Anda di halaman 1dari 32

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

DINAS KESEHATAN
RSUD dr. H. BOB BAZAR, SKM
Jl. Lettu Rohani No. 14B Kalianda Telp. (0727) 35515
KALIANDA

PANDUAN PELAYANAN
PRORGAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING
DAN WASTING RSUD dr. H. BOB BAZAR, SKM

RSUD DR. H. BOB BAZAR, SKM


2023
BAB I
DEFINISI

1.1 PENGERTIAN
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang dengan
ditandai panjang atau tinggi badan berada di bawah standar dan
berdampak pada kesehatan fisik serta perkembangan anak. Anak
yang mengalami stunting Balita (dibawah 5 tahun). Anak yang
mengalami stunting akan terlihat pada saat menginjak usia 2
tahun. Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak
dalam 1000 hari pertama kehidupannya yaitu semenjak anak masih
didalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Jika tidak segera
diatasi stunting berpotensi menyebabkan anak memiliki tingkat
kecerdasan yang rendah dan mempengaruhi produktivitas serta
kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
Stunting kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding
tinggi badan orang lain pada umunya (yang seusia). atau tinggi /
panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai
indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang
gizi balita dalam jangka waktu lama.
Stunting merupakan bagian dari perawakan pendek namun,
tidak semua perawakan pendek adalah stunting. Stunting
perawakan pendek terbanyak.
1. Pendekatan diagnosis
Kriteria awal untuk mendiagnosis anak dengan perawakan
pendek adalah:
a. Tinggi Badan
Pemantauan tinggi badan dilakukan secara berkala dan
kontinyu, sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang pemantauan
tumbuh-kembang anak
- Rekomendasi jadwal pemantauan tinggi badan.
 Usia 0-12 bulan Setiap 1 bulan
 Usia 1-3 tahun Setiap 3 bulan
 Usia 3-6 tahun Setiap 6 bulan
 Usia 6-18 tahun Setiap 1 tahun
b. Kecepatan Tumbuh
- Perkiraan Tinggi Akhir Dibawah Tinggi Potensi Genetik.
 Kecepatan pertumbuhan
 Intrauterin : 60 – 100 cm/tahun
 0 - 12 bulan : 23 - 27 cm/tahun
 1 - 2 tahun : 10 - 14 cm/tahun
 2 - 5 tahun : 6 – 7 cm/tahun
 Prapubertas : 5 - 5,5 cm/tahun
- Pubertas
 Perempuan : 8-12 cm/tahun
 Laki-laki: : 10-14 cm/tahun
Penyebab stunting pada anak :
1. Faktor keluarga dan rumah tangga
 Faktor maternal
a. Nutrisi yang buruk selama prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi.
b. Perawakan ibu yang pendek, infeksi, kehamilan muda,
kesehatan jiwa, IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan
yang dekat, dan hipertensi
 Lingkungan rumah
stimulasi dan aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang
buruk, ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat,
rendahnya edukasi pengasuh.
2. Complementary feeding yang tidak adekuat
Kualitas makanan yang buruk
a. kualitas micronutrient / Zat gizi Mikro yang buruk
b. kurangnya keragaman dan asupan pangan yang bersumber
dari pangan hewani
c. kandungan tidak bergizi
d. rendahnya kandungan energi pada complementary foods /
makanan pelengkap.
2. Beberapa masalah dalam pemberian ASI
- Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi :
a. Delayed initiation / inisiasi tertunda
b. Tidak menerapkan ASI eksklusif
c. Penghentian dini konsumsi ASI
3. Infeksi
Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan
penyakit.
4. Kelainan endokrin
Beberapa penyebab perawakan pendek : Berupa variasi normal,
penyakit endokrin, displasia skeletal, sindrom tertentu.
Kondisi yang mempengaruhi faktor penyebab stunting.
 Asupan energi
 Asupan protein
 Jenis kelamin
 Berat lahir
 Jumlah anggota rumah tangga
 Pendidikan ibu
 Pendidikan ayah
 Pekerjaan ibu
 Pekerjaan ayah
 Wilayah tempat tinggal
 Status ekonomi keluarga
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting :
1. Jangka pendek
- terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan.
- pertumbuhan fisik
- gangguan metabolisme dalam tubuh
2. Jangka Panjang
- kemampuan kognitif dan prestasi belajar.
- kekebalan tubuh sehingga mudah sakit.
- resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua.

Upaya pencegahan stunting :


1. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah.
2. Pemenuhan gizi
3. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
4. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi hingga usia 6
bulan
6. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas
6 hingga 2 tahun
7. Pemberian imunisasi dasar lengkap.
8. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHB).
Ciri-ciri stunting yaitu anak mengalami penurunan tingkat
kecerdasan, gangguan berbicara, sulit dalam belajar, memilikiki
kekabalan tubuh yang rendah sehingga lebih mudah sakit terutama
akibat penyakit infeksi, beresiko terhadap penyakit hipertensi,
diabetes dan obesitas ketika dewasa.
Wasting adalah kondisi kekurangan gizi yang disebabkan tidak
terpenuhinya asupan nutrisi atau adanya penyakit pada anak.
Kondisi ini bisa menyebabkan berat badan anak berkurang drastis
atau berada di bawah angka normal. Penyebab wasting faktor anak
yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit infeksi dan BBLR.
Faktor keluarga yaitu ketahanan pangan keluarga, tingkat ekonomi
dan jumlah anggota keluarga.
Wasting adalah :
- kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau
bahkan berada di bawah rentang normal.
- pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai dengan di bawah
-2 standar deviasi (SD)
- Angka wasting di Indonesia (Riskesdas tahun 2018) 10,2% à masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius untuk
ditangani menurut standar WHO.
Anak- anak yang berada pada kelompok usia 0 sampai 5 tahun
cenderung memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami
wasting dibandingkan anak –anak pada kelompok usia 5 sampai 9
tahun, jika dilihat dari jenis kelamin kondisi ini lebih sering dialami
anak laki - laki.
Dampak dari wasting pada anak yaitu anemia, sering menangis,
cenderung menjadi apatis, menurun nya prestasi belajar, mudah
terserah penyakit infeksi seperti (TB, Bronkitis Pneomonia,) dan
meningkat nya resiko kematian.
Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting dan wasting
menjadi salah satu hal yang harus dilakukan guna meningkatkan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 24,4%.
Walaupun angka tersebut menurun jika dibandingkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 30,8% dan Survei
Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 sebesar 27,67%,
namun angka tersebut masih dinilai tinggi dibandingkan dengan
batas minimal standar WHO sebesar 20%.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mencatat angka
stunting di daerahnya pada tahun 2021 mengalami penurunan
berdasarkan Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI). Angka
stunting di Lampung berdasarkan Survei Studi Status Gizi (SSGI)
pada tahun 2021 sebesar 18,5 % mengalami penurunan yang cukup
signifikan disbanding tahun 2019 yang sebesar 26,26 %. Dari 15
Kabupaten dan Kota di Lampung terdapat 5 daerah yang memiliki
peningkatan angka stunting dan memerlukan perhatian untuk terus
ditekan. Daerah yang mengalami peningkatan seperti di Kabupaten
Pringsewu sebesar 1,24 %, Waykanan 1,75 %, Pesisir Barat 2,91 %,
Tulang bawang barat 4,71 % dan Lampung Barat 0,37 %, di daerah
Lampung Selatan mengalami Stunting 3,61 % tahun 2020.

1.2 TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan :
Tersedianya panduan untuk melaksanakan intervensi stunting dan
wasting mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
dan pelaporan.

Sasaran :
1. Ibu Hamil
2. Ibu Menyusui
3. Bayi dan Balita
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan prevalensi penurunan stunting


dan wasting di RSUD dr. H. BOB BAZAR, SKM terdiri dari :
A. Intervensi dengan sasaran ibu hamil
1. Penyuluhan dan pemberian Tablet Besi, Folat Pada Ibu Hamil
2. Penyuluhan tentang 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
B. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan
1. Mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD), dan Pemberian ASI
Eksklusif.
2. Mendorong Metode Kangguru, dan Perawatan Bayi Baru Lahir.
3. Penyuluhan dan Pemberian Imunisasi awal (Hep B dan Polio) dan
immunoglobulin (HBIg).
C. Intervensi dengan sasaran ibu dan balita
1. Penyuluhan / edukasi, Stunting Dan Wasting, Teknik Anak Susah
Makan, Bronkopneumonia.
2. Penyuluhan Pertumbuhan Anak (Tumbuh Kembang Anak).
BAB III
TATALAKSANA

Penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting meliputi:

A. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit


tentang Program Penurunan Stunting dan Wasting.
B. Peningkatan efektifitas intervensi spesifik.
1. Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif.
2. Penyuluhan / edukasi 1000 HPK.
3. Penyuluhan / edukasi Stunting dan Wasting.
4. Penyuluhan / edukasi Pertumbuhan (Tumbuh Kembang anak).
5. Penyuluhan / edukasi Teknik Anak Susah Makan.
6. Penyuluhan / edukasi Bronkopneumonia.
7. Penyuluhan / edukasi Metode Kangguru.
8. Penyuluhan / edukasi Perawatan Bayi Baru Lahir.
9. Penyuluhan dan pemberian Suplementasi Tablet Besi Folat pada
ibu hamil.
10. Penyuluhan dan Pemberian Imunisasi awal (Hep B dan Polio) dan
immunoglobulin (HBIg).
C. Penguatan sistem surveilans gizi
1. Tata laksana tim asuhan gizi meliputi Tata laksana Gizi
Stunting, Tata Laksana Gizi Kurang, Tata Laksana Gizi
Buruk.
2. Melakukan evaluasi pelayanan, audit kesakitan dan
kematian, pencatatan dan pelaporan gizi buruk dan
stunting. Rumah sakit melaksanakan pelayanan sebagai
pusat rujukan kasus stunting dan kasus wasting dengan
menyiapkan sebagai:
a. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk
memastikan kasus, penyebab dan tata laksana lanjut oleh dokter
spesialis anak.
b. Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan
komplikasi medis.
c. Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan
manajemen serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit
dengan kelas di bawahnya dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stunting dan gizi buruk.

D.Tabel berat dan tinggi badan ideal anak perempuan dan laki laki usia
1-5 tahun, dan usia 6-12 tahun, dan 13-18 tahun.

1. Tabel berat dan tinggi badan ideal anak perempuan dan laki laki usia 1-5 tahun
Usia Berat badan ideal Tinggi badan ideal
1 tahun Perempuan (8,9 kg) Perempuan (74,0 cm)
Laki-laki (9,6 kg) Laki-laki (75,7 cm)
2 tahun Perempuan (11,5 kg) Perempuan (86,4 cm)
Laki-laki (12,2 kg) Laki-laki (87,8 cm)
3 tahun Perempuan (13,9 kg) Perempuan (95,1 cm)
Laki-laki (14,3 kg) Laki-laki ( 96,1 cm)
4 tahun Perempuan (16,1 kg) Perempuan (102,7cm)
Laki-laki (16,3 kg) Laki-laki (103,3cm)
5 tahun Perempuan (18,2kg) Perempuan (109,4 cm)
Laki-laki (18,3) Laki-laki (110 cm)

2. Tabel berat dan tinggi badan ideal anak perempuan dan laki laki
usia 6-12 tahun
3. Tabel berat dan tinggi badan ideal anak perempuan dan laki laki
usia 13-18 tahun
a. Tinggi badan anak perempuan dan laki – laki sesuai usia

usia Tinggi badan ideal


13 tahun Perempuan (142,5 cm)
Laki-laki ( 141,2 cm)
14 tahun Perempuan (145,9 cm)
Laki-laki ( 147,8 cm)
15 tahun Perempuan (147,9 cm)
Laki-laki ( 153,4 cm)
16 tahun Perempuan (148,9 cm)
Laki-laki (157,4 cm)
17 tahun Perempuan (149,5 cm)
Laki-laki (159,9 cm)
18 tahun Perempuan (149,8 cm)
Laki-laki (161,2 cm)

b. Berat Badan rata-rata anak perempuan dan laki – laki sesuai usia

Usia Berat Badan Rata- Berat Badan Rata-rata


rata Lelaki (dalam Perempuan (dalam
killogram) kilogram)

12-13 tahun 38.55-45.35 43.08-47.62

13-15 tahun 47.62-56.96 47.62-52.15

16-17 tahun 58.95-68.025 52.15-54.42

18-20 tahun 68.025-72.56 56.69-58.95

E. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).


Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
angka yang menjadi penilaian standar untuk menentukan apakah
berat badan Anda tergolong normal, kurang, berlebih, atau obesitas.
Indeks massa tubuh adalah ukuran yang digunakan untuk
mengetahui status gizi seseorang yang didapatkan dari
perbandingan berat dan tinggi badan. Maka itu, setiap orang harus
menghitung berapa nilai IMT-nya agar tahu status gizi tubuhnya
normal atau tidak.
indeks massa tubuh adalah cara termudah untuk mengetahui
apakah seseorang berisiko mengalami suatu penyakit kronis atau
tidak. Meskipun memang nilai IMT ini tidak bisa digunakan untuk
mengukur kadar lemak tubuh yang juga penting untuk diketahui.
Indeks massa tubuh adalah alat penilaian yang dapat dilakukan
untuk membantu diagnosis salah satu penyakit. Namun
menghitung IMT saja tidak cukup untuk menegakkan uatu
diagnosis penyakit Dokter biasanya akan menganjurkan Anda
untuk melakukan berbagai pemeriksaan medis lainnya.
IMT merupakan salah satu cara untuk mengetahui rentang
berat badan ideal seseorang yang berguna untuk memprediksi
seberapa risiko gangguan kesehatan atau kemungkinan Anda
terserang penyakit kronis atau tidak. Misalnya penyakit obesitas
yang mudah dihitung berdasarkan rasio berat dan tinggi badan.
Pengukuran IMT dapat digunakan jika tebal lipatan kulit
tidak dapat dilakukan atau nilai bakunya tidak tersedia (Arisman,
2014). Komponen dari Indeks Massa Tubuh terdiri dari tinggi badan
dan berat .
F. Grafik pertumbuhan WHO

Grafik pertumbuhan WHO mengukur pertumbuhan anak usia 0-1


tahun menggunakan beragam jenis indikator. Beberapa indikator yang
paling umum digunakan adalah :

 Berat Badan menurut panjang badan (BB/PB)


 Berat Badan menurut umur (BB/U)
 Panjang Badan menurut umur (PB/U)
 Lingkar Kepala menurut umur (LK/U)

Ada juga indikator lain seperti lingkar lengan, indeks massa tubuh,
dan lain sebagainya yang dapat digunakan bila dianggap perlu.
Penggunaan grafik juga memperhatikan jenis kelamin serta usia. Anak
laki – laki dan perempuan dipantau menggunakan jenis grafik yang
berbeda. Begitu pula anak usia 0-2 tahun dengan anak berusia diatas 2
tahun.
Cara membaca Grafik Pertumbuhan
 Grafik berat menurut panjang (BB/PB). Temukan panjang badan
(cm) anak pada garis mendatar dan tarik garis ke atas. Temukan
berat badan (kg) anak pada garis vertikal dan tarik garis ke kanan.
Liat pertemuan keduu garis dan tanda dengan titik.

1. Grafik berat menurut panjang untuk anak perempuan. Sumber


WHO, 2020
2. Grafik berat menurut panjang untuk anak laki – laki. Sumber :
WHO, 2022

 Grafik berat menurut umur (BB/U). Temukan umur (bulan) anak


pada garis mendatar dan tarik garis ke atas. Temukan berat badan
(kg) anak pada garis vertikal dan tarik garis kekanan. Liat
pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.
3. Grafik berat menurut umur untuk anak perempuan.
Sumber : WHO, 2020
4. Grafik berat menurut umur untuk anak laki - laki. Sumber
: WHO, 2020

 Grafik panjang menurut umur (PB/U). Temukan umur (bulan) anak


pada garis mendatar dan tarik garis ke atas. Temukan panjang
badan (cm) anak pada garis vertikal dan garis ke kanan. lihat
pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.

5. Grafik panjang menurut umur untuk anak perempuan.usia 0-6


bulan Sumber : WHO, 2020
6. Grafik berat menurut umur untuk anak perempuan usia 6 – 24
bulan. Sumer : WHO, 2022

7. Grafik berat menurut umur anak laki – laki usia 0- 6 bulan. Sumber :
WHO, 2022
8. Grafik berat menurut umur anak laki – laki usia 6 - 24 bulan. Sumber :
WHO, 2022

Grafik lingkar kepala menurut umur (LK/U). Temukan umur (bulan) anak
pada garis mendarat dan tarik garis ke atas. Temukan lingkar kepala (cm)
anak pada garis vertikal dan tarik garis ke kanan. Lihat pertemuan kedua
garis dan tandai dengan titik.

9. Grafik lingkar kepala menurut umur anak perempuan usia 0- 24 bulan.


Sumber : WHO, 2022
10. Grafik lingkar kepala menurut umur anak laki – laki usia 0- 24 bulan.
Sumber : WHO, 2022

Titik temu (plot) tersebut merupakan gambar pertumbuhan anak


menutur WHO. bila diperhatikan, ada 7 garis warna warni yang ditandai
dengaan angka 0, 1, 2, 3, -1,-2, dan -3. Semakin dekat titik temu dengan
garis hijau atau garis 0, maka semakin ideal pula pertumbuhan anak.
Garis selain 0 disebut juga dengan z-skor. Jika titik temu anak berada di
area z- skor, kemungkinan anak mengalami masalah pertumbuhan.
Untuk mengartikan titik temu tersebut, bisa menggunakan tabel dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dibawah ini sebagai acuan.
Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini
masih normal
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan tetapi lebih baik jika diukur menggunakan
perbandingan berat badan terhadap panjang / tinggi atau IMT
terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas 1 menunjukan risiko gizi lebih.
Jika semakin mengarah ke garis Z – skor 2, risiko gizi lebih
semakin meningkat
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat
pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan
IMCI (Integrated Management of Childhood Illness in-service
trainin. WHO, Geneva, 1997)
G. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah cara yang dilakukan
untuk mengetahui status gizi seseorang dan apakah ia mengalami
kekurangan energi kronis (KEK) atau tidak. Tidak seperti berat badan
yang dapat berubah dalam waktu yang cepat, ukuran LILA seseorang
membutuhkan waktu yang lama untuk berubah.
 Lingkar lengan atas (LiLA) biasanya digunakan untuk mengukur
status gizi bayi di dalam keadaan darurat atau saat berat dan tinggi
badan bayi tak dapat dinilai secara akurat. Untuk menilai status
gizi bayi, LiLA dianggap memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri. Berikut adalah penjelasan lengkap seputar pengukuran
lengan atas dan hubungannya dengan status gizi bayi.

 Hubungan LILA dengan status gizi bayi


Pengukuran status gizi bayi masuk ke dalam indikator ukuran
antropometri, yang biasanya digunakan sebagai kriteria utama dalam
menilai kecukupan asupan gizi dan pertumbuhan bayi atau balita.
 Dalam indikator pengukuran antropometri, lingkar lengan bukanlah
satu-satunya tolok ukur yang bisa digunakan, masih ada tolok ukur
lainnya, seperti usia, berat badan, panjang badan, tinggi badan,
hingga tebal lipatan kulit.
 Pada bayi dan balita, pengukuran lingkar lengan atas normal bayi
(LILA) juga dapat menilai status kurang energi dan protein (KEP).
Jika ukuran lengan atas mengalami penurunan, kondisi ini bisa
menjadi salah satu gejala KEP.
 KEP adalah penyakit gangguan gizi yang sering kali dialami bayi
dan balita di Indonesia atau negara lainnya. Penyakit ini awalnya
dikenal dengan sebutan Calory Protein Malnutrition (CPM) dan kini
berubah menjadi Protein Energy Malnutrition (PEM).
 Ukuran lengan atas digunakan sebagai tolak ukur status gizi bayi
karena mudah, hasilnya cepat, harga alatnya murah, dan tidak
memerlukan data umur balita. Namun, dalam beberapa kasus
hasilnya kurang tepat atau akurat.
 Ukuran LILA bayi normal :
Lingkar lengan atas anak menggambarkan cadangan lemak
keseluruhan dalam tubuh. Besarnya lingkar lengan atas menunjukkan
persediaan lemak tubuh cukup banyak. Namun, apabila ukuran lingkar
lengan atas kecil maka menunjukkan persediaan lemak sedikit.
Malnutrisi atau kekurangan gizi pada bayi baru lahir serta
perkembangan anak adalah masalah yang tidak boleh diremehkan. Oleh
karenanya, mengukur lingkar lengan anak-anak Anda penting untuk
dilakukan.
 Standar LILA menurut Depkes yang dikutip dari Penilaian Status
Gizi Bayi Kemkes adalah berkisar 5.4 cm pada tahun pertama
kehidupannya dan <11.5 cm pada umur 2-5 tahun dan LILA bayi
normal kurang sensitif untuk tahun berikutnya.
 Standar LILA menurut WHO. Mengeluarkan standar LILA untuk
anak laki-laki maupun perempuan yang berusia 3 bulan hingga 5
tahun seperti berikut :
1. Lingkar lengan atas (LILA) untuk anak laki-laki:
Pengukuran lingkar lengan atas untuk anak laki-laki dan
perempuan ternyata berbeda. Berikut standar pengukuran LILA
menurut WHO untuk bayi dan anak laki berusia 3 bulan hingga 5
tahun:
Tabel LILA berdasarkan WHO anak Laki – Laki dan Perempuan
sesuai usia

LILA berdasarkan WHO untuk anak laki-laki berusia 3 bulan hingga 2


tahun 8 bulan. (Sumber: WHO)
LILA berdasarkan WHO untuk anak laki-laki berusia 2 tahun 9 bulan
hingga 5 tahun. (Sumber: WHO)

 Lingkar lengan atas (LILA) untuk anak perempuan:


Jika sudah memahami LILA untuk anak laki-laki, kini saatnya orangtua
juga mengenali ukuran lingkar lengan atas ideal pada bayi dan anak
perempuan sesuai umur, seperti:
LILA berdasarkan WHO untuk anak perempuan berusia 3 bulan hingga 2
tahun 8 bulan. (Sumber: WHO)
LILA berdasarkan WHO untuk anak perempuan berusia 2 tahun 9 bulan
hingga 5 tahun. (Sumber: WHO)
 Kelebihan dan kekurangan LILA
Meskipun pengukuran lingkar lengan atas bayi dan anak mudah
dilakukan serta mampu mengeluarkan hasil dengan cepat, terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangan LILA yang harus diketahui oleh
orangtua.
 Kelebihan
A. Indikator untuk menilai kekurangan energi dan protein (KEP) berat.
B. Alat ukur yang murah, sederhana, sangat ringan, dan dapat dibuat
sendiri.
C. Dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca, karena
terdapat kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi.
 Kekurangan
1. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
2. Sulit menemukan ambang batas.
3. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun.
 Cara mengukur dan mengetahui arti warna LILA
Untuk mengetahui ukuran LILA normal pada bayi dan anak, Anda
membutuhkan pita pengukur. Biasanya, pita pengukur ini dipasangkan
ke lengan bagian kiri atau lengan yang tidak aktif.
Pengukuran ini dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas
dan ujung siku dalam ukuran centimeter.
 Berikut adalah cara mengukur lingkar lengan atas bayi secara
bertahap yang bisa Anda ikuti.
1. Tetapkan posisi bahu dan siku.
2. Letakkan pita antara bahu dan siku.
3. Tentukan titik tengah lengan.
4. Lingkarkanlah pita pada tengah lengan.
5. Jangan memasang pita terlalu kencang atau longgar.
Biasanya, pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dengan menggunakan
pita ukur memiliki empat indikator warna, yaitu merah, jingga, kuning
dan hijau.
1. Untuk hasil warna hijau, menandakan kebutuhan gizi bayi atau
anak sudah tercukupi.
2. Warna kuning menandakan anak berisiko menderita malnutrisi
akut dan harus dibawa ke rumah sakit untuk mencegah terjadinya
malnutrisi.
3. Jika warnanya jingga, bayi atau anak sedang mengalami kurang gizi
atau malnutrisi sedang. Ia pun juga harus dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan.
4. Apabila warnanya merah, itu tandanya bayi tengah mengalami
malnutrisi akut parah atau gizi buruk. Ia wajib dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan penanganan. Sebaiknya, ulangi cara
mengukur untuk memastikan nilai serta warna yang lebih akurat.
H. Alur pasien.
Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien
sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan yang
berlaku.

PASIEN

PENDAFTARAN

IGD
RUJUK
DILAKUKAN
PEMERIKASAAN DOKTER
JAGA IGD
KONSUL DOKTER
(ANAMNESA, SPESIALIS
PENGUKURAN
ANAK BB, Lingkar Lengan
PB/TB, KONSUL DOKTER SPESIALIS
(BILA(LILA)
Atas DIPERLUKAN CEK
ANAK
LABORATORIUN/PENUNJANG)
(BILA DIPERLUKAN CEK
LABORATORIUN/PENUNJANG)
RAWAT INAP

RAWAT JALAN
RAWAT JALAN

BLPL
APS
MENINGGAL PASIEN BLPL
APS

PUSKESMAS

PENDAFTAR
AN

POLI ANAK

ALUR RUJUKAN INTERNAL RAWAT JALAN RSUD DR.H. BOB BAZAR, SKM
PASIEN DENGAN STUNTING DAN WASTING
FISIOTERA
RADIOLOGI FARMASI GIZI
PI

LABORATORI
UM BLPL
ALUR PASIEN STUNTING DAN WASTING

1. Pasien datang ke pendaftaran.


2. Pasien datang melalui IGD dilakukan pemeriksaan dr jaga IGD
(Anamnesa, Pengukuran PB/TB, BB, Lingkar Lengan Atas (LILA).
Tentukan standar deviasi pada kurva pertumbuhan anak.
Kemudian Konsultasi ke dokter Spesialis Anak (Bila diperlukan cek
Laboratorium / Penunjang)
3. Pasien datang melalui Poliklinik dilakukan pemeriksaan (Anamnesa,
Pengukuran PB/TB, BB, Lingkar Lengan Atas (LILA). Tentukan
standar deviasi pada kurva pertumbuhan anak.
4. Kosultasi ke dokter Spesialis Anak (Bila diperlukan cek
Laboratorium / Penunjang)
5. Pasien Rawat Jalan, Rawat Inap, atau Rujuk.
6. Pasien keterangan bila Rawat Jalan BLPL / APS, dan Jika pasien
Rawat Inap BLPL, APS, RUJUK, atau MENINGGAL

BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
menyediaan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang
akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari
karangan/tulisan, wasiat, buku, undang-undang dan sebagainya.
Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian,
penyelidikan, pengumpulam, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan
penyediaan dokumen. Dokumentasi biasanya juga digunakan dalam
sebuah laporan pertangguang jawaban dari sebuah acara.
Laporan setiap pelaksanaan kegiatan Penurunan Prevelensi
Stunting dan Wasting dilakukan setiap 3 bulan kepada ketua
PROGNAS. Demikian buku panduan ini dibuat sebagai panduan
pelayanan PROGNAS Penurunan Prevelensi Stunting Dan Wasting
sehingga berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

Ditetapkan di : Kalianda
Pada tanggal : 5 Juni 2023
DIREKTUR
RSUD dr. H. BOB BAZAR, SKM

dr. RENY INDRAYANI.,M.KM


NIP.19690101200212 2 002

Anda mungkin juga menyukai