Anda di halaman 1dari 6

LEARNIG OBJECTIVE

“Gara-gara Garis dibawah Merah“

DISUSUN OLEH:

NAMA : I PUTU VIKRAM GANDHI

NIM : N 101 21 042

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1. Mengetahui program pemerintah untuk mencegah gizi buruk
2. Mengetahui perhitungan antropometri penilaian status gizi
3. Menjelaskan fungsi dari masing-masing imunisasi anak dan waktu pemeberian
4. Mengetahui masalah gizi utama di Indonesia
5. Mengetahui definisi gizi buruk dan stunting
6. Mengapa riwayat ANC, imunisasi, ASI dan MPASI perlu diketahui?
7. Menghitung BB/U, PB/U, PB/BB, IMT/U sesuai skenario dan diagnosis
8. Menangani kondisi pasien sesuai skenario
9. Mengetahui penanganan spesifik stunting
10. Faktor yang berpengaruh pada stunting dan gizi buruk
Jawab
1. (1) Pelacakan kasus balita gizi buruk dan screening GAKY,
(2) Pemberian PMT pemulihan untuk Balita gizi kurang dan gizi buruk,
(3) Pemantauan Garam beryodium;
(4) pemantauan status gizi,
(5) pembentukan CFC (Community Feeding Center/Pos pemulihan gizi),
(6) Pemantauan dan pemeriksaan CFC,
(7) Kelas balita,
(8) Penimbangan serentak (screening status gizi tahunan)

Sumber : Ernawati, A. 2019. Analisis Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk


Pada Anak Balita Di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati. Jurnal Litbang, Vol 15(1).
From : https://ejurnal-litbang.patikab.go.id/index.php/jl/article/view/131

2. Penilaian status gizi berdasarkan antropometri dapat diukur menggunakan


parameter tunggal seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Penilaian status gizi
juga menggunakan parameter gabungan : BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U.

Sumber : Par’i, H.M., et al. 2017. Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

3. Imunisasi bayi 0-12 bulan


 Hepatitis B Saat baru lahir, bayi usia 2, 3, 4 bulan : Mencegah penyakit hepatitis
 Polio ketika baru lahir hingga usia 1 bulan dan pengulangan setiap bulan yaitu
usia 2, 3, 4 bulan : Mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan lumpuh
 BCG hanya satu kali saat usia 3 bulan : Mencegah penyakit TBC
 DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) diberikan pada bayi usia 2 bulan dan dilanjut
pada bulan ke 3 dan 4 : Mencegah 3 penyakit sekaligus dalam satu suntikan.
 Influenza dapat diberikan sejak usia 6 bulan dan bisa diberikan kapan saja
 Pneumokokus (PCV) diberikan sejak usia 2 bulan dengan 3 kali interval 4-8
minggu : mencegah radang paru, radang selaput otak, dan bakteremia.
 Rotavirus monovalen diberikan 2 kali saat bayi usia 6-14 minggu dan kedua
diberikan dengan interval 4 minggu, Rotavirus pentavalen diberikan 3 kali saat
usia 6-14 minggu dan dosis kedua serta ketiga diberikan dengan jeda 4-10 minggu
: Mencegah penyakit peradangan pada saluran pencernaan.
 Campak, Mumps, Rubella (MMR) anak 9 bulan sudah bisa menerima vaksin
MMR dan saat usia 18 bulan menerima booster : Mencegah campak, gondongan
dan rubella.
Sumber : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017
4. Di Indonesia terdapat 5 masalah gizi utama yang perlu ditangani yaitu :
i) Masalah (KEP) Kekurangan energi protein : Masalah KEP dapat diketahui dari
rendahnya cadangan lemak dan otot yang ditandai dengan balita kurus. Anak yang
kurus menunjukkan bahwa asupan gizi anak rendah, sehingga persediaan lemak dan
otot tubuhnya sedikit. Karena asupan gizi rendah, maka anak tidak mempunyai daya
tahan tubuh (antibodi) yang cukup, akibatnya anak mudah sakit.
ii) Masalah Anemia Gizi : Orang yang kekurangan asupan zat besi dan protein dalam
makanannya akan mempunyai kadar hemoglobin yang rendah (anemia). Walaupun
kita mempunyai asupan gizi yang cukup, tetapi kalau alat transportnya sedikit, maka
tetap saja sel-sel jaringan tubuh kita akan mengalami kekurangan asupan zat gizi.
iii) Masalah kekurangan vitamin A :
iv) Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) : Gondok
v) Masalah kelebihan gizi : Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan masalah gizi
yang harus mendapat perhatian. Kelebihan berat beresiko menderita berbagai
penyakit seperti penyakit jantung, atherosklerosis, diabetes mellitus, gangguan
ortopedi, gangguan pada kesehatan mental, dan fungsi kognitif.

Sumber : Par’i, H.M., et al. 2017. Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

5. Gizi buruk : memiliki ciri kulit yang kering, lemak dibawah kulit berkurang, dan
otot mengecil, dan ada kemungkinan untuk anak memiliki perut buncit. Gizi buruk
disebabkan loeh kurangnya asupan nutrisi dalam jangka waktu tertentu membuat berat
badan anak turun dan mengakibatkan pertumbuhan anak berhenti sebelum waktunya.
Gizi buruk diukur berdasarkan dari berat badan si anak.

Stunting : Memiliki ciri pertumbuhan yang melambat, dapat dilihat dari tubuh
yang pendek dan tampak leih muda dibantingkan teman seusianya. Kasus stuntung
umumnya diakibatkan kekurangan gizi dalam jangka panjang (1000 hari pertama
kehidupan anak). Stuntung diukur dari perbandingan tinggi badan dengan usia TB/U.

Sumber : Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan Mencegah (kemkes.go.id)
6. Riwayat ANC diperlukan sebagai tolak ukur apakah perkembangan bayi normal
ataupun tidak. Riwayat pemberian ASI ekslusif ditanyakan agar diketahui apakah
pemberian ASI ekslusif mencukupi dengan kebutuhan bayi yang dapat berpengaruh pada
tumbuh kembang bayi. MPASI juga sama halnya dengan ASI Ekslusif untuk mengetahui
apakah kebutuhan gizi anak sudah terpenuhi dapat dilihat dari riwayat pemberian
MPASI.

7. Perhitungan
PB/U:

Nilai individu−nilai median rujukan


Z score=
Nilai SD rujukan

66−70,6
¿
2,2

= −¿2,09 SD (Pendek)

BB/U:
Nilai individu−nilai median rujukan
Z score=
Nilai SD rujukan

6,5−8,6
¿
0,9

= −¿2,33 SD (berat badan kurang)

BB/PB:

Nilai individu−nilai median rujukan


Z score=
Nilai SD rujukan

6,5−7,5
¿
0,6

= −¿1,66 SD (baik)

IMT/U:

Nilai individu−nilai median rujukan


Z score=
Nilai SD rujukan
14,9−17,3
¿
0,9

= −¿1,71 SD (baik)

Diagnosis yang dapat diberikan diduga stunting sebab terlihat BB/U <-2 dan juga pada PB/U
<-2 SD

Sumber : Par’i, H.M., et al. 2017. Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

8. Pencegahan stunting
 Mencukupi asupan nutrisi yang baik pada ibu dan bayi 1000 hari pertama
kehidupan
 Memberikan konsumsi protein yang cukup pada bayi 6 bulan keatas
Sumber : Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan Mencegah (kemkes.go.id)
9. Terdapat 9 poin intervensi gizi spesifik, yaitu :
 Pemberian makanan tambahan ibu dan bayi
 Pemberian suplemen zat besi untuk ibu hamil dan remaja perempuan
 ASI eksklusif
 Promosi tentang gizi pada anak
 Monitor pertumbuhan anak
 Pengobatan gizi buruk
 Pemberian suplemen micronitrient
 ANC dan imunisasi
 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Sumber : Cegah Stunting. Specific Intervention | Cegah Stunting

10. Faktor pengaruh stunting : pendapatan keluarga, pemberian ASI eksklusif, besar
keluarga, pendidikan ayah balita, pekerjaan ayah balita, pengetahuan gizi ibu balita,
ketahanan pangan keluarga, pendidikan ibu balita, tingkat konsumsi karbohidrat balita,
ketepatan pemberian MP-ASI, tingkat konsumsi lemak balita, riwayat penyakit infeksi
balita, sosial budaya, tingkat konsumsi protein balita, pekerjaan ibu balita, tingkat
konsumsi energi balita, dan kelengkapan imunisasi balita.

Faktor pengaruh gizi buruk : Dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab


langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung dapat berupa kurangnya jumlah dan
kualitas makanan anak dan anak yang menderita penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung beripa ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang
dan pendidikan yang rendah.

Sumber : Supariasa, I. D. N., Purwaningsih, H. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten Malang. E-Jurnal Inovasi dan Pembangunan
Daerah, Vol. 1(2). From : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI KABUPATEN MALANG | Karta Rahardja: Jurnal Pembangunan dan Inovasi
(malangkab.go.id)

Oktavia, S., Widajanti, L., Aruben, R. 2017. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
STATUS GIZI BURUK PADA BALITA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2017 (Studi Di Rumah Pemulihan
Gizi Banyumanik Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5(3). From :
https://media.neliti.com/media/publications/163271-ID-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-
st.pdf

Anda mungkin juga menyukai