Anda di halaman 1dari 12

WASTING (Balita Kurus)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
RAIHAN SALSABILA (P07131121023)
MUHAMMAD SABQI (P07131121046)
MUTIA NASRAH (P07131121018)
SILVIA MAULIDA (P07131121029)
PUTRI (P07131121022)
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang atas Maha


Rahman dan Maha Rahim-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
untuk mata kuliah yang berjudul Wasting”. Tanpa nikmat sehat
dan waktu luang yang diberikan oleh-Nya, tentu kami tidak
dapat menyelesaikan Booklet ini dengan baik dan tepat waktu.
Salawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang dipenuhi cahaya Islam seperti
saat ini Segala kelebihan hanya milik Allah semata.
Saya menyadari bahwasannya Booklet yang saya susun
ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu,
kami menerima kritik serta masukan yang membangun dari
berbagai pihak guna untuk lebih memperbaiki kualitas Booklet
saya sehingga saya berharap Booklet ini dapat bermanfaat bagi
penyusun maupun pembaca.

Banda Aceh, Oktober 2022


Penulis
PENDAHULUAN

Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus


(wasted) dan sangat kurus (severe wasted) yang didasarkan
pada indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan ambang
batas (Z-score) <-2 SD.
Pada tahun 2012 kematian balita berjumlah 6,6 juta
jiwa artinya 18.000 jiwa balita meninggal setiap harinya
dimana secara tidak langsung wasting atau balita kurus
menyumbang 60% kematian balita sebagai underlying causes
terhadap penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kematian.
Tahun 2013 dari 161 juta jiwa balita di dunia menderita
kelaparan dimana 51 juta jiwa balita diantaranya menderita
wasting.
World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa 175 juta anak di negara berkembang mengalami
malnutrisi dilihat dari data berat badan menurut umur dan
sekitar 230 juta mengalami stunted dilihat dari tinggi badan
menurut umur.
Menurut WHO, anak penderita gizi buruk berisiko
kematian 5 - 20 kali lebih besar daripada anak dengan nutrisi
baik.
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih
memiliki masalah gizi kurang yaitu wasting. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi wasting di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 13,6%, menurun pada tahun
2013 sebesar 12,1%,dan menurun lagi pada tahun 2016 sebesar
11,1%.Meskipun prevalensi wasting mengalami penurunan,
wasting masih menjadi masalah utama gizi kurang di Indonesia
karena belum memenuhi standar WHO yaitu sebesar 5%
(WHO) dan belum mencapai target RPJMN dan Renstra 2015-
2019 yaitu 9,5%.
PEMBAHASAN
Definisi
Balita kurus adalah suatu
kondisi dimana balita
menderita gangguan gizi
dengan diagnosis ditegakkan
berdasarkan penilaian tinggi
badan per berat badan
(Hasyim, 2017).
Wasting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi akut
dimana BB anak tidak sesuai dengan TB atau nilai Z-score
kurang dari -2SD (Standart Deviasi) (Afriyani, 2016).

Anak kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut,


sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang
tidak lama seperti kekurangan asupan makanan (Rochmawati,
2016).
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak menurut Indeks
Kategori
Status
Gizi <
Berat Badan menurut Gizi -3 SD sampai dengan < -
Buruk
Kurang
Gizi Baik 2 -2
SDSD sampai dengan 2
Umur (BB/U) Anak Umur
0-60 bulan Gizi SD >
Panjang Badan Sangat <
Lebih
Pendek -3 SD sampai 2dengan < -
menurut Umur (PB/U) Pendek
Normal 2 -2
SDSD sampai dengan 2
atau Tinggi Badan
SD
menurut Umur (TB/U)
Anak Umur 0-60 bulan T >

Berat Badan menurut i


Sangat <2
kurus
K -3 SD sampai dengan < -
Panjang Badan (BB/PB)
u
Normal 2 -2
SDSD sampai dengan 2
atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) SD
Anak Umur 0-60 bulan

Sangat <
K -3 SD sampai dengan < -
kurus
u 2 -2
NormalSDSD sampai dengan 2
Indeks Massa Tubuh
menurut Umur (IMT/U) Gemuk SD
>1 SD sampai dengan 2
Anak umur 0-60 bulan Obesitas >
SD
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik 2 Indonesia
tentang Standar Antropometri Gizi Anak Tahun 2011
Penyebab Wasting
Menurut Depkes RI (2005) wasting disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor penyebab langsung adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi jumlah dan infeksi. Faktor
penyebab tidak langsung adalah pengetahuan. Putri dan Miko
Wahyono (2013) mengemukakan bahwa faktor langsung dan
tidak langsung yang berhubungan dengan kejadian wasting di
Indonesia adalah kurangnya asupan energi, karbohidrat, dan
lemak, pola pemberian ASI yang tidak baik, infeksi yang dapat
menurunkan nafsu makan pada balita, kurangnya pendidikan
ibu mengenai gizi dan pangan, pola asuh ibu yang kurang baik,
banyaknya jumlah balita dalam satu keluarga, tingkat
ketahanan pangan yang buruk, dan penghasilan rumah tangga
yang sedikit.
Faktor penyebab wasting dikelompokkan 3 kategori
yaitu :
1. Berdasarkan faktor ibu, antanya: ASI Eksklusif, Pola
Asuh, Tingkat Pendidikan Ibu, Tingkat Pengetahuan Ibu,
Status Pekerjaan,
2. Anak, antaranya Jenis Kelamin, Usia, Asupan Nutrisi,
Penyakit Infeksi, BBLR
3. Keluarga, antaranya Ketahanan Pangan Keluarga, ingkat
Ekonomi Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga,
Faktor ibu yaitu ASI eksklusif, pola asuh, tingkat
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan status pekerjaan .
Faktor anak yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit
infeksi, dan BBLR. Faktor keluarga yaitu ketahanan pangan
keluarga, tingkat ekonomi dan jumlah anggota keluarga
(Prawesti, 2018).

Dampak Wasting
Wasting pada anak dapat
mempengaruhi proses pertunbuhan dan
perkembangan. Dampak pada wasting
dibedakan menjadi dampak jangka pendek
dan dampak jangka panjang. Dampak jangka
pendek diantaranya penurunan daya eksplorasi terhadap
lingkungan, kurangnya bergaul dengan teman sebaya,
kepasifan dalam melakukan aktivitas, sering merasa kelelahan,
apatis, dan rentan terkena penyakit infeksi. Sedangkan untuk
dampak jangka panjang yaitu gangguan kognitif, penurunan
kecerdasan sehingga prestasi ikut menurun, gangguan perilaku,
pertumbuhan terhambat, dan peningkatan resiko kematian
(Hastuti dkk, 2017).
Balita yang mengalami wasting dapat meningkatkan
resiko kesakitan dan kematian anak. Anak yang wasting sangat
mudah terkena penyakit infeksi. Apabila keadaan kurang gizi
pada masa balita terus berlanjut, maka dapat mempengaruhi
intellectual performance, kapasitas kerja, dan kondisi kesehatan
lainnya di usia selanjutnya (Tambunan, 2019).

Mengatasi Wasting
1. Cara mengatasi wasting tingkat biasa (moderate
malnutrition) Aturan makan untuk anak yang mengalami
wasting biasa sebagai berikut:
a. Berikan berbagai makanan dengan kandungan energi
yang tinggi guna mendukung kenaikan berat badan.
b. Berikan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin, serta
mineral, guna mempercepat pembentukan jaringan baru.
c. Energi dari protein sekitar 12 hingga 15%
d. Energi dari lemak sekitar 30%

2. Cara mengatasi wasting tingkat akut (severe acute


malnutrition)
Melansir dari panduan penanganan untuk kondisi
kurang gizi akut dari WHO, beberapa hal bisa dilakukan
untuk mengatasi wasting akut pada anak.
Hal ini meliputi pemberian makanan terapeutik dan
susu formula khusus F-75. Terutama untuk susu formula F-
75, baru bisa diberikan pada anak setelah kondisinya mulai
stabil, nafsu makan meningkat, dan edema membaik.
Penanganan untuk anak dengan wasting akut harus
diberikan sesegera mungkin. Jika tidak cepat diatasi,
kondisi akut bisa berkembang semakin parah hingga
nantinya berujung pada gizi buruk.
Secara garis besarnya, asupan nutrisi harian untuk anak
yang mengalami kondisi ini harus mampu memenuhi
kebutuhan zat gizi guna membentuk otot dan jaringan
tubuh lainnya.

Kelompok Usia Rawan Wasting


Berdasarkan suatu studi yang mengamati kelompok
masyarakat yang rentan terhadap wasting. Didapatkan hasil
bahwa kelompok masyarakat yang paling rentan mengalami
wasting adalah anak usia 1-5 tahun, karena pada rentang usia
tersebut, anak tidak lagi mendapatkan ASI esklusif dan gizi
yang didapat belum seimbang serta tidak dapat mengimbangi
aktivitas anak yang kian meningkat. Aktivitas yang meningkat
tersebut diperparah dengan adanya sistem full day school
pada pendidikan anak usia dini, yang menyebabkan lebih
meningkatkan kebutuhan gizi (Abidin et.al, 2020). Wasting
yang terjadi pada anak usia diatas mengurangi tingkat kognisi
anak.
PENUTUP

Wasting atau balita kurus ialah salah satu dari beragam


masalah gizi yang sering dijumpai di berbagai negara. Kasus
balita kurus ini menjadi masalah ialah karena prevalensinya
yang telah melewati trigger level atau nilai ambang batas dari
penetapannya menjadi masalah.
Kasus wasting di Indonesia ditetapkan sebagai
masalah kesehatan karena telah melewati nilai ambang
batas yang disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti
faktor biologis, sosial ekonomi, dan perilaku. Oleh karena
itu, persoalan balita gizi kurus ini perlu mendapatkan
perhatian. Terlebih karena untuk mencapai target berupa
penurunan prevalensi yang tertera dalam RPJMN 2020-
2024.
Berbagai indikator telah digunakan dalam
menentukan kasus wasting yang kemudian indikator
tersebut digunakan dalam melakukan survei seperti yang
dilakukan dalam membuat Riskesdas dan dalam melakukan
surveilans.

Anda mungkin juga menyukai