Anda di halaman 1dari 4

POINTER TALKSHOW

KELUARGA KEREN CEGAH STUNTING

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis, yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada
anak. Dampak dari terganggunya pertumbuhan anak, umumnya terlihat dari fisik yang
kurang ideal. Selain bentuk fisik, penderita stunting juga rentan terhadap penyakit, dan
memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata rata anak seusianya.

BKKBN pada tahun 2021 menerima mandat dari Presiden RI yang disampaikan pada
Rapat Terbatas Program Percepatan Penurunan Stunting, pada tanggal 25 Januari 2021
untuk menjadi Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting. Mandat yang
diterima adalah menetapkan target percepatan penurunan stunting yang harus dicapai
pada tahun 2024 sebesar 14%.

Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, berdasarkan hasil
Riskesdas pada tahun 2013 dan 2018 serta hasil Survey Status Gizi Balita Indonesia
(SSGBI) pada tahun 2019, Jawa Barat berhasil menurunkan angka prevalensi stunting
sebesar 9,1% (angka prevalensi stunting 2013 = 35,3%, 2018 = 31,1% dan 2019 =
26,2%). Meskipun menunjukkan adanya penurunan namun angka 26,2 % masih dinilai
tinggi mengingat WHO menetapkan toleransi prevalensi stunting ini harus dibawah 20%.

Merujuk pada mandat yang diterima oleh kepala BKKBN dari Presiden RI untuk mencapai
angka prevalensi stunting sebesar 14% di tahun 2024 tentu hal ini akan membutuhkan
strategi yang luar biasa mengingat penurunan stunting di jawa barat selama kurun waktu
6 tahun (2013 – 2019) hanya mencapai 9,1% maka untuk mencapai 14% dalam kurun
waktu 3 tahun (2021 – 2024) dibutuhkan percepatan penurunan per tahun sebesar 12,2%.

POINTER :

1. Isu Stunting
2. Apa itu stunting ?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi
psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun (Pedoman Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku Dalam Percepatan Pencegahan Stunting Di Indonesia Kemenkes RI,
2018 ). Balita stunting tumbuh dengan ukuran tubuh lebih pendek dari standar tinggi balita
seusianya (Panjang Badan/ Usia).

3. Peran BKKBN dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting ?


Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional.
Komitmen ini terwujud dalam masuknya stunting ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 dengan target penurunan yang cukup
signifikan dari kondisi 26,2 (jawa barat)/27,6 persen (Indonesia) pada tahun 2019
diharapkan menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Kondisi Stunting pada balita dapat berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan
terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan. BKKBN sesuai UU no 52/2019 pasal BAB VII
perihal Pembangunan Keluarga pasal 48 ayat 1 menyebutkan bahwa kebijakan
Pembangunan Keluarga dilaksanakan dengan cara :
- Peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan dan
pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak.
- Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.

4. Apa penyebab Stunting ?


5. Dampak dari Stunting ?
Dampak pendek dari Stunting :
- Gangguan perkembangan otak
- Gangguan
- pertumbuhan fisik
- Gangguan perkembangan motoric

Dampak Jangka Panjang Stunting :


- Tingkat kecerdasan rendah
- Prestasi belajar tidak baik
- Prestasi kerja tidak baik (produktivitas rendah).
- Kalah bersaing dalam mencari kerja.
- Cenderung gemuk diusia tua sehingga menderiita penyakit degenerative seperti jantung,
diabetes, dll.

6. Apa itu 1000 HPK/Hari Pertama dalam Kehidupan ?


Dalam upaya mencegah stunting 1000 HPK merupakan salah satu periode / momen paling
penting dalam kehidupan manusia. Pada masa inilah ditentukan bagaimana tumbuh kembang
balita ke depan, sehingga perlu kesadaran dan keterampilan orangtua dalampengasuhan dan
asupan gizi kepada bayi dibawah lima tahun atau dikenal dengan 1000 HPK.
1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak masa kehamilan hingga balita berusia 2 (dua) tahun.
1000 HPK merupakan periode emas pertumbuhan balita. Pada periode tersebut 80% otak balita
berkembang optimal dan masa tersebut tidak akan terulang kembali.
7. Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya Stunting :
Periode Hilir
a. Kurangnya asupan nutrisi dan gizi dalam waktu yang cukup lama (kronis)  rendahnya
akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam
b. Mengalami penyakit infeksi berulang dan penyakit kronis, contoh sanitasi dan sarana air
bersih yang buruk bisa meningkatkan resiko anak dan bayi berulang-ulang menderita diare
dan infeksi cacing usus (cacingan)
c. Pola asuh yang kurang baik, terutama pada aspek perilaku (praktek pemberian makan bagi
bayi dan Balita)
d. Terbatasnya akses terhadap Fasilitas Kesehatan
e. Masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah
ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta
masalah degradasi lingkungan (Nila Farid Moelok)

Periode Hulu

a. Kurang memadainya pengetahuan dan persiapan Catin/Pengantin mengenai konsep kespro,


konsepsi dan masa hamil (perkembangan janin dan 80% perkembangan otak terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan anak) dan pola asuh anak
b. Bagi Ibu Hamil :
- Asupan Nutrisi dan Gizi yang kurang  kurang memadai pengetahuan Ibu
- Mengalami Anemia
c. Belum optimalnya pendampingan bagi Ibu Hamil

8. Langkah Strategis BKKBN dalam pencegahan Stunting ?


Langkah strategis BKKBN dalam penanganan Stunting adalah dengan :
Memahami dan menghindari 4 Terlalu (Terlalu muda Hamil, Terlalu Tua Hamil, Terlalu Banyak
Hamil dan Terlalu Dekat jarak kehamilan). Konsekuaensi dari 4 terlalu tersebut adalah adanya
program Semangat 21 25 keren, artinya menghimbau Remaja untuk menyiapkan kehidupan
berkeluarganya dengan menikah di usia ideal yaitu 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk
laki-laki. Kemudian mengatur jarak kehamilan minimal 2 tahun dengan menggunakan alat
kontrasepsi MKJP (IUD atau Implant) sehingga pengasuhan bayi di 1000 HPK dapat dilakukan
dengan optimal. Dan juga dilakukan kampanye pentingnya pemberian ASI Ekslusif pada bayi
(tidak diberikan makanan tambahan kepada bayi selama 6 bulan penuh/ASI saja)

9. Pengasuhan Bayi di masa 1000 HPK ?


Untuk membantu dan memfasilitasi ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi dibawah 2 tahun,
BKKBN mengajak keluarga yang memiliki ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi 2 tahun untuk
belajar dan melatih keterampilan pengasuhan selama 1000 HPK untuk mencegah terjadinya
stunting melalui kelompok kegiatan yang di sebut Bina Keluarga Balita (BKB) yang tersebar di
setiap posyandu atau di rumah kegiatan BKB di level RT. Untuk lebih jelasnya, dapat
menghubungi Petugas KB setempat atau TPD/Tim Penggerak Desa.

Anda mungkin juga menyukai