB
normal menurut baku pertumbuhan WHO.
e) Contoh perhitungan Z score BB/U: (BB anak – BB
standar)/standar deviasi BB standar (Flora, 2021).

Table 2. Kategori Status Gizi Anak Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas


(Z-Score)

Berat Badan menurut Berat badan sangat kurang <-3 SD


Umur (BB/U) anak usia 0 - (severely underweight)
60 bulan
Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(underweight)

Berat badan normal -2 SD sd +1 SD

Risiko Berat badan lebih > +1 SD

Panjang Badan atau Tinggi Sangat pendek (severely <-3 SD


Badan menurut Umur stunted)
(PB/U atau TB/U) anak
Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
usia 0 - 60 bulan
Normal -2 SD sd +3 SD

Tinggi > +3 SD

Berat Badan menurut Gizi buruk (severely <-3 SD


Panjang Badan atau Tinggi wasted)
Badan (BB/PB atau
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
BB/TB) anak usia 0 - 60
bulan Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD

Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD


(possible risk of
overweight)

Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD

Obesitas (obese) > + 3 SD

Sumber: Standar Antropometri Anak (PerMenKes RI Nomor 2 Tahun 2020).

Stunting pada baduta lebih sulit untuk disadari karena perbedaan


tinggi badan dengan anak normal tidak terlalu tampak. Keadaan stunting
lebih mudah terlihat ketika memasuki usia pubertas atau remaja. Semakin
terlambat stunting disadari maka semakin sulit untuk mengatasinya. Anak
yang mengalami stunting akan menunjukkan kemampuan yang buruk
dibandingkan dengan anak yang normal. Anak stunting akan mengalami
gangguan dalam fungsi kognitif, permasalahan perilaku terhambat
sehingga menunjukkan gangguan tingkah laku (Flora, 2021).

2) Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara keseluruhan,
termasuk riwayat kesehatan. Pemeriksaan klinis yang mencakup bagian
tubuh yaitu kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata dan alat kelamin (khusus
lelaki).
3) Biokimia
Pengukuran biokimia merupakan pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Pemeriksaan
biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, antara lain darah, urin,
tinja, dan jaringan tubuh (hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak
bawah kulit).
4) Biofisik
Metode biofisik merupakan penentuan status gizi berdasarkan kemampuan
fungsi dari jaringan dan perubahan struktur jaringan (Flora, 2021).
b. Secara Tidak Langsung
1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan untuk mengetahui kebiasaan makan dan
mengetahui gambaran kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada suatu
kelompok rumah tangga dan perorangan serta dijadikan dasar bagi
perencanaan dan program dalam pengembangan gizi terhadap konsumsi
makanan tersebut (Flora, 2021).
Metode yang digunakan untuk mengukur konsumsi makanan seseorang
terdiri dari:
a) Metode kuantitatif
Mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan dapat dihitung
konsumsi zat gizi tersebut dengan menggunakan Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain seperti, Daftar Ukuran
Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM)
dan Daftar Penyerapan Minyak. Salah satu yang termasuk dengan
metode kuantitatif yaitu, recall atau record yang digunakan untuk
mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi per hari atau lebih
(Flora, 2021).
b) Metode Kualitatif
Digunakan untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi
konsumsi menurut jenis bahan makanan dan mengulik informasi
tentang kebiasaan makan individu atau disebut dengan food habits
serta cara-cara untuk memperoleh bahan makanan tersebut. Salah
satu yang termasuk dalam metode kualitatif adalah FFQ (Food
Frequency Questionnary), Dietary History, telepon, dan
pendaftaran makanan (food list) (Flora, 2021).
c) Metode Kuantitatif dan Kualitatif (semi kuantitatif)
Memberikan informasi data tentang asupan gizi secara umum
dengan memodifikasi FFQ (Food Frequency Questionnary) (Flora,
2021).
2) Statistik Vital
Menganalis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian serta data-data lainnya yang
berhubungan dengan gizi (Flora, 2021).
3) Faktor Ekologi
Mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat dan keadaan ekologi
seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain sangat bergantung pada jumlah
makanan yang tersedia (Flora, 2021).
4) Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), mendefinisikan bahwa kuesioner
pra skrinning perkembangan (KPSP) adalah alat atau instrumen yang dapat
digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan pada perkembangan anak
atau normal. Pemeriksaan perkembangan anak bisa diketahui pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66, dan 72 bulan (Flora, 2021).

Anda mungkin juga menyukai