Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Stunting merupakan masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan

gizi dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang

merupakan masa kritis. sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada

anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar

usianya. Keadaan stunting ini ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan

menurut usia (indeks TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO (Lamid, 2018). Di

Indonesia kejadian stunting pada balita masih tinggi.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Republik Indonesia tahun 2018

menunjukkan sekitar 30,8% balita mengalami stunting. Angka ini menjadikan

stunting di Indonesia sebagai masalah berat karena rekomendasi WHO untuk

kejadian stunting pada anak ialah kurang dari 20%, apabila prevalensi stunting

sebesar 30-39% maka dikategorikan dalam masalah berat (Kemenkes RI, 2018).

Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada

empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan

prevelensi balita (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian

penyakit tidak menular. Salah satu prioritas pembangunan nasional yang

tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Tahun 2015-2019 yaitu upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk

penurunan prevelensi balita stunting (kemenkes,2016).


Bila dilihat prevalensi stunting secara keseluruhan baik yang mild maupun

severe (pendek dan sangat pendek), maka prevalensinya sebesar 30,8%

(MKes(Epid), 2020). Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018

menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4%

selama 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Proporsi status

gizi; pendek dan sangat pendek pada seseorang, mencapai 29,9% atau lebih tinggi

dibandingkan target rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)

2019 sebesar 28% (Untung et al., 2021).

Dari hasil Studi status gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan tahun 2019

prevlensi stunting di Indonesia sebesar 27,6%. Sedangkan di Provinsi Bali sebesar

14,4% dan jika melihat persentase stunting di provinsi Bali tahun 2020 sebesar

6,1%, Persentase di kabupaten Jembrana (2,3%), Tabanan (8,0%), Badung (6,1),

Gianyar (4,8), Klungkung (7,3%), Bangli (6,3%), Karangasem (10,8%), Buleleng

(7,2%), dan Denpasar (1,5%). Persentase stunting di provinsi Bali mengalami

penurunan bila dibandingkan hasil Riskesdas 2018 dan studi status gizi indonesia

(SSGI) 2019 (Provinsi Bali, 2020).

Torlesse H,.2016 menyatakan Stunting merupakan masalah kesehatan yang

harus diperhatikan dan ditangani sejak dini, karena berdampak sangat panjang

untuk kehidupan seseorang. Kejadian stunting merupakan suatu proses komulatif

yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak – kanak dan sepanjang siklus

kehidupan. (Boucot & Poinar Jr., 2018). Stunting juga akan meningkatkan risiko

terjadinya penyakit 3 degeneratif di usia dewasa (Untung et al., 2021).


Tingginya angka kejadian stunting menjadi perhatian pemerintah. Beberapa

penyebab stunting itu sendiri adalah kurangnya asupan yang diserap oleh tubuh

mulai dari masih didalam kandungan sampai dengan setelah lahir, kurangnya

akses ke 2 pelayanan kesehatan, kurangnya akses air bersih dan sanitasi

(Rahmayana, dkk, 2014). Perlu dilakukan upaya pencegahan stunting dengan

perbaikan pola makan, pola asuh dan sanitasi (Azrimaidaliza, 2012). Stunting

menggambarkan gangguan pertumbuhan yang tidak tercapainya potensi

pertumbuhan sebagai akibat status kesehatan dan gizi yang tidak optimal. Stunting

diguanakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan Riwayat

kurang gizi anak dalam jangka waktu lama sehingga stunting menunjukkan

bagaimana keadaan gizi sebelumnya.

Stunting terjadi akibat kekurangan gizi (khususnya protein) yang terjadi

secara berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga dua tahun

pertama kehidupan seorang anak. Riskesdas menyebutkan bahwa 35,6 %

balita di Indonesia mengalami masalah Stunting, artinya hampir separuh balita

kita memiliki tinggi badan lebih rendah dari standart tinggi badan balita

seumurannya. Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan

sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam

tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam

otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain

yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari- hari dimakan oleh manusia.
Pemenuhan kebutuhan Gizi yang baik pada ibu dan anak dapat

mencegah terjadinya stunting. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan

pengetahuan yang baik untuk dapat menyajikan menu yang seimbang dan

menyajikan secara hygienis. Gizi adalah substansi organik yang

dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan,

pemeliharaan kesehatan. Gizi merupakan bagian yang sangat penting dalam

pertumbuhan karena gizi sangat berkaitan dengan kesehatan dan kecerdasan. Jika

pola makan pada balita tidak tercapai dengan baik, maka pertumbuhan balita juga

akan terganggu, tubuh kurus , gizi buruk dan bahkan bisa terjadi balita pendek

(stunting), sehingga pola makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk

menghindari zat gizi kurang. Peran seorang perawat untuk mencegah terjadinya

stunting dapat berupa pemenuhan kebutuhan gizi yang baik. Tindakan yang

dapat dilakukan adalah dengan melakukan Health Eduction kepada masyarakat.

Kualitas anak yang baik dapat diperoleh dari terpenuhinya kebutuhan aspek

pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan sehingga tercapainya masa depan

yang optimal. Gagal tubuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa ini

akan mengakibatkan buruk pada kehidupan masa depan yang sulit untuk di

perbaiki. Kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan otak

dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Niga dan Purnomo,

2016).
B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian stunting

2. Mengetahui hasil pengukuran antropometri pada anak di TK Pelita

Hati

3. Mengetahui status gizi pada anak di TK Pelita Hati


BAB II

MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN STUNTING

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang

disebebkan oleh kurangnya asugpan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini

menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami

kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal

(kemenkes RI,2018)

Stunting menjadi masalah gagal tubuh yang dialami oleh bayi di bawah

lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga

awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai Nampak Ketika bayi berusia dua

tahun ( Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).

Stunting adalah salah satu masalah kurang gizi kronis berupa gangguan

pertumbuhan akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama dan

pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Penilaian status

gizi stunting dapat dilakukan melalui pengukuran antropomentri TB/U

diklasaifikasikan melalui klasifikasi status gizi.


B. Klasifikasi Status Gizi

Indeks Kategori Status gizi Ambang Score (Z-


Score)
Berat Badan menurut Berat badan sangat kurang <-3 SD
Umur (BB/U) anak (severely underweight)
usia 0 - 60 bulan Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(underweight)
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih > +1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely <-3 SD
Tinggi Badan stunted)
menurut Umur (PB/U Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
atau TB/U) anak usia Normal 2 SD sd +3 SD
0 - 60 bulan Tinggi > +3 SD
Berat Badan menurut Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Panjang Badan atau Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
Tinggi Badan Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
(BB/PB atau BB/TB) Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
anak usia 0 - 60 bulan risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely wasted)3 <-3 SD
menurut Umur Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD
(IMT/U) anak usia 0 - Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
60 bulan Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD

C. Faktor Resiko Stunting


1. Status Gizi

Status gizi merupakan sebuah prnilaian keadaan gizi yang di ukur

oleh seseorang pada satu waktu dengan mengumpulkan data. Status

gizi adalah faktor yang terdapat pada dalam level individu, faktor yang

di pengaruhi oleh jumlah dan jenis asupan makanan serta kondisi

infeksi. Di artikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi

ukuran-ukuran gizi tertentu (supariasa, et al, 2016)

2. Kebersihan lingkungan

Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang

anak. Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko

terjadinya penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2018). Penerapan hygiene

yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai bakteri yang mampu

menimbulkan berbagai bakteri yang mampu masuk ke dalam tubuh

yang menyebabkan timbul beberapa penyakit seperti diare, cacingan,

demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya.

3. Asi Eksklusif

ASI Ekslusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang

dihasilkan seorang ibu setelah melahirkan. ASI Ekslusif adalah

pemberian ASI yang diberikan sejak bayi dilahirkan hingga usia 6

bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lainnya seperti susu

formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat (Kemenkes,

2016).
ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan

pada bayi sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata lain

organ pencernaan bayi belum memiliki enzim yang cukup untuk

mencerna makanan 17 lain selain ASI. Komposisi ASI dengan

konsentrasi sesuai dengan pencernaan bayi akan membuat tumbuh

dengan badan yang seimbang. Seorang anak yang minum ASI ekslusif

mempunyai tumbuh kembang yang baik sehingga membuat anak tidak

mudah sakit, selainitu ASI juga mangandung beberapa enzim dan

hormone (Pollard,2015).

4. Berat bayi lahir rendah

Berat bayi lahir rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan

kejadian stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram. Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor resiko yang paling

dominan terhadap kejadian stunting pada anak balita. Karakteristik

bayi saat lahir (BBLR atau BBL normal) merupakan hal yang

menentukan pertumbuhan anak. Anak dengan Riwayat BBLR

mengalami pertumbuhan linear yang lebih lambat dibandingkan anak

dengan Riwayat BBLR normal (Rahayu, Yulidasari, Putri dan

Rahman. 2015).

5. Pendidikan orang tua

Tingkat Pendidikan orang tua yang rendah juga mampu

meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi pada anakj. Tingkat

Pendidikan pada orang tua merupakan salah satu penyebab terjadinya


stunting hal ini dikarekan Pendidikan yang tinggi dianggao mampu

untuk membuat keputusan dalam meningkatkan gizi dan kesehatan

anak-anak. Pengetahuan yang tinggi juga mempengaruhi orang tua

dalam menentukan pemenuhan gizi keluarga dan pola pengasuhan

anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko

kejadian stunting.

6. Pendapatan orang tua

Tingkat pendapat keluarga memiliki hubungan yang bermakna

dengan kejadian stunting. Orang tua dengan pendapatan keluarga yang

memadai akan memiliki kemampuan untuk menyediakan semua

kebutuhan primer dan sekunder anak. Keluarga dengan status ekonomi

yang baik juga memiliki akses pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Anak pada keluarga dengan status ekonomi rendah cenderung

mengkonsumsi makanan dalam segi kauntitas, kualitas, serta variasi

yang kurang. Status ekonomi yang tinggi membuat seseorang memilih

dan membeli makanan yang bergizi dan bervariasi (Fernald LC dan

Neufeld LM, 2007).

D. Penilaian Status Gizi

1. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi ada

atau tidaknya kelainan tubuh atau anggota badan bayi baru lahir.
Pengukuran antropometri menceriminkan perubahan status gizi dan fisik

seorang anak.

2. Indeks Standar Antropometri Anak

Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan

panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan

umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan

kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi

tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat

gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U rendah,

kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga perlu

dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum

diintervensi.

b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut

Umur (PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi

badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-

anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), yang

disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit. Anak-

anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi.

Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya


disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini jarang terjadi di

Indonesia.

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB

atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak

sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat

digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk

(severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk

of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan

kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang telah

lama terjadi (kronis).

d. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi

kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik

IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang

sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih

dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko gizi

lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi

lebih dan obesitas.

3. Cara Pengukuran Antropometri

a. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan ini dilakukan pada responden

yang sudah bisa berdiri. Pengukuran tinggi badan (microtoise)


yang mempunyai kapasitas ukur hingga 2 meter dengen ketelitian

0,1 cm

b. Persiapan Pengukuran Tinggi Badan

1. Menggantungkan bandul benang untuk memasang microtoise

di dinding sehingga dapat tegak lurus.

2. Letakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari

keberadaan bandul yang menempel pada dinding. Pastikan

dinding rata dan tidak ada lekukan maupun tonjolan.

3. Tarik papan penggeser tegak lurus kea tass sehingga dapat

sejajar dengan benang berbandul yang tergantung. Tarik hingga

angka pada jendela menunjukan angka 0 (nol). Rekatkan dan

lakban pada bagian atas microtoise.

4. Menghindari adanya perubahan posisi pita diberikan perekat

atau lakban pada posisi 10 cm dari bagian atas microtoise.

c. Prosedur Pengukuran Tinggi Badan

1. Meminta responden untuk melepaskan alas kaki

(sepatu/sandal), topi (penutup kepala).

2. Memastikan bahwa alat geser berada pada posisi atas

3. Meminta responden untuk berdiri tegak dibawah alat geser.

4. Posisikan kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan

tumit menempel pada dinding dimana microtoise terpasang.

5. Pastikan pandangan lurus kedepan dan posisi tangan tergantung

bebas.
6. Menggerakan alat geser hingga menyentuh bagian atas kepala

responden, pastikan pada bagian tengah kepala. Dengan catatan

bahwa bagian belakang alat geser tetap menempel dinding.

7. Baca hasil tinggi badan pada jendela baca kea rah angka yang

lebih besar (ke bawah). Pembaca tepat berada di depan jendela

baca pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.

8. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian hingga satu angka

dibelakang koma (0,1) seperti contoh 157,3 dan 163,9.

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN

Topik : Pemeriksaan Antropometri pada anak

Hari/ Tanggal : 15 Desember 2022

Pukul :

Waktu :

Tempat : Paud Pelita Hati

Sasaran : Anak Usia

A. Tujuan

1. Tujuan intruksional umum

Melakukan pemeriksaan antropometri yang dilakukan pada anak

usia 4-6 tahun di PGTK Pelita Hati.

2. Tujuan intruksional khusus

Setelah dilakukan pemeriksaan antropometri pada anak diharapkan

a. Mengetahui status gizi anak di PGTK Pelita Hati


b. Menilai status gizi anak di PGTK Pelita Hati

c. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak di PGTK

Pelita Hati

B. Metode

Mempraktekan

C. Materi

Terlampir

D. Prosedur Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan peserta


1 5 menit Pembukaan : Mendengarkan
1. Mengucapkan
salam dan
memperkenalkan
diri
2. Melakukan
kontrak waktu
3. Menjelaskan
tujuan umum
dan tujuan
khusus
4. Menyebutkan
kegiatan yang
akan dilakukan
2 20 menit Pelaksanaan :
1. Melakukan
pengkajian
2. Melakukan
kegiatan
pengukuran
tinggi badan dan
berat badan
3. Menilai status
gizi anak
4. Mengalisis
pertumbuhan
anak
5. Menganalisi
perkembangan
anak
3 10 menit Mengevaluasi hasil
kegiatan

E. Rencana Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang telah ditentukan

penyelenggaran kegiatan dilakukan di PGTK Pelita Hati.

2. Evaluassi Hasil

Bagaimana status gizi pada anak usia 5-6 tahun di PGTK Pelita

Hati ?

Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 5-6

tahun di PGTK Pelita Hati.


HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI

ANAK PGTK PELITA HATI

No Nama Jenis Usia Berat Tinggi Badan Keterangan Lingkar Status Gizi
Kelamin Badan Lengan
1 Arsyad L 6 Tahun 19 116 Normal 17 Gizi Baik
2 Abi Naya L 6 Tahun 17 115 Normal 17 Gizi Baik
3 Ayu P 4 Tahun 13 99 Normal 17,5 Gizi Baik
4 Haikal L 6 Tahun 17 112 Normal 19 Gizi Baik
5 Sahira Putri S P 6 Tahun 17 116 Normal 17 Gizi Baik
6 Radit L 4 Tahun 16 102 Normal 17 Gizi Baik
7 Defa P 4 Tahun 12 96 Normal 15,6 Gizi Baik
8 Andin P 4 tahun 23 113 Normal 20 Gizi Baik
9 Ilyas L 4 Tahun 19 102 Normal 19 Gizi Baik
10 Rizki Alfariz L 5 Tahun 16 110 Normal 18 Gizi Baik
11 Samsi L 6 Tahun 20 110 Normal 16 Gizi Baik
12 Dafi L 6 Tahun 22 112 Normal 19 Gizi Baik
13 Irwan L 6 Tahun 17 113 Normal 18 Gizi Baik
14 Sufna P 5 Tahun 15 103 Normal 17 Gizi Baik
15 Rafi L 6 Tahun 20 113 Normal 17,5 Gizi Baik
16 Tresna 6 Tahun 14 110 17 Gizi Kurang
17 Adlan Ahmad A L 6 Tahun 21 112 Normal 15 Gizi Baik
18 Gibian L 5 Tahun 13,5 100 Normal 18 Gizi Baik
19 Ardiansyah L 6 Tahun 14 104 17 Gizi Kurang
20 Maji L 6 Tahun 20 120 Normal 10 Gizi Baik
21 Ridwan L 4 Tahun 20 107 Normal 18 Gizi Baik
22 Azkia Armila P 5 Tahun 19 108 Normal 20 Gizi Baik
23 Guntur L 5 Tahun 17 106 Normal 19 Gizi Baik
24 Aula Latipah W P 5 Tahun 19 107 Normal 20 Gizi baik
25 Salwa P 5 Tahun 14 104 Normal 17 Gizi Baik
26 Risman L 5 Tahun 18 111 Normal 17 Gizi Baik
27 M. Saepulrohman L 5 Tahun 16 108 Normal 18 Gizi Baik
28 Izbal L 6 Tahun 16,5 110 Normal 18 Gizi Baik
29 Najira P 5 Tahun 18 104 Normal 19 Gizi Baik
30 Risma P 4 Tahun 17 107 Normal 18 Gizi Baik
31 Ahmad L 4,5 Tahun 12 94 Normal 15 Gizi Baik
32 Tasya P 4 Tahun 15 95 Normal 7,5 Gizi Baik
33 Patimah P 6 Tahun 17 114 Normal 18 Gizi Baik
34 Anindita Keisha P 6 Tahun 13 101 Normal 17,5 Gizi Buruk
35 Rafi L 6 Tahun 19 112 Normal 18,5 Gizi Baik
36 Kila P 6 Tahun 15 100 Pendek 16,8 Gizi Baik
37 Tizzani P 4 Tahun 13 103 Normal 17 Gizi Kurang
38 Saeful Rohman L 5 Tahun 17 101 Normal 18 Gizi Baik
39 Rahmi P 4 Tahun 10 83 Sangat Pendek 17 Gizi Baik
40 Andra Rahul L 5 Tahun 18 105 Normal 17,5 Gizi Baik
41 Dewika Insani P 6 Tahun 18 108 Normal 18 Gizi Baik
42 Naura P 6 Tahun 17 110 Normal 17 Gizi Baik
43 Alifi L 6 Tahun 20,5 117 Normal 17,5 Gizi Baik
44 Akmal L 6 Tahun 20 118 Tinggi 19 Gizi Baik
45 Rizki M L 6 Tahun 22 112 Normal 19,5 Gizi Baik
46 Dinda P 6 Tahun 16 107 Normal 18,5 Gizi Baik
47 Audi P 5,5 Tahun 17 107 Normal 20 Gizi Baik
48 Alifi L 6 Tahun 19 118 Normal 18 Gizi Baik
49 Izbar L 6 Tahun 16 111 Normal 18 Gizi Baik
50 Klara P 5 Tahun 15 106 Normal 17 Gizi Baik
51 Arkan Zaelani L 5 Tahun 19 107 Normal 18 Gizi Baik
52 Alzena L 5 Tahun 22 118 Normal 19 Gizi Baik
53 Raisa P 6 Tahun 15,3 106 Normal 19 Gizi Baik
54 Arka L 6 Tahun 19 111 Normal 19 Gizi Baik
55 Sakira P 6 Tahun 18 112 Normal 18 Gizi Baik
56 Anindita Keisha P 6 Tahun 16 115 Normal 17 Gizi Kurang

Anda mungkin juga menyukai