Anda di halaman 1dari 5

Pelacakan Kasus Stunting pada Balita yang Berkunjung ke Poli MTBS di

Puskesmas Alabio

PESERTA

Peserta PIDI

Masyarakat

Lain-lain

LATAR BELAKANG

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.
Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah
normal serta produktivitas rendah. Penyebab dari stunting adalah rendahnya asupan gizi pada
1.000 hari pertama kehidupan. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan
dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Selain itu, buruknya
fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga
menjadi penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat tubuh harus
secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.
Definisi operasional balita stunting menurut Kementerian Kesehatan RI adalah anak
umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang
dari -2 SD. Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga seringkali dikaitkan
dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Dalam RPJMN 2020-2024
penekanan angka stunting ditargetkan menjadi 19% pada 2024 dari yang saat ini 30,8%
(Riskesdas 2018). Upaya ini harus dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan intervensi
gizi spesifik dan sensitive.
Stunting dapat dicegah, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil,
pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan MPASI. Orang
tua juga diharapkan membawa balitanya secara rutin ke Posyandu, memenuhi kebutuhan air
bersih, meningkatkan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
PERMASALAHAN
Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada
tahun 2000 yaitu 32,6%. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi
di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR) (Kemenkes, 2018). Rata-rata
prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Studi Status Gizi
Balita Indonesia (SSGBI) 2019 mendapatkan gambaran status gizi yang
meliputi underweight (gizi kurang), wasting (kurus), dan stunting (kerdil) antara tahun 2019
dan 2018. Hasilnya, prevalensi balita underweight atau gizi kurang pada 2019 berada di
angka 16,29 persen. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 1,5 persen. Kemudian
prevalensi balita wasting (kurus), berada pada angka 7,44 persen. Angka ini turun 2,8 persen.
Sementara itu untuk prevalensi balita stunting pada 2019 sebanyak 27,67 persen, turun
sebanyak 3,1 persen. Semua data dibandingkan dengan hasil survei dari tahun lalu. Meskipun
terdapat penurunan prevalensi stunting di Indonesia pada 2019 menjadi 27.67 persen, angka
tersebut masih lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan WHO
yaitu 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita yang sedang tumbuh. 
Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang umumnya rentan terhadap
penyakit dan akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada
kerugian ekonomi bagi Indonesia. Fasilitas kesehatan yang terbebani, rantai pasokan
makanan yang terganggu, dan hilangnya pendapatan karena COVID-19 dapat menyebabkan
peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

a. RINCIAN KEGIATAN

1. Alat : Timbangan, pengukur tinggi badan

2. Waktu : 9,10, 26 Juli dan 23 agustus 2021

3. Tempat : Poli Gizi Puskesmas Alabio

b. SASARAN

Seluruh anak berusia 0 sampai 59 bulan yang berkunjung ke Poli MTBS Puskesmas

Alabio
c. KEGIATAN

Setiap anak berusia 0 sampai 59 bulan yang datang ke Poli Gizi dicatat tanggal datang dan

identitasnya meliputi nama, jenis kelamin, usia, dan alamat pada lembar MTBS dan lembar

pemeriksaan. Anak kemudian ditimbang dan diukur panjang atau tinggi badannya.

Menentukan status gizi anak dan menentukan klasifikasi dan tindakan yang sesuai.

Menentukan tindak lanjut meliputi kunjungan ulang dan kapan harus kembali. Cek

pemahaman ibu terhadap status gizi anaknya dan konseling yang diberikan. Kemudian anak

yang memiliki keluhan medis diarahkan ke poli MTBS untuk diberikan pengobatan. Anak

dilakukan anamnesis ibu pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik sesuai keluhan, lalu

diberikan pengobatan dan nasihat kapan dilakukan kunjungan ulang baik terkait masalah gizi

dan keluhan medis pasien. Pasien dipersilahkan mengambil obat di apotek.

PELAKSANAAN

No. Tanggal / Inisial / JK / Usia / BB / TB / Status Gizi BB/U

1. 09 Juli 2021 / An Y / 1 bulan / P / BB 6,4 kg / PB 68,1 cm /

BB/ U = WHO Z score > 3 SD (Gizi lebih)

PB/U = WHO Z score > 3 SD (Tinggi)

BB/TB = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Normal)

2. 09 Juli 2021 / An P / 2 bulan / P / BB 2,6 kg / PB 52 cm /

BB/U = WHO Z score < - 3 SD (Bawah Garis Merah)

PB/U = WHO Z score – 3 SD s/d < - 2 SD (Pendek/stunting)

BB/TB = WHO Z score < - 3 SD (Sangat kurus)

3. 10 Juli 2021 / An S / 3 tahun / P / BB 10 kg / PB 84 cm /

BB/U = WHO Z score < - 2 SD (Bawah Garis Merah)


TB/U = WHO Z score < - 2 SD (Pendek/stunting)

BB/TB = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Normal)

4. 26 Juli 2021 / An N / 2 tahun / P / BB 10,6 kg / PB 84 cm /

BB/U = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Gizi Baik)

TB/U = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Tinggi Normal)

BB/TB = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Normal)

5. 23 Agustus 2021 / An I / 3 tahun / P / BB 10,3 kg / PB 86,5 cm /

BB/U = WHO Z score < - 2 SD (Bawah Garis Merah)

TB/U = WHO Z score < - 2 SD (Pendek/Stunting)

BB/TB = WHO Z score – 2 SD s/d 2 SD (Normal)

MONITORING DAN EVALUASI

Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi badan
pada 5 balita yang datang ke Poli MTBS Puskesmas Alabio pada periode di atas. Interpretasi
status gizi menggunakan charts WHO untuk weight for age, length/height for age, weight for
length berdasarkan jenis kelamin balita dan kategori menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. Dari periode
di atas, didapatkan 3 balita mengalami stunting. Faktor ibu dan pola asuh merupakan faktor
penting dalam pemenuhan gizi anak. Ibu harus cerdas memilih makanan yang bergizi dan
bisa mencari cara menyiasati anak yang rewel makannya. Petugas gizi diharapkan dapat
memberikan kertas daftar makanan dan gizi yang terkandung di dalamnya, sehingga ibu
dapat memilih menu makanan anaknya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi alasan
seperti kurang tahu makanan apa saja yang bergizi atau makanan yang bergizi selalu
makanan mahal yang mana alasan inilah yang sering diungkapkan oleh para ibu dan akhirnya
menjadi penghambat pemberian makanan bergizi pada anak. Intervensi gizi secara
menyeluruh meliputi suplementasi zat gizi mikro mulai saat ibu hamil, pemberian makanan
tambahan untuk ibu hamil dengan masalah gizi, konseling dan promosi PMBA (Pemberian
Makan Bayi dan Anak), suplementasi zat gizi mikro pada balita, penanganan anak dengan
masalah gizi akut (gizi buruk), dan pemantauan pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai